Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale Rosc.

) DALAM MENINGKATKAN
UMUR SIMPAN DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SALE PISANG BASAH

GINGER (Zingiber officinale Rosc.) UTILIZATION WITHIN INCREASING


SHELF LIFE AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF

Kawiji 1), Rohula Utami 1), Erwin Nur Himawan 2)


1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
2)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
This research aimed to find out the submersion effect of ginger solution towards shelf life, antioxidant
earch used Completely Randomized Design
with five treatments based on the difference of ginger solution concentration. They were control/sample without
submersion, 5:100 ginger extract, 10:100 ginger extract, 15:100 ginger extract and 20:100 ginger extract. This
research used three kinds of analysis that were consisted of total mold/yeast count, antioxidant activity, and

pisang to
5th, 10th, 15th, and 20th
submerged in ginger solution. Therefore it can be a long-

extract, 15:100 ginger extract, and 20:100 ginger extract. Organoleptic test showed that at overall parameter,

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman larutan jahe terhadap umur simpan,
aktivitas antioksidan, total fenol, dan penerimaan konsumen sale pisang basah. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan berdasarkan perbedaan konsentrasi ekstrak jahe.
Adapun perlakuan tersebut yaitu kontrol/tanpa perendaman larutan jahe, ekstrak jahe 5:100, ekstrak jahe 10:100,
ekstrak jahe 15:100, dan ekstrak jahe 20:100. Penelitian menggunakan lima macam analisis yang terdiri dari
analisis aktivitas antioksidan, total fenol, kadar air, total kapang, dan penerimaan konsumen. Analisis aktivitas
antioksidan dan total fenol dilakukan terhadap sampel sale pisang basah tanpa penyimpanan, namun untuk
analisis kadar air dan total kapang dilakukan pada sale pisang basah dengan penyimpanan hari ke 0, 5, 10, 15,
dan 20. Hasil analisis menunjukkan bahwa umur simpan sale pisang basah meningkat setelah direndam dalam
larutan jahe sehingga menjadikan produk tersebut lebih awet. Aktivitas antioksidan dan total fenol pada sale
pisang basah secara berurutan dari yang paling kecil adalah sampel tanpa perendaman, ekstrak jahe 5:100,
ekstrak jahe 10:100, ekstrak jahe 15:100, dan ekstrak jahe 20:100. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa
secara keseluruhan sale pisang basah yang paling disukai adalah sampel dengan konsentrasi larutan jahe 10:100.
Kata kunci : aktivitas antioksidan, ekstrak jahe, kapang,

PENDAHULUAN vitamin C sebesar 13,8 miligram (Khomsan,


2002).
Buah pisang merupakan hasil tanaman Pisang seperti halnya buah
hortikultura yang banyak digemari oleh klimakterik yang lainnya, masih mengalami
banyak orang baik di dalam maupun luar respirasi dan transpirasi setelah pemanenan.
negeri. Selain karena kelezatannya, buah ini Hal ini yang menyebabkan buah pisang
juga digemari karena kandungan gizinya mudah rusak. Respirasi dan transpirasi
yang cukup baik. Kandungan gizi buah merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah
pisang per 100 gram berat kering mampu sehingga dalam jangka waktu tertentu akan
memberikan energi sebesar 136 kalori dan terjadi kemunduran mutu akibat penggunaan
dominasi oleh komponen gizi makronutrien dan perombakan zat-zat tersebut, padahal
berupa serat sebesar 3 gram, protein 1,2 produksinya cukup tinggi dan bukan
gram, serta lemak 0,2gram dan komponen merupakan buah musiman, sehingga
gizi mikronutrien berupa kalium sebesar 88 biasanya pemasaran pisang hanya disekitar
miligram, magnesium 44,1 miligram dan daerah yang memproduksinya saja atau
bahkan dikonsumsi sendiri. Untuk mencegah

