e-ISSN : 2798-8317
Journal Homepage : https://jurnal-umsi.ac.id/index.php/agriculture
The Effectiveness of Betel Leaf (Piper betle linn.) in Suppressing the Midrib
Pathogen (Rhizoctonia solani) in Corn Plants
Ade Sugiarti Kumalasari*1, Zulfitriany D Mustaka2, Hendra3
1 Program Studi Agroteknologi, Universitas Islam Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan
2 Program Studi Agroindustri, Politeknik Pertanian Negeri Kepulauan Pangkajene,
Sulawesi Selatan
3 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Islam Makassar, Makassar, Sulawesi
Selatan
Abstrak
Vol. 01, No 2 : 60 - 66, 2021 Jagung merupakan tanaman serealia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi, seiring dengan perkembangannya jagung memiliki
*e-mail: masalah dalam produksi yaitu serangan hama dan penyakit
adesugiartikumalasari@uim- tanaman. Penyakit tanaman yang sering menyerang tanaman jagung
makassar.ac.id yaitu busuk pelepah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas dari beberapa konsentrasi ekstrak daun sirih yang
berpotensi untuk menekan patogen Rhizoctonia solani pada
tanaman jagung dan mengetahui laju pertumbuhan patogeng
Rhizoctonia solani yang telah diberi perlakuan ekstrak daun sirih.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah H0
sebagai kontrol, H1 (konsentrasi 0.5 ml), H2 (konsetrasi 1 ml), H3
(konsentrasi 1.5 ml), H4 (konsentrasi 2 ml). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 1 ml
memiliki persentase yang tertinggi yaitu 115 %.
1
60
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
pelepah atau hawar upih (Rhizoctonia solani) perlu adanya alternatif pengendalian penyakit
merupakan penyakit utama tanaman jagung tanaman yang tidak menyebabkan
setelah bulai. R. solani adalah patogen tular pencemaran lingkungan yaitu dengan
tanah yang mempunyai penyebaran yang luas menggunakan bahan-bahan nabati atau lebih
dan ditemukan di seluruh wilayah Amerika dikenal dengan pestisida nabati secara umum
Serikat (Grosch et al. 2006). Menurut Sharma dan secara khusus untuk mengendalikan
et al. (2002), penyebaran penyakit. ini meluas cendawan disebut fungisida nabati. Beberapa
di Asia dan sejumlah negara di dunia. Gejala penelitian menunjukkan bahwa ada tanaman-
penyakit ditandai oleh hawar pada upih atau tanaman yang mengandung senyawa
helai daun dan terjadi pembusukan pada antifungi salah satunya daun sirih memiliki
pelepah jagung. Pada cuaca lembab terbentuk komponen kimia yaitu minyak atsiri,
badan buah yang disebut sklerotium yang seskuiterpen, triterpen, terponoid sitosterol,
semula berwarna putih dan setelah tua neolignan dan krotepoksid mengandung
menjadi coklat hitam. Faktor yang senyawa fenol.
berpengaruh terhadap perkembangan
penyakit ini adalah kelembaban udara yang Metode Penelitian
tinggi, drainase buruk, dan penggunaan Tempat dan Waktu
varietas rentan. Penyebaran R. solani dapat Penelitian ini dilaksanakan di
melalui udara (air borne) dan tanah (soil Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas
borne). Cendawan R. solani cocok pada Pertanian Universitas Islam Makassar,
kondisi panas dan lembap. berlangsung pada bulan Maret sampai
Cendawan ini juga menyebabkan Agustus 2021.
busuk benih (seed rot) dan busuk bibit
(seedling blight) pada tanaman jagung. Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
Menurut Sweets dan Wrather (2000), busuk Alat yang akan digunakan seperti cawan
benih terjadi sebelum benih tumbuh. Pada petri, erlenmeyer, gelas ukur, dan batang
fase ini benih menjadi lunak dan berwarna pengaduk dicuci kemudian dikeringkan lalu
coklat. Busuk bibit dapat menyerang baik dibungkus kertas, setelah itu dilakukan
pada fase pratumbuh maupun pada saat benih sterilisasi kering didalam oven selama 1,5 – 2
tumbuh, tetapi bibit mati sebelum muncul ke jam. Selama sterilisasi berlangsung, siapakan
atas permukaan tanah. Serangan dapat juga bahan-bahan seperti kentang dipotong dadu
terjadi pada pascatumbuh, yaitu pada saat sebanyak 200 gram, aquadest 1000 ml, bubuk
benih tumbuh sebelum gejala serangan agar 20 gram dan antibiotik 1 biji. Rebus
berkembang. Serangan pada fase pratumbuh kentang sampai mendidih menggunakan
menyebabkan koleoptil dan sistem perakaran aquades sebanyak 1000 ml, lalu air rebusan
berwarna coklat dan tampak basah dan busuk, kentang dituang kedalam Erlenmeyer 1000
sedangkan serangan pasca tumbuh ml. Setelah itu masukkan juga bubuk agar
mengakibatkan tanaman berwarna kuning, dan gula pasir kedalam erlenmayer berisi air
layu, dan mati. rebusan kentang lalu ditutup menggunakan
Pengendalian penyakit pada tanaman kapas yang dibungkus aluminium foil.
jagung yang disebabkan oleh cendawan tular Kemudian disterilisasi didalam autoclave
tanah biasanya masih menggunakan dengan suhu 121-124ºC pada tekanan 1-2
pestisida. Namun, penggunaan pestisida yang atm. Selanjutnya larutan PDA dikeluarkan
kurang bijaksana dapat menimbulkan dari autoclave dan didinginkan pada suhu
dampak negatif terhadap lingkungan maupun kamar dan ditambahkan antibiotik kemudian
makhluk hidup. Sehubungan dengan itu, dituang kecawan petri. Pemindahan media
55
61
2
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
PDA ini dilakukan diruangan steril dalam ditambahkan ekstrak daun sirih, sesuai
laminar air flow, lalu cawan yang telah berisi perlakuan masing-masing sebanyak 0,5 ml, 1
larutan media dibungkus menggunakan ml, 1,5 ml dan 2 ml. Cawan petri digerakkan
plastik wrap dan media PDA disimpan diatas meja dengan gerakan melingkar untuk
diruangan incubator selama 24 jam, setelah menyebarkan media dan ekstrak nabati secara
itu media PDA siap digunakan. merata. Isolat Rhizoctonia solani diambil
dengan menggunakan jarum ose berukuran
Pemurnian Rhizoctonia solani 0,5 cm selanjutnya isolat cendawan tersebut
Pemurnian isolat cendawan dilakukan ditanam dibagian tengah-tengah cawan petri
dengan mengambil sedikit miselium yang berisi suspensi media dengan ekstrak
censawan lalu ditanam pada media PDA nabati yang telah memadat kemudian
kemudian diinkubasi selama 3×24 jam pada diinkubasi. Cawan petri yang diinkubasikan
suhu 27ºC. akan diamati setiap hari untuk melihat ada
tidaknya kontaminasi. Setelah selama 7 hari
Perbanyakan Rhizoctonia solani umur koloni cendawan terbentuk maka
Isolat cendawan Rhizoctonia solan
efektifitas ekstrak nabati terhadap
yang diperbanyak diambil dari koleksi
pertumbuhan Rhizoctonia solani ditentukan
Laboratorium Proteksi Tanaman,
dengan mengukur diameter pertumbuhan
Perbanyakan cendawan dilakukan dengan
miselium R solani setelah diinkubasi hingga
cara mengambil inokulum Rhizoctonia solani
koloni cendawan sampai pada tepi cawan.
dibiarkan pada media PDA kemudian
diinkubasi selama 3×24 jam. Parameter Pengamatan
Pengamatan terhadap diameter
Pembuatan ekstrak nabati
pertumbuhan koloni R solani yang telah
Bahan nabati yang akan digunakan
diberi perlakuan ekstrak nabati yang berbeda
dalam penelitian ini ialah daun sirih. Bahan
dengan mengukur jari-jari terpanjang koloni
nabati tersebut, diperoleh dengan cara
sehingga didapat diamati diameter koloni
memblender menggunakan pelarut air
cendawan. Pengukuran dilakukan setelah 24
aquades. Bahan nabati tersebut diambil
jam, 48 jam dan 72 jam.
sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam
Pengamatan terhadap persentase
blender lalu ditambahkan pelarut (air steril)
penghambatan pertumbuhan koloni potogen
dengan volume 100 ml. Kedua campuran
Rhizoctonia solani yang telah diberi
tersebut kemudian diblender hingga halus.
perlakuan ekstrak nabati yang berbeda,
Larutan ekstrak yang diperoleh disaring
dengan menghitung persentase hambatannya
dengan saringan teh dan dimasukkan dalam
(%). Persentase penghambatan pertumbuhan
erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas
koloni cendawan dihitung menggunakan
dan aluminum foil dan larutan difermentasi
rumus sebagai berikut : (Vincent, 1927)
selama 24 jam.
𝐶−𝑇
I= x 100%
Pengujian ekstrak 𝐶
Uji efektivitas dilakukan pada cawan
Ket :
petri yang berisi media PDA. Dilakukan I = Persentase penghambatan
dengan menggunakan modifikasi metode C = Diameter koloni patogeng pada kontrol
difusi agar, menggunakan jarum ose . Media T = Diameter koloni pathogen pada perlakuan.
PDA dituangkan ke dalam cawan petri 10 ml
kemudian masing-masing cawan
3
62
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
Analisis data
Penelitian dilakukan dilaboratorium, Tabel 1. Presentase daya hambat R. solani
dengan menggunakan metode Rancangan NP
Persentase
Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan 1 kontrol Perlakuan
penghambatan
BNJ
0,05
dan 3 ulangan sebagai berikut: (%)
H0 : R. solani (control) Kontrol 0c
H1 : R. solani + Ekstrak Daun Sirih 0,5 ml Ekstrak Daun Sirih 0,5 ml 44ab
H2 : R. solani + Ekstrak Daun sirih 1 ml Ekstrak Daun Sirih 1 ml 65a 1,65
H3 : R. solani + Ekstrak Daun sirih 1,5 ml Ekstrak Daun Sirih 1,5 ml 31b
H4 : R. solani + Ekstrak Daun sirih 2 ml Ekstrak Daun Sirih 2 ml 45ab
Analisis data dilakukan dengan Ket : Setiap perlakuan diikuti huruf yang sama maka
dinyatakan tidak berbeda nyata dan jika diikuti
menggunakan uji Analisis of Varian huruf yang berbeda maka dinyatakan berbeda
(ANOVA), bila terdapat perbedaan yang nyata
signifikan maka akan dilanjutkan dengan
Berdasarkan tabel diatas menyatakan
menggunakan uji Beda Nyata Terkecil
bahwa perlakuan ekstrak daun sirih pada
(BNT) taraf 5%.
perlakuan konstrasi 1 ml (H2) berbedah nyata
dengan perlakuan kontrol (H0),H1 dan
Hasil dan Pembahasan
H4.dimana perlakuan ekstarak daun sirih 1
Hasil
ml memiliki daya hambat 65%. Berdasarkan
Pengukuran diameter pertumbuhan
pramater bahwa Perlakuan pertama sampai
R.solani pada media PDA dilakukan dengan
hari ke 7 dengan melihat daya hambat atau
menggunakan penggaris dipermukaan cawan
pertumbuhan R. solani yang ditempatkan
petri yang dilakukan selama 7 hari, karena
pada media PDA yang telah di berikan
pada perlakuan kontrol (H0) pertumbuhan
konsetrasi setiap perlakuan didapatkan
R.solani telah memenuhi tepi cawan. Berikut
adanya penghambatan pada pertumbuhan
adalah rata-rata hasil pengukuran
cendawan R. solani. Pengamatan hari ke 7.
pertumbuhan disetiap perlakuan (cm).
pada perlakuan kontrol R.solani tumbuh
dengan baik sedangkan pada perlakuan H1,
H2, H3, H4 pertumbuhan cendawan R.solani
mengalami penghambatan.
Akan tetapi jika lihat berdasarkan
Gambar 1 perlakuan H2 memiliki diameter
pertumbuhan koloni patogen paling rendah
yaitu dengan rata-rata 2,53 cm dibanding
Gambar 1. Rata rata daya hambat harian diameter dengan perlakuan kontrol (H0) yaitu dengan
cendawan Rhizoctonia solani rerata 7,20cm. Pada perlakuan H1 juga
mengalami penghambatan karena rerata
Pada gambar 3 menujukkan bahwa
diameter koloni cendawan yang tumbuh
diemeter pertumbuhan Rhizoctonia solani
sebesar 4,07 cm, selanjutnya untuk perlakuan
paling tinggi terdapat pada hari ke 7 pada
H3 juga mengalami penghambatan yang
perlakuan kontrol (H0) yaitu 7,20 cm dan
tidak terlalu signifikan dengan perlakuan H4
paling renda pada perlakuan H2 yaitu 2,53
dengan diameter rata-rata yaitu 3,9 cm.
cm.
63
4
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
64
5
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
6
65
Kumalasari, A. S., dkk / Agriculture System Journal Vol. 01 No. 2 (2021) 60 - 66
7
66