Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google

ISSN: 2252-3979
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio

Efektivitas Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus


acidus) terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti

Efektivitas Ekstrak Daun Phyllanthus acidus


Terhadap Kematian Larva Aedes aegypty

Yulida Catur Pratiwi, Tjipto Haryono, Yuni Sri Rahayu


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Aedes aegypti merupakan vektor penyakit arbovirus, antara lain demam berdarah, demam kuning, ensefalitis dan chikungunya.
Salah satu cara pengendalian vektor, yaitu penggunaan larvasida nabati dari daun ceremai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kandungan metabolit sekunder ekstrak daun ceremai; mendeskripsikan pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap mortalitas larva Aedes
aegypti; serta menentukan konsentrasi letal ekstrak daun ceremai yang menyebabkan kematian 50% dan 90% (LC50 dan LC90) pada 24,
48, dan 72 jam setelah pengobatan. Penelitian bersifat eksperimental laboratorium menggunakan rancangan acak lengkap.

Sasaran penelitian yaitu larva Aedes aegypti instar III yang diberi perlakuan berupa ekstrak daun ceremai dengan konsentrasi 0,4%; 0,6%;
0,8%; 1,0%; 1,2%; serta 0% sebagai kontrol. Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali dengan tiap unit perlakuan berisi 20 jentik Aedes
aegypti. Kematian dilakukan setiap 24 jam selama 3 hari kemudian data dianalisis menggunakan One Way ANOVA, uji Tukey (BNJ), dan
Probit. Berdasarkan uji profil fitokimia, ekstrak daun ceremai mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun ceremai berpengaruh secara nyata terhadap mortalitas larva Aedes aegypti, baik pada 24, 48
maupun 72 jam setelah perlakuan. LC50 dan LC90, yaitu: 0,505% dan 0,922% pada 24 jam setelah perlakuan; 0,432% dan 0,732% pada
48 jam setelah pengobatan; 0,421% dan 0,682% pada 72 jam setelah perlakuan.

Kata kunci: Aedes aegypti; daun seremai; larva kematian; LC50; LC90

ABSTRAK
Aedes aegypti merupakan vektor penyakit arbovirus yaitu demam berdarah dengue, demam kuning, ensefalitis, dan chikungunya.
Salah satu pengendalian vektor adalah dengan menggunakan larvasida nabati dari daun Phyllanthus acidus. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan metabolit sekunder ekstrak daun Phyllanthus acidus; mendeskripsikan pengaruh pemberian ekstrak daun Phyllanthus
acidus terhadap mortalitas larva Aedes aegypti; dan untuk mengetahui konsentrasi letal ekstrak daun Phyllanthus acidus terhadap mortalitas
50% dan 90% (LC50 dan LC90) pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan. Ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain acak
lengkap. Objek percobaan adalah larva Aedes aegypti instar III yang diberi cairan ekstrak daun Phyllanthus acidus: 0,4% ; 0,6%; 0,8%; 1,0%;
1,2%; dan 0% sebagai kontrol. Terdapat 4 ulangan dan setiap unit perlakuan terdiri dari 20 larva.
Penghitungan kematian dilakukan setiap 24 jam selama 3 hari, kemudian dianalisis dengan One Way ANOVA, Tukey (HSD), dan Probit.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun Phyllanthus acidus mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin.
Ekstrak daun Phyllanthus acidus berpengaruh nyata terhadap kematian larva Aedes aegypti pada jam ke-24, 48, dan 72 setelah
perlakuan. LC50 dan LC90 adalah: 0,505% dan 0,922% pada 24 jam setelah perawatan; 0,432% dan 0,732% pada 48 jam setelah
perawatan; 0,421% dan 0,682% pada 72 jam setelah perawatan.

Kata kunci: Aedes aegypti; daun phyllanthus acidus; kematian larva; LC50; LC90

ÿAe . aegypti lingkungan dan menyebabkan keracunan pada


merupakan vektor penyakit arbovirus organisme nonsasaran. Kasus resistensi larva
berbahaya yang dapat mengakibatkan kematian Ae. aegypti terhadap larvasida sintetik, temefos
seperti DBD (Demam Berdarah Dengue), yellow (Abate), terjadi di beberapa negara seperti
fever, encephalitis, dan cikungunya (Ndione Brazil, Bolivia, Argentina, Venezuela, Cuba,
dkk., 2007; Supartha, 2008). Salah satu cara French Polynesia, Karibia, dan Thailand (Felix,
pengendalian vektor (Ae. aegypti), yaitu 2008). Di Indonesia terjadi indikasi kerentanan
menggunakan larvasida. Penggunaan larvasida kerentanan larva Ae. aegypti terhadap temefos
sintetik dapat menyebabkan resistensi, (Gafur dkk, 2006).
resurgensi, serta sulit terdegradasi sehingga hal
Machine Translated by Google

198 Lentera Bio Vol. 2 No. 3 September 2013:197–201

Daun ceremai mengandung senyawa Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak


flavonoid, tanin, dan saponin yang dapat Lengakap (RAL) dengan pengulang sebanyak
merusak permeabilitas membran sel, koagulator 4 kali.
protein, menghambat kerja enzim, dan Peralatan yang digunakan dalam penelitian
menghambat proses pencernaan protein ini antara lain rotary vacuum evaporator, neraca,
(Robinson, 1995; Cowan, 1999; Widodo, 2005). labu erlenmeyer, stirrer, termometer, pH meter,
Hasil penelitian Nirmawati (2010), menunjukkan gelas plastik (test cup), botol fial, pipet, dan
bahwa ekstrak daun ceremai memiliki efek mikroskop. Bahan-bahan yang digunakan dalam
larvasida terhadap larva Anopheles aconitus denganpenelitian
LC50 daniniLC99
antara lain daun ceremai, metanol,
sebesar 0,505% dan 1,23%. Hal ini menjadi air, larva Ae. aegypti instar III, FeCl3 1%, HCl
acuan untuk menggunakan ekstrak daun 37%, etanol 95%, HCl 1%, serbuk, dan Mg.
ceremai sebagai larvasida Ae. aegypti yang Daun ceremai yang telah dibersihkan,
merupakan satu famili dengan An. aconitus, yaitu Culicidae.
dikeringanginkan selama 7 hari kemudian
memiliki persamaan
Sebuah. Larva,
aconitus
yaitudan
hidup
Ae.pada
aegypti
habitat dihaluskan. Serbuk daun ceremai dimaserasi
akuatik. menggunakan metanol dengan perbandingan
Namun larva An. aconitus dan Ae. aegypti 1:3 (untuk perendaman pertama), dan 1:2
berbeda habitat, morfologi, dan anatomi sehingga (untuk perendaman kedua dan ketiga). Tiap
perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas perendaman dilakukan selama 24 jam. Filtrat
ekstrak daun ceremai terhadap mortalitas larva yang diperoleh menggunakan rotary vacuum evaporator
Ae. aegypti. sehingga diperoleh ekstrak daun ceremai.
pengaruh larvasida terhadap larva nyamuk Uji flavonoid. Ekstrak daun ceremai
dapat diketahui dengan memasukkan larva ke seberat 0,5 gram, 1-2 ml air panas, dan sedikit
dalam suatu larutan uji (larutan larvasida) serbuk Mg dimasukkan ke dalam botol fial kemudian
dengan berbagai konsentrasi selama 24-48 jam ditambahkan 4-5 tetes HCl 37% dan etanol
atau bahkan lebih (WHO, 2005). Selama 95%, kocok hingga tercampur. Jika timbul
pengamatan mortalitas larva dicatat untuk warna merah, kuning, atau jingga maka ekstrak
mengetahui pengaruh larvasida terhadap larva daun ceremai positif mengandung flavonoid
nyamuk serta menentukan LC50 dan LC90. (Lathifah, 2008).
Hasil uji pendahuluan menunjukkan Uji tanin. Ekstrak daun ceremai seberat
adanya pengaruh pemberian ekstrak daun 0,5 gram, 1-2 ml air dan 2 tetes FeCl3 1%
seremai terhadap mortalitas larva Ae. aegypti, dimasukkan ke dalam botol fial kemudian
yaitu semakin tinggi konsentrasi, maka semakin dikocok hingga tercampur. Jika timbul warna
tingi mortalitas larva untuk konsentrasi ekstrak hijau kebiruan maka ekstrak daun ceremai
daun ceremai dengan rentang 0% hingga positif mengandung tanin (Lathifah, 2008).
1,2%. Larva yang mati menunjukkan kondisi Uji saponin. Ekstrak daun ceremai seberat
kaku dan lisis yang semakin meningkat seiring 0,5 gram dimasukkan ke dalam botol fial dan
konsentrasi ekstrak daun serema. ditambahkan air sebanyak 0,5 ml kemudian
Penelitian bertujuan
ini untuk mendeskripsikan dikocok selama 1 menit. Jika timbul busa,
kandungan metabolit sekunder ekstrak daun ditambahkan HCl 1%. Jika busa tetap stabil
ceremai; mendeskripsikan pengaruh ekstrak daun selama 10 menit maka ekstrak daun ceremai
ceremai terhadap mortalitas larva Aedes aegypti; positif mengandung saponin (Lathifah, 2008).
serta menentukan konsentrasi letal Uji Mortalitas pada Larva Ae. aegypti.
ekstrak daun ceremai yang menyebabkan larutan stok merupakan larutan ekstrak daun
kematian 50% dan 90% (LC50 dan LC90) pada ceremai 10%, yaitu ekstrak daun ceremai
24, 48 dan 72 jam setelah pengobatan. sebanyak 10 gram diencerkan dengan udara
hingga volumenya menjadi diencerkan
100 ml. larutan
hinggastok
BAHAN DAN METODE diperoleh konsentrasi 0,4%; 0,6%; 0,8%; 1,0%;
Penelitian bersifat eksperimental yang dan 1,2% sedangkan, konsentrasi 0%
dilakukan di Laboratorium Mikroteknik dan merupakan kontrol tanpa penambahan ekstrak
Mikrobiologi, Jurusan
Matematika
Biologi dan [ Pada tiap unit perlakuan 20 larva Ae. aegypti
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri dan diamati setiap 24 jam selama 3 hari.
Surabaya pada bulan Februari Juni 2013.
Sasaran penelitian, yaitu larva Aedes aegypti
instar III yang diberi perlakuan berupa ekstrak HASIL
daun ceremai dengan konsentrasi 0,4%; 0,6%; Pada penelitian ini uji profil fitokimia ekstrak
0,8%; 1,0%; 1,2%; serta 0% sebagai kontrol. daun ceremai meliputi uji flavonoid, tanin, dan
Machine Translated by Google

