Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol.

Vol. 33 No.
No. 22 :: 203-211
203-211
ISSN : 2356-4113

KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI


EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana P.Mill) TERHADAP
BAKTERI Vibrio alginolyticus

(Chemical Compound Content And Antibacterial Activity Of Avocado (Persea americana


P.Mill) Peel Extract On Vibrio alginolyticus Bacteria)

Ernawati1 Dan Kumala Sari2


1
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Kupang
Email :ernawati8480@yahoo.co.id
2
Prodi Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah
Kupang

ABSTRACT

Vibrio alginolyticus is one of the primary pathogenic bacteria that attack the
grouper fish. The avocado peel as a natural antibacterial can be used to prevent from the
vibrio bacteria attack. The aims of this research study were to find out the chemical
compound content of avocado peel extract as an antibacterial and to observe its activity in
inhibiting the growth of Vibrio alginolyticus bacteria. The diffusion method through the
observation of transparent zones in testing the antibacterial activity of extract of avocado
peel was used in this study. The treatments tested were different concentration of avocado
peel extract i.e16 mg/ml, 32 mg/ml, 62.5 mg/ml, 125 mg/ml, 125 mg/ml, and 250 mg/ml.
The results of the antibacterial activity test using paper disk showed tha tthe largest
diameter of transparent zone is 11 mm for 250 mg/ml extract concentration and is
classified as the weak growth of response type. In conclusion, the extract of avocado peel
that contain anti bacterial compound i.e. flavonoid, saponin, and alkaloid, have an
inhibition properties or bacteriostatic on the growth of Vibrio alginolyticus bacteria.

Keywords: Extract, Avocado Peel, Antibacterial, Vibrio alginolyticus

PENDAHULUAN

Ikan kerapu merupakan salah satu permintaan kebutuhan akanikan kerapu,


produk perikanan laut yang banyak maka dikembangkanlah usaha budidaya
dikonsumsikarena memiliki banyak seperti pengembangan tempat-tempat
manfaat untuk kesehatan diantaranya pembenihan.
adalah mengurangi resiko terkena Kegiatan budidaya ikan kerapu
penyakit jantung, dan menurunkan kadar sering mengalami berbagai kendala, salah
kolesterol karena sangat kaya kandungan satunya adalah terjadinya penyakit yang
omega 3. Ikan kerapu juga termasuk disebabkan oleh bakteriVibrio
komoditas ekspor unggulan setelah alginolitycusyang menyerang ikan kerapu
udang. Dalam rangka memenuhi baik di tingkatpembenihan maupun

203
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner

pembesaran dan sering menyebabkan buah alpukat berasa pahit karena


kematian pada ikan kerapu. Oleh karena kandungan alkaloid, saponin, glukosida
itu, diperlukan pencegahan dan sianogen, dan glukosinolat (Foidl et al,
penanganan terhadap bakteri Vibrio 2001). Sejauh ini penelitian tumbuhan
alginolyticussecara khusus. alpukat sebagai antibakteri telah
Pencegahan terhadap serangan dilakukan hanya pada daunnya saja yaitu
bakteri umumnya dilakukan melalui penelitian oleh Rahayu (2011), bahwa
pemberian antibiotik dari bahan kimia ekstrak daun alpukat berpengaruh
sintetis murni. Namun, penggunaan terhadap pertumbuhan Streptococcus
antibiotik ini dapat menyebabkan pyogenes padakadarhambat minimum
organisme patogen menjadi resisten dan 1%. Menurut Tersono (2008), daun
residu dari antibiotik dapat mencemari alpukat dilaporkan bersifat antibakteri
lingkungan perairan (Rinawati, 2005). dan dapat menghambat pertumbuhan
Berdasarkan hal tersebut, perlu beberapa bakteri seperti Staphylococcus
adanyapenggunaan alternatif antibiotik sp, Pseudomonas sp, Proteus sp,
yang lebih aman, murah dan ramah Escherichia sp dan Bacillus sp.
lingkungan yaitu antibiotik alami dari Sedangkan penelitian tentang kulit buah
tumbuhan. alpukat baik uji senyawa kimia dan
Alpukat merupakan salah satu aktivitas antibakteri belum dilaporkan.
tanaman obat yang dikenal berkhasiat Tujuan penelitian ini adalahuntuk
sebagai antibakteri karena kandungan mengetahui kandungan senyawa kimia
senyawa antiakteri seperti saponin, kulit buah alpukat dan aktivitas
alkaloid, dan flavonoid pada buah dan antibakteri dari ekstrak kulit buah alpukat
daunnya., Selain itu daunnya juga terhadappertumbuhan bakteri Vibrio
mengandung polifenol, dan buahnya algynoliticus.
mengandung tanin (Permadi, 2006). Kulit

