FISIOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
TIM PENGAJAR
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Penuntun praktikum ‘Fisiologi Tumbuhan” ini disusun kembali dengan beberapa revisi
dari penuntun sebelumnya. Penuntun ini merupakan pedoman atau panduan dalam praktikum
mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Kami menyadari bahwa materi materi praktikum yang disajikan masih sederhana
sekali. Percobaan yang dibuat dalam penuntun ini bertujuan mempelajari fungsi tumbuhan,
apa yang dilakukan tumbuhan, kapan, dimana bagaiman bekerjanya serta apa yang diberikan
masing-masing kegiatan itu terhadap perkembangan vegetatif dan reproduktif tanaman.
Pertanyaan pertanyaan di atas merangsang keingintahuan yang hanya dapat dijawab melalui
percobaan Fisiologi Tumbuhan.
Semoga penuntun ini bermanfaat dan dapat membantu mahasiswa dalam upaya
memahami teori teori yang diberikan dalam mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
PETUNJUK UMUM DAN FORMAT LAPORAN
A. Petunjuk Umum
iii
B. Format laporan Praktikum
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Percobaan (berisi latar belakang teori dari setiap percobaan
yang dilakukan; minimum 1 halaman dan maksimum 2 halaman)
B. Tujuan Percobaan
II. TINJAUAN PUSTAKA (uraikan teori yang berkaitan dengan percobaan)
III. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
A. Tempat dan Waktu Percobaan
B. Bahan dan Alat Percobaan
C. Metode Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (dilampirkan data pengamatan)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (perhitungan dan dokumentasi)
iv
PERCOBAAN 1. KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN
Salah satu ciri kehidupan tumbuhan adalah mengalami proses tumbuh. Tumbuh adalah
kenaikan volume yang tidak dapat balik. Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju
tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Apabila laju
tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh pada ordinat dan waktu pada
absis, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk S atau Kurva Sigmoid. Kurva sigmoid
pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya.
Kurva sigmoid berguna bagi para ahli dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang
tumbuh dan perkembangan tumbuhan, karena ia menunjukkan tahapan perkembangan. Dalam
percobaan yang menggunakan tumbuhan hidup, fase perkembangan tanaman perlu diperhatikan
untuk dapat menganalisa suatu fenomena yang tepat.
Para ahli biologi dan matematika telah berusaha untuk merumuskan suatu persaamaan
matematika dari kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu dapat diperkirakan
secara tepat pertumbuhan mulai dari kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu
dapat diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah sampai masa panen. Hal ini
penting sekali baik untuk tujuan pengembangan teori maupun untuk keperluan praktis.
Tujuan
Meneliti laju tumbuh tanaman sejak dari embrio dalam biji, stadia vegetatif sampai
tumbuhan mencapai stadia generatif.
2
PERCOBAAN 2 : RESPONS TUMBUH AKAR TERHADAP PERLAKUAN
HORMON
Cara Kerja
1. Buatlah 15 potongan batang begonia atau Coleus, 5 cm
2. Rendam masing-masing 5 potongan dalam : 1) air, 2) 5 ppm NAA, 3) 5 ppm IBA
3. Biarkan perendaman selama 24 jam
4. Pindahkan potongan tersebut ke dalam pot pasir yang berpupuk dan biarkan selama 4
minggu.
5. Hitung jumlah tunas dan akar yang tumbuh dari setiap stek batang Begonia tersebut.
3
Analisis data
Pengamatan Tan. Begonia Begonia Begonia
Ke + air + NAA + IBA
1.Jumlah 1
akar 2
3
Rerata
2. Berat Total 1
Akar 2
3
Rerata
3. Panjang 1
akar 2
3
Rerata
Diskusi / Pembahasan :
1. Pada kelompok Begonia manakah pertumbuhan akar paling baik, dilihat dari rerata
berat total akarnya
2. Apakah ada pengaruh dari perlakuan hormon terhadap jumlah pemunculan akar ?
Bandingkan pula dengan kontrolnya (Begonia + air) !
3. Kesimpulan apakah yang dapat diambil dari hasil percobaan ini ?
Tugas Pengembangan :
1. Apakah respons pemunculan jumlah akar dan pertumbuhan akar dari perlakukan
hormon yang diberikan adalah dua mekanisme yang berbeda ?
1. Bagaimana peranan hormon pada pemunculan bakal akar dan pertumbuhan akar ?
4
PERCOBAAN 3. PENGARUH AUKSIN TERHADAP ABSISI ORGAN
TUMBUH TANAMAN
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran). Misalnya
daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini berada di bawah
pengaruh auksin.
Abisisi daun dan bagian tumbuhan lainnya terjadi karena berlangsungnya differensi
pada suatu lapisan sel tertentu (daerah absisinya) pada pangkal petiol, disusul dengan larutnya
(hilangnya) senyawa-senyawa pektat sehingga sel-sel terpisah satu dengan yang lainnya,
kecuali sel-sel jaringan pembuluh. Selanjutnya daun akan gugur secara mekanis, baik oleh
karena gaya berat atau pun karena angin, hujan dan lainnya. Pembentukan daerah absisi itu
dipengaruhi oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Selama suplai auksin cukup, daerah
absisi tidak terbentuk. Tetapi jika suplai auksin itu berkurang dan hilang karena berbagai sebab
(daun menua, helaian daun rusak atau mati secara berangsur-angsur) maka daeah absisi mulai
terbentuk.
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan
dilakukannya tindakan-tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga dan buah. Apakah
perlakuan dengan suatu zat pengatur tumbuh tertentu efektif untuk mengontrol absisi,
bergantung pada jenis tumbuhan, waktu, konsentrasi, bentuk auksin yang diberikan dan
sebagainya. Auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah),
sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh terhadap
tumbuhan lain.
Tujuan
Untuk meneliti pengaruh auksin terhadap absisi daun.
Cara Kerja
1. Pilih 3 pasang daun (6 daun) dan potong dengan pisau silet pada pangkal helai daunnya
serta biarkan petiolnya.
2. Oleskan pasta lanolin pada 3 petiol, dan pasta IAA pada 3 ujung petiol lainnya. Dengan
demikian maka salah satu petiol di segi pasangan mendapat perlakuan IAA, sedangkan
yang lainnya mendapat pasta lanolin dan digunakan sebagai control.
5
3. Setiap petiol diberi label sesuai dengan perlakuannya.
4. Ukur panjang petiol pada saat percobaan dimulai dan setiap minggu selama 3 minggu.
Catat kapan petiol gugur, untuk itu perlu dilakukan pengamatan setiap 2 hari sekali
6
PERCOBAAN 4. JARINGAN PENGANGKUT AIR
Jika pemasukan air ke dalam akar dibayangkan sebagai gerakan horizontal, bagian-
bagian akar yang dilewatinya adalah bulu-bulu akar, sel-sel korteks, sel endodermis, sel
perisikel dan akhirnya air itu sampai di pembuluh kayu (xylem). Di dalam tubuh tanaman,
xylem merupakan pipa-pipa yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan meskipun tidak
secara langsung.
Keadaan air di dalam tanaman sangat tergantung pada kecepatan absorbsi oleh akar dan
kehilangan air oleh transpirasi. Transpirasi yang terjadi secara besar-besaran dapat
mengakibatkan defisit air di dalam tubuh tanaman, sehingga terganggu proses hidupnya.
Translokasi air dalam batang hanya dapat terlaksana karena adanya pertolongan sel-sel
hidup, dalam hal ini adalah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel empelur yang berada di sekitar
xylem. Percobaan berikut akan membuktikan apakah benar pembuluh kayu (xylem) berperan
sebagai jaringan pengangkut air dalam tanaman.
Tujuan
Memahami proses jaringan pengangkut air di dalam tanaman.
8
PERCOBAAN 5 : PENGUKURAN STATUS AIR PADA TUMBUHAN
Dari seluruh senyawa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, air merupakan
senyawa yang dibutuhkan dalam jumlah yang paling besar. Air terdapat pada seluruh bagian
tumbuhan mulai dari air tanah di sekitar akar sampai batas permukaan air uap air di dalam daun.
Lebih dari 80% basah sel dari jaringan tumbuhan terdiri dari kadar air, sel meristematik dapat
meningkat sampai 90% atau lebih.
Peranan air dalam kehidupan tanaman adalah sebagai senyawa utama pembentuk
protoplasma, pelarut dan media pengangkut unsur hara dari tanah ke dalam tanaman, medium
bagi reaksi metabolisme, bahan baku fotosintesa, sebagai turgiditas dari sel dan jaringan
tumbuhan serta berperan dalam fase pemanjangan dari sel tumbuhan.
Tujuan
Menentukan persentase air yang terdapat dalam jaringan tanaman.
Cara kerja
1. Metode Berdasarkan Berat Segar
Timbanglah satu helai daun singkong kemudian masukkan ke dalam kantong kertas,
selanjutnya panaskan dalam oven pada suhu 70 °C selama 48 jam, kemudian timbang
9
Rumus Persentase Kandungan air Relatif =
Keterangan :
BS = Berat Segar
BK = Berat Kering
BT = Berat pada keadaan Turgor Penuh
10
PERCOBAAN 6 : DORMANSI PADA BIJI
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau tunas yang tidak dapat tumbuh
(terhambat pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji
dan tunas itu. Suatu biji dikatakan dorman, apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah setelah periode
tertentu, meskipun faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan (seperti air, oksigen, suhu) yang cocok telah
tersedia.
Istilah dormansi hanya digunakan untuk menyatakan keadaan biji yang gagal untuk berkecambah
sebagai akibat dari keadaan intern biji, bukan karena keadaan lingkungan yang tidak cocok. Biji yang
kuisen (“qiuscence”) adalah biji yang dapat segera berkecambah jika diletakkan pada lingkungan yang
cocok (air, oksigen, suhu).
Pada biji dikenal beberapa tipe dormansi, antara lain;
a. Karena kulit biji yang keras atau tidak permeabel terhadap air atau udara (beberapa jenis
leguminosa)
b. Adanya penghambat kimia terhadap perkecambahan di dalam daging buah atau cairan sekitar
biji (tomat, jeruk, bit gula)
c. Perlu mendapat perlakuan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (selada, mentimun)
d. Perlu mendapat perlakuan suhu rendah 5 – 10 °C selama periode tertentu atau dikenal dengan
perlakuan vernalisasi (gandum musim dingin)
Dengan memperhatikan tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan, suatu perlakuan yang
cocok dapat kita berikan pada biji yang akan disebarkan di lapangan, sehingga biji tersebut dapat segera
berkecambah dan kegagalan atau terhambatnya perkecambahan dapat dihindari. Dalam percobaan ini
akan ditunjukkan tipe-tipe dormansi yang biasa dijumpai pada biji-bijian serta cara-mengatasinya.
Tujuan
Mengatasi dormansi pada biji yang disebabkan oleh kulit bijinya yang keras.
11
Cara Kerja
Kulit biji yang keras
1. Sediakan 3 cawan petri yang diberi 2 lembar kertas merang lembab (diberi air destilata
secukupnya).
2. Pilih 6 biji flamboyan yang masih baik, lalu beri perlakuan sebagai berikut:
a. Kikir atau asah 2 biji pada ujungnya yang jauh dari embrio sampai tampak kotiledonnya.
b. Rendam 2 biji dalam air yang baru dididihkan dan biarkan sampai airnya dingin.
c. Rendam 2 biji dalam air destilata dingin selama 1 – 2 jam.
3. Letakkan masing-masing kelompok biji dalam cawan petri yang tersedia, beri label sesuai dengan
perlakuan yang diberikan, simpan di tempat gelap pada suhu kamar.
4. Periksa setiap hari selama 10 hari dan catat perkembangannya. Bandingkan perlakuan 1 dengan
lainnya.
12
PERCOBAAN 7. PENGUKURAN TRANSPIRASI TANAMAN
Transpirasi adalah hilangnya air dari tanaman dalam bentuk uap air. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses transpirasi adalah temperatur dan kelembaban udara, cahaya, zat anti transpirasi
dan angin.
Sebagian besar proses fisiologi dalam tumbuhan berlangsung dengan adanya air. Air penting bagi
pertumbuhan, karena air mempunyai unsur pokok utama prottoplasma, meskipun peranannya penting,
jumlah air yang sebenarnya diinginkan dalam proses pertumbuhan hanyalah sebagian kecil dari jumlah air
yang diabsorbsikan dari tanah. Sebagian besar dari air (99%) yang termasuk ke dalam tumbuhan hilang
melalui daun dan batang sebagai uap air.
Daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting karena semua fungsi
yang alin tergantung pada daun baik secara langsung ataupun tidak langsung. Daun mempunyai hubungan
dengan proses fotosintesis.
Tujuan
Untuk menetapkan atau mengukur transpirasi pada tanaman.
Cara kerja:
1. Bungkus pot dengan kantong plastik yang diikat dengan karet gelang pada tanaman.
2. Timbang berat total tanaman dan pot.
3. Letakkan tanaman pada tempat yang terkena cahaya matahari penuh untuk meningkatkan laju
transpirasi.
4. Timbang tanaman berulang-ulang dengan interval waktu 30 menit dan 24 jam.
5. Pada akhir percobaan ukur luas daun dengan alat leaf area meter.
6. Hitung air yang hilang persatuan waktu (mg/cm2/det) atau (mg/cm2/jam)
14
PERCOBAAN 8 : ESTIMASI WATER POTENSIAL DENGAN METODE SHARDAKOV
Pendahuluan
Penentuan water potensial dengan cara ini sudah sejak lama dikenalkan oleh V.S Shardakov
(Rusia) pada tahun 1948 walaupun demikian, metode ini masih tetap digunakan dan dibahas orang karena
dianggap relatif mudah, sederhana, murah, sensitive dan cepat untuk mengestimasi nilai water potensial.
Cara ini digunakan dalam berbagai studi seperti tanaman hutan, hortikultura, gulma, perkebunan dan
sebagainya dengan menggunakan bagian tumbuhan terutama umbi atau daun yang kecil, dimana cara lain
seperti pressure chamber tidak dapat digunakan.
Prinsipnya terletak pada perubahan densitas dari larutan yang diketahui tingkat kepekatannya.
Larutan yang biasa digunakan adalah sukrosa atau manitol. Sampel yang dimasukkan ke dalam seri
larutan tersebut akan kehilangan atau menyerap air secara osmosis. Jika densitas larutan tidak berubah,
berarti water potensial sampel yang diuji sama dengan larutan tersebut. Penggunaan zat warna (methyl
blue atau orange) dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan terhadap gerakan larutan yang diuji bila
dimasukkan ke dalam larutan kontrol.
Cara Kerja
1. Instruktur telah menyediakan larutan sukrosa (standar) dengan konsentrasi 1 M.
2. Dari larutan sukrosa ini, buatlah 2 seri larutan dalam tabung-tabung reaksi yang telah disediakan
masing-masing: 0,05 M; 0,10 M; 0,15 M; 0,20 M; 0,25 M; 0,30 M; 0,35 M; 0,40 M; 0,45 M; 0,50
M sebanyak 20 ml. beri label pada setiap tabung sesuai dengan konsentrasinya.
3. Ambillah sedikit bubuk methyl blue (secukupnya saja untuk member warna) dan masukkan ke
dalam seri 1 larutan sukrosa (10 tingkat konsentrasi) campur hingga rata.
4. Dengan pembor gabus (cork borar) yang berdiameter ± 5 mm, buatlah potongan-potongan dari
umbi yang tersedia. Hindari evaporasi dari potongan-potongan umbi ini (tutuplah dengan cawan
petri). Masukkan potongan umbi sebanyak 4-5 cm sebanyak 3 potong ke dalam masing-masing
larutan dalam tabung yang telah diwarnai. Tutup dengan kertas aluminium dan biarkan selama 2
jam.
5. Dengan bantuan pipet Pasteur yang disediakan, ambillah larutan berwarna dari masing-masing
konsentrasi yang berisi potongan umbi. Dengan ekstra hati-hati dan pelan-pelan, masukkan ujung
pipet hingga bagian tengah larutan kontrol sesuai dengan tingkat konsentrasinya (misalkan
konsentrasi 0,1 M dimasukkan ke dalam larutan kontrol 0,1 M). Lepaskan 1 tetes larutan
berwarna tersebut.
15
6. Amatilah, larutan kontrol mana (konsentrasi tertentu) yang tetes warnanya tidak bergeser ke atas
atau ke bawah, berarti water potensialnya sama dengan sampel anda. Konversikan nilai
konsentrasi larutan control ini dengan nilai water potensial sukrosa dalam tabel yang disediakan
berdasarkan A. Ursprung and G. Blum (1916). Apa artinya bila tetes berwarna anda bergeser ke
atas atau ke bawah?
16