Penyusun
Petunjuk Praktikum 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................................................... 1
Kata Pengantar.................................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................................................................ 3
Tata Tertib Laboratorium Biologi............................................................................................................... 4
Tata Tertib Praktikum Reproduksi dan Embriologi Tumbuhan.................................................. 5
Jadwal Acara Praktikum.................................................................................................................................. 6
Kegiatan 1: Reproduksi Tumbuhan Lumut dan Paku....................................................................... 7
Kegiatan 2: Anther dan Perkembangan Pollen....................................................................................11
Kegiatan 3: Pembentukan Pollen Tube.....................................................................................................13
Kegiatan 4: Ovul dan Perkembangan Kantung Embrio...................................................................14
Kegiatan 5: PolinasidanFertilisasi Tumbuhan Berbiji......................................................................16
Kegiatan 6: Struktur Embrio dalam Biji..................................................................................................16
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................................18
Petunjuk Praktikum 3
TATA TERTIB LABORATORIUM BIOLOGI
1. Mengenakan pakaian yang rapi, sopan sesuai dengan aturan akademik yang berlaku.
2. Mengenakan jas laboratorium saat melakukan kegiatan praktikum/penelitian.
3. Mengenakan sepatu yang pantas sebagai alas kaki ( bukan sandal atau sepatu
sandal ).
4. Tidak merokok di dalam ruangan laboratorium maupun di lingkungan laboratorium.
5. Menjaga ketertiban, kebersihan dan kenyamanan selama beraktifitas di
laboratorium (praktikum atau penelitian).
6. Semua pengguna laboratorium diharapkan untuk mengoptimalkan penggunaan loker
yang telah disediakan.
7. Semua bentuk laporan praktikum harap diletakkan pada tempat yang telah tersedia.
8. Melengkapi administrasi laboratorium seperti mengisi daftar peminjaman alat, daftar
penggunaan alat (log book).
9. Penggunaan alat-alat dalam laboratorium harus mengikuti instruksi kerja yang
tersedia dan atas pengawasan atau sepengetahuan laboran.
10. Pengguna bertanggungjawab atas alat-alat yang dipinjam. Jika terjadi kerusakan
atau masalah pada alat yang dipinjam atau digunakan harus segera dilaporkan
kepada laboran.
11. Selalu mematuhi peraturan yang berlaku di laboratorium demi terjaminnya
keselamatan kerja dan kenyamanan aktifitas.
12. Hal-hal yang menyangkut segala aktifitas yang dilakukan di laboratorium Biologi dan
belum tercantum dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian.
Petunjuk Praktikum 4
TATA TERTIB PRAKTIKUM
REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Petunjuk Praktikum 5
JADWAL ACARA PRAKTIKUM
Pertemuan Hari/
Materi
ke Tanggal
Ketentuan:
1. Laporan Praktikum:
a. Praktikan diwajibkan menyusun laporan sementara sesuai format laporan dan
ditunjukkan kepada asisten pendamping di akhir kegiatan praktikum.
b. Laporan praktikum dikumpulkan sebelum kegiatan praktikum berikutnya
dilaksanakan. Praktikan yang tidak mengumpulkan laporan tidak diperbolehkan
mengikuti kegiatan praktikum di hari tersebut.
c. Pengumpulan diluar ketentuan di atas, tidak dapat dilayani.
2. Penilaian praktikum:
a. Pretest : 10%
b. Laporan : 50%
c. Responsi : 30%
d. Keaktifan : 10%
KEGIATAN I
REPRODUKSI TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU
Petunjuk Praktikum 6
A. TUJUAN
Mengidentifikasi struktur reproduksi tumbuhan lumut dan paku
Memahami proses reproduksi tumbuhan lumut dan paku
B. DASAR TEORI
Tumbuhan berspora yaitu tumbuhan lumut dan paku memiliki ciri
morfologi yang sangat berbeda dengan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Pada
tumbuhan lumut dan paku dikenal adanya pergantian keturunan (metagenesis).
Metagenesis pada tumbuhan lumut dan paku dapat dibedakan menjadi dua fase
yang dikenal sebagai fase sporofit dan fase gametofit.
Generasi gametofit pada tumbuhan lumut umumnya tampak jelas sebagai
talus yang mendukung generasi sporofitnya. Gametofit lumut akan menghasilkan
gamet jantan maupun betina yang apabila melebur akan membentuk zigot.
Perkembangan lebih lanjut zigot tumbuhan lumut berupa sporofit, struktur
penghasil spora. Hal ini berbeda dengan tumbuhan paku yang dominasi struktur
terdapat pada sporofitnya.
Sporofit tumbuhan paku menghasilkan spora yang akan berkecambah serta
berkembang membentuk gametofit. Struktur gametofit tumbuhan paku yang juga
disebut prothalium akan membentuk arkhegonium maupun anteridium pada
permukaan ventral. Dari kedua struktur inilah akan dihasilkan sel telur dan sel
sperma paku yang apabilaterjadi fertilisasi dapat membentuk zigot selanjutnya
sporofit baru.
D. CARA KERJA
1. Amatilah preparat cabang thalus jantan dan betina Marchantia sp yang
disediakan, perhatikan perbedaan kedua struktur tersebut! Perhatikan
preparat cabang gametofit jantan dan ,betina kemudian gambarkan dalam
lembar pengamatan saudara!
Petunjuk Praktikum 7
2. Identifikasilah anteridium dan arkegoniumnya pada gametofit tersebut!
3. Amatilah preparat protalium yang telah disediakan. Perhatikan dan tunjukkan
antheridium dan atau arkegonium yang terdapat dalam preparat tersebut!
Gambarlah pada lembar pengamatan!
E. HASIL PENGAMATAN
Nama
No Gambar & Keterangan Penjelasan
Preparat/Spesimen
KEGIATAN 2
ANTHER DAN PERKEMBANGAN POLLEN
A. TUJUAN
Memahami struktur anther dan perkembangan pollen
B. DASAR TEORI
Angiospermae merupakan tumbuhan yang strukturnya paling kompleks
dibandingkan divisi lain pada kingdom tersebut. Organ reproduksi pada
Angiospermae berupa bunga dengan struktur yang terdiri dari bagian fertil dan
bagian yang steril. Stamen dan pistillum merupakan bagian fertil bunga yang
menghasilkan organ reproduksi jantan dan organ reproduksi betina. Pada stamen
terdapat anthera yang didalamnya terdapat sporangium, tempat
perkembangan pollen/mikrospora. Pollen inilah yang selanjutnya akan
menghasilkan gamet jantan. Oleh karena itu tahapan yang meliputi pembentukan
mikrospora maupun gamet jantan disebut sebagai mikrosporogenesis dan
mikrogametogenesis.
Petunjuk Praktikum 8
Mikrosporogenesis diawali dengan pembelahan sel-sel sporogen yang
berfungsi sebagai sel induk mikrospora. Sel-sel sporogen merupakan
perkembangan dari jaringan meristematik yang disebut jaringan arkhesporium
pada anthera muda. Sel induk mikrospora bersifat diploid sehingga harus
mengalami pembelahan meiosis agar menjadi haploid. Setelah melalui beberapa
tahapan pembelahan meiosis I dan II sel induk mikrospora akan menghasilkan
tetrad mikrospora. Tipe tetrad mikrospora beragam sesuai dengan spesiesnya.
Selanjutnya, mikrospora yang masak akan lepas dari tetrad dan dikenal sebagai
butir polen (serbuk sari). Serbuk sari dilapisi 2 lapisan dinding yaitu eksin dan
intin.
Sebelum lepas dari anthera, mikrospora akan mengalami mitosis yang
menghasilkan sel vegetatif dan sel generatif. Pada perkembangan selanjutnya, sel
generatif membelah menjadi 2 sel gamet jantan yang salah satunya siap membuahi
ovum.
Seiring mikrosporogenesis terjadi perkembangan dinding anther. Proses
tersebut bermula dari perkembangan sel-sel parietal primer yang pada akhirnya
akan membentuk endotesium, lapisan tengah dan tapetum. Perubahan yang cukup
signifikan terjadi pada fase pollen tetrad sampai terjadinya pemecahan dinding
anther pada sisi stomium untuk melepaskan pollen dewasa menuju proses polinasi.
D. CARA KERJA
1. Amatilah penampang melintang anthera Lilium sp.
2. Amatilah detail satu anthera dan tunjukkanlah teka, lokulimentum, epidermis,
endotesium, lapisan tengah, tapetum, stomium, dan mikrospora.
3. Amatilah beberapa mikrospora. Perhatikan keterkaitan antara tahap
perkembangan mikrospora dengan dinding anthera di sekelilingnya.
Petunjuk Praktikum 9
4. Amatilah preparat lilium fase leptoten dan diploten. Perhatikan tahap
perkembangan mikrospora pada kedua fase tersebut kemudian gambarlah
pada lembar pengamatan.
5. Amatilah beberapa mikrospora tetrad dalam teka beserta keadaan dinding
teka, terutama tapetum dan endotesium selanjutnya gambarlah dalam lembar
pengamatan!
6. Amatilah beberapa butir pollen Lilium sp., tunjukkan tekstur eksin serta
jumlah inti yang ada di dalam pollen tersebut.
E. HASIL PENGAMATAN
Nama
No Gambar & Keterangan Penjelasan
Preparat/Spesimen
KEGIATAN 3
PEMBENTUKAN POLLEN TUBE
A. TUJUAN
Mengetahui proses terbentuknya pollen
B. DASAR TEORI
Serbuk sari (pollen) disebut pula mikrogametofit atau struktur penghasil gamet
jantan. Pada saat dilepaskan dari anther struktur ini pada umumnya terdiri dari dua atau
tiga sel, yaitu sel vegetatif dan generatif. Dinding serbuk sari terdiri atas dua lapisan yaitu
eksin di bagian luar dan intin di bagian sebelah dalam. Eksin memiliki struktur yang tebal,
keras dan pada permukaannya terdapat celah atau pori yang disebut aperture. Celah ini
digunakan sebagai jalan keluarnya buluh serbuk sari (pollen tube). Sedangkan intin
Petunjuk Praktikum 10
memiliki struktur yang lebih tipis dan terlibat langsung dalam proses terbentuknya buluh
serbuk.
Apabila serbuk sari bersifat sesuai (compatible) dengan stigma maka dalam
rentang waktu tertentu terbentuklah buluh serbuk yang akan membawa gamet jantan
pada gametofit betina. Proses pembentukan buluh serbuk tersebut diantaranya
dipengaruhi oleh ketersediaan air, garam anorganik tertentu, termasuk boron dan sumber
energi seperti sukrose yang cukup. Buluh serbuk sari akan masuk ke dalam stigma melalui
diantara sel-sel jaringan pemindah di dalam stylus dan akhirnya mencapai ovul.
D. CARA KERJA
1. Ambillah pollen dari anthera bunga yang telah disiapkan dengan jarum pentul
atau tusuk gigi dan letakkan di atas kaca benda!
2. Tambahkan larutan gula pada pollen dan amati kondisinya menggunakan
mikroskop!
3. Catat waktu terbentuknya buluh serbuk sari, deskripsikan serta dokumentasikan
hasil yang Saudara dapat!
E. HASIL PENGAMATAN
Nama
No Gambar & Keterangan Penjelasan
Preparat/Spesimen
Petunjuk Praktikum 11
KEGIATAN 5
REPRODUKSI ANGIOSPERMAE
MEGASPOROGENESIS DAN MEGAGAMETOGENESIS
A. TUJUAN
Mengetahui dan memahami proses megasporogenesis dan megagametogenesis pada
Angiospermae.
B. DASAR TEORI
Pistillum merupakan organ reproduksi betina pada tumbuhan berbunga.
Pistillum terdiri dari ovarium, stigma dan stylus. Megasporogenesis dan
megagametogenesis terjadi pada bakal biji (ovulum) yang tumbuh di plasenta
pada bakal buah (ovarium). Pada ovulum dapat dibedakan satu atau dua integumen
Petunjuk Praktikum 12
yang menutupi nucellus, dan funikulus (tangkai biji). Sel induk megaspora juga berasal
dari perkembangan sel sporogen yang mengalami mitosis berkali-kali di dalam
ovulum. Megasporogenesis merupakan proses perkembangan sel induk megaspora
melalui beberapa tahapan pembelahan meiosis sampai terbentuk tetrad megaspora
atau gametofit muda. Tetrad megaspora akan mengalami tiga kali pembelahan mitosis
sehingga dihasilkan kantung embrio dengan delapan inti. Delapan inti tersebut
mengalami differensiasi sebagai tiga sel antipoda, 1 sel ovum yang didampingi 2
sel sinergid, dan 2 inti kandung lembaga sekunder.
Perkembangan gametofit betina pada Angiospermae berbeda-beda
tergantung pada jumlah inti megaspora yang berperan dalam pembentukannya.
Beberapa tipe perkembangan gametofit betina pada Angiospermae diantaranya
monosporik (jika hanya satu inti megaspora yang berperan dalam perkembangan
gametofit), bisporik (jika ada 2 inti yang berperan dalam perkembangan gametofit)
dan tetrasporik (jika keempat inti megaspora berperan dalam perkembangan
gametofit).
Pada proses pembuahan ganda, yang terjadi di dalam kantung embrio
di ovulum, sel telur dan kedua inti polar akan dibuahi oleh inti sperma. Sel
telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot, sedangkan inti polar yang telah
dibuahi akan membentuk endosperm. Seiring dengan perkembangan embrio dan
endosperm, maka bakal biji akan berkembang pula menjadi biji. Proses tersebut
disertai dengan berbagai perubahan pada jaringan yang ada di sekitarnya.
