Vol. 33 No.
No. 22 :: 203-211
203-211
ISSN : 2356-4113
ABSTRACT
Vibrio alginolyticus is one of the primary pathogenic bacteria that attack the
grouper fish. The avocado peel as a natural antibacterial can be used to prevent from the
vibrio bacteria attack. The aims of this research study were to find out the chemical
compound content of avocado peel extract as an antibacterial and to observe its activity in
inhibiting the growth of Vibrio alginolyticus bacteria. The diffusion method through the
observation of transparent zones in testing the antibacterial activity of extract of avocado
peel was used in this study. The treatments tested were different concentration of avocado
peel extract i.e16 mg/ml, 32 mg/ml, 62.5 mg/ml, 125 mg/ml, 125 mg/ml, and 250 mg/ml.
The results of the antibacterial activity test using paper disk showed tha tthe largest
diameter of transparent zone is 11 mm for 250 mg/ml extract concentration and is
classified as the weak growth of response type. In conclusion, the extract of avocado peel
that contain anti bacterial compound i.e. flavonoid, saponin, and alkaloid, have an
inhibition properties or bacteriostatic on the growth of Vibrio alginolyticus bacteria.
PENDAHULUAN
203
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner
METODE PENELITIAN
204
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211
205
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner
206
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211
Tabel 2: Diameter zona bening ekstrak kulit buah alpukat dari masing-masing
perlakuan setelah diinkubasi 24 jam.
207
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner
senyawa kompleks dari protein busa jika dikocok dalam air (Harbone,
ekstraseluler dan terlarut sehingga 1996; Robinson, 1995). Sifatnya sebagai
merusak membran sel bakteri dan diikuti senyawa aktif permukaan disebabkan
dengan keluarnya senyawa intraseluler adanya kombinasi antara aglikon lipofilik
(Li, 2003). Sedangkan kerja flavonoid dengan gula yang bersifat hidrofilik
dalam menghambat metabolisme energi (Houghton dan Raman, 1998). Saponin
adalah dengan menghambat penggunaan bekerja sebagai antimikroba karena
oksigen oleh bakteri. Menurut Roisatin senyawa saponin dapat melakukan
(2005), senyawa flavonoid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara
mekanisme penghambatan dengan membentuk senyawa kompleks dengan
mencegah pembentukan energi pada membran sel melalui ikatan hidrogen,
membran sitoplasma dan menghambat sehingga dapat mengahancurkan sifat
motilitas bakteri, yang juga berperan permeabilitas dinding sel bakteri dan
dalam aksi antimicrobial serta protein menimbulkan kematian sel bakteri (Noer
ekstraseluler. dan Nurhayati, 2006).
Lebih lanjut dikemukakan oleh Menurut Harborne (1996) saponin
Rustama dan Lingga (2005) bahwa mengandung zat yang mampu
aktivitas senyawa flavonoid terhadap menghemolisis darah. Diketahui bahwa
bakteri dilakukan dengan merusak membran sel darah menyerupai membran
dinding sel bakteri yang terdiri atas lipid sel pada bakteri sehingga proses yang
dan asam amino. Lipid dan asam amino terjadi pada sel bakteri oleh saponin sama
tersebut akan bereaksi dengan gugus seperti yang terjadi pada sel darah merah.
alkohol pada senyawa flavonoid sehingga Saponin memberikan efek anti mikroba
dinding sel akan rusak dan flavonoid dengan membentuk kompleks
masuk kedalam inti sel bakteri. Di dalam polisakarida pada dinding sel. Interaksi
inti sel, flavonoid akanbereaksi berkontak saponin dengan dinding sel akan
dengan DNA dan menyebabkan rusaknya menyebabkan rusaknya dinding dan
struktur lipid DNA sehingga bakteri akan membran sel hingga akhirnya bakterilisis.
lisis dan sel akan mati. Reaksi Mekanisme kerja saponin sebagai
pengrusakan struktur lipid DNA antibakteri yaitu dapat menyebabkan
disebabkan perbedaan kepolaran antara kebocoran protein dan enzim dari dalam
lipid penyusun DNA dengan gugus sel (Madduluri et al, 2013). Saponin
alkohol flavonoid. dapat menjadi anti bakteri karena zat aktif
Ekstrak kulit buah alpukat dengan permukaannya mirip detergen, akibatnya
pelarut etanol dapat mengekstraksi saponin akan menurunkan tegangan
senyawa saponin. Saponin termasuk permukaan dinding sel bakteri dan
glikosida yang terdiri dari gugus gula merusak permeabilitas membran.
yang berikatan dengan aglikon atau Rusaknya membran sel ini sangat
sapogenin, dan merupakan senyawa aktif mengganggu kelangsungan hidup bakteri
permukaan yang kuat yang menimbulkan (Harborne, 1996). Saponin berdifusi
208
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211
melalui membran luar dan dinding sel terbentuk secara utuh dan menyebabkan
yang rentan kemudian mengikat kematian sel tertentu.
