ISSN: 2252-3979
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio
ABSTRAK
Aedes aegypti merupakan vektor penyakit arbovirus, antara lain demam berdarah, demam kuning, ensefalitis dan chikungunya.
Salah satu cara pengendalian vektor, yaitu penggunaan larvasida nabati dari daun ceremai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kandungan metabolit sekunder ekstrak daun ceremai; mendeskripsikan pengaruh ekstrak daun ceremai terhadap mortalitas larva Aedes
aegypti; serta menentukan konsentrasi letal ekstrak daun ceremai yang menyebabkan kematian 50% dan 90% (LC50 dan LC90) pada 24,
48, dan 72 jam setelah pengobatan. Penelitian bersifat eksperimental laboratorium menggunakan rancangan acak lengkap.
Sasaran penelitian yaitu larva Aedes aegypti instar III yang diberi perlakuan berupa ekstrak daun ceremai dengan konsentrasi 0,4%; 0,6%;
0,8%; 1,0%; 1,2%; serta 0% sebagai kontrol. Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali dengan tiap unit perlakuan berisi 20 jentik Aedes
aegypti. Kematian dilakukan setiap 24 jam selama 3 hari kemudian data dianalisis menggunakan One Way ANOVA, uji Tukey (BNJ), dan
Probit. Berdasarkan uji profil fitokimia, ekstrak daun ceremai mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun ceremai berpengaruh secara nyata terhadap mortalitas larva Aedes aegypti, baik pada 24, 48
maupun 72 jam setelah perlakuan. LC50 dan LC90, yaitu: 0,505% dan 0,922% pada 24 jam setelah perlakuan; 0,432% dan 0,732% pada
48 jam setelah pengobatan; 0,421% dan 0,682% pada 72 jam setelah perlakuan.
Kata kunci: Aedes aegypti; daun seremai; larva kematian; LC50; LC90
ABSTRAK
Aedes aegypti merupakan vektor penyakit arbovirus yaitu demam berdarah dengue, demam kuning, ensefalitis, dan chikungunya.
Salah satu pengendalian vektor adalah dengan menggunakan larvasida nabati dari daun Phyllanthus acidus. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan metabolit sekunder ekstrak daun Phyllanthus acidus; mendeskripsikan pengaruh pemberian ekstrak daun Phyllanthus
acidus terhadap mortalitas larva Aedes aegypti; dan untuk mengetahui konsentrasi letal ekstrak daun Phyllanthus acidus terhadap mortalitas
50% dan 90% (LC50 dan LC90) pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan. Ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain acak
lengkap. Objek percobaan adalah larva Aedes aegypti instar III yang diberi cairan ekstrak daun Phyllanthus acidus: 0,4% ; 0,6%; 0,8%; 1,0%;
1,2%; dan 0% sebagai kontrol. Terdapat 4 ulangan dan setiap unit perlakuan terdiri dari 20 larva.
Penghitungan kematian dilakukan setiap 24 jam selama 3 hari, kemudian dianalisis dengan One Way ANOVA, Tukey (HSD), dan Probit.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun Phyllanthus acidus mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin.
Ekstrak daun Phyllanthus acidus berpengaruh nyata terhadap kematian larva Aedes aegypti pada jam ke-24, 48, dan 72 setelah
perlakuan. LC50 dan LC90 adalah: 0,505% dan 0,922% pada 24 jam setelah perawatan; 0,432% dan 0,732% pada 48 jam setelah
perawatan; 0,421% dan 0,682% pada 72 jam setelah perawatan.
Kata kunci: Aedes aegypti; daun phyllanthus acidus; kematian larva; LC50; LC90
saponin. Uji flavonoid menggunakan metode uji Suhu media selama pengamatan, yaitu 27–
shinoda (Mg dan HCl). Ekstrak daun ceremai 28oC dengan pH berkisar 6,2–7. Larva Ae. aegypti
diencerkan dengan udara dan etanol yang diperoleh yang mati berada pada dasar media dalam kondisi
dari ekstrak daun ceremai yang berwarna hijau. bengkok atau memanjang kaku.