Pratiwi dkk.: Efektivitas daun ceremai 199

saponin. Uji flavonoid menggunakan metode uji Suhu media selama pengamatan, yaitu 27–
shinoda (Mg dan HCl). Ekstrak daun ceremai 28oC dengan pH berkisar 6,2–7. Larva Ae. aegypti
diencerkan dengan udara dan etanol yang diperoleh yang mati berada pada dasar media dalam kondisi
dari ekstrak daun ceremai yang berwarna hijau. bengkok atau memanjang kaku.
Larutan ekstrak daun ceremai berubah warna Persentase mortalitas larva Ae. aegypti pada 24,
menjadi jingga setelah larutan ekstrak daun ceremai 48, dan 72 jam setelah diperlakukan dengan
ditambah dengan HCl dan serbuk Mg. Hal ini menggunakan Statistik Deskriptif untuk
nilai rata-rata
mengetahui
dan
menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai standar deviasi. Uji normalitas Kolmogorov Smirnov
mengandung senyawa flavonoid (Lathifah, 2008). menunjukkan bahwa data mortalitas larva Ae.
aegypti pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan
Uji tanin menggunakan pereaksi FeCl3 yang terdistribusi normal dengan nilai signifikansi berturut-
berupa larutan berwarna kuning. Larutan ekstrak turut turut 0,435 > 0,05(ÿ); 0,399 > 0,05(ÿ); dan
daun ceremai yang berwarna hijau berubah menjadi 0,334 > 0,05(ÿ). Data selanjutnya dianalisis
hijau kebiruan setelah ditambah pereaksi FeCl3. menggunakan One Way ANOVA yang hasilnya,
Perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa yaitu FHitung
ekstrak daun ceremai mengandung tanin. Uji (1,639 x 103) > FTabel (2,74) untuk mortalitas pada
saponin dilakukan dengan metode pengokokan 24 jam setelah perlakuan; FHitung (2.116
FTabel x 103)
(2.74) >
untuk
sebab saponin memiliki karakteristik seperti sabun, mortalitas pada 48 jam setelah perlakuan; dan
yaitu mampu FHitung (1.256 x 103) > FTabel
membentuk busa. Kondisi awal dari ekstrak daun (2,74) untuk mortalitas pada 72 jam setelah
ceremai, yaitu tidak berbusa. Setelah dikocok, perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
timbul busa pada larutan ekstrak daun ceremai. daun ceremai berpengaruh nyata terhadap mortalitas
Busa tersebut bertahan dalam jangka waktu yang larva Ae. aegypti, sehingga dilanjutkan dengan uji
lama, yaitu sekitar 10 menit. Tukey (Tabel 1).
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai
mengandung saponin (Lathifah, 2008).

