Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

PENGARUH ZAT PENGHAMBAT TERHADAP


PERKECAMBAHAN

Diajukan sebagai laporan praktikum fisiologi pertaanian

Disusun Oleh :

Akhmad Suryadi 18714001


Andi Saputro 18714006
Enggal Kurnia 18714010
Febri Sanjaya 18714012
Nengah Dayuning sari 18714025
Puji Zaitun 18714027

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... ii
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 2
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................... 3
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ..................................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................................. 5
Praktikum ini di lakukan di Laboratorium Hortikultura Politeknik Negeri Lampung,
dilaksanakan pada hari selasa, 12 dan 19 Maret 2019 pada pukul 15.00 WIB. ............. 5
3.2 Alat dan bahan .......................................................................................................... 5
3.3 Cara Kerja .................................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
4.1 Hasil........................................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan .............................................................................................................. 7
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Proses perkecambahan
diawali dengan penyerapan air (imbibisi). Masuknya air selain berfungsi
melarutkan cadangan makanan yang terdapat pada bagian keping lembaga, juga
menginduksi enzim hidrolitik. Dimulainya proses perkecambahan ditentukan oleh
kemampuan untuk melakukan metabolisme. Kemampuan metabolisme pada
tumbuhan dipengaruhi enzim metabolik (Reece, et al., 2014). Aktivitas
perkecambahan pada biji dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-
faktor tersebut dapat mendukung perkecambahan misalnya air dan suhu yang
optimal atau justru dapat menghambat perkecambahan atau memicu dormansi biji
seperti kulit biji yang keras dan adanya zat penghambat. Faktor internal yang
dapat menghambat perkecambahan adalah asam absisat. Asam absitat atau biasa
disebut ABA merupakan hormon yang dapat menstimulasi biji untuk melakukan
fase dormansi. ABA dihasilkan secara alami pada tumbuhan dan dapat ditemukan
pada daging buah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan untuk mengetahui
pengaruh zat penghambat dalam daging buah pada proses perkecambahan biji.
Setiap tumbuhan tentunya memiliki kadar ABA yang berbeda pada tiap daging
buahnya. Sehingga pada percobaan ini digunakan dua buah yaitu buah tomat dan
buah jeruk.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat penghambat yang
terdapat pada air buah tomat dan jeruk terhadap perkecambahan biji padi.

2
BAB II LANDASAN TEORI

Menurut (Salisbury, dan Ross,. 1995) dormansi merupakan strategi benih-


benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-optimum guna
mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi
benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari
kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel
terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena
embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak
dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum.
Penghambat perkecambahan ini tidak hanya berasal atau terdapat di biji, tetapi
ada juga yang terdapat di daun, akar dan bagian tumbuhan lain. Bila terbawa
keluar tumbuhan atau dilepaskan selama pembusukan sampah, senyawa
penghambat dapat menghambat perkecambahan biji atau perkembangan akar
disekitar tanaman induk. Senyawa yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan yang
dapat mengganggu tumbuhan lain dinamakan alelopati. Bahkan ada beberapa
bahan yang dihasilkan oleh organisme lain yang bertindak sebagai pemacu
perkecambahan, contohnya nitrat adalah pemacu perkecambahan yang sering atau
lazim digunakan di laboratorium fisiologi benih dan senyawa ini dihasilkan dari
sisa-sisa pembusukan tumbuhan atau hewan (Dwidjoseputro, 1992).

Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman


antara lain adalah ammonia, abscisis acid, benzoic acid, ethylene, alkaloid,
alkaloids lactone (antara lain coumarin). Coumarin diketahui menghambat kerja
enzim. Enzim penting dalam perkecambahan (Goldsworthy dan Fisher,.1992).

Asam absisat (ABA) merupakan salah satu faktor penghambat tumbuh


(Inhibitor/ retardant) pada saat tanaman mengalami stress. Fitohormon ini
digunakan untuk mengompakkan pertumbuhan batang agar tanaman terlihat
sangat baik. Pada komposisi dan perlakuan tertentu dapat merangsang
pertumbuhan tunas anakan dengan cepat dan serentak. ABA pergerakannya dalam
tumbuhan sama dengan pergerakan giberelin, yaitu dapat diangkut secara mudah

3
melalui xylem, floem, dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
Golongan inhibitor adalah: Paclobutrazol dan Ancymidol (Wattimena, 1998).

4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di lakukan di Laboratorium Hortikultura Politeknik Negeri


Lampung, dilaksanakan pada hari selasa, 12 dan 19 Maret 2019 pada pukul 15.00
WIB.

