Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam taksonomi terdapat dua istilah yang sering dianggap
sinonim yaitu identifikasi dan determinasi. Karena kedua istilah
tersebut dianggap sinonim, maka penggunaannya sering dipertukarkan.
Kalau kita memperhatikan definisi dari kedua istilah tersebut,
sesungguhnya terdapat perbedaan identifikasi asal katanya adalah to
identify yang artinya mempersamakan, mencocokkan, membandingkan
dan sebagainya. Sedangkan to determine yang atinya menentuka atau
memastikan. Dengan demikian identifikasi sesungguhnya berarti
langkah-langkah yang dilakukan dengan mempersamakan,
mencocokkan, atau membandingkan sifat dan ciri yang dimiliki oleh
dua tumbuhan.
Determinasi berarti menentukan atau memastikan nama dari
tumbuhan atau spesimen tumbuhan tersebut, sedangkan identifikasi
merupakan proses yang dilaksanakan terlebih dahulu yaitu dengan
mengamati sifat-sifat tumbuhan atau spesimen atau yang lainnya setelah
itu lalu melakukan determinasi atau menentukan nama ilmiahnya yang
benar.
Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup yang tumbuh di bumi
ini. Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang
demikian pesat sehingga bidang-bidang pengetahuan yang semula
merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja sekarang ini telah
menjadi ilmu yang telah berdiri sendiri. Maksud penyusunan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas praktikum farmakognosi tentang
identifikasi simplisia. Pada laporan ini memberi penjelasan mengenai
nama simplisia, dan identifikasi mengenai makroskopik dan
mikroskopik dari simplisia campuran yang telah diberikan dengan
simplisia tunggal yang dibahas antara lain:
1. Psidii Guajavae Folium
2. Coriandri Sativi Fructus
3. Kaempferiae Galangae Rhizoma
4. Rhei Officinalis Radix
1.2 Tujuan
 Dapat dengenali simplisia berdasarkan metode makroskopik dan
mikroskopik.
 Identifikasi mikroskopik meliputi : bentuk fragmen yang khas
yangdimiliki tiap simplisia. Makroskopik meliputi : identifikasi bau
,rasa, warna, bentuk.
 Dapat mengetahui kegunaan , kandungan simplisia.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Simplisia dan Pembuatannya
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belummengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain,
berupa bahanyang telah dikeringkan (Panitia Farmakope,1979).
Menurut Departemen Kesehatan RI Simplisia adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi 3 golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral. Yang akan
dibahas pada artikel ini adalah simplisia nabati (Himakova IPB,2016).
Simplisia nabati yaitu simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara
ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya.
Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya
(Himakova IPB,2016).
Bahan-bahan nabati yang dapat digunakan sebagai obat antara
lain dapat berasal dari kulit tumbuhan (misalnya kulit buah
delima/Punica granatum yang berkhasiat sebagai obat cacing), akar
(misalnya akar tapak dara/ yang berkhasiat sebagai obat diabetes, obat
kanker), daun (misalnya daun saga/latin yang berkhasiat sebagai obat
sariawan, obbat batuk), bunga (misalnya bunga cengkeh/latin yang
berkhasiat untuk menghilangkan mual dan muntah), buah (misalnya
mahkota dewa/latin yang berkhasiat untuk obat asam urat), biji
(misalnya biji kopi yang berkhasiat sebagi penawar racun), dan lain lain.
Biasanya, simplisia dijadikan obat-obatan tradisional dalam bentuk
larutan, serbuk, tablet, maupun kapsul(Himakova IPB,2016).
Simplisia memiliki banyak keunggulan antara lain efek
sampingnya relatif lebih kecil daripada obat-obatan kimia karena
berasal dari alam, adanya komposisi yang saling mendukung untuk
mencapai efektivitas pengobatan, dan lebih sesuai untuk penyakit
metabolik dan degeneratif. Meskipun begitu, obat tradisional ini
memiliki kekurangan yaitu memiliki efek farmakologis yang lemah,
bahan baku belum terstandar, dan belum dilakukan uji klinik serta
mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Jika ingin menggunakan
simplisia sebagai obat tradisional, sebaiknya menggunakan simplisia
dari kelompok obat fitofarmaka atau fitoterapi yang telah teruji khasiat
dan keamanannya, teruji secara klinis, bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, serta memenuhi indikasi medis (Himakova IPB,2016).
Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
a.Pengumpulan/panen
Waktu yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut
mengandungzat aktif dalam jumlah yang terbesar. Pengumpulan/panen
pada daun jambu biji saat fotosintesis berlangsung maksimal
(Laksana,2010).
b. Sortasi awal/sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan pengotor sebelum
dilakukantahapan pencucian.pengotor luar dapat berupa tanah, kerikil,
maupuntumbuhan lain yang menempel pada tanaman (Laksana,2010).
c. Pencucian
Bertujuan untuk menghilangkan tanah atau pengotor lain yang tersisa
setelah sortasi basah. pencucian dilakukan menggunakan air bersih dapat
berupa air dari mata air, air sumur, atau air PAM. Air yang dimaksud disini
yaitu air yang bebas dari mikroba (Laksana,2010).
d. Perajangan
Perajangan pada bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus (Laksana,2010).
e.Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Ada dua pengeringan alami: Dengan panas dari cahaya matahari
langsung dan dengan cara dianginkan dan tidak kena cahaya matahari
langsung. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia, pada
daun jambu biji dilakukan pengeringan dengan cara pemanasan
tidak dengan matahari langsung selama 1 hari. Pada buah ketumbar,
akar kelembak, dan rimpang kencur juga dilakukan pengeringan
dengan cara yang sama, namun dibutuhkan waktu yang lebih lama dan
suhu yang berbeda-beda dari pada simplisia yang dibuatdari daun
karena kandungan air yang ada di dalam akar, buah dan rimpang jauh
lebih banyak dari pada yang ada pada daun ((Laksana,2010).
f. Sortasi akhir/sortasi kering
Sortasi disini bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing,
seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor-
pengotorlain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia kering .
proses pemisahan ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus dan
disimpan (Laksana,2010).
g. Pengemasan dan penyimpanan
Cara pengemesan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan
tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya
harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia
dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan
pengangkutan maupun penyimpanannya (Laksana,2010).

2.2 Identifikasi Simplisia


A. Makroskopik dan Organoleptis
1) Psidii Guajavae Folium (Daun Jambu Biji)
Bentuk berupa lembaran daun, warna hijau; bau khas
aromatic; rasa kelat. Daun berhadapan, bertulang menyirip,
berbintik, berbentuk bundar telur agak menjorong atau agak
bundar sampai meruncing, panjang helai daun 6 cm sampai
14 cm, lebar 3-6 cm, panjang tangkai 3-7 mm, daun yang
muda berambut, dan yang tua permukaan atasnya menjadi
licin. Organoleptis aromatik, rasa kelat, serbuk berwarna
hijau keabu-abuan (MMI, Hal : 90,1978).
2) Coriandri Sativi Fructus ( Buah Ketumbar )
Buah yang di remas aromatik khas, rasa khas lama-lama
agak pedas, Warnanya coklat muda , berbentuk agak lonjong
(Depkes RI, 2004: Hlm. 25).
Buahnya berbentuk bulat, waktu masih muda berwarna
hijau dan setelah tua berwarna kuning kecokelatan. Panjang
buah 4-5mm, kalau matang buahnya dapat dirontokkan.
merikarp saling berlekatan pada tepi sehingga buah
berbentuk bulat. Garis tengah 2 mm – 5 mm, warna kuning
kecoklatan/ coklat keunguan, pada ujung buah terdapat 5
sisa daun kelopak kecil dan 1 stilopodium pendek, pada
permukaan tiap merikarp terdapat 4 rusuk sekunder yg
membujur, menonjol dan lurus, diantara rusuk sekunder
terdapat 5 rusuk primer membujur, berkelok-kelok dan
kurang menonjol, gagang buah pendek/tidak ada. Pada
potongan melintang melalui pertengahan merikarp terlihat
perikarp sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm, endosperm
dari masing-masing merikarp berbentuk ginjal, warna putih
kelabu (Astrid, 2008: Hlm. 13)
3) Kaempferiae Galangae Rhizoma ( Rimpang Kencur )
Kepingan pipih bentuk hampir bundar sampai jorong
atau tidak beraturan, tebal keeping 1 mm sampai 4 mm,
panjang 1 cm sampaicm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, bagian
tei berombak dan berkeriput,warna coklat sampai coklat
kemerahan, bagian tengah berwarna putih sampai
kecoklatan. Korteks sempit, lebar kurang lebih 2mm, warna
putih, berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-
bintikwarna kelabu atau keunguan. Silinder pusat lebar,
banyak tersebar berkas pembuluh seperti korteks. Berkas
pertahanan rata, berdebu, berwarna putih.
Organoleptis khas aromatis, rasa pedas, hangat, agak
pahit akhirnya rasa tebal (MMI, 1978).
4) Rhei Offcinalis Radix (Akar Kelembak )
Warna kuning kecoklatan, bau khas aromatic, rasa agak
pahit dan agak kelat,tidak enak dan agak sepat (MMI, 1978).

B. Mikroskopik
Pengamatan fragmen dengan histokimia
1. Psidii Guajavae Folium (Daun Jambu Biji)
Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang
tangensial, bentuk polygon, dinding antiklinal lurus, tidak
terdapat stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih,
terentang tangensial, bentuk polingonal, dinding antiklinal
lurus.
Serbuk : warna hijau keabu-abuan,. Fragmen pengenal
banyak terdapat rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium
oksalat, stomata tipe anomositik, mesofil dengan kelenjar
lisigen (MMI hal:92. 1978).
2. Coriandri Sativi Fructus ( Buah Ketumbar )
Merikarp = Epikarp sel kecil, dinding agak tebal, tidak
berlignin, kutikula tipis, jaringan parekim dengan sel-sel
termanpat dan berdinding tipis, jaringan sklerenkimatik yang
tersusun membujur dan tangensial, sel parenkim bernoktah,
pembuluh kayu, hablur kalsium oksalat berisi hablur kalsium
oksalat berbentuk prisma kecil, tidak terdapat rambut penutup.
Mesokarp terdiri dari jaringan parenkim, sklerenkimatik.
Fragmen pengenal pada mikroskopik serbuk Coriandri
Sativi Fructus (buah ketumbar) adalah parenkim yang bergaris
dan serabut sklerenkim yang berliku (Melati dan Imam, 2007: Hlm.
10).
3. Kaempferiae Galangae Rhizoma ( Rimpang Kencur )

Butir pati yang hampir bulat, fragmen periderm, idioblas


minyak, oleoresin bentuk gumpalan, dan pembuluh kayu
penebalan spiral (MMI, 1978).

4. Rhei Offcinalis Radix (Akar Kelembak )


Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang
tangensial, bentuk polygon, dinding antiklinal lurus, tidak
terdapat stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih,
terentang tangensial, bentuk polingonal, dinding antiklinal
lurus.
Serbuk : warna hijau keabu-abuan,. Fragmen pengenal
banyak terdapat rambut penutup yang terlepas, hablur kalsium
oksalat, stomata tipe anomositik, mesofil dengan kelenjar
lisigen (anonym,2011).

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Makroskopik
a. Psidii Guajavae Folium (Daun Jambu Biji)
Serbuk berwarna hijau keabu-abuan, bau khas aromatis.
b. Coriandri Sativi Fructus ( Buah Ketumbar )
Serbuk coklat muda kekuningan, rasa khas lama-lama pedas.

c. Kaempferia Galangae Rizom ( Rimpang Kencur )


Bau khas aromatis, rasa pedas, hangat, agak pahit, serbuk warna
putih.

d. Rhei Offcinalis Radix (Akar Kelembak )


Khas aromatis, serbuk kecoklatan, rasa agak pahit.