METODE PENELITIAN

Penelitian inidibagi dalam dua yang telah kering diblender sampai


tahap dan dilaksanakan pada dua lokasi menjadi serbuk halus yang disebut
yaitu pengujian senyawa kimia dilakukan dinamakan simplisia. Ekstraksi dilakukan
di Laboratorium FKIP Kimia Universitas dengan metode standar Laboratorium
Nusa Cendana, sedangkan uji antibakteri Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
dilakukan di Laboratorium Karantina Airlangga Surabaya. Simplisia
Perikanan Kota Kupang. diperkolasi dengan pelarut etanol 1x24
jam dan kemudian perkolat dipisahkan.
Pembuatan Ekstrak kulit buah alpukat Tahap perkolasi ini diulang sampai 5 kali
Buah alpukat dikupas, dikeluarkan sehingga perkolat yang dihasilkan tidak
daging buah dan bijinya. Kulit buahnya berwarna (bening). Perkolat yang
dibersihkan dan dikeringanginkan. Kulit diperoleh diuapkan dengan Rotavapor

204
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211

sehingga diperoleh ekstrak kulit buah Uji flavonoid.


alpukat kental. Sebanyak 0.1 gr ekstrak kulit buah
alpukat ditambahkan serbuk magnesium
Pengujian Fitokimia Ekstrak Kulit 0.1 mg dan 0.4 ml amil alcohol
Buah Alpukat (campuran asam klorida 37% dan etanol
Uji Alkaloid. 95% dengan volume yang sama) dan 4 ml
Sebanyak 0,1 gram zat ekstraktif alkohol kemudian campuran dikocok.
ditambahkan 5 ml khloroform dan 3 tetes Terbentuknya warna merah, kuning atau
amoniak 10% yang dimasukkan ke dalam jingga pada lapisan amil alkohol
tabung reaksi kemudian dikocok sampai menunjukkan adanya falvonoid.
homogen. Filtrat diperoleh dengan cara
disaring. Filtrat tersebut diasamkan Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Kulit
dengan asam sulfat 2M kemudian Buah Alpukat
dikocok dan didiamkan hingga  Sebanyak 1 gr ekstrak kulit buah
membentuk dua lapisan. Lapisan atas alpukat dilarutkan ke dalam tabung 1
(lapisan asam sulfat) diambil yang berisi 2 ml aquades steril
dandimasukkan ke dalam tiga tabung sehingga konsentrasi ekstrak menjadi
reaksi, dimanadan masing-masing tabung 500 mg/ml. Selanjutnya menyiapkan
ditambahkan pereaksi Dragendrof, 5 buahtabung masing-masing diberi
pereaksi Mayer dan Wagner. Adanya aquades steril sebanyak 1 ml.
alkaloid ditandai dengan adanya endapan  Tabung 1 yang berisi 2 ml ekstrak
merah pada pereaksi Dragendorf, kulit buah alpukat dengan konsentrasi
endapan berwarna putih pada pereaksi 500 mg/ml diambil 1 ml untuk
Mayer, dan endapan berwarna coklat ditambahkan pada tabung 2, sehingga
pada pereaksi Wagner. konsentrasi menjadi 250 mg/ml.
 Hal yang sama dilakukan pada tabung
Uji Saponin. 2, 3, 4, 5, dan 6 yang memiliki
Dilakukan dengan melarutkan residu dari volume ekstrak yang sama namun
fraksi air dengan air suling sebanyak 5 ml konsentrasi yang berbeda.
dan dimasukkan ke dalam baker glass, Hasil suspensi dari konsentrasi
dipanaskan sampai mendidih, ekstrak kulit buah alpukat tabung 2
didinginkan dan dimasukkan ke dalam sampai tabung 6berturut-turut adalah
tabung reaksi tertutup, kemudian dikocok 250 mg/ml, 125 mg/ml, 62.5 mg/ml.
vertikal sampai membentuk busa. Setelah 32 mg/ml dan 16 mg/ml.
terbentuk busa, didiamkan selama 10
menit danditambahkan HCl 2 N, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
kemudian didiamkan selama 15 menit. Kulit Buah Alpukat
Adanya saponin ditandai jika busa dalam Pada uji antibakteri dilakukan
tabung yang terbentuk tidak berubah. dengan metode difusi (diffusion test)
untuk menentukan daya hambat dari