Tabel 1. Efektivitas ekstrak daun ceremai terhadap mortalitas larva Ae. aegypti pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan

Rerata ± Standar Deviasi


Konsentrasi Ekstrak Daun Persentase Mortalitas Larva Ae. aegypti (%)
Ceremai (%) 24 Jam Setelah 48 Jam Setelah 72 Jam Setelah Perlakuan Perlakuan Perlakuan 0,00
± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a

0 48,75 ± 2,50 b 56,25 ± 2,50 b 63,75 ± 4,79 b


0,4 63,75 ± 2,50 c 73,75 ± 4,79 c 82,50 ± 2,89 c
0,6 77,50 ± 2,89 hari 90,00 ± 0,00 hari 93,75 ± 2,50 hari
0,8 88,75 ± 2,50 e 100,00 ± 0,00 e 100,00 ± 0,00 e
1,0 1,2 100,00 ± 0,00 f 100,00 ± 0,00 e 100,00 ± 0,00 e
Keterangan: Hasil uji Tukey dengan taraf ketelitian sebesar 0,05 dinyatakan dengan notasi a, b, c, d, e, dan f. Untuk setiap kolom, notasi a, b, c, d, e, dan f
menunjukkan adanya perbedaan nyata pada setiap konsentrasi.

Terdapat perbedaan mortalitas larva pada aegypti pada konsentrasi ekstrak daun ceremai
setiap konsentrasi ekstrak daun ceremai (Tabel 1). sebesar 1,0% tidak berbeda nyata dengan mortalitas
Pada 24 jam setelah perlakuan, mortalitas larva Ae. larva Ae. aegypti pada konsentrasi 1,2%, yaitu
aegypti berbeda nyata pada tiap konsentrasi ekstrak menyebabkan mortalitas sebesar 100%.
daun ceremai. Rerata persentase mortalitas larva
meningkat seiring peningkatan konsentrasi ekstrak Konsentrasi letal yang menyebabkan mortalitas
daun ceremai dengan mortalitas terendah terjadi sebesar 50% (LC50) dan 90% (LC90) dapat
pada konsentrasi ekstrak daun ceremai sebesar diketahui dengan analisis probit. Data mortalitas
0,4% dan mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi larva Ae. aegypti yang mati pada 24, 48, dan 72
ekstrak daun ceremai sebesar 1,2%. Pada 48 dan jam setelah mempersembahkan ekstrak daun
72 jam setelah perlakuan, terdapat notasi yang seremai yang dianalisis sehingga diperoleh LC50
sama pada konsentrasi ekstrak daun ceremai 1,0% dan LC90.
dan 1,2%. LC50 dan LC90 semakin kecil seiring dengan
Hal ini menunjukkan bahwa mortalitas larva Ae. semakin lama waktu atau pemaparan,
Machine Translated by Google

