Anda di halaman 1dari 12

A.

Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Tabel Hasil Perhitungan Konsentrasi Pelarut

Tabun Volume (mL) NaOH 0,1


Asam Salisilat (g)
g M (mL)
Aquades Etanol P.glikol
1 5 0 5 1 7
2 5 2 3 1 16,9
3 5 3 2 1 25,5
4 5 5 0 1 33,6
b. Table Hasil Perhitungan Kostanta Dielektrik
ε pelarut campur Kelarutan
Tabun ε
ε air ε etanol (ε air + ε etanol + Asam
g Ke- P.glikol
ε propilen glikol) Salisilat
1 39,25 0 16,5 55,75 0,96%
2 39,25 5,14 9,9 54,29 2,3322%
3 39,25 7,71 6,6 53,56 3,519%
4 39,25 12,85 0 52,1 4,6368%
2. Perhitungan
a. Perhitungan Kadar Asam Salisilat
1) Tabung 1
Volume NaOH = 7 mL
n NaOH = n Asam Salisilat
M.V =
Maka :
0, 1 N 7 mL =
Massa = 96,6 mg ≈ 0,096 g
Kadar (%) = 100%
= 0,96%
2) Tabung 2
Volume NaOH = 16,9 mL
0, 1 N 16,9 mL =
Massa = 233,22 mg ≈ 0,23322 g
Kadar (%) = 100%
= 2,3322%
3) Tabung 3
Volume NaOH = 25,5 mL
0, 1 N 25,5 mL =
Massa = 351,9 mg ≈ 0,3519 g
Kadar (%) = 100%
= 3,519%

4) Tabung 4
Volume NaOH = 33, 6 ml

0, 1 N 33, 6 ml =
Massa = 463, 68 mg ≈ 0, 46368 g

Kadar (%) = 100%


= 4, 6368%
b. Perhitungan Konstanta Dielektrik
1) Tabung 1
a) Konstanta dielektrik air dalam campuran

Air = 100

= 50

KD Air = Air Air


= 78, 5 50
= 39, 25
b) Konstanta dielektrik etanol dalam campuran

Etanol = 100

= 0

KD etanol = etanol etanol


= 25, 7 0
= 0
c) Konstanta dielektrik propilenglikol dalam campuran

P. glikol = 100
= 50%
KD P. glikol = ε P.glikol P. glikol
= 33, 0 50
= 16, 5
d) Konstanta dielektrik pelarut campuran
KD campuran = 39, 25 + 0 + 16, 5
= 55, 75
2) Tabung 2
a) Konstanta dielektrik air dalam campuran

Air = 100
= 50 %
KD Air = ε Air Air
= 78, 5 50
= 39, 25

b) Konstanta dielektrik etanol dalam campuran

etanol = 100

= 20
KD etanol = ε etanol etanol
= 25, 7 20
= 5, 14
c) Konstanta dielektrik propilenglikol dalam campuran

P. Glikol = 100

= 30
KD P. Glikol = ε P. Glikol P. Glikol
= 33, 0 30
= 9, 9
d) Konstanta dielektrik pelarut campuran
KD campuran = 39, 25 + 5, 14 + 9, 9
= 54, 29
3) Tabung 3
a) Konstanta dielektrik air dalam campuran

Air = 100
= 50 %
KD Air = ε Air Air
= 78, 5 50
= 39, 25
b) Konstanta dielektrik etanol dalam campuran

etanol = 100

= 30
KD etanol = ε etanol etanol
= 25, 7 30
= 7, 71
c) Konstanta dielektrik propilenglikol dalam campuran

P. Glikol = 100

= 20
KD P. Glikol = ε P. Glikol P. Glikol
= 33, 0 20
= 6, 6
d) Konstanta dielektrik pelarut campuran
KD campuran = 39, 25 + 7, 71 + 6, 6
= 53, 56

4) Tabung 4
a) Konstanta dielektrik air dalam campuran

Air = 100
= 50 %
KD Air = ε Air Air
= 78, 5 50
= 39, 25
b) Konstanta dielektrik etanol dalam campuran

etanol = 100

= 50
KD etanol = ε etanol etanol
= 25, 7 50
= 12, 85
c) Konstanta dielektrik propilenglikol dalam campuran
P. Glikol = 100

= 0
KD P. Glikol = ε P. Glikol P. Glikol
= 33, 0 0
= 0
d) Konstanta dielektrik pelarut campuran
KD campuran = 39, 25 + 12, 85 + 0
= 52, 1

3. GRAFIK HASIL PERCOBAAN


B. Pembahasan
Percobaan ini membahas kelarutan intrinsik obat dan konstanta
dielektrik pelarut campur yang bertujuan untuk mengetahui dan
mempraktikkan metode penentuan kelarutan instrinsik obat dan
memahami cara menghitung nilai dari konstanta dielektrik dari suatu
pelarut campur.
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suhu tertentu. Kelarutan didenifisikan dalam besaran
kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu dan secara kualitatif didenifisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekular
homogen (Tungadi, 2009).
Hal-hal yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah bentukdan
ukuran partikel, jenis pelarut, konstanta dielektrik pelarut, ph, temperatur
dan zat-zat lainnya (surfaktan). Bentuk dan ukuran partikel mempengaruhi
kelarutan dengan berdasarkan luas permukaan, dimana partikel lebih kecil
akan terlarut lebih cepat daripada partikel yang lebih besar. Jenis-jenis
pelarut berdasarkan prinsip “like dissolve like”, dimana pelarut polar hanya
melarutkan yang bersifat polar dan pelarut non-polar hanya melarutkan
yang bersifat non-polar pula. Konstanta dielektrik pelarut mempengaruhi
kelarutan kaena semakin tinggi nilai konstanta dielektrik maka akan
semakin bersifat polar dan semakin rendah nilai konstanta dielektrik maka
akan semakin bersifat tidak polar. Pada ph tertentu, maka kelarutan suatu
zat dapat larut. Hal ini terjadi pada penyerapan atau kelarutan didalam
saluran pencernaan manusia. Temperatur dapat mempengaruhi kelarutan,
dimana semakin tinggi suhu, maka akan semakin besar energi tabrak dari
satu molekul ke molekul lainnya sehingga mempecepat terjadinya
kelarutan (Tungadi, 2009).
Pelarut yang digunakan yaitu air, propilenglikol, dan etanol.
Dimana air sebagai pelarut yang bersifat polar dan memiliki konstanta
dielektrik sebesar 78,5. Propilenglikol sebagai pelarut yang dapat
membantu kelarutan bahan atau zat terlarut (asam salisilat) dan memiliki
konstanta dielektrik sebesar 33,0. Etanol yaitu pelarut yang bersifat non-
polar dan memiliki konstanta dielektrik sebesar 25,7. Tahapan percobaan
sendiri yaitu dengan terlebih dahulu menyiapkan alat yang akan digunakan
juga bahan yang digunakan. Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang masing-
masing kedalamnya dimasukan 5 mL aquades, kemudian kedalam masing-
masing tabung ditambahkan etanol sebanyak 2 mL pada tabung 2, 3 mL
pada tabung 3 dan 5 mL pada tabung 4. Setelah itu ditambahkan lagi
kedalam masing-masing tabung propilen glikol sejumlah 5 mL pada
tabung 1, 3 mL pada tabung 2 dan 2 mL pada tabung 3. Ketiga pelarut
tersebut dicampurkan untuk meningkatkan kelarutan asam salisilat.
Kemudian edalam masing-masing tabung kemudian dimasukan asam
salisilat sejumlah 1 gram lalu dikocok selama 30 menit yang bertujuan
agar larutan dapat homogen dengan sempurna. Setelah itu dilakukan
penyaringan untuk menyaring asam salisilat yang belum larut sehingga
dapat dilakukan titrasi dengan NaOH.
Adapun larutan standar NaOH yang digunakan terlebih dahulu
dilakukan standarisasi untuk mengetahui konsentrasi pasti dari NaOH
yang digunakan, standarisasi biasanya menggunakan asam oksalat dengan
bantuan penambahan indikator pp untuk mengetahui hasil Titik Akhir
Titrasi (TAT) yaitu titik atau keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan perubahan warna. Indikator PP
sendiri merupakan suatu indikator yang akan menunjukan perubahan
warna pada rentang pH 8,3-10,0. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali, agar
mengmperoleh hasil yang akurat dari hasil nilai rata-rata dari larutan
standar yang digunakan. Prinsip dari titrasi asam basa adalah reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen (asam) dengan ion ion
hidroksida (basa) dan membentuk molekul air. Asam pada reaksi adalah
asam salisilat dan basa adalah NaOH sehingga reaksi yang terjadi adalah
reaksi netralisasi dimana asam salisilat sebagai penyumbang hidrogen
sedangkan NaOH sebagai penyumbang ion hidroksida dan hasil dari reaksi
tersebut berupa air.
Konstanta dielektrik adalah perbandingan energi listrik yang
tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap
vakum (ruang hampa), sedangkan konstanta dielektrik campuran
merupakan hasil penjumlahan tatapan dielektrik masing-masing bahan
pelarut sesudah dikalikan % volume setiap komponen pelarut.
(Martin, 1990).
Perbandingan air: etanol: propilenglikol pada tabung reaksi 1
adalah 5: 0: 5 dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 55,7 dan
nilai kelarutan asam salisilat sebesar 0,96%. Pada tabung reaksi 2,
perbandingan air: etanol: propilenglikol adalah 5: 2: 3 dengan nilai
konstanta dielektrik campur sebesar 54,29 dan nilai kelarutan asam
salisilat sebesar 2,3322%. Pada tabung reaksi 3, perbandingan air: etanol:
propilenglikol adalah 5: 3: 2 dengan nilai konstanta dielektrik campur
sebesar 53,56 dan nilai kelarutan asam salisilat sebesar 3,199 %. Pada
tabung reaksi 4, perbandingan air: etanol: propilenglikol adalah 5: 5: 0
dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 52,1 dan nilai kelarutan
asam salisilat sebesar 4,6368%. Dapat dilihat bahwa asam persentasi asam
salisilat yang larut paling banyak adalah dalam tabung 4, tabung 4 sendiri
berisi 5 mL aquades dengan 5 mL etanol. Hal ini telah sesuai dengan
kelarutan asam salisilat yang tertera dalam Farmakope Indonesia bahwa
asam salisilat larut dalam 4 bagian air. Pelarut etanol mempunyai sifat
yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Propilenglikol merupakan cairan kental, transparan dan tidak berbau
apapun dan karena toksisitasnya sangat rendah, banyak digunakan dalam
industri kosmetik (Farmakope III, 1979).
Hal ini sesuai dengan teori bahwa, semakin kecil nilai konstanta
dielektrik maka bersifat semakin tidak polar dan sebaliknya. Dari nilai
konstanta dielektrik yang didapat, nilai kadar asam salisilat semakin besar
apabila konstanta dielektriknya kecil. Hal ini dikarenakan asam salisilat
merupakan bahan yang cenderung larut dalam senyawa non-polar hal ini
karena pada asam salisilat hanya 2 buah gugus hidroksilnya saja yang
mampu untuk berinteraksi dengan air sehingga hanya hidroksil ini saja
gugus polar dari asam salisilat, sementara itu gugus non polar dari asam
salisililat ialah berupa cincin benzene, hal inilah yang membuat
kecenderungan asam salisilat untuk lebih mudah larut dalam pelarut yang
non polar. Ketika proses titrasi semakin banyak volume titran yang
digunakan, maka semakin tinggi konsentrasi zat yang terlarut didalamnya
(asam salisilat). Kosolven yang digunakan adalah propilenglikol.
(Ansel, 2005)
Konstanta dielektrik dalam bidang farmasi bermanfaat dalam pembuatan
formula sediaan obat yaitu untuk meningkatkan kelarutan sehingga
sediaan obat dapat diabsorbsi maksimal dalam tubuh (Martin, 1990).
C. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Tabung 1 memiliki perbandingan air: etanol: propilenglikol yaitu 5: 0:
5 dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 55,7 dan nilai
kelarutan asam salisilat sebesar 0.96%.
2. Tabung 2 memiliki perbandingan air: etanol: propilenglikol yaitu 5: 2:
3 dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 54,29 dan nilai
kelarutan asam salisilat sebesar 2,3322%.
3. Tabung 3 memiliki perbandingan air: etanol: propilenglikol yaitu 5: 3:
2 dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 53,56 dan nilai
kelarutan asam salisilat sebesar 3,199%.
4. Tabung 4 memiliki perbandingan air: etanol: propilenglikol yaitu 5: 5:
0 dengan nilai konstanta dielektrik campur sebesar 52,1 dan nilai
kelarutan asam salisilat sebesar 4,6368%.
5. Semakin kecil nilai konstanta dielektrik maka semakin bersifat tidak
polar dan kadar asam salisilat semakin tinggi.
6. Semakin besar nilai konstanta dielektrik maka semakin bersifat polar
dan kadar asam salisilat semakin rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III : Jakarta.

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke Empat. UI


Press : Jakarta.

Tungadi, Robert. 2009. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan Farmasi


Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika Buku I. UI Press : Jakarta.


LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, 26 November 2016


Mengetahui,
Asisten praktikum Praktikan

Ragil Dwi Atmojo Muhammad Akbar


NIM. 1313015063 NIM. 1513015103

Anda mungkin juga menyukai