Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI II

PERCOBAAN II

PENENTUAN SPEKTRUM KERJA DAN PEMILIHAN ANTIBIOTIKA

Disusun Oleh:

Ega Destiyani (10060317026)


Nia Epawati (10060317027)
Siska Ayuningtyas Purnama (10060317028)
Lina Agustini (10060317029)
Alviana Novita (10060317031)
Shift/Kel : A/5
Tanggal Praktikum : Rabu / 19 Februari 2020
Tanggal Laporan : Rabu / Februari 2020

Nama Asisten :

LABORATORIUM TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2020 M/1441 H
PERCOBAAN II

PENENTUAN SPEKTRUM KERJA DAN

PEMILIHAN ANTIBIOTIKA

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat terampil dan memahami cara menguji spektrum kerja
antibiotika.
2. Mampu membedakan antibiotika spektrum luas dan spektrum
sempit.
3. Memahami penggunaan antibiotika spektrum luas dan antibiotika
spektrum sempit.
4. Mampu menerapkan metode pemilihan antibiotika untuk penyakit
infeksi oleh mikroba patogen.
II. Teori Dasar
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri
(Tjay & Rahardja, 2007).
Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain
(Harmita dan Radji, 2008).
Mekanisme kerja antibiotika dibagi menjadi 4 mekanisme, antara
lain:
1. Mekanisme kerja antibiotik melalui penghambatan sintesis dinding
sel
2. Mekanisme kerja antibiotik melalui hambatan fungsi membran sel.
3. Mekanisme kerja antibiotik melalui penghambatan sintesis protein.
4. Mekanisme kerja antibiotik melalui penghambatan asam nukleat.
(Sri, 2009).

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai


berikut (Kee, 1996) :

a. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti


tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme, baik
gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas
seringkali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang
menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan
sensitifitas bakteri.
b. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini
terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme.
Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena
antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat
lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada
antibiotik berspektrum luas.

Ampisilin adalah asam organik yang terdiri dari satu inti siklik
dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cicin tiazolidin dan
cincin betalaktam, sedangkan rantai sampingnya merupakan gugus
amino bebas yang mengikat satu atom H (Ganiswara, 1995). Ampisilin
memiliki spektrum kerja yang luas terhadap bakteri gram negatif,
misalnya E. Coli, H.Influenzae, Salmonella dan beberapa genus proteus.
Namun ampisilin tidak aktif terhadap pseudomonas, klebsiella dan
Enterococci. Ampisilin banyak digunakan untuk mengatasi berbagai
infeksi saluran pernafasan, saluran cerna dan saluran kemih (Tan Hoan
Tjay dan Raharja, 2002). Mekanisme kerja dari antibiotik ampisilin
adalah dengan mengambat pembentukan ikatan silang pada biosintesis
peptidoglikan yang melibatkan penicillin binding protein (PBP). Pada E.
coli, PBP 1-3 merupakan enzim bifungsi yang mengkatalisis reaksi
transglikosilase dan transpeptidase serta pBP 3-6 mengkatalisis reaksi
keboksipeptidasi (D. S. Retnoningrum, 1998).

Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah


klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri
dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh
dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan
minosiklin juga termasuk antibiotik golongan tetrasiklin. Mekanisme
kerja dari golongan tetrasiklin, menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik
ke dalam ribosom bakteri gram negatif, pertama yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sisrem transport aktif. Setelah
masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi
masuknya t-RNA asam amino pada lokasi asam amino (Tan Hoan Tjay
dan Raharja, 2002).

Kloramfenikol diisolasi pertama kali dari Streptomyces


venezuelae. Karena daya anti mikrobanya yang kuat, maka
penggunaannya meluas hingga tahun 1950 dan diketahui obat ini dapat
menimbulkan anemia aplastic yang fatal. Karena toksisitasnya,
penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati infeksi yang
mengancam kehidupan dan tidak ada alternative lain (Ganiswara, 1995).
Kloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit 50S pada ribosom
bakteri dan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat ialah
enzim peptidyl transferase yang merupakan katalisator untuk
pembentukan ikatan-ikatan peptide pada proses sintesis protein kuman.
Karena kemiripan ribosom mitokondria mamalia dengan bakteri, sintesis
protein pada organela ini dihambat dengan kadar kloramfenikon tinggi
yang dapat menimbulkan toksisitas sumsum tulang. Efek toksiknya pada
sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga
berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini (Tan Hoan Tjay dan
Raharja, 2002).

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Autoclave 1. Mikroba uji :
2. Cawan petri Staphylococcus aureus
3. Inkubator dan Escherichia Coli
4. Labu erlenmeyer 2. Medium : Nutrien
5. Pipet eppendorf Broth, Nutrien Agar
6. Pipet volume dan NaCl 0,9%
7. Pipet mikro 3. Antibiotik : Ampisilin
8. Pinset Na, Tetrasiklin HCl
9. Tabung reaksi dan Kloramfenikol.
10. Spektrofotometer
11. Vortex

IV. Prosedur Kerja


IV.1. Persiapan Praktikum
IV.1.1. Sterilisasi alat dan bahan pertumbuhan bakteri
Sterilisasi alat dan media pertumbuhan bakteri
dilakukan dengan cara panas lembab menggunakan autoklaf
pada suhu 1210C selama 15 menit. Dan untuk alat-alat
tertentu seperti jarum ose dapat disterilisasi dengan cara
fiksasi pada nyala api bunsen.
IV.1.2. Penyiapan media pertumbuhan bakteri
Nutrien agar (NA) dibuat dengan melarutkan 23 gram
serbuk NA dalam air suling steril sebanyak 1000 mL.
nutrienth broth (NB) dibuat dengan melarutkan 8 gram
serbuk NB dalam air suling steril sebanyak 1000 mL.
Kemudian masing-masing dipanaskan hingga larut dalam
labu erlenmeyer, disumbat dengan kapas berlemak dan
ditutup dengan alumunium foil lalu disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
IV.1.3. Persiapan bakteri uji
Tiap bakteri uji yaitu E. coli dan S. aureus dibiakan
pada media pertumbuhan nutrien agar (NA) miring dan
diinkubasikan pada suhu 370C selama 24 jam.
IV.1.4. Penyiapan perhitungan konsentrasi antibiotika
Antibiotika yang digunakan yaitu ampisilin, tetraksilikn
dan kloramfenikol. Dibuat perhitungan pengenceran
antibiotika yang digunakan pada percobaan. Konsentrasi
antibiotika dibuat dengan konsentrasi berbeda : konsentrasi

μg
1, 50, 100, 200, dan 1000 .
mL
IV.2. Hari Praktikum
IV.2.1. Pensuspensian bakteri uji
Pensuspensian bakteri uji dilakukan dengan
mengumpulkan biakan yang terdapat pada permukaan media
agar miring ke dalam 50 mL larutan NaCl fisiologis atau
aquades atau medium cair (NB) steril. Kemudian diatur
transmitan inokulum bakteri dengan alat spektrofotometer
pada λ 530 nm, sebesar 25% dengan penambahan medium
cair.
IV.2.2. Pembuatan larutan antibiotika
Disiapkan antibiotika ampisilin, tetrasiklin dan
kloramfenikol dengan konsentrasi 500,250,100,50,25,10 dan

μg
1 (untuk pengujian metoda difusi agar). Dan konsentrasi
mL

μg
0,9; 1,8; 3,6 dan (untuk pengujian metoda pengenceran
mL
agar).
IV.2.3. Pengujian Aktivitas Antibakteri (penentuan spektrum
kerja dan pemilihan antibiotika)
Natrium Agar dicairkan diatas hotplate kemudian
dipipet sebanyak 30 mL dan dituangkan kedalam cawan
petri steril yang sudah berisi bakteri sebanyak 1 mL. Setelah
itu diputar kedua campuran hingga homogen dan dibiarkan
beberapa menit hingga padat, kemudian setelah padat media
dilubangi dengan preforator, lalu diisi dengan antibiotika
berbagai konsentrasi. Setelah itu dibiarkan 1 jam
(prainkubasi), kemudian cawan petri dimasukkan kedalam
inkubator pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Setelah itu
diamati dan diukur diameter hambat yang terbentuk.
V. Data Pengamatan
V.1. Pengenceran
0,01 μg
1. Konsentrasi
10 μL
1 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
0,01 μg
X =
cakram
0,1 μg
2. Konsentrasi
10 μL
10 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
0,1 μg
X =
cakram
0,5 μg
3. Konsentrasi
10 μL
50 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
0,5 μg
X =
cakram
1 μg
4. Konsentrasi
10 μL
100 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
1 μg
X =
cakram
2 μg
5. Konsentrasi
10 μL
200 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
2 μg
X =
cakram
10 μg
6. Konsentrasi
10 μL
1000 μgram x gram
=
1000 mL 10 μL
10 μg
X =
cakram

V.2. Aktivitas Antibiotik terhadap S. aureus

Diameter Hambatan (mm)


Antibiotik 0,01 μg/ 0,1 μg/ 0,5 μg/ 1 μg/ 2 μg/ 10 μg/
kontrol
10 μL 10 μL 10 μL 10 μL 10 μL 10 μL
Ampisilin 0 0 0 0 21,63 0 0
Tetrasiklin 0 15,4 20,23 27,1 32,4 33,56 0

Kloramfenikol 0 0 0 0 0 23 0

V.3. Aktivitas Antibiotik terhadap E. coli

Diameter Hambatan (mm)


Antibiotik 0,01 μg/ 0,1 μg/ 0,5 μg/ 1 μg/ 2 μg/ 10 μg/
kontrol
10 μL 10 μL 10 μL 10 μL 10 μL 10 μL
Ampisilin 0 0 0 0 9,36 24,26 0

Tetrasiklin 0 17,5 16,1 20,1 23,4 29,9 0

Kloramfenikol 0 0 0 0 0 0 0

VI. Pembahasan
Antibiotik merupakan suatu substansi yang dapat menghambat atau
membunuh bakteri yang dihasilkan dari mikroorganisme yang
dilemahkan. Dilakukannya penentuan spektrum kerja dan pemilihan
antibiotika untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu
antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan. Spektrum kerja pada antibiotik terdapat dua
spektrum yaitu spektrum kerja luas dan spektrum kerja sempit.
Antibiotik yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu Kloramfenikol,
Ampisilin Na, Tetrasiklin HCl. Ketiga antibiotik yang digunakan pada
percobaan kali ini termasuk kedalam spektrum luas. Bisa dikatakan
spektrum luas yang artinya antibiotik dapat menghambat seluruh
mikroba baik itu bakteri gram positif dan gram negatif, sedangkan bila
spektrum sempit hanya dapat menghambat satu jenis bakteri. Adapun
prinsip dari percobaan ini yaitu penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih
disekitar daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan sesitivitas bakteri terhadap
zat antibakteri. Maka bila lebar diameter zona hambatan yang dibentuk
lebih besar menandakan bakteri memiliki sensitivitas yang tinggi.
Pemilihan antibiotik yang baik dilihat berdasarkan nilai KHM yang
paling kecil, karena bila semakin kecil nilai KHM maka efek toksik
yang akan dihasilkan akan semakin kecil. Jika suatu antibiotik pada
KHM terkecil sudah dapat memberikan efek hambatan maka antibiotik
tersebut yang dipilih. Adapun parameter pemilihan antibiotik
diantaranya indikasi, kepekaan dan harga.
Bakteri yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu E.Coli dan
S.aureus bakteri ini merupakan bakteri gram negatif dan gram positif
dan media yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu Nutrient Agar
(NA), digunakannya media Nutrient Agar karena termasuk media yang
universal sehingga mikroba jenis apapun dapat tumbuh terutama bakteri
gram positif dan negatif yang digunakan pada percobaan kali ini.
Pada percobaan kali ini pertama tama dilakukan sterilisasi alat dan
bahan dihari sebelum praktikum, hal ini bertujuan untuk membuat alat
dan bahan terbebas dari mikroorganisme. Pada hari praktikum pertama-
tama dilakukan pencairan media hingga mencapai suhu ±45-53℃ hal ini
betujuan untuk memudahkan media bila akan dituangkan kedalam
cawan petri dan menjaga agar bakteri tidak mati karena suhu media yang
terlalu panas, setelah itu media dituangkan kedalam cawan petri steril
yang telah berisi suspensi bakteri dan campuran diputar hingga
homogen, hal ini bertujuan untuk menghomogenkan media dengan
suspensi bakteri sehingga suspensi bakteri merata pada media agar tidak
hanya tumbuh ditempat tertentu saja kemudian didiamkan hingga
memadat. Setelah padat dibuat sumur pada media, sumur yang dibuat ini
yang nantinya akan dimasukkan antibiotik dengan konsentrasi yang
berbeda pada tiap sumur. Pada tahap ini juga harus dipastikan jika
antibiotik yang dimasukan harus tepat pada sumur karena jika tidak, bisa
saja zona hambat yang terbentuk tidak teratur sehingga akan sulit pada
saat pengukuran zona hambat. Setelah itu dilakukan pra inkubasi selama
1 jam dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Diinkubasi
pada suhu 37oC karena menyamakan dengan suhu tubuh manusia yaitu
37oC.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada antibiotik
ampisilin menghasilkan diameter hambat terhadap bakteri S. aureus
yang menghasilkan diameter hambat terdapat pada konsentrasi 2 µg/ 10
µL. Yang mana pada konsentrasi ini ampisilin dapat memberikan efek
membunuh bakteri, karena ampisilin termasuk ke dalam golongan
bakterisid yang dapat membunuh bakteri. Namun pada konsentrasi 10
µg/ 10 µL tidak terdapat efek membunuh bakteri tersebut. Hal ini
bertentangan yang seharusnya pada konsentrasi 2 µg/ 10 µL dapat
mempunyai efek membunuh bakteri, sedangkan pada konsentrasi 10 µg/
10 µL tidak mempunyai efek. Yang mana seharusnya pada konsentrasi
10 µg/ 10 µL mempunyai efek. Dan efek yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan 2 µg/ 10 µL. Hal ini dapat disebabkan karena
kesalahan pada pemberian antibiotik sehingga antibiotik tersebut tidak
tepat masuk ke dalam sumur yang telah dibuat. Atau juga jumlah
antibiotik yang masuk tidak sesuai dengan yang diperhitungkan. Pada
pengamatan aktivitas antibiotik ampisilin terhadap bakteri E.coli yang
menghasilkan diameter hambat terdapat pada konsentrasi 2 µg/ 10 µL
dan 10 µg/ 10 µL. Dimana pada konsentrasi ini ampisilin dapat
memberikan efek membunuh bakteri, karena ampisilin termasuk ke
dalam golongan bakterisid yang dapat membunuh bakteri. Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat membuktikan bahwa ampisilin
termasuk ke dalam antibiotik yang mempunyai spektrum kerja luas. Hal
ini ditandai dengan pada percobaan pemberian aktivitas antibiotik
memberikan hasil bahwa ampisilin mempunyai aktivitas membunuh
pada bakteri gram positif yang diwakili oleh S.Aureus dan mempunyai
aktivitas pada bekteri gram negatif yang diwakilik oleh E.Coli dengan
terbentuknya zona hambat pada media. Hasil tersebut sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa ampisilin merupakan antibiotik yang
termasuk golongan penisilin yang merupakan antibiotik spectrum luas.
Penisilin merupakan salah satu bakterisid yang mekanisme kerjanya
menghambat pembentukan dinding dan permeabilitas membran sel.
(Mutschler, 1991). Ampisilin tersebut mempunyai keaktifan melawan
bakteri Gram positif misalnya dalam percobaaan ini yaitu pada
staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif dalam percobaan ini
yaitu Escherichia coli.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap
antibiotik tetrasiklin. Antibiotik tetrasiklin menghasilkan diameter
hambat terhadap bakteri S. aureus yang menghasilkan diameter hambat
terdapat pada konsentrasi mulai dari 0,1 µg/ 10 µL. Yang mana pada
konsentrasi ini tetrasiklin dapat memberikan efek menghambat
pertumbuhan bakteri, karena tetrasiklin termasuk ke dalam golongan
bakteriostatik yang dapat menghambat sintesis protein bakteri yang
menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat. Kemudian pada
pengamatan aktivitas antibiotik tetrasiklun terhadap bakteri E.coli yang
menghasilkan diameter hambat terdapat pada konsentrasi mulai dari 0,1
µg/ 10 µL .Yang mana pada konsentrasi ini tetrasiklin dapat
memberikan efek menghambat pertumbuhan bakteri, karena tetrasiklin
termasuk ke dalam golongan bakteriostatik yang dapat menghambat
sintesis protein bakteri yang menyebabkan pertumbuhan bakteri
terhambat. Hal ini dapat membuktikan bahwa tetrasiklin termasuk ke
dalam antibiotik yang mempunyai spektrum kerja luas. Hal ini ditandai
dengan pada percobaan pemberian aktivitas antibiotik memberikan hasil
bahwa tetrasiklin mempunyai aktivitas membunuh pada bakteri gram
positif yang diwakili oleh S.Aureus dan mempunyai aktivitas pada
bekteri gram negatif yang diwakili oleh E.Coli dengan terbentuknya
zona hambat. hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
tetrasiklin merupakan antibiotik yang mempunyai spectrum luas
sehingga efektif dalam melawan bakteri gram positif dan bakteri gram
negative, yang dalam artian mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli maupun staphylococcus aureus. Tetrasiklin tersebut
merupakan antibiotik yang mempunyai sifat bakteriostatik dengan cara
menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja dari tetrasiklin
yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub unit 70s dan
ribosom sub unit 80s.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap
antibiotik kloramfenikol menghasilkan diameter hambat pada terhadap
bakteri S. Aureus yang menghasilkan diameter hambat terdapat pada
konsentrasi 10 µg/ 10 µL. Yang mana pada konsentrasi ini
kloramfenikol dapat memberikan efek menghambat pertumbuhan
bakteri, karena tetrasiklin termasuk ke dalam golongan bakteriostatik
yang dapat menghambat sintetsis protein bakteri serta menyebabkan
pertumbuhan bakteri terhambat. Pada pengamatan aktivitas antibiotik
kloramfenikol terhadap bakteri E.Coli tidak mempunyai aktivitas untuk
dapat menghambat bakteri. Pada hasil pengamatan yang sudah
dilakukan, hasilnya tidak sesuai dengan literatur yang seharusnya
kloramfenikol termasuk ke dalam spektrum kerja luas yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa kesalahan yang dikerjakan di
dalam laboratorium. Pada saat pembuatan kloramfenikol salah pada
penimbangan atau pada saat pengenceran tidak sesuai dan juga pada saat
penambahan antibiotik tidak tepat pada sumur, sehingga antibiotik yang
diberikan berceceran sehingga hal itu juga dapat menyebabkan
kegagalan pada penghambatan aktivitas pada bakteri.
Pada penentuan KHM pada antibiotik pada bakteri gram positif
yang diwakili dengan menggunakan bakteri S.aureus diantaranya
ampisilin, tetrasiklin dan kloramfenikol yang merupakan antibiotik
terbaik pada percobaan ini adalah tetrasiklin yang mana pada
konsentrasi 0,1 µg/ 10 µL dimana pada konsentrasi 0,1 saja tetrasiklin
dapat memberikan aktivitas terhadap bakteri. Dimana pada konsentrasi
kecil dapat memberikan efek yang pada konsentrasi tersebut efek toksik
yang dihasilkan juga lebih kecil. Pada penentuan KHM pada antibiotik
pada bakteri gram negatif yang diwakili dengan menggunakan bakteri
E.coli diantara ampisilin, tetrasiklin dan kloramfenikol yang merupakan
antibiotik terbaik pada percobaan ini adalah tetrasiklin yang mana pada
konsentrasi 0,1 µg/ 10 µL dimana pada konsentrasi 0,1 saja tetrasiklin
dapat memberikan aktivitas terhadap bakteri. Dimana pada konsentrasi
kecil dapat memberikan efek yang pada konsentrasi tersebut efek toksik
yang dihasilkan juga lebih kecil.

VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan penentuan spektrum kerja terhadap 3 antibiotik
dapat ditentukan pemilihan antibiotika. Diantaranya:
1. Tetrasiklin menjadi antibiotik pilihan pertama, yang merupakan
antibiotik berspektrum luas karena menghasilkan diamater hambat
terhadap bakteri S.aureus (gram positif) dan E.coli (gram negatif)
dan memiliki nilai KHM kecil (0,1 µg).
2. Ampisilin menjadi antibiotik pilihan kedua, yang merupakan
antibiotik berspektrum luas karena menghasilkan diamater hambat
terhadap bakteri S.aureus (gram positif) dan E.coli (gram negatif)
dan memiliki nilai KHM (2 μg).
3. Kloramfenikol menjadi antibiotik pilihan ketiga/terakhir, karena
antibiotik ini hanya dapat bekerja pada satu jenis bakteri saja yaitu
S. Aureus dengan nilai KHM (10 μg).

Daftar Pustaka
Debbie S. Retnoningrum. 1998. Mekanisme dan Deteksi Molekul
Resistensi Antibiotik pada Bakteri. Bandung: Farmasi ITB.
Ganiswara S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi, ed 4. Jakarta: UI
Fakultas Kedokteran.
Harmita dan Radji, M. 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Jakarta:
EGC.
Mutschler, E..(1991). Dinamika Obat, Edisi V. Penerbit ITB, Bandung.
Sri A. D.G, L.Z. Udin, Ika G.K. dan Viena S. 2009. Studi Biosintesis
Antibiotika dan Aktivitas Antibiotika dari Jamur Penicillinum
Chrysogenum Pada Berbagai Kondisi Proses Fermentasi.
Bandung: LIPI.
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai