Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

POTENSI ALELOPATI

Oleh :
Golongan C/Kelompok 1
Anggi Arsy Purwandarini (171510701029)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk hidup akan berusaha melakukan penyesuain terhadap
lingkungan sekitarnya. Begitu juga dengan gulma yang sering dianggap sebagai
tumbuhan yang tumbuh dan hidup pada tempat-tempat yang tidak diinginkan serta
membawa kerugian. Kemampuan adaptasi gulma yang besar menjadi salah satu
cara gulma mempertahankan hidupnya. Tingkat invasi, kecepatan berkecambah,
kemampuan dormansi dan penyimpanan biji gulma dalam tanah (seed bank) serta
mampu menghasilkan zat toksik adalah bentuk pertahanan gulma yang paling
utama.
Alelopati merupakan merupakan fenomena dari suatu tanaman yang
melepaskan zat melepaskan zat penghambat yang menghambat pertumbuhan
tanaman lain yang berbagi habitat yang sama. Alelopati adalah mekanisme
interaksi biokimia yang interaktif, baik merangsang ataupun menghambat
perkembangan semua jenis tanaman organisme, jadi, tidak semua alelopati
bersifat negatif, ada beberapa senyawa alelopati yang bersifat positif baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Peristiwa alelopati sebenarnya merupakan tipe
persaingan, dimana persaingnaya dapat bersifat interaspesifik maupun
interspesifik. Alelopati memainkan peran penting dalam dominasi tanaman,
suksesi, pembentukan komunitas tanaman, dan klimaks vegetasi, dan produktifitas
panen.
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat alelopati dilepaskan oleh
tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara
antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui
pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan
organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam
tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy
melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina
alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat alelopati melalui
perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang

1
mengeluarkan zat alelopati melalui pembusukan misalnya Helianthus,
Aster, dan Agropyron repens.
Beberapa jenis gulma seperti Cynodon dactylon mampu mengeluarkan
senyawa alelokimia yang bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman di sekitarnya. Senyawa alelokimia inilah yang kemudian akan dilepas ke
lingkungan dan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan organisme lain
di sekitarnya. Setiap jenis alelokimia dilepas ke lingkungan dengan mekanisme
tertentu tergantung organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya.
Mekanisme pengaruh alelokimia terhadap tanaman sasaran berjalan melalui
proses yang sangat kompleks. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pemberian alelopati gulma Cynodon dactylon terhadap
perkecambahan biji kedelai pada berbagai konsentrasi zat.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui potensi alelopati gulma
Cynodon dactylon pada perkecambahan tanaman kedelai.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kompetisi antara tanaman pokok dengan gulma dapat terjadi melalui dua
cara, yaitu kompetisi yang bersifat memanfaatkan sumber daya tanaman lain
(exploitation competition), dan kompetisi yang bersifat gangguan (interference
competition). Kompetisi yang sifatnya memanfaatkan contohnya seperti perebutan
air, cahaya matahari, ruang, dan nutrient. Perebutan ini terjadi salah satunya
karena faktor biologis gulma itu sendiri yang kurang menguntungkan dirinya
(Booth et al., 2013)
Ukuran gulma rata-rata lebih kecil dari tanaman pokok, sehingga untuk
dapat memenuhi kebutuhannya gulma memiliki karakteristik-karakteristik yang
memungkinkan dirinya untuk dapat bersaing dengan tumbuhan lainnya.
Karakteristik gulma antara lain penyebarannya yang mudah dan luas, daya
berkembangbiak tinggi, tumbuh liar dan cepat, mampu beradaptasi dengan baik
diberbagai kondisi lingkungan, dan jumlah spesiesnya sangat banyak. Sedangkan
kompetisi yang menimbulkan gangguan, yakni zat alelopati yang mampu
dikeluarkan oleh beberapa jenis gulma menyebabkan tanaman disekitarnya
terhambat bahkan mengalami kematian sehingga sangat berbahaya, disebut
noxious weeds (Khan et al., 2017).
Menurut Mahajan, et al. (2014), zat alelopati yang dikeluarkan oleh gulma
dapat menekan pertumbuhan tanaman padi secara signifikan. Selain itu,
kehilangan hasil panen padi akibat keberadaan gulma dapat terjadi melalui
penurunan kualitas biji padi dan kemungkinan tercampurnya biji padi dengan biji
gulma. Hal tersebut menjadi alasan utama dari tindakan pengendalian gulma.
Sangeetha and Baskar (2015), mengartikan alelopati sebagai interaksi
biokimia yang terjadi antara tanaman dan gulma, baik yang sifatnya
menguntungkan maupun merusak. Komponen biokimia di dalam alelopati
tersebut dihasilkan dan akan dikeluarkan ke lingkungan yang selanjutnya akan
mempengaruhi pertumbuhan dan keberlanjutan hidup dari tanaman lain di
sekitarnya.

3
Berdasarkan hasil penelitian Marina dan Ahadiyat. (2016), alelopati gulma
pada tanaman jagung dapat menghambat atau menurunkan daya kecambah, laju
perkecambahan, total panjang akar, panjang koleoptil, jumlah akar jumlah daun
dan luas daun, serta bobot basah dan bobot kering. Gulma yang memiliki
kemampuan paling menghambat sehingga bepotensi besar menurunkan
pertumbuhan tanaman jagung di lahan adalah gulma Imperata cylindrica.
Penyebaran senyawa toksik dari alelopati yang dihasilkan gulma terjadi di
dalam tanah melalui berbagai cara, diantarnya yakni melalui eksudasi atau eksresi
dari akar, volatilasi dari daun yang berupa gas melalui stomata, leaching dari daun
segar melalui air hujan atau embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi,
dan transformasi dari mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa
alelopati yang berasal dari proses leaching daun segar jauh lebih rendah
dibanding zat alelopati yang berasal dari serasah (Kilkoda, 2015).
Triyono dan Sumarmi (2017), menyebutkan bahwa senyawa alelopati
dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu asam fenolat, koumarat, terpinoid,
flafinoid, dan scopulaten (zat penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa
alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar dalam bentuk asam fenolat. Cara
kerja senyawa alelopati adalah mempengaruhi metabolisme tanaman lainnya,
seperti mempengaruhi sintesis asam amino, sintesis pigmen, sintesis lipid, sintesa
asam nukleat. Serta dapat mengganggu fungsi plasma membran dan proses
fotosintesis.

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Acara 7. Potensi Alelopati dilkasanakan pada hari Jumat, 9
November 2018 pukul 15.00-16.00 WIB di Laboratorium Penyakit gedung HPT
Lantai 1, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Papan dada
3. Gelas ukur
4. Blender atau alat penumbuk
5. Cawan petri

3.2.2 Bahan
1. Biji kedelai
2. Kapas
3. Gulma Cynodon dactylon
4. Aquades

3.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Mencuci gulma Cynodon dactylon hingga bersih.
2. Memisahkan bagian akar, batang, dan bunga Cynodon dactylon dengan
memotongnya menggunakan pisau.
3. Memasukkan gulma yang telah dipotong ke dalam blender.
4. Menghaluskan gulma dengan blender.
5. Mengeluarkan gulma yang telah halus dan mendiamkannya selama satu hari.
6. Memeras ekstrak gulma yang telah didiamkan dengan kain saring.
7. Mengambil hasil saringan gulma sesuai perlakuan yang telah ditentukan
kelompok masing-masing, yakni 100%, 50%, dan 25%.

5
8. Menyiapkan cawan petri yang telah diberi kapas sebagai media tanam.
9. Meletakkan biji kedelai sebanyak 10 biji di atas kapas dalam cawan petri.
10. Menyiapkan takaran saringan sesuai masing-masing perlakuan pada cawam
petri yang berisi kedelai sampai merata, hal ini dilakukan sebanyak 3 ulangan.

3.4 Variabel Pengamatan


Mengamati pertumbuhan tanaman kedelai pada tiap-tiap perlakuam
pemberian saringan gulma Cynodon dactylon, pengamatan meliputi biji yang
tumbuh atau berkecambah dan biji yang tidak tumbuh atau belum berkecambah
setiap hari selama lima hari.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil praktikum selanjutnya akan dianalisis
menggunakan table kuantitatif.