205
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner

bahan antibakteri. Pada metode ini Rancangan Penelitian dan Analisis


dilakukan pengamatan zona bening Data
dengan menggunakan kertas cakram. Rancangan penelitian yang
Langkah awal yang dilakukan adalah digunakan adalah Rancangan Acak
inokulasi sebanyak 0.l ml suspensi Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5
bakteri V.alginolyticus (standar 0.5 Mc perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan
Farland), dengan metode tebar (spread) yang diuji adalah ekstrak kulit buah
pada media Mueller-Hinton. Kertas alpukat dengan konsentrasi 16 mg/ml, 32
cakram dimasukkan ke dalam cairan mg/ml, 62.5 mg/ml,125 mg/ml, dan 250
ekstrak dengan berbagai konsentrasi yaitu mg/ml. Kontrol negatif menggunakan
250 mg/ml, 125 mg/ml, 62.5 mg/ml, 32 aquades dan kontrol positif menggunakan
mg/ml dan 16 mg/ml, kemudian antibiotik eritromisin.
ditempelkan pada permukaan agar. Data pembentukan zona hambat
Selanjutnya,cawan petri diinkubasi pada dianalisis secara deskriptif kualitatif.
suhu ruangan selama 24 jam.Zona Hasil zona bening yang terbentuk
hambat yang terbentuk menunjukkan diklasifikasin menurut respon hambatan
tingkat kepekaan bakteri uji terhadap (Greenwod,1995).
bahan antibakteri. Zona hambat tersebut
kemudian diukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji fitokimia menunjukkan saponin, flavonoid, dan alkaloid, seperti


bahwa ekstrak kulit alpukat mengandung ditampilkan pada Tabel 1.
senyawa-senyawa antibakteri yaitu

Tabel 1. Hasil uji fitokimia ekstrak kulit buah alpukat


No Senyawa antibakteri ekstrak kulit buah Hasil
alpukat
1 Alkaloid +
2 Steroid -
3 Flavonoid +
4 Saponin +
Ket: + terdapat dalam ekstrak
- tidak terdapat dalam ekstrak

Hasil uji aktivitas antibakteri diklasifikasikan sebagai tipe respon


menunjukkan diameter zona bening hambat sedang. Sedangkan, pada
terbesar pada control positif adalah 21 perlakuan dengan konsentrasi ekstrak
mm, dengan rata-rata 19 mm dan kulit buah alpukat sebanyak 250 mg/ml,

206
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211

menunjukkan adanya penghambatan yang mampu menghambat pertumbuhan


aktivitas bakteri klasifikasi tipe respon bakteri Vibrio algynoliticus. Menurut
lemah, dengan diameter rata-rata zona Houghton dan Raman (1998), komponen
bening adalah 11 mm. Diameter zona fenolik umumnya larut dalam pelarut
bening ekstrak kulit buah alpukat dari organikyang sifatnya polar seperti
masing-masing perlakuan dapat dilihat methanol, etanol, dan air,yang
pada Tabel 2. mempunyai cincin aromatik dengan satu
Pengujian aktivitas antibakteri atau lebih gugus hidroksil. lavonoid
dengan uji cakram menunjukkan termasuk dalam senyawa polar karena
terbentuknya zona bening yang mempunyai sejumlah gugus hidroksil
merupakan bentuk penghambatan yang tak tersulih atau suatu gula,
terhadap pertumbuhan bakteri Vibrio sehingga larut dalam pelarut polar seperti
alginolyticus akibat adanya senyawa- etanol, metanol, butanol, aseton,
senyawa antibakteri pada kulit buah dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan
alpukat. Hasil ini mendukung air (Harborne, 1996).
kemampuan ekstrak kulit buah alpukat

Tabel 2: Diameter zona bening ekstrak kulit buah alpukat dari masing-masing
perlakuan setelah diinkubasi 24 jam.

Konsentrasi Diameter zona bening (mm) Respon hambat


Ekstrak 1 2 3 4 Rata-rata

Control (-) 0 0 0 0 0 Tidak ada


Control (+) 18 19 21 18 19 Sedang
250 mg/ml 9 10 13 10 11 Lemah
125 mg/ml 8 7 8 10 8 Tidak ada
62,5 mg/ml 8 9 8 8 7 Tidak ada
32 mg/ml 8 6 6 8 7 Tidak ada
16 mg/ml 0 0 8 0 2 Tidak ada

Mekanisme kerja flavonoid sebagai menumpuk basa asam nukleat sehingga


antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu menghambat pembentukan DNA dan
menghambat sintesis asam nukleat, RNA. Sedangkan kerja flavonoid yang
menghambat fungsi membran sel dan menyebabkan terjadinya kerusakan
menghambat metabolisme energi permeabilitas dinding sel bakteri,
(Hendra, 2011 dalam Rijayanti, 2014). mikrosom dan lisosom, merupakan hasil
Dalam penghambatan sintesis asam interaksi antara flavonoid dengan DNA
nukleat, cincin A dan B senyawa bakteri (Cushnie, 2005). Mekanisme
flavonoid berperan penting dalam proses kerja flavonoid dalam menghambat
interkelasi atau ikatan hydrogen, dengan fungsi membran sel dengan membentuk

207
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner

senyawa kompleks dari protein busa jika dikocok dalam air (Harbone,
ekstraseluler dan terlarut sehingga 1996; Robinson, 1995). Sifatnya sebagai
merusak membran sel bakteri dan diikuti senyawa aktif permukaan disebabkan
dengan keluarnya senyawa intraseluler adanya kombinasi antara aglikon lipofilik
(Li, 2003). Sedangkan kerja flavonoid dengan gula yang bersifat hidrofilik
dalam menghambat metabolisme energi (Houghton dan Raman, 1998). Saponin
adalah dengan menghambat penggunaan bekerja sebagai antimikroba karena
oksigen oleh bakteri. Menurut Roisatin senyawa saponin dapat melakukan
(2005), senyawa flavonoid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara
mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan
mencegah pembentukan energi pada membran sel melalui ikatan hidrogen,
membran sitoplasma dan menghambat sehingga dapat mengahancurkan sifat
motilitas bakteri, yang juga berperan permeabilitas dinding sel bakteri dan
dalam aksi antimicrobial serta protein menimbulkan kematian sel bakteri (Noer
ekstraseluler. dan Nurhayati, 2006).
Lebih lanjut dikemukakan oleh Menurut Harborne (1996) saponin
Rustama dan Lingga (2005) bahwa mengandung zat yang mampu
aktivitas senyawa flavonoid terhadap menghemolisis darah. Diketahui bahwa
bakteri dilakukan dengan merusak membran sel darah menyerupai membran
dinding sel bakteri yang terdiri atas lipid sel pada bakteri sehingga proses yang
dan asam amino. Lipid dan asam amino terjadi pada sel bakteri oleh saponin sama
tersebut akan bereaksi dengan gugus seperti yang terjadi pada sel darah merah.
alkohol pada senyawa flavonoid sehingga Saponin memberikan efek anti mikroba
dinding sel akan rusak dan flavonoid dengan membentuk kompleks
masuk kedalam inti sel bakteri. Di dalam polisakarida pada dinding sel. Interaksi
inti sel, flavonoid akanbereaksi berkontak saponin dengan dinding sel akan
dengan DNA dan menyebabkan rusaknya menyebabkan rusaknya dinding dan
struktur lipid DNA sehingga bakteri akan membran sel hingga akhirnya bakterilisis.
lisis dan sel akan mati. Reaksi Mekanisme kerja saponin sebagai
pengrusakan struktur lipid DNA antibakteri yaitu dapat menyebabkan
disebabkan perbedaan kepolaran antara kebocoran protein dan enzim dari dalam
lipid penyusun DNA dengan gugus sel (Madduluri et al, 2013). Saponin
alkohol flavonoid. dapat menjadi anti bakteri karena zat aktif
Ekstrak kulit buah alpukat dengan permukaannya mirip detergen, akibatnya
pelarut etanol dapat mengekstraksi saponin akan menurunkan tegangan
senyawa saponin. Saponin termasuk permukaan dinding sel bakteri dan
glikosida yang terdiri dari gugus gula merusak permeabilitas membran.
yang berikatan dengan aglikon atau Rusaknya membran sel ini sangat
sapogenin, dan merupakan senyawa aktif mengganggu kelangsungan hidup bakteri
permukaan yang kuat yang menimbulkan (Harborne, 1996). Saponin berdifusi

