Anda di halaman 1dari 7

EFIKASI GRANUL BIOLARVASIDA NYAMUK Aedes aegipty

DARI EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.)

Agus Rochmat, Mita Napitasari, Afdwiyarni Metta Karina


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten
agus_rochmat@untirta.ac.id

ABSTRAK

Beluntas (Pluchea indica Less.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional asli Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas dari ekstrak daun beluntas terhadap
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak daun beluntas diperoleh dengan menggunakan
metode ekstraksi pada pelarut etanol. Setelah didapatkan ekstrak kental, maka ekstrak tersebut
difraksinasi dengan pelarut yakni n-heksana dan etil asetat. Kemampuan biolarvasida ekstrak
daun beluntas ditentukan melalui nilai LC50 dan diperkuat dengan identifikasi kandungan
senyawa aktif. Uji biolarvasida ini dilakukan terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dengan
variasi konsentrasi ekstrak 50, 100, 250, 500 dan 1000 ppm selama 24 jam pengamatan.
Identifikasi kandungan senyawa dilakukan dengan pengujian sampel dengan analisa GC-MS.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa: rendemen ekstrak etil asetat sebesar 1,86 %.
Nilai LC50 ekstrak etil asetat ini adalah 105,79 ppm. Nilai LC50 yang diperoleh termasuk
golongan biolarvasida aktif dan kontrol positif menggunakan abate memiliki nilai LC100 pada
konsentrasi 100 ppm. Sementara itu, nilai LC50 pada granul dengan kandungan ektrak daun
beluntas yang terbaik diperoleh nilai 96,34 ppm dan nilai LC90 adalah 905.1 ppm.
Kemampuan biolarvasida aktif ekstrak beluntas ini dikuatkan dengan hasil analisa GC-MS yang
menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif biolarvasida yang terkandung dalam ekstrak etil
asetat yaitu quinic acid.