200 Lentera Bio Vol. 2 No. 3 September 2013:197–201

sebab semakin lama waktu penayangan maka terhadap larva sehingga mengakibatkan kematian.
semakin besar mortalitas larva. LC50 ekstrak daun
ceremai pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan, Berdasarkan pengamatan larva Ae. aegypti
yaitu 0,505% > 0,432%, > 0,421%. LC90 pada 24, yang mati, diketahui bahwa sel-sel larva mengalami
48, dan 72 jam setelah perlakuan, yaitu 0,922% > lisis yang semakin banyak seiring dengan
0,732% > 0,682% (Tabel 2). konsentrasi ekstrak daun ceremai. Flavonoid dan
tanin termasuk kelompok senyawa fenolik yang
Tabel 2. LC50 dan LC90 ekstrak daun ceremai bersifat koagulator protein yang dapat merusak
terhadap mortalitas larva Ae. aegypti pada 24, 48, protein dengan cara membentuk kompleks dengan
dan 72 jam setelah perlakuan Lethal Concentration protein sehingga susunan protein berubah (Cowan,
(LC) 1999). Menurut Robinson (1991) dan Widodo
Waktu Ekstrak Daun Ceremai (2005) saponin dapat berikatan dengan protein
LC50 LC90 dan lipid penyusun membran sel yang
24 Jam Setelah mengakibatkan struktur protein dan lipid mengalami
0,505% 0,922%
Perlakuan perubahan. Protein dan lipid merupakan komponen
48 Jam Setelah
0,432% 0,732%
penyusun membran sel, bila salah satu penyusun
Perlakuan membran sel rusak maka tegangan permukaan
72 Jam Setelah menurun.
0,421% 0,682%
Perlakuan
Hal ini menyebabkan terjadinya osmosis komponen
Keterangan: intraseluler sehingga sel mengalami lisis.
LC50 merupakan konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan
mortalitas larva sebesar 50%, sedangkan LC90 merupakan
Flavonoid, tanin dan saponin juga memengaruhi
konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan mortalitas larva
sebesar 90%.
protein fungsional, yaitu enzim (Robinson, 1991;
Cowan, 1999; Widodo, 2005).
PEMBAHASAN Mengaktifkan enzim dapat mengganggu
Hasil uji profil fitokimia ekstrak daun ceremai metabolisme sel yang berpengaruh pada
sesuai menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai ketersedian energi tubuh. Ketika kebutuhan energi
mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan tubuh larva tidak tercukupi dapat mengakibatkan
saponin. Kandungan flavonoid ditunjukkan oleh larva lemas yang lama-kelamaan mati larva karena
adanya perubahan warna hijau tua menjadi jingga kehabisan energi. Gejala kekurangan energi pada
setelah penambahan HCl dan serbuk Mg (Lathifah, larva terlihat selama pengamatan. Larva yang
2008). Perubahan warna dari ekstrak daun cermai hidup pada larutan ekstrak media terlihat lebih
dari hijau tua menjadi hijau ketika ditambahkan pasif dibandingkan larva yang hidup pada media
FeCl3 menunjukkan adanya senyawa tanin kontrol atau konsentrasi ekstrak 0%. Larva terlihat
(Lathifah, 2008). Perubahan warna yang terjadi lebih banyak mengambang pada media dasar dan
akibat terbentuknya kovalen koordinasi antara ion gerakannya lebih lambat dibandingkan larva pada
logam dengan nonlogam (Sumadewi, 2011). kontrol terutama ketika diberi sentuhan berupa
sentuhan pada sifon maupun bagian tubuh yang
Senyawa aktif saponin bersifat seperti sabun dan lain.
dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk Kondisi larva yang mati, yaitu tenggelam dengan
busa pada pengocokan. Kemampuan saponin tubuh memanjang kaku atau membengkok.
untuk membentuk busa yang disebabkan oleh Pada saat perlakuan, suhu media 27-28 oC
kombinasi sapogenin yang bersifat nonpolar dan dan pH media berkisar 6,2-7. Menurut hasil
air pada rantai samping (Widodo, 2005). penelitian Wu dan Nian-Tai (1993) kondisi yang
Hasil penelitian Nirmawati (2010) menyatakan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bahwa senyawa-senyawa yang terkandung dalam larva Ae. aegypti, yaitu pada suhu 24-28oC dengan
ekstrak daun ceremai bersifat larvasida atau pH 6. Namun larva dapat bertahan pada kondisi
mampu mengakibatkan kematian larva An. aconitus pH 5,5-7,0. Hal ini menjadi tolok ukur bahwa
yang merupakan satu famili dengan Ae. aegypti. perubahan pH sebagai akibat penambahan ekstrak
Senyawa flavonoid, tanin, dan saponin merupakan daun ceremai tidak memengaruhi mortalitas larva
metabolit sekunder yang dalam jumlah tertentu karena pH media masih berada pada rentang yang
memiliki efek toksik aman bagi kehidupan larva Ae. aegypti.
Machine Translated by Google

Pratiwi dkk.: Efektivitas daun ceremai 201

SIMPULAN Ndione RD, Omar F, Mady N, Abdoulaye D, Jose MA, 2007.


hasil Berdasarkan penelitian tentang Efek Toksik Produk Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
efektivitas ekstrak daun ceremai terhadap pada Larva Aedes aegypti Linnaeus 1762. Jurnal
Bioteknologi Afrika, 6 (24): 2846-
mortalitas larva Ae. aegypti dapat dikatakan 2854.
bahwa ekstrak daun ceremai mengandung Nirmawati K, 2010. Efek Ekstrak Daun Ceremai (Phyllanthus
senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Ekstrak acidus [L.] Skeels) terhadap Kematian Larva Anopheles
daun ceremai berpengaruh nyata terhadap aconitus In Vitro. Skripsi. Tidak. Surakarta: Universitas
mortalitas larva Ae. aegypti pada 24, 48, dan Sebelas Maret.
72 jam setelah perlakuan, yaitu peningkatan
besar konsentrasi ekstrak daun ceremai, maka Robinsin T, 1991. Kandungan organik Tumbuhan Tinggi
peningkatan besar mortalitas larva Ae.ekstrak
Konsentrasi aegypti. (diterjemahkan oleh Padmawinata K). Bandung: ITB.
daun ceremai yang efektif mematikan larva Ae. Sumadewi NLU, 2011. Isolasi Senyawa Tanin dan Uji Efek
Hipoglikemik Ekstrak Kulit Batang Bungur (Lagerstroemia
aegypti sebesar 50% (LC50) dan 90% (LC90),
speciosa Pers.) terhadap Darah Mencit yang Diinduksi
yaitu 0,505% dan 0,922% pada 24 jam setelah Aloksan. Tesis. Tidak. Denpasar: Universitas Udayana.
perlakuan; 0,432% dan 0,732% pada 48 jam
setelah pengobatan; 0,421% dan 0,682% pada Supartha IW, 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus
72 jam setelah perlakuan. Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan
Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:Culicidae).
DAFTAR PUSTAKA Cowan Makalah. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Dies
MM, 1999. ”Produk Tumbuhan Sebagai Agen Antimikroba”. Natalis Universitas Udayana, Denpasar 3-6 September
Ulasan Mikrobiologi Klinis 12(4): 564. 2008.
Felix, 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah Kebal WHO. 2005. Pedoman Laboratorium dan Uji Lapangan
terhadap Insektisida. Farmacia, Vol.7, No. 7. Publikasi Larvasida Nyamuk.
hq/2005/WHO_CDS_
Publikasi web http://whqlibdoc.who.int/
web http://www.majalah farmacia.com/rubrik/
one_news.asp?
IDNews=643 WHOPES_ GCDPP_2005.13.pdf. Diunduh tanggal 15
Pebruari 2012.
. Diunduh tanggal 15 Pebruari 2012.
Gafur A, Mahrina, Hardiansyah, 2006. Kerentanan Larva Widodo W, 2005. Tanaman Beracun Dalam Kehidupan
Aedes aegypti dari Banjar Masin Utara terhadap Ternak. Malang: Pers Universitas Muhammadiyah
Temefos. Bioscientiae, 3(2): 73-82. Malang.
Lathifah QA, 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Wu H, Nian-Tai C, 1993. Pengaruh Suhu, Kualitas Air dan
Antibakteri pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Nilai pH Terhadap Ingesti dan Perkembangan Aedes
bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. aegypti dan Aedes albopictus
Skripsi. Tidak. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. (Diptera: Culicidae) Larva. Entomologi Jurnal Cina,
13:33-34

Anda mungkin juga menyukai