Anda di halaman 1dari 3

PROFIL AKTIVITAS daun sirih merah

Berdasarkan jurnal AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH


MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli SECARA IN VITRO. Tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) merupakan
tanaman tradisional yang memiliki khasiat sebagai antibakteri. Salah satu senyawa dalam sirih
merah yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri adalah minyak atsiri. Mekanisme minyak
atsiri daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah dengan cara mengganggu
keutuhan membran sel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri
minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia colisecara in vitro. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental
laboratorik dengan metode post test only with control group design untuk mengetahui aktivitas
minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli 4 secara in vitro. Masing-masing bakteri mendapat tujuh perlakuan yang
berbeda antara lain minyak atsiri daun sirih merah konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, 80%,
kontrol positif, dan kontrol negatif. Untuk Staphylococcus aureus, kontrol positif yang digunakan
adalah amoxicilin. Sedangkan, untuk Escherichia coli kontrol positif yang digunakan adalah
kloramfenikol. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali replikasi. Uji antibakteri
menggunakan metode difusi dengan teknik sumuran. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan
SPSS 20 for Windows. Hasil penelitian Minyak atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &
Pav) memiliki efek antibakteri terhadap kuman Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,
dimana konsentrasi yang berefek adalah 5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%. Kemampuan minyak
atsiri daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif (Silawati O.S,2018)

Berdasarkan jurnal UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper
crocatum Ruiz and Pav) SEBAGAI ANTIINFLAMASI PADA TIKUS PUTIH JANTAN
GALUR SPRAGUE-DAWLEY Sirih merah merupakan salah satu tanaman yang digunakan
sebagai obat tradisional. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak daun sirih merah sebagai antiinflamasi. Inflamasi adalah suatu respon protektif tubuh
terhadap jejas. Pengobatan inflamasi yang banyak digunakan masyarakat adalah Obat
Antiinflamasi Non Steroid (OAINS) sebagai terapi antiinflamasi, namun memiliki efek samping
berupa perdarahan pada saluran cerna. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian
dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun sirih merah sebagai antiinflamasi
pada tikus putih jantan galur Sprague-dawley dan konsentrasi atau dosis ekstrak etanol daun sirih
merah yang dapat memberikan aktivitas antiinflamasi. Uji aktivitas antiinflamasi Dua puluh
empat ekor tikus jantan galur Sprague-dawley diaklimitasi selama ± 1 minggu, dibagi menjadi 6
kelompok perlakuan secara acak. Sebelum dilakukan penelitian tikus terlebih dahulu dipuasakan
selama ± 18 jam. Kaki kiri belakang tikus terlebih dahulu ditandai dengan spidol sebatas mata
kaki, lalu diukur pada pletismometer sebagai volume awal (Vo). Tikus diberikan perlakuan
secara peroral pada masing-masing kelompok perlakuan, Na-CMC 2ml/200gBB (kontrol
normal), na diklofenak 0,45mg/200gBB (kontrol positif), aquadest (kontrol negative) dan ekstrak
daun sirih merah dengan dosis 10mg/200gBB, 20mg/200gBB dan 30mg/200gBB dengan volume
pemberian 2ml/200gBB. Setelah pemberian secara oral, satu jam kemudian tikus diinjeksi
dengan karagenin 1% secara intraplantar sebanyak 0,1 ml. satu jam kemudian dilakukan
pengukuran volume udem pada pletismometer setiap 1 jam selama 6 jam (Vt). Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memberikan efek antiinflamasi
pada tikus putih jantan yang diinjeksi karagenan 1%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada
perbedaan bermakna antara setiap kelompok perlakuan dengan kontrol normal. Pada dosis
ekstrak 10mg/200gBB, 20mg/200gBB dan 30mg/200gBB menunjukkan tidak ada perbedaan
secara bermakna dengan kontrol positif pada taraf uji 0,05 (Setiawan Aziz A,2016)
Berdasarkan jurnal Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
crocatum) Hasil Optimasi Pelarut Etanol-Air Sirih merah (Piper crocatum), adalah salah satu
tanaman yang telah banyak diteliti dan terbukti memiliki beragam aktivitas biologis. Dalam
pemanfaatannya, biasanya daun sirih merah mengalami proses ekstraksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan zat berkhasiat. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi komposisi campuran
pelarut antara etanol (digunakan etanol murni 96%) dan air dalam proses ekstraksi daun sirih
merah dengan persentase (%) perbandingan 100:0 (P1), 75:25 (P2), 50:50 (P3), 25:75 (P4), dan
0:100 (P5). Desain percobaan dalam penelitian ini menggunakan Simplex Lattice Design (SLD).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari komposisi optimum cairan penyari yang
menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antioksidan yang paling besar. Analisis Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Sirih Merah dengan Metode Penangkapan Radikal Bebas
Menggunakan DPPH. Tahap ini diawali dengan pembuatan larutan stok dan larutan seri DPPH,
pembuatan standard rutin (sebagai pembanding) dan pembuatan larutan uji ekstrak daun sirih
merah. Pengukuran diawali dengan penetapan panjang gelombang maksimum dan operating
time, dilanjutkan dengan pengukuran absorbansi larutan DPPH, larutan pembanding dan larutan
uji, diakhiri dengan perhitungan estimasi aktivitas antioksidan menggunakan parameter EC50.
Data EC50 dari tiap formula dianalisis dengan pendekatan SLD untuk menghitung koefisien a, b,
ab sehingga didapatkan persamaan Y = a(A) + b(B) + ab(A)(B). Berdasarkan
rumus digunakan untuk menentukan komposisi cairan penyari yang optimal. persamaan ini
kemudian dapat dibuat suatu profil yang menggambarkan nilai EC50 yang dihasilkan pada
berbagai komposisi etanol dan air sebagai pelarut. Hasil profil yang diperoleh berdasarkan
Aktivitas antioksidan ekstrak yang dihasilkan ditetapkan dengan metode penangkapan radikal
bebas menggunakan DPPH (diphenylpicryl hydrazyl) dan dilihat berdasarkan parameter EC50.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan dari campuran pelarut pada
komposisi etanol:air dengan prosentase (%) 75:25 (P2) mempunyai aktivitas antioksidan yang
paling besar, dibuktikan dengan nilai EC50 yang paling kecil, yaitu 301,10 μg/ml ( Agatha Budi
dkk,2013).
Berdasarkan jurnal UJI POTENSI ANTI FUNGI INFUSA DAUN SIRIH MERAH
(piper crocatum & pav ) TERHADAP Candida albicans ATCC 10231 SECARA IN VITRO
larutan uji dibuat dari konsentrasi 100% yakni 10g daun sirih merah dalam aquades 100mL.
selanjutnya dibuat konsentrasi larutan 80%, 60%, dan 40% dengan melakukan pengenceran
sampai 10mL dengan menggunakan aquades. Sebagai konttrol positif digunakan ketoconazole
dan control negative aquadest. Daya anti fungi di tunjukkan dengan adanya zona hambat
disekitar paper disk dan tingkat kekeruhan pada metode dilusi padat (Widaningrum,2008).

Berdasarkan jurnal ANALISIS PROKSIMAT DAN TOKSISITAS AKUT EKSTRAK


DAUN SIRIH MERAH YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIDIABETES Penentuan
LD50 : Sebanyak 24 ekor tikus galur Spraque dawley dibagi menjadi 4 kelompok dosis, yaitu 0,
5, 10, dan 20 g/kg BB dan setiap kelompok terdiri atas 4 ekor. Rebusan sirih merah diberikan
secara oral ke tikus sesuai dosisnya, kemudian diukur mortalitas (tingkat kematian) dan bobot
selama 1 minggu. Penentuan LC50 : Larva (udang) A.salina dimasukkan dalam air laut yang
telah diaerasi. Setelah 48 jam telur akan menetas dan siap digunakan untuk uji LC50. Larva
udang dikelompokkan dalam enam sumur dan masing-masing diberi ekstrak air rebusan daun
sirih merah dengan konsentrasi 0, 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm. Ke dalam setiap sumur
dimasukkan 10 larva udang. Tingkat kematian diamati setelah 24 jam. Setelah itu dilakukan
perhitungan LC50. Perhitungan LC 50 dilakukan dengan cara membuat kurva hubungan antara
konsentrasi air rebusan sirih merah (x) terhadap % kematian (y), sehingga diperoleh persamaan
garis y = 0.085 x + 13, r = 98.63, dari persamaan tersebut konsentrasi air rebusan sirih merah
pada kematian 50%. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa selama 24 jam sampai 7 hari
setelah diberikan dekokta, tidak ada tikus yang mati pada semua kelompok dosis (0, 5, 10,
maupun 20 g/kg BB). Tidak adanya kematian pada semua dosis yang diujikan dapat dikatakan
bahwa dekokta sirih merah tidak toksik. Nilai LC50 untuk air rebusan sirih merah terjadi pada
konsentrasi 544.82 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa air rebusan sirih merah memiliki potensi
bioaktivitas (Safithri mega,2012).

Daftar pustaka
Silawati Okky s,2018.Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro.

Setiawan Aziz A Dkk,2016. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz & Pav) Sebagai Antiinflamasi Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley.

Agatha Budi dkk,2013. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav) Hasil Optimasi Pelarut Etanol-Air.

Widaningrum,2018.Uji Potensi Antifungi Infusa Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz
& Pav) Terhadap Candida albicans ATCC 10231 Sacara In Vitro.

Safithri M Dkk,2012. Analisis Proksimat Dan Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav) Yang Berpotensi Sebagai Antidiabetes.

Anda mungkin juga menyukai