Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA 8
PENGARUH ZAT PENGHAMBAT DENGAN PERASAN BUAH TOMAT (Lycopersicum
esculentum) DAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP PERKECAMBAHAN
BIJI PADI (Oryza sativa)

Nama : Ivana Meyda Lestari


NIM : 1900017042
Asisten : Meirina Sukma Handayani

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TKNOLOGI TERAPAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
A. TUJUAN
Tujuan pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan buah Tomat
(Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Perkecambahan Biji
Padi (Oryza sativa) antara lain:
1. Mengetahui pengaruh zat penghambat tumbuhan pada perlakuan air tomat
(Lycopersicum esculentum)
2. Mengetahui pengaruh zat penghambat tumbuhan pada perlakuan air jeruk (Citrus
aurantifolia)
3. Mengetahui pengaruh zat penghambat tumbuhan pada perlakuan air biasa ( kontrol )

B. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah ( Campbell, 2004).
Faktor-faktor perkecambahan dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan, dari
faktor internal antara lain tingkat kematangan benih, berat dan ukuran benih, dormansi,
inhibitor. Sedangkan faktor eksternal adalah air, udara, oksigen, suhu, cahaya dan media
( Peter, 2005).
Zat penghambat tanaman adalah sebagai senyawa organik apapun yang aktif pada
konsentrasi rendah dalam mempromosikan, menghambat atau memodifikasi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Zat pertumbuhan endogen yang terbentuk secara alami pada
umumnya dikenal sebagai hormon tanaman, sementara zat yang sintetis disebut sebagai zat
pengatur pertumbuhan ( Peter, 2005).
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang
merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh
tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan
pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I
dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat,
disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing
dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap
hormon tersebut ( Salisburry dan Ross, 2017).
Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam
dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan
memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- dan scorbutus,
penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C ( Salisbury dan Ross, 2017).
Kandungan kimia buah jeruk terutama mengandung bantak asam sitrat 7 –7,6 %.
Juga didapati adanya damar, lemak, vitamin B1, dan vitamin C. selain itu jeruk nipis juga
mengandung minyak terbang antara lain sitrat, limonene, tellandren, lemon kamfer,
geranilasetat, cadinen, dan linaliin asetat. Selain itu 100 gram buah jeruk mengandung
vitamin C sebesar 29 mg, kalsium 40 mg, fosofor 22 mg, hidrat arang 12,4 mg, vitamin
B10,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,15 gram, kalori 37 gram, protein 0,8 gram, dan air 86
gram. Kandungan kimia buah tomat terkandung zat-zat antara lain vitamin c, vitamin A,
protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, mineral dan zat besi (Heddy, 1983).
Morfologi biji padi (Oryza sativa) memiliki tipe bulir atau kariopsis, tidak dapat
dibedakan mana buahdan bijinya yang disebut gabah, terdiri atas biji yang terbungkus oleh
palea dan lemma yang disebut sekam. Biji yang sehari-hari dikenal dengan beras adalah
kariopsis yang terdiri atas embrio dan endosperma yang diselimuti oleh lapisana leuron
kemudian tagmen dan lapisanterluar yang disebut perikarp. Gabah tersusun dari 15-30%
kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endospermdan 2-3% lembaga
(Tjitrosoepomo, 2013).
Morfologi buah tanaman tomat bentuknya sangat beragam tergantung pada
varietasnya. Ukuran dan beratnya pun juga bervariasi. Buah tomat ada yang bulat, lonjong,
oval, dan lain sebagainya. Saat buah belum masak, buah akan berwarna hijau lalu berubah
menjadi kekuningan, orange lalu merah cerah saat sudah matang. Buah tomat memiliki
kandungan air hingga 95% ini membuat tekstur buah tomat menjadi lembek dan berair.
Didalam buahnya terdapat biji yang warnanya putih agak kekuningan. Biji buah tomat
ukuran dan bentuknya mirip seperti biji cabe. Biji ini lah yang umumnya digunakan untuk
memperbanyak tanaman tomat (Tjitrosoepomo, 2013).
Morfologi tanaman jeruk mempunyai biji yang banyak dalam setiap buahnya. Biji
jeruk tertanam pada bulir jeruk dan biji ini berjumlah 1 – 3 butir. Warna biji jeruk adalah
putih hingga putih kekuningan yang berbentuk bulat telur. Pada bagian ujung biji berbentuk
runcing, sementara pangkalnya berbentuk tumpul. Biji jeruk memiliki dua bagian yakni kulit
biji (epidermis) dan dermis (bagia dalam biji) (Tjitrosoepomo, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan buah
Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Perkecambahan Biji Padi (Oryza sativa) antara lain cawan plastik, pisau, alat peras buah, dan
penyaring.
Bahan yang digunakan pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan buah
Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Perkecambahan Biji Padi (Oryza sativa) antara lain biji padi (Oryza sativa), buah tomat, jeruk
nipis, aquades, dan label.

D. CARA KERJA
Cara kerja pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan buah Tomat
(Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap Perkecambahan Biji
Padi (Oryza sativa) antara lain:
1. Cuci buah tomat dan jeruk sampai bersih kemudian diperas dan cairan yang diperoleh
disaring.
2. Buat 6 kelompok biji padi masing-masing 10 butir dan masukkan dalam petridish tanpa
alas kertas saring.
3. 2 kelompok biji dikecambahkan dalam cairan buah tomat, 2 kelompok dalam air jeruk
dan 2 kelompok dalam aquadest sebagai kontrol.
4. Setiap hari cairan buah diganti dengan yang baru, tetapi sebelum diganti biji dicuci lebih
dahulu sampai bersih.
5. Amati kapan biji mulai berkecambah dan berapa banyak biji yang berkecambah tiap hari
serta tentukan prosentase biji yang berkecambah.
6. Setelah perkecambahan biji pada kontrol mencapai 70%, biji yang dikecambahkan dalam
cairan buah dicuci dan dikecambahkan dalam air.
7. Lanjutkan pengamatan sampai prosentase biji yang berkecambah pada kontrol mencapai
100%
8. Setiap biji yang telah berkecambah, sesudah dihitung harus dibuang sehingga di dalam
petridish hanya tinggal biji-biji yang belum berkecambah.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkecambahan adalah tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi
dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang
menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah ( Campbell,
2004).
Zat penghambat tanaman adalah sebagai senyawa organik apapun yang aktif pada
konsentrasi rendah dalam mempromosikan, menghambat atau memodifikasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pertumbuhan endogen yang terbentuk
secara alami pada umumnya dikenal sebagai hormon tanaman, sementara zat yang
sintetis disebut sebagai zat pengatur pertumbuhan ( Peter, 2005).
Mekanisme perkecambahan biji antara lain yaitu imbibisi biji, pengaktifan enzim
dan hormone, perombakan cadangan makanan, pengangkutan cadangan makanana,
asimilasi dan pertumbuhan (Kamil, 2016).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat penghambat
dengan perasan buah tomat ( Lycopersicum esculentum) dan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) terhadap perkecambahan biji padi (Oryza sativa).
Alat yang digunakan pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan
buah Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Perkecambahan Biji Padi (Oryza sativa) antara lain cawan plastik, pisau, alat peras buah,
dan penyaring.
Bahan yang digunakan pada percobaan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan
buah Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Perkecambahan Biji Padi (Oryza sativa) antara lain biji padi (Oryza sativa), buah tomat,
jeruk nipis, aquades, dan label.
Cara kerja pada percobaan praktikum ini adalah cuci buah tomat dan jeruk sampai
bersih kemudian diperas dan cairan yang diperoleh disaring. Buat 6 kelompok biji padi
masing-masing 10 butir dan masukkan dalam petridish tanpa alas kertas saring. 2
kelompok biji dikecambahkan dalam cairan buah tomat, 2 kelompok dalam air jeruk dan
2 kelompok dalam aquadest sebagai kontrol. Setiap hari cairan buah diganti dengan yang
baru, tetapi sebelum diganti biji dicuci lebih dahulu sampai bersih. Amati kapan biji
mulai berkecambah dan berapa banyak biji yang berkecambah tiap hari serta tentukan
prosentase biji yang berkecambah. Setelah perkecambahan biji pada kontrol mencapai
70%, biji yang dikecambahkan dalam cairan buah dicuci dan dikecambahkan dalam air.
Lanjutkan pengamatan sampai prosentase biji yang berkecambah pada kontrol mencapai
100%, Setiap biji yang telah berkecambah, sesudah dihitung harus dibuang sehingga di
dalam petridish hanya tinggal biji-biji yang belum berkecambah.

Tabel 1. Pengamatan pengaruh zat penghambat yang terdapat dalam buah tomat
(Lycopersicum esculentum) dan jeruk (Citrus aurantifolia)

Perlakuan
Hari Keterangan
Air tomat Air jeruk Kontrol
ke-
1 2 1 2 1 2
Tidak
1 0 0 0 0 0 0
berkecambah
Tidak
2 0 0 0 0 0 0
berkecambah
Tidak
3 0 0 0 0 0 0
berkecambah
Tidak
4 0 0 0 0 0 0
berkecambah
Tidak
5 0 0 0 0 0 0
berkecambah
6 0 0 0 0 7 7 Berkecambah
7 0 0 0 0 2 1 Berkecambah
8 0 0 9 6 0 1 Berkecambah
9 0 1 0 2 1 1 Berkecambah
Total 0 1 9 8 10 10

Berdasarkan pada percobaan ini digunakan biji padi/gabah (Oryza sativa) yang
diberi perlakuan berbeda. Gabah sebanyak 10 biji direndam dalam air jeruk, 10 biji
direndam dalam air tomat (Solanum lycopersicum) dan 10 biji dalam air biasa sebagai
kontrol. Pengamatan pada hari ke-1 sampai hari ke-5 , biji-biji yang diberi perlakuan
tidak ada yang berkecambah baik yang direndam pada air jeruk nipis, air tomat maupun
pada air biasa sebagai kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena biji masih dalam
keadaan dorman dan masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya ( Sutopo, 2002).
Pengamatan hari ke- 6 biji yang direndam dalam air biasa (kontrol) sudah ada
yang berkecambah sebanyak 7 biji. Pada hari ke- 7 sebanyak 3 biji yang berkecambah
begitu pula dengan hari ke-8 sebanyak 1 biji lalu dan pada hari ke 9 sebanyak 2 biji yang
mengalami perkecambahan. Sehingga total perkecambahan biji yang direndam dalam air
biasa (kontrol) adalah 10 biji Hal ini disebabkan karena pada cairan kontrol digunakan air
biasa yang merupakan cairan yang tidak mengandung zat-zat penghambat (inhibitor)
sehingga cairan tersebut menjadi zat yang sangat penting bagi pertumbuhan kecambah,
yakni selain sebagai media pertumbuhan dan media reaksi enzimatis, juga untuk menjaga
turgiditas sel dan menjaga kelembaban pada biji sehingga biji dapat berkecambah.
Dengan media berupa cairan yang bebas dari senyawa atau zat inhibitor maka biji dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk melakukan aktivitas tumbuhnya (Bagyoastuti,
2004)
Pada biji yang direndam dengan cairan buah tomat (Solanum lycopersicum) tidak
mengalami perkecambahan dengan perlakuan tersebut sejak hari ke-1 hingga hari ke-8
pengamatan. Namun pada hari ke-9 mengalami perkecambahan sebanyak 1 biji. Hal
tersebut disebabkan karena buah tomat (Solanum lycopersicum) mengandung zat-zat
penghambat seperti vitamin c, vitamin A, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor,
mineral dan zat besi. Selain itu, tomat juga mengandung zat inhibitor berupa asam absisat
(ABA) yang merupakan suatu zat dan hormon yang dapat menunda pertumbuhan akibat
lingkungan yang jelek atau kurang baik bagi pertumbuhan. Oleh karena biji-biji gabah
terendam dalam cairan buah tomat yang mengandung ABA, maka biji-biji gabah tersebut
menyerap cairan dari buah tomat yang mengandung ABA yang bersifat sebagai inhibitor
sehingga perkecambahan biji menjadi terhambat (Dwijoseputro, 2018).
Pada biji yang direndam dalam cairan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) tidak ada
yang mengalami perkecambahan sejak hari ke-1 hingga hari ke-7 pengamatan. Namun
pada hari ke-8 dan 9 mengalami perkecambahan di perlakuan 1 sebanyak 9 biji dan di
perlakuan 2 sebanyak 8 biji. Hal ini disebabkan karena air jeruk nipis memiliki
kandungan zat-zat penghambat seperti asam sitrat, karoten, tiamin dan sebagainya
sehingga sangat sulit bagi biji untuk dapat berkecambah. Jeruk nipis juga didapati adanya
damar, lemak, vitamin B1, dan vitamin C pada jeruk nipis serta minyak terbang sitrat,
limonene, tellandren, lemon kamfer, geranilasetat, cadinen, dan linalin asetat yang dapat
menghalangi perkecambahan (Dwijoseputro, 2018).
Perbandingan hasil perlakuan perendaman biji dengan air tomat dan air jeruk
kedua ini akan membuat biji padi menjadi inpermeabel terhadap air sehingga biji tidak
bisa melakukan imbibisi. Saat biji tidak bisa melakukan imbibisi maka biji akan
terhambat untuk berkecambah dan dormansi. Sehingga zat penghambat membuat biji
menjadi in-aktif. Zat penghambat yang paling efektif adalah zat penghambat pada buah
jeruk, yaitu asam askorbat, karena dapat menghambat proses sintesis asam nukleat (DNA
dan RNA) (Soejadidan, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan Pengaruh Zat Penghambat dengan Perasan buah
Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) terhadap
Perkecambahan Biji Padi (Oryza sativa) yang ada di foto menunjukan bahwa perlakuan
pada praktikum ini bagi menjadi 3 yaitu perendaman biji dengan cairan jeruk nipis,
perendaman biji dengan cairan buah tomat dan perendaman biji dengan cairan air biasa
(kontrol). Pada pengamatan hari ke-1 biji masih terlihat dalam keadaan belum mengalami
perkecambahan baik dalam perlakuan perendam biji dengan air tomat, jeruk dan air biasa.
Namun, pada pengamatan hari ke-8 sudah mengalami perkecambahan pada perlakuan air
biasa sebanak 10 biji sedangkan pada perlakuan air tomat dan jeruk hanya sedikit yang
bekecambah. Salah satu penyebab terjadinya tersebut adalah dormansi. Hal ini terdapat
faktor kimia yaitu dikarenakan adanya zat-zat penghambat dalam tumbuhan tersebut. Zat
pengahambat ini ada berbagai macam jenisnya. Zat-zat penghambat tersebutlah yang
pada umumnya dikenal dengan nama inhibitor. Zat-zat penghambat ini akan menunda
terjadinya perkecambahan, meskipun kondisi lingkungan sudah sangat mendukung untuk
terjadinya suatu proses perkecambahan (Soejadidan, 2004).
Gambar 1. Pengamatan hari ke-1 Gambar 2. Pengamatan hari ke-8

Diagram Batang Hubungan antara Perlakuan


terhadap Jumlah Biji Padi (Oryza sativa)
Jumlah biji yang berkecambah

10 10
9
8

0
1
Jeruk nipis Tomat Kontrol
Perlakuan

Cawan 1 Cawan 2

Pada diagram batang hubungan antara perlakuan terhadap jumlah biji padi yang
berkecambah menunjukan bahwa biji padi yang paling banyak berkecambah adalah pada
perlakuan kontrol (perendaman dengan aquadest ), yakni disetiap kelompok cawan 1 dan
2 mengalami biji yang tumbuh berkecambah adalah sebanyak 10 biji padi pada masing-
masing cawan. Kemudian diikuti oleh air perasan jeruk nipis yang menunjukan bahwa
pada cawan 1 biji padi yang tumbuh berkecambah adalah sebanyak 9 biji padi, dan pada
cawan 2 adalah sebanyak 8 biji padi. Namun pada air perasan tomat menunjukan bahwa
biji padi yang tumbuh berkecambah paling sedikit, yakni hanya pada kelompok cawan 2
yang mengalami biji padi yang tumbuh berkecambah adalah sebanyak 1 biji padi saja.
Hal ini terjadi karena pada air perasan tomat mengandung likopen dan pulp yang dapat
menyumbat celah untuk biji berkecambah karena kandungan pulp pada cairan tomat
mengandung asam absisat yang tinggi yang mana kandungan asam ini merupakan zat
penghambat pertumbuhan (Wiguna, 2013).
Faktor-faktor perkecambahan dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan, dari
faktor internal antara lain tingkat kematangan benih, berat dan ukuran benih, dormansi,
inhibitor. Sedangkan faktor eksternal adalah air, udara, oksigen, suhu, cahaya dan media (
Peter, 2005).
Berdasarkan tujuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pada air buah tomat
(Solanum lycopersicum) mengandung zat inhibitor berupa asam absisat (ABA). Pada air
jeruk nipis (Citrus aurantifolia) mengandung zat-zat yang dapat menghambat
perkecambahan biji padi (Oryza sativa) seperti vitamin C, asam askorbat, asam sitrat,
karoten, tiamin dan sebagainya.Pada biji yang direndam dalam air terjadi perkecambahan
sebab dalam air biasa tidak mengandung zat inhibitor yang menghambat perkecambahan
( Salisbury dan Ross, 2017).

F. DAFTAR PUSTAKA
Bagyoastuti, D.S. (2004) . Pengaruh Berbagai Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Waktu
Dormansi dan Perkecambahan Biji. Jakarta : Agromedia.

Campbell. (2004) . Seed Dormancy and Germination. New York : Champman and Hall.

Dwijoseputro. (2018) . Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah


Mada University.

Heddy,A.K. (1983) . Fundamentals of Horticulture. New York : Hill Book Company.

Kamil. (2016). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Peter, P. (2005). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Gramedia.

Salisburry, F. R., dan C. W. Ross. (2018). Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.

Sutopo. (2002). Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Dedikbud.

Soejadidan, U.S. (2004). Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Gaya


Berkecambah. Jakarta : Industri Benih.

Tjitrosoepomo, K. (2013). Hormon Pertumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Wiguna. ( 2013). Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai