Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK DAUN ALPUKAT DAN

EKSTRAK BUAH PARE SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP


MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

ARIFFIANNI RAJABI FITRA SAJATI


A420160073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK DAUN ALPUKAT DAN
EKSTRAK BUAH PARE SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP
MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Abstrak

Senyawa yang terdapat pada tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan


larvasida alami. Daun alpukat dan buah pare mempunyai senyawa yang efektif
dalam pembuatan larvasida alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas ekstrak daun alpukat dan ekstrak buah pare sebagai larvasida terhadap
mortalitas larva Aedes aegypti. Metode penelitian ini yaitu eksperimen dengan
rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama yaitu perbandingan
ekstrak (P1 = ekstrak daun alpukat : buah pare (25% : 75%), P2 = ekstrak daun
alpukat : buah pare (50% : 50%), P3 = ekstrak daun alpukat : buah pare (75% :
25%) dan faktor kedua yaitu pelarut etanol (E1 = Etanol 60%, E2 = Etanol 70%).
Data pengamatan dianalisis menggunakan uji kruskal wallis yang dilanjutkan
dengan uji probit untuk membuktikan LC50. Berdasarkan penelitian didapatkan
hasil bahwa kombinasi yang paling efektif membunuh larva adalah pada
perbandingan P1:E1 dengan rata – rata peringkat uji kruskal wallis yaitu 9,88 dan
nilai LC50 yaitu 1189,54 ppm (0,119%). Dapat disimpulkan yaitu daun alpukat
dan buah pare mengandung senyawa yang dapat mematikan larva. Senyawa pada
buah pare lebih berpengaruh jika dibandingkan dengan daun alpukat.
Kata kunci : Larvasida, daun alpukat, buah pare, larva Aedes aegypti

Abstract

The compounds found in plants can be used as the manufacture of natural


larvicides. Avocado leaves and bitter melon fruit have compounds that are
effective in making natural larvicides. The study aims to determine the
effectiveness of avocado leaf extract and the bitter melon fruit extract as
larvasides against the mortality of Aedes aegypt larva. This method of research is
experimental with a complete randomized draft (RAL) of two factors. The first
factor is an extract comparison (P1 = avocado leaf extract: bitter melon fruit
(25%: 75%), P2 = avocado leaf extract: bitter melon fruit (50%: 50%), P3 =
avocado leaf extract: bitter melon fruit (75%: 25%) And the second factor is the
combination of ethanol solvent (E1 = Ethanol 60%, E2 = Ethanol 70%).
Observation Data was analyzed using the crucial test of Wallis followed by Probit
test to prove LC50. According to research the results were obtained that the most
effective combination of killing larvae is at a comparison of P1: E1 with an
average of the crucial test-level of Wallis 9.88 and the LC50 value of 1189,54
ppm (0,119%).. It can be concluded that is avocado leaves and bitter melon fruit
contains compounds that can turn off larvae. Compounds in the bitter melon fruit
are more influential when compared to avocado leaves.
Keywords: Larvasida, avocado leaves, bitter melon fruit, Aedes aegypti larva

1
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia serangga merupakan hewan yang paling mendominasi. Salah
satunya yaitu jenis nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu
vector pembawa penyakit yang merugikan bagi manusia. Nyamuk Aedes
aegypti menghisap darah manusia yang mampu menularkan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit demam yang disebabkan virus dengue melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti betina. Penyakit DBD menjadi perhatian bagi kementrian
kesehatan Indonesia dikarenakan sudah endemis di Indonesia sejak tahun
1968. Setiap tahun penyakit ini muncul dan menyerang semua kelompok
umur. (Kemenkes, 2016) Wabah demam berdarah harus segera diatasi dengan
mendapatkan penanganan dan pengendalian.
Pengendalian yang paling populer khususnya di Indonesia untuk
memberantas nyamuk Aedes aegypti salah satunya dengan pola hidup sehat
melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup). Untuk mengendalikan
penyakit DBD, maka memutus rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti perlu dilakukan saat berupa jentik baik secara biologi maupun kimia.
Di kalangan masyarakat, anti nyamuk yang sudah beredar merupakan
larvasida yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Penggunaan larvasida kimia
dianggap cukup efektif karena hasilnya cepat terbukti, pengaplikasian yang
praktis, dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi apabila
digunakan secara terus menerus akan menimbulkan dampak yang negatif bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Misalnya, menimbulkan pencemaran
lingkungan karena residu tidak mudah terurai, dan menyebabkan resistensi
dari organisme. Dengan demikian perlu suatu usaha untuk mendapatkan
alternatif yang lebih efektif dalam mengendalikan populasi larva. Salah satu
alternatif pengendalian vektor dengan penggunaan bahan alami yang lebih
selektif dan aman.
Larvasida alami merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan. Penggunaan larvasida alami mengandung zat yang bersifat toksik
bagi larva. Berdasarkan hasil penelitian Rahman (2018) bahwa ekstrak daun

2
alpukat positif mengandung zat fitokimia seperti flavonoid, saponin, tannin
dan steroid.
Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai penggunaan larvasida
alami yaitu tanaman pare. Tanaman pare mengandung alkaloid yang dikenal
sebagai larvasida. Kandungan alkaloid yang dimiliki buah pare dapat
dijadikan sebagai anti nyamuk alami. Menurut hasil penelitian (Dheasabel &
Azinar, 2018) menunjukkan bahwa ekstrak buah pare memiliki efek
insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti. Dibuktikan pada penelitiannya
dengan konsentrasi ekstrak pare tertinggi 59% dapat membunuh 86% nyamuk
Aedes aegypti. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa aktif yang terdapat
pada ekstrak buah pare yaitu flavonoid dan alkaloid. Berdasarkan hasil
penelitian (Prakoso, Aulung, & Citrawati, 2016) bahwa flavonoid yang
masuk ke dalam mulut melalui sistem pernapasan akan menimbulkan
gangguan pada saraf sehingga menyebabkan larva tidak bisa bernafas dan
akhirnya mati. Hal ini berarti flavonoid bekerja sebagai inhibitor sistem
pernapasan atau sebagai racun pernapasan. Sehingga kandungan flavonoid
dan senyawa lain dalam buah pare diharapkan dapat mempengaruhi
mortalitas nyamuk Aedes aegypti.
Munculnya senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun alpukat dan
ekstrak buah pare mampu mengatasi pertumbuhan nyamuk. Pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung senyawa
yang terdapat pada ekstrak daun alpukat dan ekstrak buah pare. Bahan pelarut
cair yang digunakan yaitu larutan etanol. Larutan etanol mampu
meningkatkankan keefektifan penyairan. Etanol berfungsi sebagai pelarut
yang bersifat polar, universal dan mudah didapatkan. Berdasarkan penelitian
(Widarta, 2018) jenis pelarut ethanol 70% merupakan kadar flavonoida
tertinggi sebesar 93,97 mg/g. Sedangkan menurut hasil penelitian Rahman
(2018) proses ekstraksi daun alpukat menggunakan 95% larutan etanol
bersifat universal dan mampu melarutkan senyawa polar, sehingga berbagai
senyawa polar dan nonpolar seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan
steroid yang terkandung di dalam daun alpukat bisa menarik ke pelarut. Akan
tetapi, dalam penelitian lain menunjukkan bahwa etanol kurang efektif dalam

3
penyaringan antioksidan. Penggunaan methanol pada penelitian lain
merupakan pelarut paling efisien untuk ekstraksi senyawa antioksidan, diikuti
dengan air, etanol dan aseton. Namun, penggunaan etanol lebih aman
dibandingkan dengan methanol, karena methanol beracun.
Dengan demikian, kandungan senyawa flavonoida yang terkandung dalam
ekstrak daun alpukat dan buah pare mampu menjadi anti nyamuk larvasida
secara efektif bagi kesehatan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Kombinasi
Ekstrak Daun Alpukat dan Ekstrak Buah Pare Sebagai Larvasida Terhadap
Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti.

2. METODE
Penelitian dilaksanakan di rumah peneliti yaitu Madiun, Manguharjo.
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan yaitu Januari 2020 sampai Juli 2020.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua pola faktorial. Tahap awal
penelitian dengan persiapan alat dan bahan, pembuatan ekstrak daun alpukat
dan ekstrak buah pare menggunakan metode maserasi, dan pembuatan larva
nyamuk Aedes aegypti. Tahap pelaksanaan meliputi pembuatan konsentrasi
larutan masing-masing perlakuan, dan pengamatan larva nyamuk ketika larva
dimasukkan dalam larutan uji

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah larva nyamuk Aedes aegypti yang mati setelah 24 jam dalam
larutan uji larvasida ekstrak daun alpukat dan buah pare sebagai berikut :
Tabel 1 Mortalitas larva setelah 24 jam
No Perlaku Jumlah Mortalitas %Mortalitas Rata-Rata
an Larva U1 U2 U1 U2 Mortalitas % Mortalitas

1 P1.E1 15 15 15 100% 100% 15 100% **

2 P2.E1 15 14 13 93% 87% 13,5 90%

3 P3.E1 15 10 11 67% 73% 10,5 70%*

4 P1.E2 15 13 14 87% 93% 14,5 90%

5 P2.E2 15 12 13 87% 80% 12,5 83,5%

4
6 P3.E2 15 10 10 67% 67% 10 67%*

U1 = Ulangan pertama
U2 = Ulangan kedua
** = Rata-rata mortalitas tertinggi
* = Rata-rata mortalitas terendah
Keterangan :
P1.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (25% : 75%) dengan
perbandingan etanol 60%
P2.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (50% : 50%) dengan
perbandingan etanol 60%
P3.E1 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (75% : 25%) dengan
perbandingan etanol 60%
P1.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (25% : 75%) dengan
perbandingan etanol 70%
P2.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (50% : 50%) dengan
perbandingan etanol 70%
P3.E2 = Perbandingan ekstrak daun alpukat : ekstrak buah pare (75% : 25%) dengan
perbandingan etanol 70%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua perlakuan dapat
menyebabkan kematian nyamuk Aedes aegypti. Persentase mortalitas
tertinggi terdapat pada perlakuan P3.E1 dengan rata-rata motalitas sebesar
100% dan angka rata-rata mortalitas terendah terdapat pada perlakuan P3.E2
sebesar 67%. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang
dilakukan dengan statistik non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis.
Tabel 2 Hasil Uji Kruskal Wallis (Konsentrasi Alpukat : Pare)
Konsentrasi Mean Rank Signifikasi
Daun alpukat 25% : buah pare 75% 9,88
Daun alpukat 50% : buah pare 50% 7,13 0,012
Daun alpukat 75% : buah pare 25% 2,50

Tabel 3 Uji Kruskal Wallis pada Etanol


Konsentrasi Mean Rank Signifikasi
Etanol 60% 7,42
0,372
Etanol 70% 5,58

Berdasarkan hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai signifikasi


didapatkan 0,012. Hal ini berarti nilai signifikasi 0,012 < 0,05 maka H0
ditolak sehingga terdapat pengaruh antara perbedaan konsentrasi daun alpukat
5
: buah pare terhadap mortalitas larva A. aegypti. Pada data tabel tersebut
didapatkan hasil bahwa rata-rata urutan tertinggi ekstrak daun alpukat 25% :
buah pare 75% yaitu 9,88. Hasil dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai
signifikasinya yaitu 0,372. Hal ini berarti 0,372 > 0,05 maka H0 diterima,
maka tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi etanol terhadap kematian
larva. Dari tabel diatas didapatkan urutan tertinggi pada etanol 60% yaitu
7,42. Sedangkan etanol 70% yaitu 5,58. Artinya, etanol 60% memiliki
pengaruh etanol kurang signifikasi terhadap mortalitas larva Aedes aegypti,
akan tetapi jika dibandingkan dengan etanol konsentrasi 70% etanol dengan
konsentrasi 60% ini lebih berpengaruh.
Data yang telah diperoleh dari hasil perhitungan, kemudian dilakukan uji
lebih lanjut yaitu uji analisis probit untuk mengetahui nilai Lethal
Concentration 50 seperti pada grafik 4.1. LC50 merupakan perhitungan untuk
mengetahui konsentrasi yang mampu membunuh 50% dari jumlah
keseluruhan larva Aedes aegypti yang diujikan.
Tabel 4 Hasil analisis LC50
Nilai LC50 Batas kepercayaan 95%
Konsentrasi % Ppm Minimum Maksimum
Konsentrasi
Daun Alpukat
dengan Etanol 0,904 9040,50 5.819445658 47.3339389
60%
Konsentrasi
Buah Pare
dengan Etanol 0,119 1189,54 -5.295532504 5.6069985255
60%
Konsentrasi
Daun Alpukat
dengan Etanol 1,790 17897,46 -4.915678664 28.0092256
70%
Konsentrasi
Buah Pare
dengan Etanol 0,217 2169,45 -106.8032232 82.91720256
70%

Pada tabel 4.4 diperoleh nilai LC50 yang tertinggi yaitu konsentrasi daun
alpukat dengan etanol 70% sebesar 1,790% (17897,46 ppm). Artinya pada
konsentrasi 1,790% (17897,46 ppm) ekstrak daun alpukat dengan etanol 70%
dapat membunuh 50% larva Aedes aegypti. Sedangkan nilai LC50 terendah
yaitu pada konsentrasi buah pare dengan etanol 60% sebesar 0,119%

6
(1189,54 ppm). Yang berarti pada konsentrasi 0,119% (1189,54 ppm) ekstrak
buah pare dengan etanol 60% mampu membunuh 50% larva Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka di buat grafik nilai LC50 perlakuan
ekstrak pare dengan etanol 60% sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik uji probit pada mortalitas larva perlakuan ekstrak buah pare
dengan etanol 60%

Grafik tersebut menandakan bahwa semakin naik konsentrasi yang


digunakan maka jumlah mortalitas larva Aedes aegypti akan semakin banyak.
Hal ini ditandai dengan posisi grafik yang terus naik. Suatu ekstrak apabila
memiliki nilai LC50 < 1000 ppm atau setara 0,1% dapat dikatakan toksik.
Sehingga pada uji yang dilakukan dapat disimpulkan ekstrak buah pare
memiliki toksisitas yang sangat rendah. Menurut Priyanto (2009) suatu
senyawa yang memiliki nilai LC50 semakin tinggi maka semakin rendah
toksisitasnya. Sedangkan senyawa yang memiliki nilai LC50 rendah, maka
semakin kecil toksisitasnya. Penelitian lain juga menghasilkan hasil yang
relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Prakoso (2016)
menunjukkan hasil analisis probit LC50 yaitu 1.207%. Sehingga menurut
penelitian Prakoso (2016) ekstrak buah pare memiliki efek larvasida Aedes
aegypti. Dengan demikian dapat disimpulkan ekstrak buah pare dengan etanol
60% lebih efektif membunuh larva Aedes aegypti daripada ekstrak daun
alpukat dengan etanol 70%.