Larutan ekstrak daun ceremai berubah warna Persentase mortalitas larva Ae. aegypti pada 24,
menjadi jingga setelah larutan ekstrak daun ceremai 48, dan 72 jam setelah diperlakukan dengan
ditambah dengan HCl dan serbuk Mg. Hal ini menggunakan Statistik Deskriptif untuk
nilai rata-rata
mengetahui
dan
menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai standar deviasi. Uji normalitas Kolmogorov Smirnov
mengandung senyawa flavonoid (Lathifah, 2008). menunjukkan bahwa data mortalitas larva Ae.
aegypti pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan
Uji tanin menggunakan pereaksi FeCl3 yang terdistribusi normal dengan nilai signifikansi berturut-
berupa larutan berwarna kuning. Larutan ekstrak turut turut 0,435 > 0,05(ÿ); 0,399 > 0,05(ÿ); dan
daun ceremai yang berwarna hijau berubah menjadi 0,334 > 0,05(ÿ). Data selanjutnya dianalisis
hijau kebiruan setelah ditambah pereaksi FeCl3. menggunakan One Way ANOVA yang hasilnya,
Perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa yaitu FHitung
ekstrak daun ceremai mengandung tanin. Uji (1,639 x 103) > FTabel (2,74) untuk mortalitas pada
saponin dilakukan dengan metode pengokokan 24 jam setelah perlakuan; FHitung (2.116
FTabel x 103)
(2.74) >
untuk
sebab saponin memiliki karakteristik seperti sabun, mortalitas pada 48 jam setelah perlakuan; dan
yaitu mampu FHitung (1.256 x 103) > FTabel
membentuk busa. Kondisi awal dari ekstrak daun (2,74) untuk mortalitas pada 72 jam setelah
ceremai, yaitu tidak berbusa. Setelah dikocok, perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
timbul busa pada larutan ekstrak daun ceremai. daun ceremai berpengaruh nyata terhadap mortalitas
Busa tersebut bertahan dalam jangka waktu yang larva Ae. aegypti, sehingga dilanjutkan dengan uji
lama, yaitu sekitar 10 menit. Tukey (Tabel 1).
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai
mengandung saponin (Lathifah, 2008).
Tabel 1. Efektivitas ekstrak daun ceremai terhadap mortalitas larva Ae. aegypti pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan
Terdapat perbedaan mortalitas larva pada aegypti pada konsentrasi ekstrak daun ceremai
setiap konsentrasi ekstrak daun ceremai (Tabel 1). sebesar 1,0% tidak berbeda nyata dengan mortalitas
Pada 24 jam setelah perlakuan, mortalitas larva Ae. larva Ae. aegypti pada konsentrasi 1,2%, yaitu
aegypti berbeda nyata pada tiap konsentrasi ekstrak menyebabkan mortalitas sebesar 100%.
daun ceremai. Rerata persentase mortalitas larva
meningkat seiring peningkatan konsentrasi ekstrak Konsentrasi letal yang menyebabkan mortalitas
daun ceremai dengan mortalitas terendah terjadi sebesar 50% (LC50) dan 90% (LC90) dapat
pada konsentrasi ekstrak daun ceremai sebesar diketahui dengan analisis probit. Data mortalitas
0,4% dan mortalitas tertinggi terjadi pada konsentrasi larva Ae. aegypti yang mati pada 24, 48, dan 72
ekstrak daun ceremai sebesar 1,2%. Pada 48 dan jam setelah mempersembahkan ekstrak daun
72 jam setelah perlakuan, terdapat notasi yang seremai yang dianalisis sehingga diperoleh LC50
sama pada konsentrasi ekstrak daun ceremai 1,0% dan LC90.
dan 1,2%. LC50 dan LC90 semakin kecil seiring dengan
Hal ini menunjukkan bahwa mortalitas larva Ae. semakin lama waktu atau pemaparan,
Machine Translated by Google
sebab semakin lama waktu penayangan maka terhadap larva sehingga mengakibatkan kematian.