113 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011
kerusakan tersebut dapat dilakukan luas tanpa mengindahkan dampaknya
pengolahan, misalnya dalam bentuk keripik, terhadap kesehatan konsumen.
dodol, sale, anggur, dan lain sebagainya. Secara umum ada dua jenis bahan
Beragam jenis makanan hasil olahan buah pengawet yang dikelompokkan berdasarkan
pisang yang relatif populer antara lain Kripik sifatnya yaitu bahan pengawet kimia dan
Pisang asal Lampung, Sale pisang bahan pengawet alami. Pemakaian bahan
(Bandung), Pisang Molen (Bogor), dan epe pengawet kimia masih sering dijumpai,
(Makassar). namun kasus ditemukannya pengawet kimia
Sale pisang merupakan salah satu yang berbahaya bagi kesehatan manusia
hasil olahan buah pisang yang telah dalam beberapa produk makanan, dapat
mengalami pengeringan dengan cara dijemur menyadarkan masyarakat untuk lebih selektif
atau diasap. Pengeringan menyebabkan kadar dalam mengkonsumsi makanan. Melihat
air turun dan secara relatif kadar gula naik. potensi penggunaan bahan pengawet kimia
Seiring penurunan kadar air, warna pisang yang cukup berbahaya ini, maka perlu
juga mengalami perubahan, yaitu menjadi adanya alternatif bahan pengawet yang lebih
coklat muda sampai coklat kehitaman. Sale aman dan alami untuk produk sale pisang
dikenal mempunyai rasa dan aroma yang basah ini. Salah satu bahan yang memiliki
khas. kemampuan sebagai antimikroba dan
Terdapat dua macam sale pisang yang antoksidan antara lain jahe (Zingiber
biasa dipasarkan, yang pertama yaitu sale officinale rosc.).
pisang kering yang dari kenampakan luarnya Seperti halnya jenis rempah-rempah
mirip keripik pisang dan yang kedua yaitu yang lain, jahe memiliki kemampuan
sale pisang basah yang memiliki tekstur yang mempertahankan kualitas pangan yaitu
lebih empuk. Perbedaan lain dari kedua sebagai antimikrobia (Uhl, 2000). Aktivitas
macam sale pisang tersebut adalah pada antimikroba jahe terhadap mikroba perusak
proses pembuatanya, yaitu pada sale pisang dan patogen menunjukkan bahwa jahe
kering melalui tahapan penggorengan, memiliki kemampuan mengawetkan,
sedangkan pada sale pisang basah tidak. sehingga tidak perlu lagi menambahkan
Pembuatan sale pisang basah yang tidak bahan pengawet kimia. Menurut Ariviani
melalui proses penggorengan menyebabkan (1999) dalam Hasyim (2009), jahe memiliki
sale pisang basah memiliki umur simpan berbagai kandungan zat yang diperlukan oleh
yang cenderung lebih pendek, sehingga tubuh, kandungan zat tersebut antara lain
mudah ditumbuhi mikroba pembusuk yang minyak atsiri (0,5 - 5,6%), zingiberon,
menyebabkan sale tersebut busuk dan rusak. zingiberin, zingibetol, barneol, kamfer,
Melihat keadaan tersebut, maka perlu adanya folandren, sineol, gingerin, vitamin (A, B 1,
usaha untuk meningkatkan umur simpan sale dan C), karbohidrat (20 60%) damar (resin)
pisang basah dan salah satu cara yang bisa dan asam asam organik (malat, oksalat).
dilakukan adalah dengan menambahkan Selain sebagai antimikroba, jahe juga
bahan pengawet kedalam sale pisang basah memiliki kemampuan sebagai antioksidan
tersebut. (Uhl, 2000). Oleh karena itu perlu dilakukan
Bahan pengawet dibutuhkan untuk pengkajian tentang pengaruh penambahan
mencegah aktivitas mikroorganisme ataupun jahe terhadap umur simpan dan aktivitas
mencegah proses peluruhan yang terjadi antioksidan sale pisang basah. Tujuan
sesuai dengan pertambahan waktu, agar penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
kualitas makanan senantiasa terjaga sesuai ekstrak jahe terhadap total kapang/khamir,
dengan harapan konsumen. Dengan aktivitas antioksidan dan penerimaan
demikian, pengawet diperlukan dalam konsumen sale pisang basah melalui uji
pengolahan makanan, namun kita harus tetap organoleptik.
mempertimbangkan keamanannya. Hingga
kini, penggunaan pengawet yang tidak sesuai
masih sering terjadi dan sudah sedemikian