208
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211

melalui membran luar dan dinding sel terbentuk secara utuh dan menyebabkan
yang rentan kemudian mengikat kematian sel tertentu.
membran sitoplasma sehingga Konsentrasi ekstrak kulit buah
mengganggu dan mengurangi kestabilan alpukat yang menunjukkan adanya
membran sel. Hal ini menyebabkan penghambatan adalah pada konsentrasi
sitoplasma bocor keluar dari sel yang 250 mg/ml dengan rata-rata zona bening
mengakibatkan kematian sel (Cavalieri et 11 mm. Menurut Greenwod (1995) zona
al, 2005). hambat 11-15 mm memiliki respon
Ekstrak kulit buah alpukat mampu hambatan pertumbuhan lemah.Sedangkan
mengektraksi alkaloid. Uji alkaloid konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 16
menggunakan pereaksi Dragendroff mg/ml, 32 mg/ml, 62.5 mg/ml,dan 125
menunjukkan hasil positif terbentuknya mg/ml tidak membentuk respon
endapan merah coklat atau merah jingga. hambatan pertumbuhan. Hasil ini
Alkaloid merupakan golongan zat menunjukkan bahwa pada konsentrasi
tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada tersebut belum memberikan pengaruh
umumnya alkaloid mencakup senyawa terhadap pertumbuhan bakteri.Hal ini
bersifat basa yang mengandung satu atau sejalan dengan pendapat Greenwod
lebih atom nitrogen. Alkaloid seringkali (2005) bahwa dibawah zona hambat 10
beracun dan sering digunakan secara luas mm tidak memberikan respon hambat
dalam bidang pengobatan (Harborne, pertumbuhan. Menurut Keyser et al
1996). Mekanisme antibakteri alkaloid (2005) konsentrasi ekstrak
yaitu komponen alkaloid diketahui mempengaruhi daya kerja suatu
sebagai interkelator DNA dan antibakteri, semakin banyak konsentrasi
menghambat enzim topoisomerase sel yang diberikan maka semakin kuat sifat
bakteri (Karou, 2005). antibakteri dalam menghambat
Hal yang sama dikemukakan oleh pertumbuhan bakteri.
Dianita (2011) bahwa Mekanisme Aktivitas antibakteri dari senyawa
penghambatan pertumbuhan bakteri dari aktif kemungkinan dapat dihambat oleh
bahan antimikroba alkaloid dan berberine mekanisme resistensi bakteri Vibrio
bekerja dengan cara menghambat enzim algynoliticus terhadap bahan
yang berperan dalam proses replikasi antibakteri.Vibrio algynoliticus
DNA. Inhibisi replikasi DNA akan merupakan bakteri gram negatif yang
menyebabkan bakteri tidak dapat struktur membrane luar lebih kompleks
melakukan pembelahan sehingga sehingga lebih resisten terhadap
menghambat pertumbuhan bakteri. antibakteri. Hal ini sejalan dengan
Sementara itu, alkaloid yang terdapat pendapat Sanaz (1999) bahwa aktivitas
dalam ekstrak dapat mengganggu antibakteri dari senyawa aktif dapat
terbentuknya jembatan silang komponen dihambat oleh mekanisme resistensi
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, bakteri gram negatif terhadap bahan
sehingga lapisan dinding sel tidak antibakteri. Menurut Geidal et al. (2007),

209
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner

adanya struktur membran luar yang peptidoglikan dalam dinding sel bakteri
kompleks pada bakteri gram negatif gram negatif tidak mudah hancur oleh zat
membatasi akses senyawa aktif ekstrak pelarut dari ekstrak. Semakin dekat
kulit buah alpukat ke dalam membran sel, bakteri dengan zat terlarut dari cakram
dan menjadikan bakteri lebih resisten kertas yang terdifusi ke dalam agar, dan
terhadap antibakteri .Sedangkan Brock et semakin pekat zat terlarut, maka makin
al. (1994), menyatakan bahwa bakteri mudah bakteri terbunuh oleh zat tersebut
gram negatif mempunyai kemampuan (Barry, 1980 dalam Rustama dan Lingga,
mudah dalam menyerap larutan, sehingga 2005).
memudahkan zat terlarut memasuki
dinding sel bakteri tersebut. Akan tetapi,

SIMPULAN

Ekstrak kulit buah alpukat flavonoid.Konsentrasi 250 mg/ml ekstrak


mengandung senyawa-senyawa kulit buah alpukat mampu menghambat
antibakteri saponin, alkaloid dan pertumbuhan bakteri Vibrio alginolyticus.