3.2 Alat dan bahan


Alat : Alat peras, Cawan Petri

Bahan : 150 butir biji gabah, Air buah tomat, Air buah jeruk, Aquades

3.3 Cara Kerja


1. Cuci buah tomat dan jeruk sampai bersih, kemudian buah diperas dan cairan
yang diperoleh disaring.
2. Biji padi dikelompokan menjadi 3 kelompok, tiap kelompok 50 biji.
3. Siapkan 3 cawan petri yang telah dibersihkan, masukan benih yang telah
dikelompokan.
4. Dua Kelompok dikecambahkan dalam cairan buah tomat dan cairan buah
jeruk, dan satu kelompok sebagai control dalam aquades.
5. Setiap hari cairan buah diganti dengan ekstrak buah yang baru.
6. Sebelum dimasukan cairan buah yang baru, biji dicuci terlebih dahulu sampai
bersih.
7. Amati kapan biji mulai berkecamah dan berapa banyak biji yang berkecambah
serta ditentukan persentase biji yang berkecambah.
8. Setelah perkecambahan biji pada control mencapai 70%, biji yang
dikecambahkan dalam cairan buah dicuci dan di kecambahkan dalam aquades.
9. Lanjutkan pengamatan sampai persentase biji yang berkecambah pada kontol
mencapai 100%.
10. Bandingkan dan jelaskan hambatan perkecambahan biji oleh cairan buah jeruk
dan tomat.
11. Perkecambahan biji dihitung dengan rumus sebagai berikut.

5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
Perkecambahan = 𝑋 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑗𝑖

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Table Hasil Pengamatan

pengamatan Aquades Cairan buah Cairan buah


hari ke- (kontrol) jeruk tomat
1 x x x
2 x x x
3 x x x
4 19 x x
5 6 x x
6 4 x x
7 5 x x
8 3 x 1
9 4 x 1
10 3 x x
11 2 1 1
12 3 1 2
13 1 1 1
jumlah 50 3 6

hari ke kontrol jeruk tomat


7 68% 0% 0%
13 100% 6% 12%

4.2 Pembahasan

Dalam percobaan ini akan dilihat bagaimana pengaruh zat penghambat


terhadap perkecambahan biji. Biji yang digunakan yaitu padi atau biji
gabah Oryza sativa dan zat penghambatnya adalah sari buah tomat dan jeruk.
berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada air jeruk dan tomat
mengalami pertumbuhan atau perkecambahan 12% dan 6 % pada hari ke

7
13. Sedangkan pada air biasa, gabah padi berkecambah,Pada hari ke-13, gabah
padi yang berkecambah yaitu berjumlah 100%.
Pada minggu pertama, 7 hari setelah pengamatan. Benih pada media
aquades sebagai kontrol telah mengalami 68% perkecambahan, sedangkan pada
media sari buah tomat dan jeruk tidak menunjukan adanya benih berkecambah.
Biji yang dikecambahkan pada air jeruk dan air tomat tidak dapat
berkecambah dengan cepat dan baik karena didalam kedua cairan tersebut
terdapat inhibitor yang dapat menghambat perkecambahan biji. Sedangkan biji
yang dikecambahkan pada air biasa dapat mengalami perkecambahan karena air
dapat menetralisir zat inhibitor yang ada. Menurut teori, tomat (Solanum
lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan zat penghambat
(inhibitor) perkecambahan. hal ini juga dikatakan oleh ((Lambers, 2008) semua
jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara
kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks.
Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa
peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA).
Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada
tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin.
asam Abisat atau ABA yang terkandung dalam cairan tomat memiliki 3 efek
utama yang ditentukan oleh jaringan yang terlibat didalamnya, yaitu memberikan
efek pada membran plasma sel akar, menghambat sintesa protein,
mengnonaktifkan gen yang tertentu secara khas (efek dari transkripsi) yang
menunjukkan adanya pengendalian yang kuat terhadap proses perkecambahan
tumbuhan, termasuk dalam perkecambahan biji. Asam absisat dihasilkan pada
tunas terminal yang akan menghambat pada seluruh bagian tanaman.
sedangkan mengandung asam askorbat yang mengganggu penyerapan
panjang gelombang, sehingga menghambat perkecambahan
tumbuhan. Mekanisme penghambatan biji pada asam askorbat yaitu pada jeruk
nipis berlangsung secara kimiawi. Biji padi sebelumnya telah mengalami
dormansi yang terjadi akibat kulit biji yang tidak permeable terhadap air dan
oksigen. Akibatnya hanya sedikit oksigen yang dapat masuk kedalam biji,
sehingga pengaruh asam dari asam askorbat tidak dapat dinetralisir, akibatnya biji

8
tidak dapat berkecambah. Asam askorbat menghambat pada seluruh bagian
tanaman terutama pada daun.

9
BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa:
Buah jeruk mengandung inhibitor berupa asam askorbat. Sedangkan buah
tomat Solanum lycopersicum mengandung asam absisat (ABA). kedua cairan
tersebut dapat mengahambat perkecambahan biji padi (Oryza sativa).

DAFTAR PUSTAKA

Nur,Juliar.2011 Pengaruh Inhibitor Terhadap Perkecambahan


Biji.https://Studylibid.Com/Doc/469232/Pengaruh-Inhibitor-Terhadap-
Perkecambahan-Biji.Makassar.

Fauziaha,sifa. 2015 Pengaruh Zat Penghambat Terhadap


Perkecambahan.https://sifafauziaha1c415026.wordpress.com/2017/05/31/peng
aruh-zat-penghambat-terhadap-perkecambahan/ jambi.

Kusnadi,Dwiardan, 2018. Pengaruh Cairan Tomatterhadap Perkecambahan


Tanaman.https://www.academia.edu/36594025/Laporan_Agronomi_Umum_
Acara_5_Pengaruh_Cairan_Buah_Terhadap_Perkecambahan_biji_kacang_hij
au_dan_biji_jagung,yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai