Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN ALAT PENGOLAHAN BENIH


(Ekstraksi pada benih tomat (Lycopersicum esculentum)

Disusun oleh Kelompok 2:


Dhea Ayu Amelia J1307211013
Wildan Zulfi Pratama J1307211016
Sukma Magenda Sabiras J1307211017
Bilqisthi Rahmania J1307211019
Naufal Dhiyaul Haq J1307211020
Rizky Amelia J1307211021
Dafra Assyifa J1307211022
Muzaki Miftah Fauzan J1307211023
Bunga Salvia J1307211025
Yossi Astriani Putri J1307211026

Dosen:
Punjung Medaraji Suwarno S.P., M.Si.
Ahmad Zamzami S.P., M.Si.
Asisten:
Naila Hanifah A.Md

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tomat yang memiliki nama latin Lycopersicum esculentum ialah salah satu
tanaman hortikultura yang digemari oleh banyak orang karena merupakan sumber
vitamin. Lendir pada buah tomat merupakan zat inhibitor bagi benih tomat yang
dihasilkan. Lendir yang menempel pada benih akan menghambat perkecambahan.
Distribusi likopen dalam buah tomat tidak seragam, meskipun kandungan likopen
tidak sebanyak pada kulit buah tomat, lendir dan cairan buah tomat juga
mengandung likopen. Kulit buah tomat memiliki kandungan likopen tertinggi,
yaitu sebesar 37% dari total buah atau 3-6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
dengan cairan buah tomat. Lendir tersebut menyelimuti biji dan menyumbat
lubang perkecambahan pada biji tomat, sehingga harus dihilangkan. Hal ini dapat
disebut dormansi fisik(Zoran IS, et al. 2014).
Dormansi fisik yang disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam benih tanaman
(Sutopo 2012). Permasalahan yang muncul ialah menentukan cara yang efektif
untuk menghilangkan lendir pada biji tomat. Benih tomat memiliki zat
penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih. Cara
untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan meningkatkan mutu benih tomat
melalui teknik ekstraksi yang tepat untuk tipe tomat buah maupun tomat sayur.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik ekstraksi yang paling tepat
untuk menghasilkan tomat dengan mutu benih yang berkualitas pada benih dua
varietas tomat (Iriani YF, et al. 2017)

1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses ekstraksi menggunakan
mesin ekstraktor dan pengamatan meliputi perhitungan daya berkecambah,
kecepatan tumbuh dan indeks vigor pada benih tomat.
II Tinjauan Pustaka
2.1. Ekstraksi
Teknik prosesing pada benih tomat berpengaruh terhadap penampilan mutu
fisik benih. Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji dari
bagian tanaman baik daging buah, kulit, maupun tangkai buah sehingga diperoleh
benih dalam keadaan yang bersih (Salam 2007). Teknik ekstraksi pada prosesing
benih tomat perlu dilakukan karena benih tomat dilapisi oleh daging buah yang
berlendir (pulp) dan melekat pada benih tomat tersebut. Lapisan daging buah pada
benih jika tidak dibersihkan dengan baik akan mempengaruhi mutu benih
terutama selama penyimpanan benih (Widiarti, Erni & Pudji 2016).
Menurut Iriani, Kendarini dan Purnamaningsih (2017), lendir tersebut dapat
menghambat proses per- kecambahan karena mengandung zat penghambat
tumbuh (inhibitor). Menurut Sutopo (2012), Lendir tersebut menyelimuti biji dan
menyumbat lubang perkecambahan pada biji tomat, sehingga harus dihilangkan.
Hal ini dapat disebut dormansi fisik. Dormansi fisik yang disebabkan oleh
pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras
dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-
gas kedalam benih tanaman.
Beberapa metode ekstraksi benih tomat yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti dalam upaya menghilangkan lendir tomat yaitu perendaman dengan HCl
2% pencucian langsung dengan air, perendaman dengan kapur tohor (CaO) dan
fermentasi (Gunarta, Raka & Astiningsih, 2014; Raganatha, Raka & Siadi, 2014;
Widiarti, Erni & Pudji, 2016; Iriani, Kendarini & Purnamaningsih, 2017;
Prasetya, Yulianah & Purnamaningsih, 2017). Berdasarkan hasil penelitian Iriani,
Kendarini dan Purnamaningsih (2017), perlakuan ekstraksi benih tomat Varietas
Tymoti dengan cara fermentasi selama 24 jam lebih baik dibandingkan dengan
pencucian langsung dengan air.

2.2. Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi, dan masih memerlukan penanganan
serius, terutama dalam hal peningkatan hasil dan kualitas buahnya. Upaya untuk
menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah
satu teknik budidaya tanaman yang dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat
adalah penggunaan benih tomat bermutu. Benih bermutu mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam pengembangan tanaman tomat yang berskala
komersial. Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional untuk tanaman
hortikultura, termasuk tomat baru mencapai kurang dari 1% (Avianita dkk 2006).
Mengingat hal tersebut maka pengadaan benih bersertifikat yang memenuhi
standar mutu di pasaran harus lebih giat dilakukan.
III Metodologi

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum dilaksanakan dilaksanakan pada hari Rabu, 7 September 2022
bertempat di Seed Center, Leuwikopo.

3.2. Alat dan bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mesin ekstraktor, gelas takar,
saringan, stik kayu, kertas, ember, gayung, Germinator tipe IPB 73-2A/B, pinset,
timbangan analitik, cawan petri, kertas merang, kantong strimin, oven, label, alat
tulis, stopwatch dan stop kontak. Bahan yang digunakan yaitu tomat sebanyak 4
kg dan air.
3.3. Metode Kerja

3.3.1 Proses Ekstraksi


Praktikum diawali dengan penimbangan tomat sebanyak 4 kg dan
dibagi kedalam 8 kantong dengan bobot tiap kantong 500 gram untuk diberi
perlakuan berbeda. Perlakuan berbeda tersebut terdiri dari 0 jam (50% dan
100%) sebagai kontrol, 8 jam (50% dan 100%), 16 jam (50% dan 100%), 24
jam (50% dan 100%). Tomat yang ada dalam tiap kantong perlakuan
dimasukan kedalam mesin ekstrator dan digiling hingga halus. Hasil gilingan
tomat dituang ke gelas takar dan diukur volumenya. Tomat yang sudah
dihaluskan ditambahkan air sesuai dengan perlakuan yang sudah ditetapkan.
Campuran air dan tomat yang sudah dihaluskan disimpan selama waktu yang
sudah ditentukan. Plastik diberi keterangan perlakuan, waktu dan nama
kelompok. Pada perlakuan kontrol dilakukan ekstraksi secara langsung tanpa
disimpan terlebih dahulu. Ekstraksi pada benih kontrol dilakukan dengan
memisahkan biji tomat dengan pulp, kemudian dikering anginkan. Jika sudah
kering, benih dimasukkan kedalam kantong strimin dan diberi label.
3.3.2 Pengamatan dan Perhitungan
Benih yang sudah diekstraksi kemudian dibersihkan hingga pulp sudah
tidak ada karena akan menghambat proses perkecambahan kemudian
dikeringanginkan. Benih yang sudah kering ditimbang untuk mengetahui
bobot basah. Benih dimasukan ke dalam kantong strimin kemudian dioven
pada suhu 40◦C selama 24 jam dan ditimbang untuk mengetahui bobot
keringnya. Benih diamati kemurniannya terlebih dahulu menggunakan meja
kemurnian. Benih yang tidak tembus pandang dan sudah benar-benar bersih
merupakan benih yang akan dipakai dalam pengamatan. Benih yang sudah
diseleksi diambil sebanyak 100 butir untuk menghitung dan mengetahui
bobot 1000 butir. Benih yang sudah dihitung bobot 1000 butirnya kemudian
dikecambahkan pada cawan petri sebanyak 25 butir pada setiap cawan yang
beralaskan kertas merang (sudah dilembabkan). Terdapat 16 cawan petri yang
terdiri dari 8 cawan sebagai pengamatan persentase daya berkecambah (DB)
dan 8 sisanya sebagai pengamatan kecepatan tumbuh (KCT). Pengamatan
dilakukan setiap hari selama 7 hari untuk perhitungan kecepatan tumbuh
(KCT). Pada hari ke-5 dan ke-7 dilakukan pengamatan dan perhitungan %
daya berkecambah (DB), setelah itu lakukan perhitungan indeks vigor (IV).

Rumus Perhitungan Daya Berkecambah

Jumlah benihtumbuh
% DB =
Jumlah benih yang ditanam

Rumus Perhitungan Kecepatan Tumbuh


i=n
KCT = ∑ %KN /etmal
i

Rumus Perhitungan Indeks Vigor

ƩKNI
IV = x 100
ƩBenih ditanam
IV Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Daya berkecambah benih tomat


DB
No. Perlakuan Rata-rata
1 2
1 0 jam 50% 0 8 4
2 0 jam 100% 16 28 22
3 8 jam 50% 20 56 38
4 8 jam 100% 32 0 16
5 16 jam 50% 40 68 54
6 16 jam 100% 4 72 38
7 24 jam 50% 8 40 24
8 24 jam 100% 16 32 24

Pada perlakuan 0 jam yang menghasilkan daya berkecambah tertinggi


terjadi pada perlakuan 0jam 100% yaitu 16% (ulangan 1) dan 28% (ulangan 2).
Perlakuan 8 jam 50% menunjukkan daya kecambah tertinggi yaitu 20% (ulangan
1) dan 56% (ulangan 2). Perlakuan 16 jam 50% menghasilkan daya kecambah
tertinggi yaitu 40% (ulangan 1) dan 68% (ulangan 2), sedangkan pada perlakuan
24jam menunjukkan hasil daya kecambah tertinggi pada perlakuan 24jam 100%
yaitu 16% (ulangan 1) dan 32% (ulangan 2).

Tabel 2. Indeks vigor benih tomat


IV
No. Perlakuan Rata-rata
1 2
1 0 jam 50% 0 0 0
2 0 jam 100% 0 0 0
3 8 jam 50% 0 0 0
4 8 jam 100% 0 0 0
5 16 jam 50% 0 0 0
6 16 jam 100% 0 0 0
7 24 jam 50% 0 0 0
8 24 jam 100% 0 0 0

Dari hasil indeks vigor yang di dapatkan menghasilkan rata rata 0%.
pembersihan benih setelah ekstraksi dapat mempengaruhi indeks vigor yang di
dapatkan. kecambah normal yang di dapatkan selama pengamatan 7 hari belum
memperlihatkan pertumbuhan kecambah normal.

Tabel 3. Kecepatan tumbuh benih tomat


IV
No. Perlakuan Rata-rata
1 2
1 0 jam 50% 0 0 0
2 0 jam 100% 0 0 0
3 8 jam 50% 0 0 0
4 8 jam 100% 0 0 0
5 16 jam 50% 0 0 0
6 16 jam 100% 0 0 0
7 24 jam 50% 0 0 0
8 24 jam 100% 0 0 0

Perhitungan kecepatan tumbuh benih tomat menghasilkan rata-rata 0%.


perhitungan etmal dilakukan setiap hari selama 7 hari pengamatan. Data
kecambah normal di perlukan untuk menghitung hasil kecepatan tumbuh.

Tabel 4. Bobot 1000 butir benih tomat


Bobot 1000 butir
No. Perlakuan Rata-rata
1 2
1 0 jam 50% 25 12 19
2 0 jam 100% 275 24 150
3 8 jam 50% 288 26 157
4 8 jam 100% 23 23 23
5 16 jam 50% 0 0.15 0
6 16 jam 100% 32 23 28
7 24 jam 50% 31 29 30
8 24 jam 100% 26 13 20

Pada perlakuan 0 jam 100% menghasilkan perhitungan bobot 1000 butir


terbesar yaitu 275 (perlakuan 1) dan 24 (ulangan 2). Perlakuan 8jam 50%
menunjukkan bobot 1000 butir terbesar yaitu 288 (ulangan 1) dan 26 (ulangan 2).
Perlakuan 16jam 100% menunjukkan bobot 1000 butir terbesar yaitu 32 (ulangan
1) dan 23 (ulangan 2), sedangkan pada perlakuan 24jam menghasilkan
perhitungan bobot 100 butir terbesar pada perlakuan 24jam 50% yaitu 31 (ulangan
1) dan 29 (ulangan 2).

Tabel 5. Densitas benih tomat


Densitas benih
No. Perlakuan Rata-rata
1 2
1 0 jam 50% 1 1.13 1.065
2 0 jam 100% 1 1.11 1.055
3 8 jam 50% 1.67 1.02 1.345
4 8 jam 100% 1.67 1.66 1.665
5 16 jam 50% 1.43 1.11 1.27
6 16 jam 100% 1.25 1.25 1.25
7 24 jam 50% 2 1.21 1.605
8 24 jam 100% 1.67 1.28 1.475

Pada perlakuan 0jam menghasilkan densitas benih terbesar pada perlakuan


0jam 50% yaitu 1 (ulangan 1) dan 1,13 (ulangan 2). Perlakuan 8jam 100%
menunjukkan densitas benih terbesar yaitu 1,67 (ulangan 1) dan 1,66 (ulangan 2).
Perlakuan 16jam 50% menunjukkan densitas terbesar yaitu 1,43 (ulangan1) dan
1,11 (ulangan 2), sedangkan perlakuan 24jam menghasilkan densitas terbesar pada
perlakuan 24jam 100% yaitu 1,67 (ulangan 1) dan 1,28 (ulangan 2).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Daya berkecambah


tertinggi terdapat pada perlakuan 16 jam 50%. Pada pengamatan indeks vigor dan
kecepatan tumbuh rata-rata yang dihasilkan 0% karena tidak terdapat kecambah
normal. Perhitungan bobot 1000 butir dengan rata-rata tertinggi terdapat pada
perlakuan 8 jam 50% sedangkan untuk densitas terbesar terdapat pada perlakuan 8
jam 100% dengan angka sebesar 1.665.
V SIMPULAN

Percobaan dari hasil ekstraksi benih tomat dapat disimpulkan bahwa rata
rata daya berkecambah paling tinggi di peroleh dari perlakuan 16 jam 50% yaitu
sebanyak 54. kecepatan tumbuh dan indeks vigor menghasilkan rata rata sebesar
0%.
DAFTAR PUSTAKA

Widiarti W, Erni W, Pudji R. 2016. Respons Vigor Benih dan Pertumbuhan Awal
Tanaman Tomat Terhadap Konsentrasi dan Lama Perendaman Asam
Klorida (HCl). Agritrop Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian. 14 (2):151-160.
Sutopo L. 2012. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Salam A. 2007. Melakukan Ekstraksi. TAN.TB02.020.020. Halaman 1-28.
Raganatha IN, Raka IGN, Siadi IK. 2014. Daya Simpan Benih Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Hasil Beberapa Teknik Ekstraksi. J
Agroekoteknologi Tropika. 3(3):183-190.
Prasetya W, Yulianah I, Purnamaningsih SL. 2017. Pengaruh Teknik Ekstraksi
dan Varietas Terhadap Viabilitas Benih Tomat ( Lycopersicum esculentum
L.). J. Produksi Tanaman. 5(2):257–264.
Iriani YF, Kendarini N, Purnamaningsih SL. 2017. Uji Efektivitas Beberapa
Teknik Ekstraksi Terhadap Mutu Benih DA Varietas Tomat (Solanum
lycopersicum L). J Produksi Tanaman. 5(1):8-14.
Gunarta IW, Raka IGN, Astiningsih AAM. 2014. Uji Efektivitas Beberapa Teknik
Ekstraksi dan Dry Heat Treatment Terhadap Viabilitas Benih Tomat (
Lycopersicum esculentum Mill ). J Agroekoteknologi Tropika. 3(3):128-
136.

Anda mungkin juga menyukai