ABSTRAK
Beluntas (Pluchea indica Less.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional asli Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas dari ekstrak daun beluntas terhadap
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti. Ekstrak daun beluntas diperoleh dengan menggunakan
metode ekstraksi pada pelarut etanol. Setelah didapatkan ekstrak kental, maka ekstrak tersebut
difraksinasi dengan pelarut yakni n-heksana dan etil asetat. Kemampuan biolarvasida ekstrak
daun beluntas ditentukan melalui nilai LC50 dan diperkuat dengan identifikasi kandungan
senyawa aktif. Uji biolarvasida ini dilakukan terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dengan
variasi konsentrasi ekstrak 50, 100, 250, 500 dan 1000 ppm selama 24 jam pengamatan.
Identifikasi kandungan senyawa dilakukan dengan pengujian sampel dengan analisa GC-MS.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa: rendemen ekstrak etil asetat sebesar 1,86 %.
Nilai LC50 ekstrak etil asetat ini adalah 105,79 ppm. Nilai LC50 yang diperoleh termasuk
golongan biolarvasida aktif dan kontrol positif menggunakan abate memiliki nilai LC100 pada
konsentrasi 100 ppm. Sementara itu, nilai LC50 pada granul dengan kandungan ektrak daun
beluntas yang terbaik diperoleh nilai 96,34 ppm dan nilai LC90 adalah 905.1 ppm.
Kemampuan biolarvasida aktif ekstrak beluntas ini dikuatkan dengan hasil analisa GC-MS yang
menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif biolarvasida yang terkandung dalam ekstrak etil
asetat yaitu quinic acid.
Kata Kunci : ekstrak etil asetat beluntas, biolarvasida, LC50, Quinic Acid
2
simplisia dengan pelarut adalah 1:5. panjang 2,5 – 3,9 mm. Dari larva instar II
Proses maserasi dilakukan dengan akan tumbuh menjadi larva instar III
bantuan ultrasonikator selama 15 menit. selama 1-2 hari. Larva instar III berukuran
Proses pengadukan dilakukan dengan panjang 4 mm. Pada larva instar III inilah
tujuan mengoptimalkan proses difusi yang akan digunakan untuk pengujian
pelarut ke dalam simplisia dan dilakukan efikasi granul biolarvasida.
dalam waktu yang relatif singkat. Granulasi Biolarvasida
Pada proses pembuatan granul biolarvasida
dibutuhkan penambahan bahan tambahan
lain. Pemilihan bahan tambahan yang akan
digunakan harus memperhatikan sifat-sifat
bahan tambahan tersebut, yaitu harus
inert, tidak berbau, tidak berasa dan jika
mungkin tidak berwarna (Voight, 1994).
Bahan tambahan terdiri dari bahan pengisi
Gambar 1. Hasil Ekstraksi
(a) Hasil Maserasi Ultrasonikator
dan bahan pengikat yakni: laktosa bertugas
(b) Hasil Pemekatan dengan Rotary sebagai pengisi. Sedangkan pati (amilum),
Evaporator magnesium stearate dan polivinilpiropidol
(c) Ekstrak Kental (PVP) memiliki fungsi sebagai pengikat.
Tabel 1. Komposisi Bahan Granul (Voight,
Rendemen yang diperoleh pada proses 1994)
maserasi adalah 1,86%. Untuk Bahan Kuantitas
mendapatkan ekstrak kental daun beluntas,
Laktosa 45
dilakukan pemanasan di vacuum oven pada Amilum 3
%
o %
suhu 50 C selama 18 jam. Ekstrak kental Magnesium 1
siap dilakukan uji biolarvasida stearat
PVP %
1
Pertumbuhan Larva Aedes aegypti %
Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan Metode pembuatan granul biolarvasida
dalam kondisi kering hingga 6 bulan, akan adalah granulasi basah dengan
tetapi akan menetas dalam 2 jam apabila penambahan etanol sebagai pelarut untuk
berkontak dalam air. Pertumbuhan larva memperoleh campuran bahan inert dan
nyamuk Aedes aegypti akan berlangsung ekstrak agar dapat saling mengikat dan
baik pada temperatur ruang (25-30OC). membentuk gumpalan dan di cetak dengan
Kenampakan pertumbuhan larva menggunakan saringan berukuran 20 mesh.
menggunakan mikroskop cahaya Kemudian dilakukan pengovenan dengan
ditunjukkan pada gambar 2 tujuan menguapkan kandungan air dan
pelarut organiknya. Suhu pengeringan
adalah 40oC pada waktu 2 jam.
3
beluntas sebagai kontrol negatif yang terhadap waktu paruh dan kadaluarsa
selanjutnya digunakan untuk efikasi obat sediaan padat. Panjang gelombang
biolarvasida. Uji Organoleptik dan maksimum yang digunakan adalah 287
Kelarutan Granul Biolarvasida nm.
Granul biolarvasida yang diperoleh
memiliki warna kuning dan sukar larut
dalam air. Jika dibandingkan dengan abate,
granul biolarvasida ekstrak daun beluntas
cenderung membentuk endapan di dasar
media penampungan air. Sedangkan
granul tanpa ekstrak berwarna putih,
secara fisika granul tanpa ekstrak lebih
mudah dibentuk, lebih kaku dan rapuh Gambar 4 Scanning Panjang Gelombang
serta lebih mudah larut dalam air. Granul 100 ppm
Tabel 3 Uji Kelarutan pada Variasi Bahan Tabel 3. Hasil Uji Stabilitas pada Variasi Suhu
Aktif
konsentrasi Granul Ekstrak Granul Granul
(ppm) daun beluntas Kontrol kontrol positif
(4 jam) Negatif (4 jam)
(ppm)
50 Larut, Sisa + 10 Larut, sisa +
4
merupakan larva instar III dengan panjang
larva mencapai (4 mm). Larva yang sehat
dapat dilihat dari pergerakannya yang
cepat dan lincah dalam air.
A bundance
3 .6 e + 0 7
Grafik 1. Uji Efikasi Biolarvasida setelah 24 jam kontak dengan ekstrak etil
3 .2 e + 0 7
sejak penggunaan 50 ppm dalam air larutan. Kenampakan sample uji terlihat
2 .6 e + 0 7
yang berisi larva Aedes aegypti. ada yang terapung dalam kondisi hancur
2 .4 e + 0 7
Pelepasan zat aktif dalam abate dan sebagian yang utuh terendapkan
2 .2 e + 0 7
berlangsung cepat, kurang dari 1 jam dibagian dasar tabung reaksi. Meskipun
2e+07
kontak abate dalam air sudah mampu masih terlihat 2 larva yang masih bergerak
1 .8 e + 0 7
membunuh 100% larva Aedes aegypti. lemah dari 15 larva yang diuji coba.
1 .6 e + 0 7
Kandungan zat aktif dalam abate Hasil analisa GC-MS pada Ekstrak Etil
1 .4 e + 0 7
jangka panjang.
2000000
1 1 .3 0 1 4 .5 2 1 5 .8 0
1 2 .2 6 1 4 .4 0
8 .7 6 1 1 . 2 2 1 2 . 891 7123 3. 6. 87 4
seperti abate, akan tetapi proses Gambar 5. Grafik Hasil Analisa GC-MS
pelepasan zak aktifnya tidak sebaik Ekstrak Etil Asetat
abate. Hal ini ditunjukkan dengan LC50
pada granul dengan kandungan ektrak Berdasarkan hasil analisa, diperoleh
daun beluntas adalah 96.34 ppm. senyawa komponen pada ekstrak etil
Sedangkan LC90 Granul ekstrak daun asetat pada tabel berikut
beluntas adalah 905.1
ppm dengan persamaan regresi Tabel 1. Hasil Identifikasi Komponen Ekstrak
2 Etil Asetat dengan GC-MS
y=41.112x-31.56 dan nilai R =0.9804.
Formulasi granul ektrak daun beluntas RT Area Senyawa
tidak berbahaya bagi manusia maupun
11.31 7.90 1-Dodecanamine
ekosistem air, karena mengandung
bahan-bahan yang aman untuk 12.25 9.90 Quinic Acid
dikonsumsi.
Dari hasil analisa GC-MS etil asetat
diperoleh senyawa dominan yaitu 1-
dodecanamine, sebesar 7,90% dan Quinic
acid 9,90%. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Zhang dkk (2013) senyawa
quinic acid mempunyai kemampuan
sebagai antimikroba dan antifungi.
5
Kemampuan inhibisi quinic acid pada Menuju Sistem Pertanian Organik.
pertumbuhan bakteri salmonella sp Balai Penelitian Tanaman Obat dan
seperti S. Aureus,B. Thuringiensis, E. coli, S. Aromatik. Jurnal Pengembangan
enterica dan S. Dysenteria terjadi pada Inovasi Pertanian, 4 (4). Hal 262 –
konsentrasi 7,5 μM dan 14,7 μM. 278.
Sementara itu kemampuan inhibisi quinic Komansilan, A., Abadi, A. L., Yanuwiadi, B.,
acid pada pertumbuhan jamur M. Grisea Kaligis, D.A.. 2013. Isolation and
terjadi pada konsentrasi 542,3 μM. Maka Identification of Biolarvicide from
patut diduga bahwa senyawa quinic acid Soursop (Annona muricata Linn)
ini memiliki potensi sebagai biolarvasida Seeds to Mosquito (Aedes aegypti)
juga. Larvae. International Journal of
O Engineering & Technology IJET-
IJENS Vol: 12 No: 03. Pp 28 – 32.
HO
OH Lawrens , Florensia L.J. Wahongan, G.J.,
Bernadus, J.B.. 2013. Pengaruh Dosis
OH
Abate Terhadap Jumlah Populasi
HO Jentik Nyamuk Aedes spp di
Kecamatan Malalayang Kota Manado.
OH
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Gambar 2. Struktur Quinic Acid Nofyan, E., Marisa, H., Kamal, M.. 2013.
Eksplorasi Biolarvasida dari
1. Kesimpulan Tumbuhan untuk Pengendalian Larva
1. Rendemen ekstrak etil asetat 1,86 %. Nyamuk Aedes aegypti di Sumatera
2. Nilai LC50 dan LC90 ekstrak etil asetat Selatan. Prosiding Semirata FMIPA
sebesar 96,34 ppm dan 905.1 ppm. Universitas Lampung. Lampung
3. Kelarutan dalam air membutuhkan Noorhajat, H., Aminah, N. S., Paramita R.,
46,98 menit. Diyani. 2013. Potensi Ekstrak Kulit
4. Waktu kadaluarsa 36 hari Batang Trengguli (Cassia fistula)
5. Hasil analisa GC-MS, senyawa aktif sebagai Biolarvasida Nyamuk Aedes
biolarvasida yang terkandung dalam aegypti yang Ramah Lingkungan.
ekstrak etil asetat yaitu quinic acid yang Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
diduga kuat sebagai biolarvasida Semarang. ISSN 1411-4216. Makalah
nyamuk Aedes aegypt. A-02.
Prihastuti, D., Wulan, M., Sadhewo, B.,
DAFTAR PUSTAKA Fathurahman, N.. 2013. Pemanfaatan
Batang Tanaman Brotowali
Ardiansyah, Nuraida, L., Andarwulan, N.. (Tinospora crispa) sebagai Lotion
2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Anti Nyamuk. Prosiding Seminar
Daun Beluntas (Plucea indica L.) dan Nasional. Universitas Negeri
Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Yogyakarta
Konsentrasi Garam dan Tingkat pH. Reiza, Zenita. 2010. Perbandingan
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Penggunaan Metode Granulasi Basah
14 (2). Hal 8. dan Granulasi Kering Terhadap
Bhawan,V.R., Nagar, A.. 2012. Common Stabilitas Zat Aktif Table
Protocol for Uniform Evalution of Paracetamol. UMS Yogyakarta.
Insectisides / Bio-larvacides foruse in Rochmat, Agus. Zahrotul Bahiyah dan Mitha
Vector Control. New Delhi. Hal 95-97. Fuji Adiati. 2016. Pengembangan
http://www.radarbanten.com/read/berita/5 Biolarvasida Jentik Nyamuk Aedes
0/12209/Kasus-DBD-Cilegon- aegypti Berbahan Aktif Ekstrak
Tertinggi-di-Banten.html/1 Mei 2014. Beluntas (Pluchea indica Less.). Jurnal
Kardinan, A.. 2011. Penggunaan Pestisida Reaktor, Vol 16. No 3 September
Nabati Sebagai Kearifan Lokal dalam 2016. Hal 103 – 108.
Pengendalian Hama Tanaman Sulistiyaningsih, Rr., 2009. Potensi Daun
Beluntas (Pluchea indica Less.)
6
sebagai Inhibitor terhadap Mohamed Sathak College of Arts &
Pseudomonas aeruginosa Multi Science, Chennai. India
Resistant dan Methicillin Resistant Voight, 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Stapylococcus aureus. Universitas Farmasi. Edisi 5. UGM Press.
Padjajaran. Bandung Yogyakarta.
Syed Ali, M., Ravikumar S., Beula, J. Zhang, Mei., Wan-Xue Liu, Meng-Fei Zheng,
Margaret., V. Anuradha & N. Qiao-Lin Xu, Fang-Hao Wan, Jing
Yogananth. 2014. Insecticidal Wang, Ting Lei, Zhong-Yu Zhou and
compounds from Rhizophoraceae Jian-Wen Tan. 2013. Bioactive Quinic
mangrove plants for the management Acid Derivatives from Ageratina
of dengue vector Aedes aegypti. adenophora. Beijing. China