membran sitoplasma sehingga Konsentrasi ekstrak kulit buah
mengganggu dan mengurangi kestabilan alpukat yang menunjukkan adanya
membran sel. Hal ini menyebabkan penghambatan adalah pada konsentrasi
sitoplasma bocor keluar dari sel yang 250 mg/ml dengan rata-rata zona bening
mengakibatkan kematian sel (Cavalieri et 11 mm. Menurut Greenwod (1995) zona
al, 2005). hambat 11-15 mm memiliki respon
Ekstrak kulit buah alpukat mampu hambatan pertumbuhan lemah.Sedangkan
mengektraksi alkaloid. Uji alkaloid konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 16
menggunakan pereaksi Dragendroff mg/ml, 32 mg/ml, 62.5 mg/ml,dan 125
menunjukkan hasil positif terbentuknya mg/ml tidak membentuk respon
endapan merah coklat atau merah jingga. hambatan pertumbuhan. Hasil ini
Alkaloid merupakan golongan zat menunjukkan bahwa pada konsentrasi
tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada tersebut belum memberikan pengaruh
umumnya alkaloid mencakup senyawa terhadap pertumbuhan bakteri.Hal ini
bersifat basa yang mengandung satu atau sejalan dengan pendapat Greenwod
lebih atom nitrogen. Alkaloid seringkali (2005) bahwa dibawah zona hambat 10
beracun dan sering digunakan secara luas mm tidak memberikan respon hambat
dalam bidang pengobatan (Harborne, pertumbuhan. Menurut Keyser et al
1996). Mekanisme antibakteri alkaloid (2005) konsentrasi ekstrak
yaitu komponen alkaloid diketahui mempengaruhi daya kerja suatu
sebagai interkelator DNA dan antibakteri, semakin banyak konsentrasi
menghambat enzim topoisomerase sel yang diberikan maka semakin kuat sifat
bakteri (Karou, 2005). antibakteri dalam menghambat
Hal yang sama dikemukakan oleh pertumbuhan bakteri.
Dianita (2011) bahwa Mekanisme Aktivitas antibakteri dari senyawa
penghambatan pertumbuhan bakteri dari aktif kemungkinan dapat dihambat oleh
bahan antimikroba alkaloid dan berberine mekanisme resistensi bakteri Vibrio
bekerja dengan cara menghambat enzim algynoliticus terhadap bahan
yang berperan dalam proses replikasi antibakteri.Vibrio algynoliticus
DNA. Inhibisi replikasi DNA akan merupakan bakteri gram negatif yang
menyebabkan bakteri tidak dapat struktur membrane luar lebih kompleks
melakukan pembelahan sehingga sehingga lebih resisten terhadap
menghambat pertumbuhan bakteri. antibakteri. Hal ini sejalan dengan
Sementara itu, alkaloid yang terdapat pendapat Sanaz (1999) bahwa aktivitas
dalam ekstrak dapat mengganggu antibakteri dari senyawa aktif dapat
terbentuknya jembatan silang komponen dihambat oleh mekanisme resistensi
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, bakteri gram negatif terhadap bahan
sehingga lapisan dinding sel tidak antibakteri. Menurut Geidal et al. (2007),
209
Ernawati et al Jurnal Kajian Veteriner
adanya struktur membran luar yang peptidoglikan dalam dinding sel bakteri
kompleks pada bakteri gram negatif gram negatif tidak mudah hancur oleh zat
membatasi akses senyawa aktif ekstrak pelarut dari ekstrak. Semakin dekat
kulit buah alpukat ke dalam membran sel, bakteri dengan zat terlarut dari cakram
dan menjadikan bakteri lebih resisten kertas yang terdifusi ke dalam agar, dan
terhadap antibakteri .Sedangkan Brock et semakin pekat zat terlarut, maka makin
al. (1994), menyatakan bahwa bakteri mudah bakteri terbunuh oleh zat tersebut
gram negatif mempunyai kemampuan (Barry, 1980 dalam Rustama dan Lingga,
mudah dalam menyerap larutan, sehingga 2005).
memudahkan zat terlarut memasuki
dinding sel bakteri tersebut. Akan tetapi,
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Cavalieri, SJ,Rankin, ID, Harbeck, RJ,Sautter, RS, McCarter, YS, Sharp, SE, Ortez, JA,
Spiegel, C.A. 2005. Manual of Antimicrobial Susceptibility Testing. USA:
American Society for Microbiology.
Cushnie TP, Lamb Andrew J. 2005. Amtimicrobial Activity of Flavonoids. International
Journal of Antimicrobial Agents 26: 343-356.
Dianita.2011. Mekanisme Senyawa Kimia Antibiotik.
(online).(http://micymicy.blogspot.com/2011/02/blog12-keluhan-digesti-skenario
113.html, diakses 20 April 2015).
Evans, C.W. 2009. Pharmacognosy Trease and Evans 16th Ed. London: Saunders Elsevier.
Pp :263, 356.
Geidam Y.A., Ambali AG., Onyeyili PA. 2007. Preliminary Phytochemical and Bacterial
Evaluation of Crude Aqueous Extract of Psidium guajava Leaf. Journal of
Applied Sciences 7(4):511-514.
Greenwood. 1995. Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial And
Chemoterapy.Mc. Graw Hill Company, USA.
Harborne JB. 1996 Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Meanganalisis Tumbuhan,
Terbitan ke-2. ITB Press, Bandung.
Karou D, Savadogo A, Canini A, Saydou Y, Monstesano C, Simpore J, Coilizzi V, Traore
AS. 2005. Antibacterial activity of alkaloids from Sida acuta. African Journal of
Biotechnology 4(12): 1452-1457.
Keyser FH, Bienz KA, Eckert J. 2005. Medical Microbiology.
http://micro.magnet.fsu.edu/phytocemicals. diakses 18 April 2015.
Li H, Wang Z, Liu Y. 2003. Review in the studies on tannins activity of cancer prevention
and anticancer. Zhong-Yao-Cai 26(6): 444-448.
210
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 203-211
211