Kata Kunci : ekstrak etil asetat beluntas, biolarvasida, LC50, Quinic Acid

Pendahuluan sangat sulit karena mereka memiliki


Kasus demam berdarah dengue (DBD) kemampuan adaptasi lingkungan yang
di Kota Cilegon merupakan yang tertinggi di membuat mereka sangat tangguh, bahkan
Banten bila jumlah kasus dirata-ratakan setelah gangguan akibat fenomena alam
dengan jumlah penduduk yang ada. Di (kekeringan, misalnya) atau intervensi
Provinsi Banten angka kesakitan DBD manusia (misalnya tindakan pengendalian).
berada di kisaran 55 orang per 100 ribu Salah satu adaptasi tersebut
jumlah penduduk, sementara di Kota Cilegon adalah kemampuan telur untuk bertahan di
angka kesakitan DBD masih di atas 100 kondisi ekstrim.
orang per 100 ribu jumlah penduduk. Data Penggunaan insektisida sintetik
Dinkes Cilegon sampai Juni tahun ini sudah memang efektif untuk membunuh larva
ada 233 kasus DBD atau mencapai 61 angka nyamuk. Namun, penggunaan insektisida
kesakitan dari 100 ribu jumlah penduduk. sintetik secara kontinyu dapat menyebabkan
(Radar Banten, 2013) dampak negatif seperti polusi lingkungan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (kontaminasi tanah, air, dan udara),
(DBD) disebabkan oleh virus dengue yang serangga hama menjadi resisten, resurgen
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. maupun toleran terhadap pestisida, serta
Selain membawa virus dengue, Aedes aegypti dampak negatif lainnya (Kardinan, 2011).
juga merupakan pembawa virus demam Adanya dampak negatif dari penggunaan
kuning (yellow fever) dan chikungunya. insektisida kimia memunculkan penelitian
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti baru dalam pengendalian siklus hidup
nyamuk yang lebih aman, sederhana, dan dimasukkan kedalam soxhlet dan diekstraksi
berwawasan lingkungan yaitu salah satunya dengan pelarut etanol. Filtrat yang diperoleh
adalah insektisida nabati. didistilasi menggunakan rotary evaporator
Insektisida nabati merupakan salah satu hingga diperoleh ekstrak kental.
sarana pengendalian hama alternatif yang Pengujian Biolarvasida
layak dikembangkan, karena senyawa Pengujian biolarvasida mengacu pada
insektisida dari tumbuhan mudah terurai di Bhawan, 2012 dengan beberapa modifikasi
lingkungan, tidak meninggalkan residu di teknis.Larutan uji dimasukkan ke dalam
udara, air dan tanah serta mempunyai tabung reaksi dengan replikasi sebanyak 3
tingkat keamanan yang lebih tinggi bila kali untuk setiap konsentrasi. Pada masing-
dibandingkan dengan racun-racun masing tabung reaksi tersebut dimasukkan
anorganik. 10 larva. Lakukan inkubasi dilakukan selama
Indonesia merupakan salah satu negara 1x 24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan
berkembang yang mempunyai banyak terhadap larva yang mati dan dihitung harga
sumber daya alam diantaranya sumber daya LC50.
alam hayati. Beluntas (Pluchea indica Less) Perhitungan Nilai Toksisitas
merupakan tanaman herba famili Asteraceae Nilai toksisitas (LC50) diolah dari data pada
yang telah dimanfaatkan sebagai pangan dan pengujian anti larva nyamuk yang dilakukan
sediaan obat bahan alam. Beluntas telah dengan analisis probit menggunakan
lama dikenal mempunyai banyak kegunaan software microsoft excel, sedangkan
baik sebagai tanaman pagar maupun perhitungan LC50 menggunakan persamaan
tanaman obat dengan menggunakan seluruh garis y = ax + b dengan nilai mortalitas
bagian tanamannya dalam bentuk kering sebagai garis y dan nilai logaritma
maupun segar. konsentrasi sebagai garis x. LC50 dihitung
Sifat antimikroba daun beluntas telah dengan mortalitas sebesar 50 % yakni pada
dilaporkan oleh Ardiansyah dkk. (2003). y = 0,5.
Senyawa aktif yang diduga berperan sebagai Pembuatan Granul Biolarvasida
senyawa antimikroba pada ekstrak daun Pembuatang granul mengacu pada Reiza,
beluntas adalah fenol hidrokuinon, tanin, 2010 dengen beberapa modifikasi metode.
dan alkanoid. Ekstrak daun beluntas yang diperoleh
Berdasarkan informasi diatas, perlu kemudian dilakukan penambahan bahan
kiranya dilakukan penelitian terhadap inert sebagai penstabil yang terdiri dari
aktivitas biolarvasida tanaman beluntas 10% bahan aktif (ekstrak daun beluntas),
pada larva nyamuk Aedes aegypti. dan komposisi inert (45% laktosa, 3%
amilum, 1% magnesium stearate dan 1%
Metode Penelitian polivinilpiropidol). Kemudian dilakukan
pembentukan granul dengan metode
Alat granulasi basah menggunakan pelarut
Alat yang digunakan adalah rotary etanol dan ayakan 20 mesh. Granul yang
evaporator, ekstraktor Soxhletasi, oven telah diperoleh kemudian dioven pada
vacuum, Sonikator.
temperatur 40oC selama 2 jam.
Bahan
Uji Karakteristik Granul
Bahan yang digunakan adalah aquadest,
Karakteristik granul dilakukan beberapa
daun Beluntas (Balitro Bogor), larva Aedes
pengujian seperti: Uji Kestabilitas, Uji
aegypti (Fakultas Kedokteran Hewan IPB),
Kelarutan dalam air, Uji Organoleptik, dan
pelarut etil asetat, aqua bidestilata,
Uji Efikasi terhadap Larva .
aluminium foil, dan tissue.
Pembuatan Ekstrak Daun Beluntas
Hasil dan Pembahasan
Pembuatan ekstrak kental ini mengacu pada
Ekstrak Daun Beluntas
BPOM, 2004 dengan beberapa modifikasi.
Proses ekstraksi yang dilakukan pada
Daun beluntas mula-mula dibersihkan,
penelitian ini adalah dengan metode
dicuci dengan air, dan dikeringkan.
ekstraksi maserasi menggunakan pelarut
Kemudian dihaluskan dengan blender dan
etil asetat teknis dengan perbandingan
diayak 20 mesh. Serbuk daun beluntas

2
simplisia dengan pelarut adalah 1:5. panjang 2,5 – 3,9 mm. Dari larva instar II
Proses maserasi dilakukan dengan akan tumbuh menjadi larva instar III
bantuan ultrasonikator selama 15 menit. selama 1-2 hari. Larva instar III berukuran
Proses pengadukan dilakukan dengan panjang 4 mm. Pada larva instar III inilah
tujuan mengoptimalkan proses difusi yang akan digunakan untuk pengujian
pelarut ke dalam simplisia dan dilakukan efikasi granul biolarvasida.
dalam waktu yang relatif singkat. Granulasi Biolarvasida
Pada proses pembuatan granul biolarvasida
dibutuhkan penambahan bahan tambahan
lain. Pemilihan bahan tambahan yang akan
digunakan harus memperhatikan sifat-sifat
bahan tambahan tersebut, yaitu harus
inert, tidak berbau, tidak berasa dan jika
mungkin tidak berwarna (Voight, 1994).
Bahan tambahan terdiri dari bahan pengisi
Gambar 1. Hasil Ekstraksi
(a) Hasil Maserasi Ultrasonikator
dan bahan pengikat yakni: laktosa bertugas
(b) Hasil Pemekatan dengan Rotary sebagai pengisi. Sedangkan pati (amilum),
Evaporator magnesium stearate dan polivinilpiropidol
(c) Ekstrak Kental (PVP) memiliki fungsi sebagai pengikat.
Tabel 1. Komposisi Bahan Granul (Voight,
Rendemen yang diperoleh pada proses 1994)
maserasi adalah 1,86%. Untuk Bahan Kuantitas
mendapatkan ekstrak kental daun beluntas,
Laktosa 45
dilakukan pemanasan di vacuum oven pada Amilum 3
%
o %
suhu 50 C selama 18 jam. Ekstrak kental Magnesium 1
siap dilakukan uji biolarvasida stearat
PVP %
1
Pertumbuhan Larva Aedes aegypti %
Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan Metode pembuatan granul biolarvasida
dalam kondisi kering hingga 6 bulan, akan adalah granulasi basah dengan
tetapi akan menetas dalam 2 jam apabila penambahan etanol sebagai pelarut untuk
berkontak dalam air. Pertumbuhan larva memperoleh campuran bahan inert dan
nyamuk Aedes aegypti akan berlangsung ekstrak agar dapat saling mengikat dan
baik pada temperatur ruang (25-30OC). membentuk gumpalan dan di cetak dengan
Kenampakan pertumbuhan larva menggunakan saringan berukuran 20 mesh.
menggunakan mikroskop cahaya Kemudian dilakukan pengovenan dengan
ditunjukkan pada gambar 2 tujuan menguapkan kandungan air dan
pelarut organiknya. Suhu pengeringan
adalah 40oC pada waktu 2 jam.

Gambar 2. Pertumbuhan Larva


Nyamuk Aedes aegypti
(a) Telur Nyamuk
(b) Larva Instar I (c) Larva Instar II
(d) Larva Instar III
Gambar 3. Kenampakan Granul
Telur nyamuk Aedes aegypti dapat dilihat Biolarvasida
menggunakan mata telanjang dengan
(a) Tanpa Ekstrak Daun Beluntas (b)
bentuk lonjong dan berwarna hitam.Larva
Dengan Ekstrak Daun Beluntas
instar I diperoleh setelah 2 jam telur berada
Pembuatan granul dilakukan dengan
dalam air dan menetas menjadi larva kecil.
menggunakan ekstrak daun beluntas
Larva instar I memiliki panjang tubuh 1
sebagai komponen utama biolarvasida dan
mm. Larva I tumbuh menjadi larva instar II
pembutan granul tanpa ekstrak daun
dalam 1 hari. Larva intar II memiliki

3
beluntas sebagai kontrol negatif yang terhadap waktu paruh dan kadaluarsa
selanjutnya digunakan untuk efikasi obat sediaan padat. Panjang gelombang
biolarvasida. Uji Organoleptik dan maksimum yang digunakan adalah 287
Kelarutan Granul Biolarvasida nm.
Granul biolarvasida yang diperoleh
memiliki warna kuning dan sukar larut
dalam air. Jika dibandingkan dengan abate,
granul biolarvasida ekstrak daun beluntas
cenderung membentuk endapan di dasar
media penampungan air. Sedangkan
granul tanpa ekstrak berwarna putih,
secara fisika granul tanpa ekstrak lebih
mudah dibentuk, lebih kaku dan rapuh Gambar 4 Scanning Panjang Gelombang
serta lebih mudah larut dalam air. Granul 100 ppm

Tabel 3 Uji Kelarutan pada Variasi Bahan Tabel 3. Hasil Uji Stabilitas pada Variasi Suhu
Aktif
konsentrasi Granul Ekstrak Granul Granul
(ppm) daun beluntas Kontrol kontrol positif
(4 jam) Negatif (4 jam)
(ppm)
50 Larut, Sisa + 10 Larut, sisa +

100 Larut, Sisa ++ 50 tidak larut

250 tidak larut 100 tidak larut


Dari tabel 4 terlihat bahwa orde reaksi hasil
500 tidak larut 250 tidak larut
analisa stabilitas berada pada orde nol
1000 tidak larut 5000 tidak larut karena nilai regresi mendekati linear
(r 2=1). Pada konsentrasi 100 ppm
o
Granul biolarvasida ekstrak daun temperatur 30 C diperoleh waktu paruh
beluntas pada konsentrasi bahan aktif 50 granul biolarvasida adalah 46.981 menit.
ppm larut sekitar 70 % dalam air karena Waktu paruh menunjukkan waktu yang
kemungkinan formulasi granul yang dibutuhkan granul untuk melepaskan zat
dipakai tidak menggunakan emulsifier. aktif da mengalami peluruhan partikel
Hal ini terlihat masih ada sekitar 30% granul. Sedangkan waktu kadaluarsa yang
yang terendapkan. Meskipun, abate juga diperoleh adalah 36.25 hari atau 1.208
memiliki sifat tidak larut dalam air akan bulan. Hal ini terjadi karena bahan
tetapi proses pelepasan zat aktifnya lebih penyusun granul merupakan bahan pangan
baik dibandingkan dengan granul (laktosa dan pati) yang mudah
biolarvasida ekstrak daun beluntas. terdegradasidan tidak menimbulkan efek
Uji Stabilitas Granul Biolarvasida bahaya bagi manusia. Selain itu,
Uji stabilitas granul biolarvasida dilakukan kelembapan udara penyimpanan juga akan
untuk mengetahui waktu paruh serta mempengaruhi waktu kadaluarsa obat.
kadaluarsa obat sediaan padat. Uji Bahan aktif yang terkandung dalam granul
stabilitas dilakukan sesuai standar WHO. biolarvasida juga bersifat biodegradabel
Larutan blangko yang digunakan pada uji sehingga mudah terurai dalam temperatur
stabilitas adalah air. Sebelum dianalisa ruang.
menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Efikasi Biolarvasida
granul biolarvasida disimpan pada Efikasi biolarvasida dilakukan dengan
membandingkan granul biolarvasida
temperatur 30, 40 dan 50oC selama 150 ekstrak daun beluntas, granul tanpa ekstrak
menit denga pengambilan sampel secara (control negative) dan abate (control
berkala setiap 30 menit untuk positif). Uji biolarvasida dilakukan pada
mengetahui pengaruh temperatur temperatur ruang. Larva yang diuji

4
merupakan larva instar III dengan panjang
larva mencapai (4 mm). Larva yang sehat
dapat dilihat dari pergerakannya yang
cepat dan lincah dalam air.

A bundance

Gambar 1. Kondisi Larva Sebelum Kontak


T IC : S A M P L E .D

dengan Ekstrak Uji (Rochmat dkk, 2016)


3 .8 e + 0 7

3 .6 e + 0 7

Kondisi larva nyamuk Aedes aegypti


3 .4 e + 0 7

Grafik 1. Uji Efikasi Biolarvasida setelah 24 jam kontak dengan ekstrak etil
3 .2 e + 0 7

Hasil efikasi larvasida menggunakan asetat. Sebagian besar larva nyamuk


3e+07

abate menunjukkan kematian 100% Aedes aegypti tenggelam pada dasar


2 .8 e + 0 7

sejak penggunaan 50 ppm dalam air larutan. Kenampakan sample uji terlihat
2 .6 e + 0 7

yang berisi larva Aedes aegypti. ada yang terapung dalam kondisi hancur
2 .4 e + 0 7

Pelepasan zat aktif dalam abate dan sebagian yang utuh terendapkan
2 .2 e + 0 7

berlangsung cepat, kurang dari 1 jam dibagian dasar tabung reaksi. Meskipun
2e+07

kontak abate dalam air sudah mampu masih terlihat 2 larva yang masih bergerak
1 .8 e + 0 7

membunuh 100% larva Aedes aegypti. lemah dari 15 larva yang diuji coba.
1 .6 e + 0 7

Kandungan zat aktif dalam abate Hasil analisa GC-MS pada Ekstrak Etil
1 .4 e + 0 7

(temephos) bersifat sangat toksik Asetat 1 .2 e + 0 7

terhadap larva nyamuk. Akan tetapi 1e+07

abate merupakan senyawa yang bersifat


organofosfat sehingga berbahaya bagi
8000000

manusia apabila mengkonsumsi air


6000000

yang telah terkontamiasi abate dalam


4000000 1 0 .8 0

jangka panjang.
2000000
1 1 .3 0 1 4 .5 2 1 5 .8 0
1 2 .2 6 1 4 .4 0
8 .7 6 1 1 . 2 2 1 2 . 891 7123 3. 6. 87 4

Lain halnya dengan granul ekstrak daun 6 .0 0 8 .0 0 1 0 .0 0 1 2 .0 0 1 4 .0 0 1 6 .0 0 1 8 .0 0 2 0 .0 0 2 2 .0 0 2 4 .0 0 2 6 .0 0 2 8 .0 0 3 0 .0 0 3 2 .0 0

beluntas bersifat sukar larut sama T im e -->

seperti abate, akan tetapi proses Gambar 5. Grafik Hasil Analisa GC-MS
pelepasan zak aktifnya tidak sebaik Ekstrak Etil Asetat
abate. Hal ini ditunjukkan dengan LC50
pada granul dengan kandungan ektrak Berdasarkan hasil analisa, diperoleh
daun beluntas adalah 96.34 ppm. senyawa komponen pada ekstrak etil
Sedangkan LC90 Granul ekstrak daun asetat pada tabel berikut
beluntas adalah 905.1
ppm dengan persamaan regresi Tabel 1. Hasil Identifikasi Komponen Ekstrak
2 Etil Asetat dengan GC-MS
y=41.112x-31.56 dan nilai R =0.9804.
Formulasi granul ektrak daun beluntas RT Area Senyawa
tidak berbahaya bagi manusia maupun
11.31 7.90 1-Dodecanamine
ekosistem air, karena mengandung
bahan-bahan yang aman untuk 12.25 9.90 Quinic Acid
dikonsumsi.
Dari hasil analisa GC-MS etil asetat
diperoleh senyawa dominan yaitu 1-
dodecanamine, sebesar 7,90% dan Quinic
acid 9,90%. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Zhang dkk (2013) senyawa
quinic acid mempunyai kemampuan
sebagai antimikroba dan antifungi.

5
Kemampuan inhibisi quinic acid pada Menuju Sistem Pertanian Organik.
pertumbuhan bakteri salmonella sp Balai Penelitian Tanaman Obat dan
seperti S. Aureus,B. Thuringiensis, E. coli, S. Aromatik. Jurnal Pengembangan
enterica dan S. Dysenteria terjadi pada Inovasi Pertanian, 4 (4). Hal 262 –
konsentrasi 7,5 μM dan 14,7 μM. 278.
Sementara itu kemampuan inhibisi quinic Komansilan, A., Abadi, A. L., Yanuwiadi, B.,
acid pada pertumbuhan jamur M. Grisea Kaligis, D.A.. 2013. Isolation and
terjadi pada konsentrasi 542,3 μM. Maka Identification of Biolarvicide from
patut diduga bahwa senyawa quinic acid Soursop (Annona muricata Linn)
ini memiliki potensi sebagai biolarvasida Seeds to Mosquito (Aedes aegypti)
juga. Larvae. International Journal of
O Engineering & Technology IJET-
IJENS Vol: 12 No: 03. Pp 28 – 32.
HO
OH Lawrens , Florensia L.J. Wahongan, G.J.,
Bernadus, J.B.. 2013. Pengaruh Dosis
OH
Abate Terhadap Jumlah Populasi
HO Jentik Nyamuk Aedes spp di
Kecamatan Malalayang Kota Manado.
OH
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Gambar 2. Struktur Quinic Acid Nofyan, E., Marisa, H., Kamal, M.. 2013.
Eksplorasi Biolarvasida dari
1. Kesimpulan Tumbuhan untuk Pengendalian Larva
1. Rendemen ekstrak etil asetat 1,86 %. Nyamuk Aedes aegypti di Sumatera
2. Nilai LC50 dan LC90 ekstrak etil asetat Selatan. Prosiding Semirata FMIPA
sebesar 96,34 ppm dan 905.1 ppm. Universitas Lampung. Lampung
3. Kelarutan dalam air membutuhkan Noorhajat, H., Aminah, N. S., Paramita R.,
46,98 menit. Diyani. 2013. Potensi Ekstrak Kulit
4. Waktu kadaluarsa 36 hari Batang Trengguli (Cassia fistula)
5. Hasil analisa GC-MS, senyawa aktif sebagai Biolarvasida Nyamuk Aedes
biolarvasida yang terkandung dalam aegypti yang Ramah Lingkungan.
ekstrak etil asetat yaitu quinic acid yang Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
diduga kuat sebagai biolarvasida Semarang. ISSN 1411-4216. Makalah
nyamuk Aedes aegypt. A-02.
Prihastuti, D., Wulan, M., Sadhewo, B.,
DAFTAR PUSTAKA Fathurahman, N.. 2013. Pemanfaatan
Batang Tanaman Brotowali
Ardiansyah, Nuraida, L., Andarwulan, N.. (Tinospora crispa) sebagai Lotion
2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Anti Nyamuk. Prosiding Seminar
Daun Beluntas (Plucea indica L.) dan Nasional. Universitas Negeri
Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Yogyakarta
Konsentrasi Garam dan Tingkat pH. Reiza, Zenita. 2010. Perbandingan
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Penggunaan Metode Granulasi Basah
14 (2). Hal 8. dan Granulasi Kering Terhadap
Bhawan,V.R., Nagar, A.. 2012. Common Stabilitas Zat Aktif Table
Protocol for Uniform Evalution of Paracetamol. UMS Yogyakarta.
Insectisides / Bio-larvacides foruse in Rochmat, Agus. Zahrotul Bahiyah dan Mitha
Vector Control. New Delhi. Hal 95-97. Fuji Adiati. 2016. Pengembangan
http://www.radarbanten.com/read/berita/5 Biolarvasida Jentik Nyamuk Aedes
0/12209/Kasus-DBD-Cilegon- aegypti Berbahan Aktif Ekstrak
Tertinggi-di-Banten.html/1 Mei 2014. Beluntas (Pluchea indica Less.). Jurnal
Kardinan, A.. 2011. Penggunaan Pestisida Reaktor, Vol 16. No 3 September
Nabati Sebagai Kearifan Lokal dalam 2016. Hal 103 – 108.
Pengendalian Hama Tanaman Sulistiyaningsih, Rr., 2009. Potensi Daun
Beluntas (Pluchea indica Less.)

6
sebagai Inhibitor terhadap Mohamed Sathak College of Arts &
Pseudomonas aeruginosa Multi Science, Chennai. India
Resistant dan Methicillin Resistant Voight, 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Stapylococcus aureus. Universitas Farmasi. Edisi 5. UGM Press.
Padjajaran. Bandung Yogyakarta.
Syed Ali, M., Ravikumar S., Beula, J. Zhang, Mei., Wan-Xue Liu, Meng-Fei Zheng,
Margaret., V. Anuradha & N. Qiao-Lin Xu, Fang-Hao Wan, Jing
Yogananth. 2014. Insecticidal Wang, Ting Lei, Zhong-Yu Zhou and
compounds from Rhizophoraceae Jian-Wen Tan. 2013. Bioactive Quinic
mangrove plants for the management Acid Derivatives from Ageratina
of dengue vector Aedes aegypti. adenophora. Beijing. China

Anda mungkin juga menyukai