Anda di halaman 1dari 2

Simplisa kumis kucing

kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq.) dari familia Lamiaceae. Daun kumis
kucing mengandung senyawa kimia yang mempunyai daya hambat antibakteri yaitu, alkaloid,
flavonoid, tanin, polifenol, saponin (Alshaws, dkk., 2012). Banyak khasiat yang terkandung
dalam tumbuhan kumis kucing ini, daun kumis kucing basah maupun kering digunakan untuk
menanggulangi berbagai penyakit. Di Indonesia daun yang kering (simplisia) dipakai sebagai
obat penyakit kulit maupun penyakit dalam, kumis kucing juga bersifat sebagai antibakteri
(Sofiani, 2003). Orthosiphon glikosida (senyawa khusus yang memiliki daya diuretik dan
sedikit antiinflamasi), zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam
kalium, myoinositol. Tanaman ini tumbuh didataran rendah dan didaerah ketinggian sedang,
mulai dari 50 sampai 1.000 m di atas permukaan laut, tersebar di Indonesia, Asia Tengan,
Cina, Kepulaun Pasifik, dan Australia. Secara tradisional daun kumis kucing digunakan untuk
memperlancar air kencing (diuretik), menghancurkan batu ginjal, menurunkan tekanan darah,
encok, dan kencing manis. Tanaman ini mudah di budidayakan, namun satu hal yang menjadi
kendala adalah metode pasca penennya, terutama pemilihan cara pengeringan. Jika proses
pengeringannya tidak tepat maka simplisia yang di hasilkan berwarna coklat sehingga
menjadi tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Telah dilakukan berbagai penelitian
untuk mengetahui kandunagn kimia dari kumis kucing. Orthosiphon mengandung senyawa
komponen bioaktif, yaitu mineral yang sebagian besar adalah mineral kalium, sekitar flavon
lipofil (sinensetim dan isosinensetin), glikosida flavonol, asam kafeat (asam rosmarinat),
minyak essensial, diterpen (Awale, et.al, 2001) orthosiphol d, orthosiphol E (Takeda, et.al,
1993), triterpen dan chromene seperti metilpariochromene A (Guerin, et.al, 1989).
Komponen baru 5, 6, 7, 8-tetra hydroksi-6-metoksiflavon diisolasi dari tanaman ini (Hossain,
et.al, 2008). Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia, dapat digunakan sebagai
bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Untuk itu ekstrak yang dibuat harus
memenuhi standar mutu, mulai bahan baku, proses sampai pengujian produk. Beberapa faktor
yang mempengaruhi mutu ekstrak diantaranya yaitu faktor kimia seperti jenis dan jumlah
senyawa kimia, metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan (Depkes RI,2000).
Daftar Pustaka

Alshaws MA, Abdulla MA, Ismail S, Amin ZA, Qader SW, Hadi HA, Harmal NS. 2012.

Antimicrobial and Immunomodulatory Activities of Orthosiphon stamineus Benth. Journal

of Molecularmedicine, 17: 538-539.

Awale S, Tesuka Y, Banskota A.H, Kouda K, Tun KM, Kadota S. 2001. Five Novel Highly

Oxigenated Diterpenes of Orthosiphon stamineus from Myanmar. Journal of Natural

Product 64(5) p.592-596

Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta : Depkes RI,hal

10-11

Sofiani Y.S,. 2003. Isolasi, Pemurnian, dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Sinensetin dari

Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphonis aristatus) [Skripsi]. Bogor: Prodi Biokimia

FMIPA IPB.

Takeda Y, Matsumoto T, Terao H, Shingu T, FutatsuishiY, Nohara T, Kajimoto T, 1993. Orthosiphol

D and E, Minor Diterpens from Orthosiphon stamineus. Phytochemistry 33, p.411-415.

Anda mungkin juga menyukai