semakin besar mortalitas larva. LC50 ekstrak daun
ceremai pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan, Berdasarkan pengamatan larva Ae. aegypti
yaitu 0,505% > 0,432%, > 0,421%. LC90 pada 24, yang mati, diketahui bahwa sel-sel larva mengalami
48, dan 72 jam setelah perlakuan, yaitu 0,922% > lisis yang semakin banyak seiring dengan
0,732% > 0,682% (Tabel 2). konsentrasi ekstrak daun ceremai. Flavonoid dan
tanin termasuk kelompok senyawa fenolik yang
Tabel 2. LC50 dan LC90 ekstrak daun ceremai bersifat koagulator protein yang dapat merusak
terhadap mortalitas larva Ae. aegypti pada 24, 48, protein dengan cara membentuk kompleks dengan
dan 72 jam setelah perlakuan Lethal Concentration protein sehingga susunan protein berubah (Cowan,
(LC) 1999). Menurut Robinson (1991) dan Widodo
Waktu Ekstrak Daun Ceremai (2005) saponin dapat berikatan dengan protein
LC50 LC90 dan lipid penyusun membran sel yang
24 Jam Setelah mengakibatkan struktur protein dan lipid mengalami
0,505% 0,922%
Perlakuan perubahan. Protein dan lipid merupakan komponen
48 Jam Setelah
0,432% 0,732%
penyusun membran sel, bila salah satu penyusun
Perlakuan membran sel rusak maka tegangan permukaan
72 Jam Setelah menurun.
0,421% 0,682%
Perlakuan
Hal ini menyebabkan terjadinya osmosis komponen
Keterangan: intraseluler sehingga sel mengalami lisis.
LC50 merupakan konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan
mortalitas larva sebesar 50%, sedangkan LC90 merupakan
Flavonoid, tanin dan saponin juga memengaruhi
konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan mortalitas larva
sebesar 90%.
protein fungsional, yaitu enzim (Robinson, 1991;
Cowan, 1999; Widodo, 2005).
PEMBAHASAN Mengaktifkan enzim dapat mengganggu
Hasil uji profil fitokimia ekstrak daun ceremai metabolisme sel yang berpengaruh pada
sesuai menunjukkan bahwa ekstrak daun ceremai ketersedian energi tubuh. Ketika kebutuhan energi
mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan tubuh larva tidak tercukupi dapat mengakibatkan
saponin. Kandungan flavonoid ditunjukkan oleh larva lemas yang lama-kelamaan mati larva karena
adanya perubahan warna hijau tua menjadi jingga kehabisan energi. Gejala kekurangan energi pada
setelah penambahan HCl dan serbuk Mg (Lathifah, larva terlihat selama pengamatan. Larva yang
2008). Perubahan warna dari ekstrak daun cermai hidup pada larutan ekstrak media terlihat lebih
dari hijau tua menjadi hijau ketika ditambahkan pasif dibandingkan larva yang hidup pada media
FeCl3 menunjukkan adanya senyawa tanin kontrol atau konsentrasi ekstrak 0%. Larva terlihat
(Lathifah, 2008). Perubahan warna yang terjadi lebih banyak mengambang pada media dasar dan
akibat terbentuknya kovalen koordinasi antara ion gerakannya lebih lambat dibandingkan larva pada
logam dengan nonlogam (Sumadewi, 2011). kontrol terutama ketika diberi sentuhan berupa
sentuhan pada sifon maupun bagian tubuh yang
Senyawa aktif saponin bersifat seperti sabun dan lain.
dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk Kondisi larva yang mati, yaitu tenggelam dengan
busa pada pengocokan. Kemampuan saponin tubuh memanjang kaku atau membengkok.
untuk membentuk busa yang disebabkan oleh Pada saat perlakuan, suhu media 27-28 oC
kombinasi sapogenin yang bersifat nonpolar dan dan pH media berkisar 6,2-7. Menurut hasil
air pada rantai samping (Widodo, 2005). penelitian Wu dan Nian-Tai (1993) kondisi yang
Hasil penelitian Nirmawati (2010) menyatakan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bahwa senyawa-senyawa yang terkandung dalam larva Ae. aegypti, yaitu pada suhu 24-28oC dengan
ekstrak daun ceremai bersifat larvasida atau pH 6. Namun larva dapat bertahan pada kondisi
mampu mengakibatkan kematian larva An. aconitus pH 5,5-7,0. Hal ini menjadi tolok ukur bahwa
yang merupakan satu famili dengan Ae. aegypti. perubahan pH sebagai akibat penambahan ekstrak
Senyawa flavonoid, tanin, dan saponin merupakan daun ceremai tidak memengaruhi mortalitas larva
metabolit sekunder yang dalam jumlah tertentu karena pH media masih berada pada rentang yang
memiliki efek toksik aman bagi kehidupan larva Ae. aegypti.
Machine Translated by Google