Oleh :
Abstrak
Abstract
1
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia serangga merupakan hewan yang paling mendominasi. Salah
satunya yaitu jenis nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu
vector pembawa penyakit yang merugikan bagi manusia. Nyamuk Aedes
aegypti menghisap darah manusia yang mampu menularkan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit demam yang disebabkan virus dengue melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina. Penyakit DBD menjadi perhatian bagi kementrian
kesehatan Indonesia dikarenakan sudah endemis di Indonesia sejak tahun
1968. Setiap tahun penyakit ini muncul dan menyerang semua kelompok
umur. (Kemenkes, 2016) Wabah demam berdarah harus segera diatasi dengan
mendapatkan penanganan dan pengendalian.
Pengendalian yang paling populer khususnya di Indonesia untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti salah satunya dengan pola hidup sehat
melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup). Untuk mengendalikan
penyakit DBD, maka memutus rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti perlu dilakukan saat berupa jentik baik secara biologi maupun kimia.
Di kalangan masyarakat, anti nyamuk yang sudah beredar merupakan
larvasida yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Penggunaan larvasida kimia
dianggap cukup efektif karena hasilnya cepat terbukti, pengaplikasian yang
praktis, dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi apabila
digunakan secara terus menerus akan menimbulkan dampak yang negatif bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Misalnya, menimbulkan pencemaran
lingkungan karena residu tidak mudah terurai, dan menyebabkan resistensi
dari organisme. Dengan demikian perlu suatu usaha untuk mendapatkan
alternatif yang lebih efektif dalam mengendalikan populasi larva. Salah satu
alternatif pengendalian vektor dengan penggunaan bahan alami yang lebih
selektif dan aman.
Larvasida alami merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Penggunaan larvasida alami mengandung zat yang bersifat toksik
bagi larva. Berdasarkan hasil penelitian Rahman (2018) bahwa ekstrak daun
2
alpukat positif mengandung zat fitokimia seperti flavonoid, saponin, tannin
dan steroid.
Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai penggunaan larvasida
alami yaitu tanaman pare. Tanaman pare mengandung alkaloid yang dikenal
sebagai larvasida. Kandungan alkaloid yang dimiliki buah pare dapat
dijadikan sebagai anti nyamuk alami. Menurut hasil penelitian (Dheasabel &
Azinar, 2018) menunjukkan bahwa ekstrak buah pare memiliki efek
insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti. Dibuktikan pada penelitiannya
dengan konsentrasi ekstrak pare tertinggi 59% dapat membunuh 86% nyamuk
Aedes aegypti. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa aktif yang terdapat
pada ekstrak buah pare yaitu flavonoid dan alkaloid. Berdasarkan hasil
penelitian (Prakoso, Aulung, & Citrawati, 2016) bahwa flavonoid yang
masuk ke dalam mulut melalui sistem pernapasan akan menimbulkan
gangguan pada saraf sehingga menyebabkan larva tidak bisa bernafas dan
akhirnya mati. Hal ini berarti flavonoid bekerja sebagai inhibitor sistem
pernapasan atau sebagai racun pernapasan. Sehingga kandungan flavonoid
dan senyawa lain dalam buah pare diharapkan dapat mempengaruhi
mortalitas nyamuk Aedes aegypti.
Munculnya senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun alpukat dan
ekstrak buah pare mampu mengatasi pertumbuhan nyamuk. Pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung senyawa
yang terdapat pada ekstrak daun alpukat dan ekstrak buah pare. Bahan pelarut
cair yang digunakan yaitu larutan etanol. Larutan etanol mampu
meningkatkankan keefektifan penyairan. Etanol berfungsi sebagai pelarut
yang bersifat polar, universal dan mudah didapatkan. Berdasarkan penelitian
(Widarta, 2018) jenis pelarut ethanol 70% merupakan kadar flavonoida
tertinggi sebesar 93,97 mg/g. Sedangkan menurut hasil penelitian Rahman
(2018) proses ekstraksi daun alpukat menggunakan 95% larutan etanol
bersifat universal dan mampu melarutkan senyawa polar, sehingga berbagai
senyawa polar dan nonpolar seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan
steroid yang terkandung di dalam daun alpukat bisa menarik ke pelarut. Akan
tetapi, dalam penelitian lain menunjukkan bahwa etanol kurang efektif dalam
3
penyaringan antioksidan. Penggunaan methanol pada penelitian lain
merupakan pelarut paling efisien untuk ekstraksi senyawa antioksidan, diikuti
dengan air, etanol dan aseton. Namun, penggunaan etanol lebih aman
dibandingkan dengan methanol, karena methanol beracun.
Dengan demikian, kandungan senyawa flavonoida yang terkandung dalam
ekstrak daun alpukat dan buah pare mampu menjadi anti nyamuk larvasida
secara efektif bagi kesehatan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Kombinasi
Ekstrak Daun Alpukat dan Ekstrak Buah Pare Sebagai Larvasida Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti.
2. METODE
Penelitian dilaksanakan di rumah peneliti yaitu Madiun, Manguharjo.
