Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
80

70

60

50

40

30

20

10

0
Kelor Badotan Campuran

Series 3

Gambar 4.1 Grafik persentasi mortalitas nyamuk Aedis Aegypti


Terhadap berbagai ekstrak dalam 12 jam

Berdasarkan data dari Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah mortalitas nyamuk
yang tinggi berada pada perlakuan menggunakan ekstrak daun kelor dan campuran antara daun
badotan dan daun kelor.
Setelah diperoleh jumlah dan persentase nyamuk Aedes aegypti yang mati setelah
pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dan daun badotan (Ageratum conyzoides L)
setelah pemaparan 12 jam selanjutnya peneliti melakukan analisis regresi linier. Hasil analisis
regresi linier menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor mempengaruhi kematian terhadap nyamuk
Aedes aegypti dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0.668 yang artinya sumbangan pemberian
ekstrak daun terhadap nyamuk Aedes aegypti sebesar 50% sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain
Pada pengamatan dengan kurun waktu 12 jam diperoleh data bahwa kematian
nyamuk lebih banyak terjadi pada jenis kelamin betina, karena jumlah nyamuk yang digunakan
lebih banyak nyamuk betina. Jumlah total nyamuk yang digunakan untuk penelitian adalah 150
ekor, dengan jumlah jantan 30 ekor sedangkan betina berjumlah 120 ekor. Untuk nyamuk yang
mati selama 12 jam berjumlah 90 ekor, yaitu dengan kematian rata-rata insektisidia ekstrak
daun kelor 70%,ekstrak daun badotan 50%,dan ekstrak daun kelor dicampur dengan ekstrak
daun badotan 60% .dengan jumlah jantan yang mati 14 ekor dan betina 76 ekor. Berikut ini data
perbandingan mortalitas antara nyamuk jantan dan betina.
35

30

25

20

15

10

0
Kelor Badotann Campuran

jantan Betina

Gambar 1.3 Grafik perbandingan Jumlah Mortalitas antara Nyamuk Jantan dan Betina.

kemudian dianalisis lanjut dengan uji LSD (Least Significant Difference) pada
taraf 5% untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil perhitungan LSD pada taraf
5% menggunakan metode Post Hoc Test dapat dilihat pada halaman lampiran.

Tabel 3 Hasil uji lanjut LSD pada taraf 5%

No Perlakuan Mean / Rata-rata ± SD


1 KN 0,00a ± 0,000
2 20% 4,67b ± 1,528
3 30% 5,00b ± 2,000
4 40% 6,00b ±2,000
5 50% 7,00b ± 1,000
6 KP 10,00c ± 0,000

Keterangan : huruf-huruf kecil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang


signifikan pada a = 0,05 dengan menggunakan uji LSD
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 8 menunjukan ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera L.) dan daun badotan (Ageratum conyzoides L) pada konsentrasi 20%, 30%, 40%,
dan 50% memiliki pengaruh yang sama terhadap tingkat mortalitas nyamuk Aedis
Aegypti. Namun, keempat konsentrasi tersebut memiliki perbedaan pengaruh tingkat
mortalitas nyamuk Aedis Aegypti.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa
Oliefera L) dan daun Badotan (Ageratum conyzoides L) terhadap kematian larva nyamuk Aedes
aegypti. Pada penelitian ini digunakan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oliefera L) dan juga daun
Badotan (Ageratum conyzoides L) yang telah diekstrasi dengan menggunakan metode maserasi
dan menggunakan etanol 82%, yang bertujuan agar didapatkan kandungan flavonoid, saponin,
dan tanin yang terkandung dalam Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oliefera L) dan daun Badotan
(Ageratum conyzoides L) yang diduga memiliki efek larvasida terhadap Nyamuk Aedes aegypti.
Pelarut etanol 82% yang digunakan dalam pembuatan Ekstrak Daun Kelor (Moringa
Oliefera L) dan daun Badotan (Ageratum conyzoides L) Adalah pelarut yang lebih selektif,dan
juga memiliki sifat toksik yang rendah daripada pelarut lainnya. Etanol 82% bersifat semipolar
sehingga dapat melarutkan zat kimia yang bersifat polar maupun nonpolar (Ardianto, 2008
dalam Haditomo, 2015).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perkembangbiakan larva nyamuk Aedes aegypti.
Selama pemeliharaan, larva diberi makan dengan fish food, supaya dapat
berkembangbiak.Setelah larva menjadi pupa,pupa dipindahkan ke dalam wadah yang tertutup
supaya pemeliharaan nyamuk dewasa dan nyamuk tersebut bertelur. Telur dipelihara hingga
menetas. Setelah menetas menjadi larva , dilakukan pengukuran suhu dan pH Ekstrak Daun
Kelor dan daun Badotan pada tempat sebelum larva dipindahkan kedalam toples agar tidak
terbang. Hasil pengukuran menunjukkan suhu ekstrak yaitu 260°C-32,52°C dan pH yaitu 8. Hal
ini masih sesuai dengan kriteria rata-rata suhu habitat optimum dan pH yang baik bagi spesies
nyamuk Aedes aegypti agar hidup normal. berdasarkan Achmadi (2009) bahwa larva masih bisa
hidup pada pH 4 - 9 dan berdasarkan Depkes RI 2001 bahwa pada umumnya larva Aedes
aegypti hidup pada suhu kisaran 250°C-270°C dan larva akan mati ketika berada pada suhu di
bawah 100°C dan di atas 400°C (Dalimartha, 1999 dalam Nanang Hidayatulloh, dkk
2014).setelah pengukuran suhu pada larva dinyatakan sesuai,larva tersebut dikembangbiakan
sehingga menjadi nyamuk dewasa untuk diuji efektivitas ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
dan ekstrak daun badotan (Ageratum conyzoides L) sebagai insektisida untuk mengendalikan
nyamuk Aedes Agypti.
Penelitian ini menggunakan Nyamuk dewasa untuk uji coba karena pada stadium ini
struktur tubuh nyamuk sudah lengkap, ukuran yang sudah besar sehingga sistem pertahanan
lebih kuat dari larva instar I, instar II, instar III, dan instar VI. serta pada nyamuk dewasa ini
tubuh nyamuk menyerap makanan paling banyak. Karna Selama penelitian larva diberi makan
agar larva tetap mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan supaya dapat berkembangbiak dengan
baik sebelum menjadi nyamuk dewasa.
Sebelum melakukan penelitian daun kelor (Moringa oleifera) dan daun badotan
(Ageratum conyzoides L) di keringkan terlebih dahulu yang dilakukan dengan bantuan sinar
matahari selama 2-3 hari jika cuaca panas. Pengeringan daun kelor (Moringa oleifera) dan daun
badotan (Ageratum conyzoides L) dilakukan untuk mengurangi kadar air dan menghentikan
reaksi enzimatik yang menyebabkan perubahan komponen kimia simplisia. Pembuatan serbuk
daun kelor (Moringa Oliefera L) dan daun badotan (Ageratum conyzoides L) dilakukan agar
partikelnya lebih kecil sehingga penyarian dapat berlangsung dengan sempurna. Pembuatan
serbuk juga bertujuan untuk memperluas permukaan partikel sehingga serbuk akan lebih banyak
kontak dengan penyarinya dan zat aktif akan lebih mudah terekstraksi oleh pelarut dengan
optimal.
Penelitian pertama terhadap nyamuk aedis agypyti dewasa ini menggunakan ektrsak daun
kelor (Moringa oleifera) dengan cara menyemprotkan ekstrak daun kelor tersebut ke dalam
stopsles yang berisi nyamuk aedis aegypti dan di diamkan selama 720 menit (12jam) atau sampai
nyamuk mati. Penelitian kedua terhadap nyamuk aedis agypyti dewasa ini menggunakan ektrsak
daun badotan (Ageratum conyzoides L) dengan cara menyemprotkan ekstrak daun badotan
tersebut ke dalam stopsles yang berisi nyamuk aedis aegypti dan di diamkan selama 720 menit
(12jam) atau sampai nyamuk mati. Penelitian yang terakhir terhadap nyamuk aedis agypyti
dewasa ini menggunakan campuran ektrsak daun badotan (Ageratum conyzoides L) dan daun
kelor (Moringa Oliefera L) dengan cara menyemprotkan ekstrak daun badotan tersebut ke dalam
stopsles yang berisi nyamuk aedis aegypti dan di diamkan selama 720 menit (12jam) atau sampai
nyamuk mati.
Berdasarkan grafik 4.1 hasil penelitian menyatakan signifikansi (0,00) < 0,06 yang berarti
ekstrak daun Badotan (Ageratum conyzoides L) dan ekstrak daun kelor (Moringa Oliefera L) tersebut
berpengaruh nyata terhadap mortalitas nyamuk Aedes aegypti.Hal ini terjadi karena pada ekstrak daun
Badotan dan ekstrak daun kelor terbukti memiliki senyawa aktif yang dapat membunuh nyamuk Aedes
aegypti sebagai insektisida alami.
Dapat di lihat pada grafik 4.1 ekstrak daun kelor (Moringa Oliefera L) lebih efektif membunuh
nyamuk di banding kan ekstrak daun badotan karena berdasarkan uji fitokimia didapatkan hasil bahwa
ekstrak daun kelor terbukti positif mengandung alkaloid, flavonoid, dan tannin. Data uji fitokimia
diperkuat dengan data analisis dari hasil spektroskopi UV-Vis untuk menguji kandungan ketiga
senyawa tersebut. Uji kuantitatif menunjukkan kandungan senyawa aktif tannin ebesar 1,070 g/mL,
flavonoid sebesar 2,711
mg/mL dan alkaloid 1,10 mg/mL. pada campuran ekstrak daun badotan dan ekstrak daun kelor dapat
membunuh nyamuk yang persentase nya sama dengan ekstrak daun kelor di karenakan ekstrak daun
kelor dan daun badotan sama-sama memiliki senyawa saponin,dan senyawa flavonoid..
Senyawa Saponin dapat mengakibatkan hemolisis sel darah dan dapat merusak mukosa
kulit jika terabsorbsi sehingga pernapasan menjadi terhambat dan dapat mengakibatkan kematian
(Hildamamus,2004 dalam Liem, 2013). Pengaruh lain yang ditimbulkan oleh saponin terhadap
serangga yakni berupa gangguan fisik bagian luar (kutikula). Lapisan lilin yang melindung tubuh
serangga dan akan hilang akibat saponin dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak
cairan tubuh. Saponin juga menyebabkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan menurun
serta mengganggu proses metabolisme tubuh (Novizan,2002). Senyawa flavonoid jika
dikomsumsi secara berlebihan, akan menyebabkan mutagen dan menghambat enzim-enzim
tertentu dalam kerja metabolisme hormon serta metabolisme energi (Sabir, 2003; Cushnie,2005).
Tentunya hal ini juga berpengaruh pada serangga, dimana flavonoid akan merusak permeabilitas
dinding sel dan menghambat kerja enzim sehingga mempengaruhi proses metabolisme pada
serangga. Hollingworth (dalam Utami,Syaufina, & Haneda, 2010) menjelaskan dalam golongan
flavonoid terdapat senyawa rotenon yang berfungsi sebagai toksik pada respirasi sel, dengan cara
menghambat transfer elektron dalam NADH-koenzim ubiquinon reduktase (komplek I) dari
sistem transpor electron di dalam mitokondria.
Insektisida ekstrak daun kelor (Moringa Oliefera L) dan daun badotan (Ageratum
conyzoides L) dengan konsentrasi 3%,dikatakan efektif dalam membunuh jentik Aedes aegypti
karena setelah pengamatan diperoleh persentasi kematian sebesar 100% selama 48 jam. Daun
kelor (Moringa Oliefera L) mengandung senyawa steroid, triterpenoid, alkaloid, saponin,
flavanoid, dan tanin, dan zat-zat tersebutlah yang membunuh nyamuk Aedes aegypti. Dan
metabolit dalam daun babadotan seperti alkaloid, flavonoid, kumarin, saponin, polifenol dan
minyak atsiri zat-zat inilah yang membunuh nyamuk aedis aegypti.
Pada penelitian ini urutan ekstrak tanaman dengan kemampuan insektisida paling tinggi
sampai dengan rendah adalah: 1) Badotan, 2) Kelor. Kematian nyamuk diawali dengan kejang-
kejang dan kelumpuhan, setelah beberapa menit kemudian, nyamuk dapat dikatakan mati karena
sudah tidak ada lagi pergerakan.Hal ini membuktikan adanya kandungan senyawa aktif pada
ekstrak yang digunakan, sehingga menyebabkan gangguan metabolisme pada nyamuk.Gangguan
metabolisme ini dapat disebabkan melalui proses pernapasan yang kurang sempurna ataupun
hormone yang kurang bekerja dengan baik.Gangguan juga terdapat pada sistem saraf nyamuk
yang menyebabkan nyamuk menjadi lemas dan tidak dapat bergerak secara aktif.
4.2.1 Perbandingan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L) dengan daun badotan
(Ageratum conyzoides L)
Berdasarkan hasil penelitian persentase kematian nyamuk Aedes aegypti pada jam ke-12
setelah perlakuan dan persentase kematian nyamuk terdapat pada insektisida ektrak daun kelor
(Moringa Oliefera L) yaitu 70%. Sedangkan kematian nyamuk yang terdapat pada insektisida
ekstrak daun badotan yaitu 50%.
Berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
dan daun badotan (Ageratum Conyzoides L) berpengaruh terhadap kematian nyamuk Aedes
aegypti. Pengaruh ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera L) dan daun badotan (Ageratum
Conyzoides L) pada jam ke-24 dari berbagai konsentrasi dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun kelor maka persentase kematian larva Aedes aegypti semakin tinggi.
Berdasarkan uji Kruskal Wallis bahwa ada perbedaan rata-rata jumlah kematian larva
Aedes aegypti antara penggunaan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan daun badotan
(Ageratum Conyzoides L). Berdasarkan hasil uji Mann whitney diperoleh hasil bahwa daun kelor
(Moringa Oliefera L) dan Ekstrak daun badotan (Ageratum Conyzoides L) memiliki perbedaan
yang signifikan dengan konsentrasi 3% dalam waktu 12 jam. Ekstrak daun kelor (Ageratum
Conyzoides L) memiliki kemampuan larvasida yang baik daripada ekstrak daun
badotan(Moringa Oliefera L) karena rata-rata kematian tertinggi pada konsentrasi 3% dalam
waktu 12 jam yang dapat mematikan 70% nyamuk Aedis Aegypti. Hal ini juga menunjukkan
bahwa penggunaan bahan kimia hasilnya sangat cepat dirasakan dibandingkan dengan bahan
alami. Ekstrak daun kelor (Moringa Oliefera L) dan daun badotan (Ageratum Conyzoides L)
memiliki kelebihan yaitu tidak mencemari lingkungan karena mudah diuraikan oleh alam, aman,
dan tidak mudah menimbulkan resistensi. Serta senyawa larvasida dari tumbuhan mudah terurai
di lingkungan, tidak meninggalkan residu di udara, air, dan tanah serta relatif lebih aman. Seperti
contoh dibawah ini :
Gambar 4.2.1 (Sumber Sendiri)

Gambar 4.2.1 (Sumber Sendiri)


Gambar diatas merupakan contoh penggunaan bahan kimia yang dapat menimbulkan
resistensi,meninggalkan residu di udara,air,dan tanah,serta membuat rasa ketidaknyamanan kepada manusia.

Anda mungkin juga menyukai