7
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa kombinasi ekstrak daun alpukat
dan buah pare efektif terhadap mortalitas larva Aedes aegypti dan konsentrasi
yang paling efektif sebagai larvasida pada perlakuan P1E1 yaitu pada
konsentrasi perbandingan ekstrak daun alpukat 25% : ekstrak buah pare 75%
dengan etanol 60%. Kematian larva Aedes aegypti yang sudah diberi ekstrak
daun alpukat dan buah pare akan mengalami perubahan tingkah laku seperti
gerakan tubuh melamban ketika dirangsang sentuhan. Kondisi larva yang
melemah lama-kelamaan akan mati. Kandungan senyawa pada ekstrak daun
alpukat dan buah pare akan memberikan senyawa toksik pada larva tersebut.
Hal ini dikarenakan terdapat kandungan senyawa flavonoid yang masuk ke
dalam mulut melalui sistem syaraf dan mengganggu sistem pernafasan serta
mengakibatkan larva tidak dapat bernafas kemudian mati (Prakoso, 2016).
Larva yang sudah mati memiliki ciri-ciri ukuran tubuh mengecil, tubuh
berwarna transparan dan mengambang di atas permukaan air. Aktivitas
senyawa alkaloid masuk ke dalam tubuh larva melalui absorbsi dan
mendegradasi membran sel kulit mengakibatkan terjadinya perubahan warna
pada tubuh larva (Hapsari, 2012).
Peningkatan suatu konsentrasi menunjukkan peningkatan kandungan
senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak buah pare sehingga akan
semakin kuat dalam mengganggu kerja fisiologis larva. Penyebab kematian
larva Aedes aegypti dikarenakan adanya kontak langsung dengan larvasida
dari ekstrak daun alpukat dan buah pare. Senyawa aktif yang terkandung
didalamnya antara lain saponin, tannin, alkaloid dan flavonoid yang memiliki
efek sebagai larvasida.

4. PENUTUP
Perlakuan ekstrak daun alpukat : buah pare efektif membunuh larva Aedes
aegypti yaitu P1.E1 dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat 25% : buah pare
75% dengan etanol 60% yaitu sebesar 100%. Sedangkan mortalitas larva
terendah pada perlakuan P3.E2 dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat 75% :
buah pare 25% dengan etanol 70% yaitu sebesar 67%.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aseptionova, Wijayanti, T. F., & Nuraini, d. (2017). Efektifitas Pemanfaatan


Tanaman Sebagai Insektisida Elektrik Untuk Mengendalikan Nyamuk
Penular Penyakit DBD. Jurnal Bioeksperimen. 3(2) Hal : 10-11.
Chaib, I. (2010). Saponin as Insecticides. Tunisian Journal of Plant Protection.
5:39-50.
Depkes. ( 2006). Monografi ekstrak tumbuhan. Jakarta: Direktorat Jendral Obat
dan Makanan.
Depkes. (2000). Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta:
Direktorat Jendral Obat dan Makanan.
Dheasabel, G., & Azinar, M. ( 2018). Kemampuan Ekstrak Buah Pare Terhadap
Kematian Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Higeia 2(2) : 331-341.
Kemenkes. (2016). Situasi DBD Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan : RI Kemenkes RI.
Prakoso, G., Aulung, A., & Citrawati, M. (2016). Uji Efektivitas Ekstrak Buah
Pare (Momordica charantia) Pada Mortalitas Larva Aedes aegypti. Jurnal
Profesi Medika. 10(1) ; 46-53.
Priyanto, D. (2009). Mandiri Belajar SPSS. Jogyakarta: Mediakom.
Rukmana, H. R. (1997). Seri Budi Daya Alpukat. Yogyakarta: KANISIUS.
Setya, Kumoro Adhi. 2018. “Kemampuan Daya Larvasida Ekstrak Daun Alpukat
(Persea americana Mill.) Terhadap Culex Quinquefasciatus”. Ejournal
poltekes. 6 (1).

Subahar.(2004). Khasiat dan Manfaat Pare. Jakarta: Agromedia Pustaka.


Trisnawelda, K., Yerizel, E., & Irawati, L. (2017). Pengaruh Lama Pemaparan
Obat Antinyamuk Elektrik-Mat Berbahan Aktif Allethrin Terhadap
Aktivitas Katalase Tikus. Jurnal Kesehatan Andalas. 6(1) ; 55-60.
WHO. (2005). Panduan Lengkap Pencegahan & Pengendalian Dengue &
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.
Widarta, R. W. (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Penyeduhan terhadap Aktivitas
Antioksidan dan Sifat Sensoris Teh Herbal Daun Alpukat. Jurnal ITEPA.
6(2) : 31.

Anda mungkin juga menyukai