DAFTAR PUSTAKA
Cavalieri, SJ,Rankin, ID, Harbeck, RJ,Sautter, RS, McCarter, YS, Sharp, SE, Ortez, JA,
Spiegel, C.A. 2005. Manual of Antimicrobial Susceptibility Testing. USA:
American Society for Microbiology.
Cushnie TP, Lamb Andrew J. 2005. Amtimicrobial Activity of Flavonoids. International
Journal of Antimicrobial Agents 26: 343-356.
Dianita.2011. Mekanisme Senyawa Kimia Antibiotik.
(online).(http://micymicy.blogspot.com/2011/02/blog12-keluhan-digesti-skenario
113.html, diakses 20 April 2015).
Evans, C.W. 2009. Pharmacognosy Trease and Evans 16th Ed. London: Saunders Elsevier.
Pp :263, 356.
Geidam Y.A., Ambali AG., Onyeyili PA. 2007. Preliminary Phytochemical and Bacterial
Evaluation of Crude Aqueous Extract of Psidium guajava Leaf. Journal of
Applied Sciences 7(4):511-514.
Greenwood. 1995. Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial And
Chemoterapy.Mc. Graw Hill Company, USA.
Harborne JB. 1996 Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Meanganalisis Tumbuhan,
Terbitan ke-2. ITB Press, Bandung.
Karou D, Savadogo A, Canini A, Saydou Y, Monstesano C, Simpore J, Coilizzi V, Traore
AS. 2005. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African Journal of
Biotechnology 4(12): 1452-1457.
Keyser FH, Bienz KA, Eckert J. 2005. Medical Microbiology.
http://micro.magnet.fsu.edu/phytocemicals. diakses 18 April 2015.
Li H, Wang Z, Liu Y. 2003. Review in the studies on tannins activity of cancer prevention
and anticancer. Zhong-Yao-Cai 26(6): 444-448.

210
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211

Madduluri S, Rao KB, Sitaram B. 2013. In Vitro Evaluation of Antibacterial Activity of


Five Indegenous Plants Extract Against Five Bacterial Pathogens of Human.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.:5(4): 679-684.
Noer I.S dan Nurhayati L. 2006 Bioaktivitas Ulva reticulata Forsskal. Asal Gili Kondo
Lombok Timur Terhadap Bakteri. Jurnal Biotika, 5 ( 1): 45-60.
Permadi A. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Penebar Swadaya, Depok.
Rustama MM, Lingga MA. 2005. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air dan Etanol
Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif
yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster
(Panulirus sp.), dan Udang Rebon (Mysis Acetes). Jurnal Biotika 5(2): 35-40
Rinawati N.D. 2006. Daya Antibakteri Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)
terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA. Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Rijayanti RP. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang
(Mangifera indica L) terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Disertasi.
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungura. Pontianak.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB.Bandung.
Simbala HEI. 2009. Analisis Senyawa Alkaloida Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai
Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal FMIPA Universitas Samratulangi,
Manado. 1(14): 489-495.
Sanaz S. 1999. Anaerobic Bacterial; Prevalence and Antibiotic Susceptibility. Available at:
http//ki.se/odont/cariologi endiodonti/ exarb1999/sanaz-sabouri.pdf. Opened:
22.04.2015.
Susanti A. 2008. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica less)
terhadap Eschericia coli secara in vitro. Jurnal Universitas Airlangga 1(1): 25-28
Suliatiani. 2004. Potensi Senyawa Antibakteri Pada Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera
Lam). Tesis. Program Pascasarjana Brawijaya. Malang.
Tersono L. 2008. Tanaman Obat dan Jus untuk Mengatasi Penyakit Jantung, Hipertensi,
Kolesterol, dan Stroke. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Todar K. 2002. Mechanism of Bacterial Pathogenicity. University of Wisconsin-
Madison.Department of Bacteriology, p 1-6.

211

Anda mungkin juga menyukai