3.2 Mikroskopik
a. Psidii Guajavae Folium (Daun Jambu Biji)
Rambut
penutup
bentuk cacing

Epidermis
Epidermis
atas
bawah dengan
stomata
Epidermis dengan
mesofil bagian bawah

b. Coriandri Sativi Fructus ( Buah Ketumbar )

Serabut
sklerenkim
mesokarp

Endokarp
berikut
parenkim
mesokarp
terlihat
tangensial
c. Kaempferiae Galangae Rhizoma ( Rimpang Kencur )
Butir pati

Pembuluh
kayu

Parenkim
dengan sel
minyak

d. Rhei Offcinalis Radix (Akar Kelembak )


3.3 Pembahasan Fragmen Khas yang Menuntun Pada Kesimpulan
a. Psidii Guajavae Folium (Daun Jambu Biji)

Fragmen yang membantu praktikan dalam menentukan bahwa


sampel yang diuji adalah Psidii Guajavae folium adalah adanya
rambut penutup seperti cacing, epidermis bawah dengan stomata,
epidermis dengan mesofil bagian bawah, mesofil bagian bawah, dan
epidermis bawah.

b. Coriandri Sativi Fructus ( Buah Ketumbar )


Fragmen pertama yang membantu praktikan dalam menentukan
bahwa sampel yang diuji adalah Coriandri Sativi Fructus atau buah
ketumbar adalah adanya fragmen khasnya yaitu serabut sklerenkim
mesokarp. Dan akhirnya dapat ditemukan lagi fragmen endokarp
berikut parenkim mesokarp terlihat tangensial.
c. Kaempferiae Galangae Rizom ( Rimpang Kencur )
Fragmen-fragmen yang dapat membantu praktikan dalam
menentukan bahwa sampel yang diuji adalah Kaempferiae galangae
rhizoma yaitu adanya fragmen-fragmen khas dari simplisia ini
seperti butir pati yang hampir membulat, parenkim dengan sel
minyak, dan pembuluh kayu penebalan spiral.
d. Rhei Offcinalis Radix (Akar Kelembak )
Fragmen-fragmen yang dapat membantu praktikan dalam
menentukan bahwa sampel yang diuji adalah Rhei Officinalis Radix
yaitu adanya fragmen-fragmen khas dari simplisia ini seperti butir
pati , Kristal kalsium oksalat yang berbentuk bunga (khas), dan
parenkim.

IV. KESIMPULAN
Sampel C-1 adalah Psidii Guajavae Folium (Daun jambu biji)
Sampel C-2 adalah Coriandri Sativi Fructus (Buah Ketumbar)
Sampel C-3 adalah Kaempferiae Galangae Rhizoma (Rimpang kencur)
Sampel C-4 adalah Rhei Officinalis Radix (Akar kelembak)
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1978, Materia Media Indonesia Jilid I-IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Laksana, Toga, dkk, 2010,Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia
,UGM, Yogyakarta.
http://himakova.lk.ipb.ac.id/apa-itu-simplisia/, diakses pada hari senin,25
desember.

Dirjen POM.1985.Cara Pembuatan Simplisia.Jakarta: Depkes RI Panitia


Farmakope.1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III .Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gunawan, D. M.2004.Ilmu Obat Alam.Jakarta: Swadaya
Depkes RI.1989.Materia Medika Indonesia Jilid V.Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI.1995.Materia Medika Indonesia Jilid VI.Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan. 2004. Farmakognosi. Jakarta: Pusdiknakes.

Ramadhani, melati dan Imam. 2017. Petunjuk Praktikum Farmakognosi.

Cilacap: Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Wahyuningtyas, Astrid. 2008. Uji Efek Antikataleptik Ekstrak Buah

Ketumbar (coriandri Fructus). Surabaya: Universitas Katolik Widya


Mandala.

Anda mungkin juga menyukai