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan yaitu Januari 2020 sampai Juli 2020.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua pola faktorial. Tahap awal
penelitian dengan persiapan alat dan bahan, pembuatan ekstrak daun alpukat
dan ekstrak buah pare menggunakan metode maserasi, dan pembuatan larva
nyamuk Aedes aegypti. Tahap pelaksanaan meliputi pembuatan konsentrasi
larutan masing-masing perlakuan, dan pengamatan larva nyamuk ketika larva
dimasukkan dalam larutan uji
4
6 P3.E2 15 10 10 67% 67% 10 67%*
U1 = Ulangan pertama
U2 = Ulangan kedua
** = Rata-rata mortalitas tertinggi
* = Rata-rata mortalitas terendah
Keterangan :
P1.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (25% : 75%) dengan
perbandingan etanol 60%
P2.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (50% : 50%) dengan
perbandingan etanol 60%
P3.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (75% : 25%) dengan
perbandingan etanol 60%
P1.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (25% : 75%) dengan
perbandingan etanol 70%
P2.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (50% : 50%) dengan
perbandingan etanol 70%
P3.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (75% : 25%) dengan
perbandingan etanol 70%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua perlakuan dapat
menyebabkan kematian nyamuk Aedes aegypti. Persentase mortalitas
tertinggi terdapat pada perlakuan P3.E1 dengan rata-rata motalitas sebesar
100% dan angka rata-rata mortalitas terendah terdapat pada perlakuan P3.E2
sebesar 67%. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang
dilakukan dengan statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis.
Tabel 2 Hasil Uji Kruskal Wallis (Konsentrasi Alpukat : Pare)
Konsentrasi Mean Rank Signifikasi
Daun alpukat 25% : buah pare 75% 9,88
Daun alpukat 50% : buah pare 50% 7,13 0,012
Daun alpukat 75% : buah pare 25% 2,50
Pada tabel 4.4 diperoleh nilai LC50 yang tertinggi yaitu konsentrasi daun
alpukat dengan etanol 70% sebesar 1,790% (17897,46 ppm). Artinya pada
konsentrasi 1,790% (17897,46 ppm) ekstrak daun alpukat dengan etanol 70%
dapat membunuh 50% larva Aedes aegypti. Sedangkan nilai LC50 terendah
yaitu pada konsentrasi buah pare dengan etanol 60% sebesar 0,119%
6
(1189,54 ppm). Yang berarti pada konsentrasi 0,119% (1189,54 ppm) ekstrak
buah pare dengan etanol 60% mampu membunuh 50% larva Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka di buat grafik nilai LC50 perlakuan
ekstrak pare dengan etanol 60% sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik uji probit pada mortalitas larva perlakuan ekstrak buah pare
dengan etanol 60%
7
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa kombinasi ekstrak daun alpukat
dan buah pare efektif terhadap mortalitas larva Aedes aegypti dan konsentrasi
yang paling efektif sebagai larvasida pada perlakuan P1E1 yaitu pada
konsentrasi perbandingan ekstrak daun alpukat 25% : ekstrak buah pare 75%
dengan etanol 60%. Kematian larva Aedes aegypti yang sudah diberi ekstrak
daun alpukat dan buah pare akan mengalami perubahan tingkah laku seperti
gerakan tubuh melamban ketika dirangsang sentuhan. Kondisi larva yang
melemah lama-kelamaan akan mati. Kandungan senyawa pada ekstrak daun
alpukat dan buah pare akan memberikan senyawa toksik pada larva tersebut.
Hal ini dikarenakan terdapat kandungan senyawa flavonoid yang masuk ke
dalam mulut melalui sistem syaraf dan mengganggu sistem pernafasan serta
mengakibatkan larva tidak dapat bernafas kemudian mati (Prakoso, 2016).
Larva yang sudah mati memiliki ciri-ciri ukuran tubuh mengecil, tubuh
berwarna transparan dan mengambang di atas permukaan air. Aktivitas
senyawa alkaloid masuk ke dalam tubuh larva melalui absorbsi dan
mendegradasi membran sel kulit mengakibatkan terjadinya perubahan warna
pada tubuh larva (Hapsari, 2012).
Peningkatan suatu konsentrasi menunjukkan peningkatan kandungan
senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak buah pare sehingga akan
semakin kuat dalam mengganggu kerja fisiologis larva. Penyebab kematian
larva Aedes aegypti dikarenakan adanya kontak langsung dengan larvasida
dari ekstrak daun alpukat dan buah pare. Senyawa aktif yang terkandung
didalamnya antara lain saponin, tannin, alkaloid dan flavonoid yang memiliki
efek sebagai larvasida.
4. PENUTUP
Perlakuan ekstrak daun alpukat : buah pare efektif membunuh larva Aedes
aegypti yaitu P1.E1 dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat 25% : buah pare
75% dengan etanol 60% yaitu sebesar 100%. Sedangkan mortalitas larva
terendah pada perlakuan P3.E2 dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat 75% :
buah pare 25% dengan etanol 70% yaitu sebesar 67%.
8
DAFTAR PUSTAKA