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011 114
METODE PENELITIAN sampai pisang berwarna lebih gelap dan
pencetakan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam Perancangan Penelitian dan Analisis Data
pembuatan sale pisang yaitu jenis Pisang Penelitian menggunakan pola
Ambon sedangkan jahe yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan lima
Jahe Emprit. Jahe Emprit dipilih yang sudah perlakuan berdasar perbedaan konsentrasi
tua dan tidak rusak atau dalam kondisi bagus. ekstrak jahe yang ditambahkan. Adapun
Digunakan Jahe Emprit karena mempunyai perlakuan tersebut yaitu: sampel kontrol
kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang (Perlakuan 1/sale tanpa perendaman), ekstrak
cukup tinggi dan harganya relatif murah. jahe 5:100 (Perlakuan 2), ekstrak jahe 10:100
Bahan-bahan tersebut diperoleh dari pasar (Perlakuan 3), ekstrak jahe 15:100
tradisional di Surakarta. Uji Total (Perlakuan 4) dan ekstrak jahe 20:100
Kapang/khamir menggunakan media PDA (Perlakuan 5). Data yang didapat dianalisis
(Photatoes Dextrose Agar), Analisis dengan ANOVA untuk mengetahui ada
antioksidan dengan metode DPPH tidaknya beda nyata masing-masing
menggunakan bahan berupa methanol, perlakuan 0.05. Sale Pisang
aquades dan larutan 1,1-diphenyl-2- yang sudah jadi disimpan pada loyang dalam
picrylhydrazyl (DPPH) 0,1 mM. keadaan terbuka (tanpa pengemas) kemudian
Alat yang digunakan untuk pembuatan dilakukan analisa total kapang/khamir pada
sale pisang adalah pisau, baskom, hari ke 0, 5, 10, 15, dan hari ke 20. Analisa
tampah/Loyang, alat pencetak dan cabinet antioksidan (DPPH) dan uji organoleptik
dryer sedangkan untuk preparasi ekstrak jahe dilakukan terhadap sampel tanpa
menggunakan alat pisau/slicer, baskom, penyimpanan.
penepung/blender, timbangan. Alat untuk
analisa antara lain cawan petri, tabung reaksi,
pipet 1 ml, erlenmeyer, botol timbang, HASIL DAN PEMBAHASAN
penjepit, oven, desikator, timbangan analitik,
labu takar, vortex dan spektrofotometer. Sale pisang merupakan salah satu hasil
Tahapan Penelitian olahan buah pisang yang telah mengalami
pengeringan dengan cara dijemur. Proses
Preparasi Sampel / Ekstrak Jahe penjemuran berlangsung selama kurang lebih
Rimpang jahe dibersihkan dan dicuci. 7 hari. Perlakuan sampel dengan perendaman
Setelah itu jahe diiris tipis-tipis ekstrak jahe, sebelum dilakukan penjemuran
menggunakan slicer. Setelah diiris, dilakukan terlebih dahulu buah pisang yang akan dibuat
pengecilan ukuran menggunakan blender. sale direndam dengan ekstrak jahe selama 10
Jahe yang telah diblender selanjutnya menit. Parameter yang diamati meliputi
diekstrak dengan air mendidih. Setelah pengujian total kapang/khamir, aktivitas
tercampur, ekstrak disaring dan hasil antioksidan, dan penerimaan konsumen.
saringan digunakan sebagai media
perendaman. Variasi ekstrak jahe yang Total Kapang/Khamir
digunakan yaitu ekstrak jahe dengan Analisa total kapang/khamir
perbandingan jahe (g) dan air (ml) 5:100 ; dilakukan pada penelitian ini dikarenakan
10:100 ; 15:100, 20:100 dan kontrol (tanpa kondisi sale pisang basah yang mempunyai
perendaman). kadar air yang cukup tinggi, sehingga
menjadikan sale pisang basah menjadi media
Pembuatan Sale Pisang Basah yang sesuai untuk pertumbuhan kapang.
Proses pembuatan sale pisang basah Kontaminasi yang disebabkan oleh kapang
dimulai dengan pengupasan kulit pisang yang menyebabkan sale pisang basah memiliki
telah tua dan matang. Pisang yang telah umur simpan yang pendek. Perhitungan
terkupas kemudian direndam dalam ekstrak kapang/kamir dilakukan pada hari ke 0, 5,
jahe selama 10 menit dan ditiriskan. 10, 15, dan 20, hal ini dilakukan dengan
Selanjutnya dilakukan pengeringan pisang tujuan mengamati tingkat pertumbuhan

115 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011
kapang/khamir setiap 5 harinya. Hasil analisa sebanyak 1,1x104 cfu/g. Sampel yang juga
total kapang/khamir sale pisang basah dapat tidak sesuai syarat mutu tersebut adalah
dilihat pada Tabel 1. sampel yang disimpan selama 20 hari dengan
Pada pengamatan hari ke-0 dan hari ke- perendaman konsentrasi ekstrak jahe sebesar
5, sampel tanpa perendaman ekstrak jahe dan 5:100 dengan jumlah kapang sebanyak
sampel perendaman ekstrak jahe 5:100 1,3x104 cfu/g. Sehingga berdasarkan SNI
menunjukkan adanya kapang/khamir yang tersebut, umur simpan sale pisang basah
terdeteksi, sedangkan pada sampel dengan tanpa perendaman kurang dari 10 hari, umur
perendaman ekstrak jahe 10:100; 15:100; dan simpan sale pisang basah dengan
20:100 tidak terdeteksi adanya perendaman ekstrak jahe 5:100 kurang dari
kapang/khamir. Terdeteksinya 20 hari, dan umur simpan sale pisang basah
kapang/khamir pada hari ke-0 dimungkinkan dengan konsentrasi ekstrak jahe 10:100,
karena adanya kontaminasi mikroba pada 15:100 dan 20:100 selama lebih dari 20 hari.
saat pembuatan sale pisang basah. Hal ini menunjukkan bahwa umur simpan
Total kapang/khamir yang terdeteksi sale pisang basah bertambah setelah
pada setiap pengamatan, sampel kontrol lebih direndam dalam ekstrak jahe.
besar dibandingkan sampel dengan Chandarana, et al., (2004)
perendaman ekstrak jahe 5:100 dan mengemukakan bahwa air jahe memiliki efek
konsentrasi yang lebih besar. Hal ini antibakteri yang ditunjukkan dengan zona
menunjukkan bahwa jahe memiliki hambatan E. coli sebesar 12,63 mm dan S.
kemampuan sebagai antimikrobia sehingga aureus sebesar 12,33 mm. Stoyanova, et al.,
sampel yang direndam ekstrak jahe tidak (2006) menyebutkan bahwa oleoresin
mudah ditumbuhi oleh kapang/khamir. tanaman jahe memiliki aktivitas antibakteri
Tabel 1 menampilkan bahwa terhadap S. aureus dengan KHM 60 ppm dan
pengamatan hari ke-10 dan hari ke-15 diameter zona hambat 19 mm. Sejalan
menunjukkan adanya jumlah kapang yang dengan pernyataan tersebut, Yurhamen
terdeteksi yaitu pada sale pisang basah (2002) mengemukakan bahwa minyak atsiri
kontrol, sampel dengan ekstrak jahe 5:100 jahe dapat menghambat pertumbuhan
dan sampel dengan ekstrak jahe 10:100. Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus
Pertumbuhan kapang/khamir pada sampel serta jamur Neurospora sp. dan Penicillium
dengan ekstrak jahe 20:100 masih belum sp. Hasil penelitian Zakaria (2000)
terdeteksi. Jumlah kapang/khamir terbanyak menjelaskan bahwa kandungan minyak atsiri
ada pada sampel kontrol, diikuti sampel pada minuman jahe yang berasal dari jahe
dengan konsentrasi 5:100, 10:100 dan paling segar dan ekstrak jahe sebesar 1,38% dan
sedikit pada ekstrak jahe 15:100. Hal ini 2,21% dan oleorisin pada sampel yang sama
menunjukkan bahwa semakin besar sebesar 11,3% dan 29,26%. Senyawa yang
konsentrasi ekstrak jahe yang digunakan terkandung dalam jahe tersebut mampu
pada sampel maka semakin besar pula menghambat pertumbuhan kapang/khamir
kemampuan ekstrak jahe tersebut sehingga umur simpan sale pisang basah
menghambat pertumbuhan kapang/khamir meningkat setelah direndam dalam ekstrak
pada sale pisang basah sehingga jumlah jahe.
kapang/khamir yang terdeteksi semakin
Aktivitas Antioksidan
kecil.
Pengujian aktivitas antioksidan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-
dilakukan pada hari ke-0, dan dilakukan
4319-1996 tentang sale pisang menyatakan
dengan tujuan mengetahui aktivitas
bahwa syarat mutu untuk uji kapang dan
antioksidan pada sampel yang direndam
khamir adalah jumlah maksimal sebanyak
dalam ekstrak jahe dengan berbagai
1x104 cfu/g. Berdasarkan SNI tersebut maka
konsentrasi dan sampel yang tidak melalui
sale pisang yang sudah tidak sesuai syarat
proses perendaman (kontrol). Dari pengujian
mutu adalah sale pisang yang disimpan
diperoleh aktivitas antioksidan sampel tanpa
selama 10 hari tanpa perendaman ekstrak
perendaman (kontrol), ekstrak jahe 5:100,
jahe (kontrol) dengan total kapang/khamir
10:100, 15:100 dan 20:100 berturut-turut