Integumentum biasanya berubah menjadi kulit biji (testa), sedangkan sel epidermis
luar dapat tumbuh menjadi rambut (pada kapas), selaput tipis (Bignoniaceae),
membentuk selaput lendir bila terkena air (Labiatae), dan sebagainya.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Mikroskop
2. Bahan
Preparat PL. Ovarium Lilium sp
D. CARA KERJA
1. Amatilah penampang dari bunga Lilium sp. Dan tentukan tipe ovulumnya.
2. Amati dan gambarkanlah penampang melintang ovarium Lilium sp. tersebut dari
preparat stadium sel induk megaspora.
3. Amatilah secara detail satu sektor yang dapat menunjukkan adanya: dinding
ovarium, plasenta, ovulum, nucellus, integumen, kutikula luar, dan kutikula
dalam.
4. Amati, pahami dan gambarkanlah preparat dari stadium sel induk megaspora,
stadium kantung embrio berinti dua, stadium empat inti kedua, dan stadium
gametofit berinti delapan.
Petunjuk Praktikum 13
E. HASIL PENGAMATAN
Nama
No Gambar & Keterangan Penjelasan
Preparat/Spesimen
KEGIATAN 6
EMBRIO DIKOTIL DAN MONOKOTIL
A. TUJUAN
Mengenal dan memahami embrio pada tumbuhan dikotil dan monokotil.
B. DASAR TEORI
Sel telur yang telah dibuahi sel gamet jantan akan tumbuh menjadi
proembrio yang bersel banyak. Kemudian bagian distal dari proembrio akan tumbuh
membulat, yang menjadi pusat keaktifan embrio (embrio yang sebenarnya), dan
bagian proksimal akan membentuk suspensor atau tangkai/batang embrio. Sel bulat
di bagian distal akan membelah memanjang secara serentak pada dua bidang yang
bersilangan sehingga terjadi stadium kwadran (4 sel), kemudian terjadi pembelahan
melintang satu kali membentuk embrio 8 sel (oktan). Setelah embrio membelah
berkali-kali embrio yang sedang berkembangpun dapat dibedakan menjadi
stadium globular, jantung, torpedo, dan kotiledon secara berturut-turut.
Pembentukan kotiledon (keping biji) akan mengubah simetri embrio yang asalnya
radial menjadi bilateral.
Pada tumbuhan dikotil kedua keping biji akan membentuk huruf U dengan
titik tumbuh vegetatif berada di tengahnya. Pada tumbuhan monokotil hanya terdapat
satu keping biji pada ujung embrio. Titik tumbuh vegetatif terdapat di sampingnya.
Keping biji yang tunggal akan menghasilkan enzim yang akan melarutkan cadangan
Petunjuk Praktikum 14
makanan dalam endosperm dan menyerapnya. Setelah pembentukan kotiledon,
dalam embrio dapat dibedakan adanya epidermis berupa protoderm. Vakuolasi sel-
sel di daerah-daerah tertentu menunjukkan adanya pembentukan meristem dasar.
Jaringan yang belum mengalami vakuolasi, baik di daerah hipokotil, akar maupun
kotiledon, akan menghasilkan prokambium.
Pada monokotil embrio diselubungi oleh koleoptil dibagian pucuk dan
koleorhiza dibagian akar. Hal ini berhubungan dengan tipe perkecambahan yang
terjadi pada monokotil (hipogeal) dimana kotiledon tetap berada di dalam tanah.
Sedangkan pada dikotil, kotiledonnya terangkat ke atas tanah (epigeal), jika terjadi
perkecambahan.
E. HASIL PENGAMATAN
Nama
No Gambar & Keterangan Penjelasan
Preparat/Spesimen
Petunjuk Praktikum 15
DAFTAR PUSTAKA
A.R Loveless, 1991, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Arifah Khusnuryani, Ridwan Maulana (2006), Petunjuk Praktikum Anatomi dan Embriologi
Tumbuhan, Yogyakarta: Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga.
Ashok M. Bendre dan Ashok M. Kumar. 2010. A Text Book of Practical Botany 2. Meerut:
Rastogi Publications.
Issirep Sumardi, t.t, Buku pegangan Embriologi Tumbuhan, Yogyakarta : Fakultas Biologi
UGM.
L Hartanto Nugroho, Issirep Sumardi (editor), 2003, Buku Ajar Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan, Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Wendell H. Camp, t.t, Laboratory Workbook in Introductory Botany. 3rd Ed. Minessota :
Burgess Publishing Company.
Petunjuk Praktikum 16
Petunjuk Praktikum 17