6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Biji tidak Berkecambah
No Jenis Perlakuan Ulangan Jumlah Biji Tidak Berkecambah
Gulma H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
Alelopati
U1 3 - - - -
Cynodon
100% U2 4 2 1 1 1
1. dactylon
U3 3 1 1 1 1
U1 1 - - - -
Cynodon U2
50% 1 - - - -
2. dactylon
U3 - - - - -
U1 - - - - -
Cynodon
25% U2 - - - - -
3. dactylon
U3 - - - - -
U1 4 -
4. Kontrol 0% U2 8 -
U3 4 2

Tabel 2. Biji Berkecambah


No Jenis Perlakuan Ulangan Jumlah Biji Berkecambah
Gulma H+1 H+2 H+3 H+4 H+5
Alelopati
U1 7 10 10 10 10
Cynodon
1. 100% U2 6 8 9 9 9
dactylon
U3 7 9 9 9 9
U1 9 10 10 10 10
2. Cynodon U2
50% 9 10 10 10 10
dactylon
U3 9 10 10 10 10
3. U1 10 10 10 10 10
Cynodon
25% U2 10 10 10 10 10
dactylon
U3 10 10 10 10 10
4. U1 6 10
Kontrol 0% U2 2 10
U3 6 8

4.2 Pembahasan
Hasil pengamatan pertumbuhan biji kacang kedelai yang telah dilakukan
selama 5 hari menunjukkan bahwa daya hambat pada perlakuan alelopati
Cynodon dactylon 100% lebih besar dibanding dengan perlakuan lainnya.

7
Pertumbuhan masing-masing benih berbeda-beda karena adanya perlakuan
pemberian konsentrasi alelopati yang berbeda. Konsentrasi zat alelopati yang
diberikan pada biji berpengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan dan
tinggi tanaman kedeai. Penghambatan pertumbuhan ini terjadi karena disebabkan
oleh adanya senyawa alelokimia di dalam ekstrak alelopati,
melalui penghambatan aktivitas pembelahan dan pemanjangan sel. Nihayati dkk.
(2016) menyebutkan bahwa senyawa alelokimia yang berperan dalam
menghambat pembelahan sel antara lain fenol, terpenoid, dan flavonoid.
Senyawa-senyawa tersebut mengakibatkan penghambatan sintesis asam ketoglutat
yang merupakan perkusor asam-asam amino, protein, dan ATP pada tanaman
sehingga mengakibatkan terganggunya pembelahan dan pembesaran sel.
Zat alelopati mampu mempengaruhi proses pengangkutan air pada biji
kedelai. Metabolit sekunder yang dikeluarkan oleh ekstrak Cynodon dactylon
mengganggu kinerja hormone asam giberelin (GA) dan berakibat negative pada
biji kedelai. Induksi enzim a-amilase sehingga proses hidrolisis pati menjadi
glukosa yang akan dikirim ke titik tumbuh berkurang sehingga peroses
perkecambahan terganggu (Yulifrianti et al., 2015).
Sampel biji kedelai yang diberi perlakuan alelopati apabila dibandingkan
dengan kontrol menunjukkan hasil yang berbeda karena justru pertumbuhan biji
kedelai control lebih sedikit dan lama dibanding pada semua biji gulma yang
diberi perlakuan alelopati. Hal ini dapat dipengaruhi berbagai faktor, baik internal
maupun eksternal biji kedelai. Daya perkecambahan yang lemah dari biji kedelai
control bisa saja diakibatkan oleh gangguan genetik biji sehingga perlu analisis
lebih dalam lagi. Indikator yang digunakan pada praktikum ini hanya sebatas biji
kedelai berkecambah atau tidak dan bagaimana pengaruh zat alelopati yang
diberikan terhadap perkecambahan biji kedelai.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada beberapa sampel juga ditemukan
adanya jamur yang menginfeksi biji kedelai dan diduga jamur tersebut juga ikut
andil dalam menghambat perkecambahan. Pada sebagian kecil biji kedelai yang
terserang jamur bahkan mengalami kematian karena busuk, dan sebagian lagi
masih dapat tumbuh. Jamur yang ditemukan pada beberapa sampel biji kedelai

8
kemungkinan besar terbawa bersama gulma Cynodon dactylon dan tidak hilang
ketika proses pembersihan. Kestrerilan bahan serta alat untuk membuat ekstrak
alelopati perlu diperhatikan untuk menghindari kontaminasi pada sampel uji agar
hasil penelitian menjadi maksimal. Patogen tular tanah adalah yang paling besar
peranannya sebab patogen ini akan terbawa bersama gulma Cynodon dactylon.
Menurut Zehra et al. (2017), faktor abiotik utama yang mempengaruhi
pertumbuhan miselia atau spora jamur antara lain temperatur, pH, kelembapan,
konsentrasi inokulum, dan keberadaan vektor penyakit. Umumnya, meiselia atau
spora jamur pathogen akan lebih mudah berkembang pada kondisi lembap karena
untuk melakukan proses perkecambahan, spora jamur membutuhkan air yang
cukup.
Rahmawanto dkk. (2015) juga menyebutkan bahwa perkembangan
patogen tular tanah juga dipengaruhi oleh sifat kimia tanah. Tanah berperan
penting dalam menopang kehidupan suatu organisme. Presentasi kejadian
penyakit dalam tanah terutama berpengaruh positif terhadap nilai pH, kandungan
K, P, C organik, serta unsur-unsur organik lainnya. Sifat kimia tanah dapat
mempengaruhi perkembangbiakan pathogen tular tanah, sebab apabila
kekurangan unsur hara proses metabolisme tanaman akan terhambat dan tanaman
menjadi rentan terhadap serangan patogen.

9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak Cynodon dactylon sebagai zat alelopati secara nyata mempengaruhi
perkecambahan biji kedelai. Konsentrasi alelopati paling baik adalah 100%.

5.2 Saran
Kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik dan lancar, namun
sebaiknya untuk pembuatan ekstrak alelopati gulma harus memperhatikan faktor-
faktor lain yang sifatnya negatif agar menperoleh hasil maksimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Booth, B. D., Stephen D. M., and Clarence J.S. 2013. Weed Ecology in Natural
and Agricultural Systems. UK : CABI Publishing.
Khan, M.N., et al. 2017. Utilitarian Aspects of Weeds and Their Ecological
Characteristics in Ochawala Valley, Distric Charsadda, Pakistan. Journal
of Agricultural and Biological Science, 12(5) : 182-189.
Kilkoda, A. K. 2015. Respon Allelopati Gulma Ageratum Conyzoides dan
Borreria Alata Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kedelai
(Glycine Max). Agro, 2(1): 39-49.
Mahajan, G., Mugalodi S. R., and Bhagirath S.C. 2014. Response of Rice
Genotypes to Weed Competition in Dry Direct-Seeded Rice in India. The
Scientific World Journal, 2014 : 1-8.
Marina, T., dan A. Y. Rahayu. 2016. Respons Pertumbuhan Jagung (Zea Mays L.)
Terhadap Pemberian Ekstrak Gulma: Skala Laboratorium. Agrin, 20(1):
54-63.
Nihayanti, E., Anna S. K., Latifah D. P., dan Nur A. 2016. Studi Potensi Alelopati
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) pada Rumput Teki
(Cyperus rotundus) dan Perkecambahan Kedelai (Blycine max). Agro,
3(2): 43-52.
Rahmawanto, D. G., Anton M., dan Luqman Q. A. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik
Kimia Tanah terhadap Supressifitas Tanah dalam Mengendalikan Penyakit
Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Tanaman Tomat. HPT, 3(2):
1-8.
Sangeetha, C., and P. Baskar. 2015. Allelopathy in Weed Management : A
Critical Review. African Journal of Agricultural Research, 10(9) : 1004-
1015.
Triyono, K., dan Sumarmi. 2017. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma
Terhadap Perkecambahan Biji Padi (Oriza sativa L.). Riset Fair, 1-12.
Yulifrianti. E., Riza L., dan Irwan L. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah
Daun Mangga (Mangifera indica L.) terhadap Pertumbuhan Gulma
Rumput Grinting (Cynodon dactylon L.) Press. Protobiont, 4(1):46-51.
Zehra, A., M. K. Dubey., M. Meena, and R. S. Upadhyay. 2017. Effect of
Different Environmental Conditions on Growth and Sporulation of some
Trichoderma Species. Environmental Biology, 38: 197-203.

11
LAMPIRAN

12 November 2018 (1 MST)


C1 :

C2 :

C3 :

13 November 2018 (2 MST)


C1 :

12
C2 :

C3 :

14 November 2018 (3 MST)


C1 :

C2 :

13
C3 :

Kontrol

15 November 2018 (4 MST)


C1 :

C2 :

14
C3 :

Kontrol

16 November 2018 (5 MST)


C1 :

C2 :

15
C3 :

Kontrol :

16

Anda mungkin juga menyukai