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011 116
Tabel 1. Hasil Analisis Total Kapang/Khamir Sale Pisang Basah
Perlakuan Total Kapang/Khamir (log cfu/g)
pada Pengamatan Hari ke-
0 5 10 15 20
Tanpa perendaman 3.09 c 3.88 c 4.04 e 4.11 e 4,30 e
Ekstrak jahe 5:100 2.38 b 3.48 b 3.80 d 3.93 d 4.09 d
a a c c
Ekstrak jahe 10:100 ND ND 3.02 3.69 3.91 c
Ekstrak jahe 15:100 ND a ND a 2.65 b 3.35 b 3.81 b
a a a a
Ekstrak jahe 20:100 ND ND ND ND 3.49 a
Keterangan :
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 (berlaku
pada kolom yang sama).
ND = Not Detected (tidak terdeteksi) pada pengenceran 10-2
SNI 01-4319-1996 = log 1x10 4 cfu/g = 4.00

adalah 12,81% ; 44,68%; 51,35%; 52,18%; Uji Organoleptik Sale Pisang Basah
dan 57,60% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan Uji organoleptik sangat penting bagi
semakin besar konsentrasi ekstrak jahe maka setiap produk, karena berkaitan dengan
semakin besar pula aktivitas antioksidan dari penerimaan konsumen terhadap produk
sale pisang basah. tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana
tingkat penerimaan panelis terhadap sale
Tabel 2. Hasil Analisa Aktivitas Antioksidan
pisang basah yang dalam pembuatannya
per Gram Sale Pisang Basah
dilakukan perendaman ekstrak jahe dengan
Perlakuan Aktivitas Antioksidan
berbagai variasi konsentrasi, maka digunakan
(%)
uji kesukaan atau hedonik tes. Pada
Tanpa perendaman 12.81 ± 0.1473 a penelitian ini parameter organoleptik yang
Ekstrak jahe 5:100 diujikan kepada 25 orang panelis adalah
44.68 ± 0.1472 b
warna, aroma, rasa, kekenyalan dan
Ekstrak jahe 10:100 51.35 ± 0.1472 c keseluruhan. Semakin tinggi skor yang
Ekstrak jahe 15:100 52.18 ± 0.1472 d diberikan berarti nilai kesukaan juga semakin
Ekstrak jahe 20:100 57.60 ± 0.1472 e tinggi dan batasan skor tersebut adalah dari
yang paling tidak disukai yaitu angka 1 dan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda
menunjukkan adanya beda nyata pada taraf 0,05.
yang paling disukai yaitu angka 7.
Hasil uji kesukaan, parameter warna
Dari hasil analisis statistik dapat dilihat yang paling disukai panelis adalah sampel
bahwa setiap perlakuan perendaman ekstrak kontrol atau tanpa perendaman (5.32) yang
jahe menunjukkan adanya beda nyata. Hal ini hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan
menunjukkan bahwa peningkatan sampel perendaman ekstrak jahe 5:100.
perendaman ekstrak jahe dengan berbagai Sampel perendaman ekstrak jahe 20:100
konsentrasi seperti yang ditampilkan pada memiliki angka paling kecil (3.76) dan hasil
Tabel 2 memberikan hasil yang berbeda ini tidak berbeda nyata dengan sampel
nyata pada aktivitas antioksidan masing- perendaman ekstrak jahe 10:100 dan 15:100.
masing sampel. Sampel tanpa perendaman Pada proses penjemuran sale pisang, produk
(kontrol) mempunyai aktivitas antioksidan mengalami penurunan kadar air, dan seiring
paling kecil (12,81%). Hasil penelitian dengan penurunan kadar air warna pisang
menunjukkan aktivitas antioksidan pada juga mengalami perubahan, yaitu menjadi
sampel naik secara berurutan mulai dari coklat muda sampai coklat kehitaman.
sampel tanpa perendaman ekstrak jahe Aroma memiliki peranan yang sangat
(kontrol) hingga sampel dengan perendaman penting untuk produk makanan. Sebelum
ekstrak jahe 20:100 sehingga semakin tinggi mengkonsumsi tentu terlebih dahulu aroma
konsentrasi ekstrak jahe yang diberikan, makanan tercium oleh indera hidung, apabila
semakin besar pula aktivitas antioksidan. aroma pada produk terlalu menyengat atau

117 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011
Tabel 3. Hasil Pengujian Organoleptik Sale Pisang Basah
Perlakuan Tingkat Kesukaan (*)
warna aroma Rasa Kekenyalan Kesukaan
Tanpa
5.32 ± 1.435 c 4.80 ± 1.414 b 4.64 ± 1.469 bc 4.32 ± 1.435 ab 4.64 ± 1.350 c
perendaman
Ekstrak
5.08 ± 1.038 c 4.88 ± 1.333 b 4.96 ± 1.098 c 5.00 ± 1.155 b 4.88 ± 1.013 c
jahe 5:100
Ekstrak
4.20 ± 1.225 b 4.24 ± 0.128 b 4.72 ± 0.980 c 4.12 ± 1.236 a 4.92 ± 0.862 c
jahe 10:100
Ekstrak
3.44 ± 1.121 a 3.32 ± 0.802 a 4.04 ± 1.172 b 3.60 ± 1.384 a 3.64 ± 1.036 b
jahe 15:100
Ekstrak
3.76 ± 0.165 ab 2.92 ± 0.954 a 2.48 ± 0.653 a 4.32 ± 1.406 ab 2.84 ± 0.898 a
jahe 20:100
Keterangan :
* Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan adanya beda nyata pada taraf 0,05 (berlaku pada kolom yang sama).
* Skor 1 = sangat tidak suka, skor 3 = kurang suka, skor 5 = suka, skor 7 = sangat suka.

terkesan hambar tentu membuat konsumen pembuatan sale pisang basah mengenai rasa
tidak tertarik untuk mengkonsumsi. Aroma yang disukai konsumen adalah pada
sale pisang basah yang paling tidak disukai konsentrasi 5:100 sampai dengan 10:100.
oleh panelis adalah pada sale pisang basah Konsentrasi yang terlalu tinggi yaitu 15:100
dengan perendaman ekstrak jahe 20:100. atau 20:100 akan memberikan rasa yang
Hasil uji organoleptik yang diperoleh dari kurang disukai panelis yang mungkin bisa
tingkat kesukaan terhadap parameter aroma disebabkan karena rasa produk yang terlalu
sale pisang basah dapat dilihat pada Tabel 3. pedas.
Aroma yang paling disukai oleh panelis Tabel 3 menunujukkan bahwa secara
adalah pada sampel dengan ekstrak jahe garis besar perendaman ekstrak jahe tidak
5:100 namun hasil yang ditunjukkan tidak memberikan perbedaan yang nyata pada
berbeda nyata dengan pada sampel dengan setiap sampel sale pisang basah terhadap
ekstrak jahe 10:100 dan kontrol. tingkat kesukaan pada parameter kekenyalan.
Sampel dengan ekstrajk jahe 15:100 Sampel dengan ekstrak jahe 5:100 paling
dan 20:100 tingkat kesukaannya mulai turun disukai dengan ditampilkannya angka
dan hasil yang diperoleh pada sampel dengan tertinggi diantara sampel yang lain (5.00).
konsentrasi ekstrak jahe 15:100 dan 20:100 Fluktuatif yang dihasilkan menunjukkan
menunjukkan adanya beda nyata dengan bahwa ekstrak jahe yang diberikan pada
sampel tanpa perendaman. Hasil tersebut sampel tidak memberikan pengaruh yang
dimungkinkan karena aroma jahe yang signifikan terhadap kekenyalan sale pisang
terlalu kuat, sehingga sebagian besar panelis basah.
mulai mencium aroma yang terlalu tajam. Dari hasil parameter keseluruhan
Hal ini menunjukkan bahwa aroma sampel terlihat bahwa pada sampel dengan
dengan ekstrak jahe 15:100 mulai tidak perendaman ekstrak jahe 10:100 menjadi
disukai oleh panelis, dan semakin didukung sampel yang paling digemari panelis. Hasil
dengan hasil yang diperoleh pada sampel tersebut tidak menunjukkan adanya beda
dengan ekstrak jahe 20:100 yang nyata dengan sampel perendaman ekstrak
menunjukkan bahwa panelis tidak menyukai jahe 5:100 dan tanpa perendaman. Parameter
aroma pada konsentrasi tersebut. keseluruhan menunjukkan bahwa panelis
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kurang menyukai sampel dengan
rasa sale pisang basah yang paling digemari perendaman ekstrak jahe yang terlalu tinggi.
panelis adalah pada sale dengan perendaman Panelis mulai tidak menyukai sampel dengan
ekstrak jahe 5:100. Hasil ini tidak berbeda perendaman ekstrak jahe 15:100 dan tingkat
nyata dengan sale dengan perendaman kesukaan semakin turun pada sale pisang
ekstrak jahe 10:100. Bisa diketahui bahwa basah dengan konsentrasi ekstrak jahe
konsentrasi ekstrak jahe yang tepat dalam 20:100. Jadi konsentrasi ekstrak jahe yang

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011 118
tepat yang masih disukai oleh panelis dan Khomsan, Ali. 2002. Sehat dengan Makanan
tetap memiliki kemampuan untuk Berkhasiat. PT Kompas Media
memperpanjang umur simpan sale pisang Nusantara. Jakarta.
basah adalah konsentrasi ekstrak jahe 10:100.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4319-
1996 tentang Sale Pisang.
KESIMPULAN DAN SARAN Stoyanova A., Denkova Z., Nenov N.,
Slavchev A., Jirovetz L., Buchbauer
Kesimpulan G., Lien H.N., Schmidt E., Geissler M.
1. Perlakuan perendaman ekstrak jahe 2006. C2H2F4 Oleoresins of black
mampu meningkatkan umur simpan sale
Uhl, S.R. 2000. Handbook of Spices,
pisang basah. Sampel tanpa perendaman
Seasonings and Flavoring. Technomic
ekstrak jahe mempunyai umur simpan
Publishing Co. Inc. Lancaster-USA.
kurang dari 10 hari, sampel dengan
ekstrak jahe 5:100 mempunyai umur Yurhamen. 2002. Uji Aktivitas Anti Mikroba
simpan kurang dari 20 hari, dan sampel Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol
dengan konsentrasi ekstrak jahe diatas Lengkuas (Alpinia galanga). Jurusan
5:100 memiliki umur simpan lebih dari 20 Kimia FMIPA Universitas Riau. Riau.
hari. Zakaria et al., 2000. Pengaruh Konsumsi
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
yang digunakan untuk perendaman, Terhadap Kadar Malonaldehida dan
aktivitas antioksidan sale pisang basah Vitamin E Plasma Pada Mahasiswa
yang dihasilkan semakin besar. Pesantren Ulil Albaab Kedung Badak,
3. Ditinjau dari segi organoleptik, sale Bogor. Buletin Teknologi dan Industri
pisang basah yang paling disukai adalah Pangan, Vol. XI, No. 1, Th. 2000. IPB.
sale pisang basah dengan perlakuan Bogor.
perendaman ekatrak jahe 10:100.
Saran
Penelitian ini masih perlu
disempurnakan dengan penelitian lebih lanjut
tentang umur simpan sale pisang basah
perlakuan perendaman ekstrak jahe
konsentrasi 10:100 dengan menggunakan
berbagai jenis pengemas.

DAFTAR PUSTAKA

Chandarana, H., Baluja S. dan Sumitra V. C.


2004. Comparison Of Antibacterial
Activities Of Selected Species Of
Zingiberaceae Family And Some
Synthetic Compounds. Saurashtra
University, India, Turk J Biol 29 (2005)
83-97
Hasyim, N. 2009. Kajian Kerusakan Minyak
dengan
Penambahan Ekstrak Jahe (Zingiber
Officinale Roscoe) Selama
Penyimpananan. Skrikpsi Fakultas
Pertanian. UNS. Surakarta.

119 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IV, No. 2, Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai