Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur merupakan kelompok fungi yang biasanya hidup di permukaan
tanah atau substrat tempat tumbuhnya. Jamur pada umumnya tumbuh di tempattempat yang lembab serta banyak mengandung bahan organik dan ada juga
yang

hidup di lingkungan yang asam. Umumnya jamur memiliki bentuk dan

jenis yang berbeda seperti bentuk payung dan piringan.


Terdapat berbagai jenis jamur di alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan dan sumber obat-obatan, seperti jamur merang (Volvariela volvacea),
jamur tiram (Pleurotus sp.), jamur kuping (Auricularia polytricha), dan jamur
shiitake(Lentinus edulis). Ada juga jamur yang bersifat racun atau patogen
pada tanaman contohnya Amanita muscaria, Rhizoctonia solani, Rhizoctonia
bataticola dan Sclerotium rolfsii.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik pada jamur Sclerotium rolfsii secara umum?
2. Bagaimana gejala perubahan yang tampak pada tanaman yang sudah
terkena jamur Sclerotium rolfsii?
3. Bagaimana mekanisme uji patogenitas yang dilakukan pada jamur
Sclerotium rolfsii terhadap tanaman serta pembuatan media tumbuh ?
4. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk pencegahan jamur
Sclerotium rolfsii terhadap tanaman?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui karakteristik pada jamur Sclerotium rolfsii secara umum.
2. Mengetahui gejala perubahan yang tampak pada tanaman yang sudah
terkena jamur Sclerotium rolfsii.
3. Mengetahui mekanisme uji patogenesis yang dilakukan terhadap jamur
Sclerotium rolfsii serta mengetahui media tumbuh yang digunakan.
4. Mengetahui cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk pencegahan
jamur Sclerotium rolfsii terhadap tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karaktestik Jamur Sclerotium rolfsii


Sclerotium rolfsii merupakan patogen penyebab penyakit busuk batang
pada tanaman kacang tanah. Jamur ini bersifat polifag, yaitu dapat menyerang
bermacam-macam tanaman. Penyakit busuk batang merupakan salah satu
penyakit penting dan sering kali menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi pada
pertanaman kacang tanah. Patogen ini juga bersifat tular tanah (soil borne) dimana
pengendalian pada tanah yang telah terkontaminasi sulit untuk dilakukan dan
mampu bertahan hidup di dalam tanah dalam waktu yang lama.
Sclerotium rolfsii mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang
berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kapas. Jamur tidak membentuk spora.
Untuk pemencaran dan untuk mempertahankan diri cendawan membentuk jumlah
sklerotium yang semula berwarna putih, kemudian menjadi coklat dengan garis
tengah kurang lebih 1 mm. Seperti cendawan yang lain, Sclerotium rolfsii juga
mempunyai hifa, tetapi tidak hifanya tidak membentuk spora melainkan sklerotia.
Sklerotia terdiri atas tiga lapisan yaitu kulit dalam, kulit luar dan kulit
teras. Jamur ini dapat bertahan lama dengan hidup secara saprofitik, dan dalam
bentuk sklerotium yang tahan terhadap keadaan yang kurang. Sclerotium rolfsii
umumnya terdapat di dalam tanah. Jamur ini terutama terpencar bersama-sama
dengan tanah atau bahan organik pembawanya. Sclerotium rolfsii dapat terpencar
karena terbawa air yang mengalir dan berkembang dalam cuaca yang lembab.
Sclerotium rolfsii merupakan jamur yang kosmopolit, dapat menyerang
bermacam-macam tumbuhan, terutama yang masih muda. Jamur itu mempunyai
miselium yang terdiri dari benang-benang berwarna putih, tersusun seperti bulu
atau kipas. Cendawan tidak mempunyai spora, untuk pemencaran dan
mempertahankan diri cendawan membentuk sejumlah sklerotium yang semula
berwarna putih kelak menjadi coklat dengan garis tengah kurang lebih 1 mm.
Butir-butir ini mudah sekali terlepas dan terangkut oleh air. Sklerotium
mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.
Selain menyerang tanaman kacang

tanah,

Sclerotium rolfsii dapat

juga menyerang tanaman lain seperti kentang, tomat, kedelai, kubis-kubisan,


bawang, seledri, jagung manis, selada, kapas, serta tembakau. Patogen ini
2

mampu membentuk sklerotium yang dapat bertahan hidup sangat lama selama
bertahun tahun di dalam tanah sehingga benih pada lahan yang ditanami secara
terus menerus tumbuh dengan tanaman inang dari Sclerotium rolfsii tersebut,
sehingga dapat mengakibatkan turunnya produksi tanaman yang akan dipanen.
Menurut Semangun (1991) klasifikasi dari jamur ini sebagai berikut:
Kingdom

: Fungi

Divisi

: Basiodiomycota

Class

: Basidiomycetes

Ordo

: Agaracales

Family

: Typhulaceae

Genus

: Typhulaceae

Spesies

: Sclerotium rolfsii.

2.2 Gejala Perubahan Yang Terjadi


Gejala khusus dari serangan patogen ini adalah busuk berwarna coklat
kemerahan pada lapisan korteks akar utama dan pangkal batang. Gejala ini dapat
berkembang menjadi kangker cekung yang melingkari pangkal batang. Bila
cuaca menguntungkan gejala kangker cekung tersebut dapat meluas ke
bagian atas batang. Gejala pertama penyakit busuk pangkal batang scletorial
blight terlihat pada tanaman berumur 2-5 minggu. Pada umur tersebut tanaman
tampak layu dan daun menjadi coklat.
Pada pangkal batang bibit tampak massa miselia berwarna putih atau
butir-butir coklat muda sampai coklat, selanjutnya tanaman yang terinfeksi
akan mati. Patogen aktif berkembang pada permukaan tanah.

Miselium

berkembang pada sisa-sisa tanaman sebagai saproba dan bersama sklerotia yang
berkecambah serta benih kedelai yang terinfeksi

dapat

berperan

sebagai

sumberinfeksi pertama. Sklerotian dalam tanah berkecambah terutama pada


tanah berpasir dan masam (pH 3-6) serta dalam keadaan lembab.
.

Gambar 1. Bagian daun yang terinfeksi jamur Sclerotium rolfsii

Gambar 2. Bagian batang yang terinfeksi jamur Sclerotium rolfsii

Gambar 3. Bagian buah yang terinfeksi jamur Sclerotium rolfsii.


2.3 Pembuatan Media Tumbuh ..
Pembuatan media tumbuh digunakan yaitu PDA (Potato Dextrose Agar)
dilakukan dengan cara merebus 500 gr kentang yang telah dikupas dan dicuci
bersih hingga setengah lunak. Selanjutnya tambahkan 800 gr tepung gandum, 20
gr sukrosa, 14 gr agar-agar. Selanjutnya campur semua bahan dan rebus hingga
kentang matang lunak dan semua bahan tercampur rata hingga menjadi bubur
kentang. Selanjutnya bubur kentang di sterilisasi menggunakan autoclave pada
suhu 1210C dengan tekanan 1,5 atm selama 20 menit. Setelah dingin bubur

kentang dimasukan pada cawan Petri di dalam Laminar Flow. Selanjutnya


diinokulasikan jamur Sclerotium rolfsii. di atas bubur kentang dan diinkubasi
dalam suhu ruang 27,5C 29,5C hingga jamur tumbuh memenuhi cawan Petri.
2.4 Pengujian Patogenesis Jamur
2.4.1. Uji Patogenitas pada kecambah tanaman kedelai.
Biakan Sclerotium rolfsii yang telah diremajakan di cawan petri selama 7
hari diinokulasikan pada 120 ml media glucose yeast broth (GYB) di dalam labu
Erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi selama 10 hari (28-30 oC). Sebanyak 120 ml
suspensi biakan S. rolfsii dicampur dengan 600 g campuran tanah dan kompos
steril (nisbah 3:1) di dalam nampan plastik berukuran 30 x 38 x 7 cm. Sebanyak
30 benih kedelai ditanam ke dalam tiap nampan lalu ditutup dengan plastik,
sebagai kontrol (+). Benih yang ditanam ke dalam nampan yang tidak dicampur
dengan suspensi jamur patogen tersebut sebagai kontrol (-).Ulangan dilakukan
sebanyak 3 kali pada perlakuan patogenitas jamur.
Perubahan yang diamati adalah tanaman yang terserang rebah kecambah
selama masa persemaian 30 hari. Kemudian dihitung persentase jumlah kecambah
yang rebah. Persentase rebah kecambah dihitung dari jumlah kecambah yang
rebah dibagi jumlah seluruh kecambah yang tumbuh (Suryanto et al., 2010).
Reisolasi dilakukan terhadap S. rolfsii dengan memotong jaringan pada pangkal
batang kecambah yang menunjukkan gejala rebah kecambah. Jaringan tersebut
didesinfeksi dengan larutan 2% NaClO, dicuci dengan air steril sebanyak tiga kali
dan ditanam pada media PDA. Isolat yang diperoleh dibandingkan dengan isolat
sebelum jamur digunakan dalam uji patogenitas.
Berdasakan hasil inokulasi buatan jamur Sclerotium rolfsii pada kecambah
kedelai menunjukkan bahwa jamur tersebut bersifat patogen terhadap benih
kedelai. Hal ini terbukti dengan adanya gejala penyakit rebah kecambah pada
kedelai. Gejala penyakit rebah kecambah diawali dengan adanya miselium putih
seperti kapas halus pada permukaan pangkal batang tanaman (bagian batang
kecambah kedelai yang berbatasan dengan permukaan tanah tanaman kedelai).
Jamur patogen penyebab layu umumnya berkolonisasi dalam jaringan vaskuler,
khususnya pada xilem.

2.4.2. Uji Patogenitas Tanaman Nilam.


Uji patogenisitas dilakukan terhadap beberapa varietas nilam, yaitu
Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapaktuan. Patogenistias jamur juga diuji-kan
pada nilam jawa, tomat, cabai, jagung, dan kacang hijau. Perbanyakan inokulum
jamur dilaku-kan pada media sekam dengan dektrosa (satu per-sen), disterilkan
pada suhu 120C selama 20 menit, kemudian diinokulasi dengan 3-5 potongan
miselium jamur, dan diinkubasi pada suhu ruang (25-30C). Inokulasi dilakukan
setelah biakan ino-kulum berumur satu minggu, dengan cara mem-berikan
inokulum ke dalam tanah dalam pot se-banyak lima g per pot.
Sebagai kontrol, tanaman diinfestasi dengan media yang diuji tetapi tanpa
diinfestasi dengan patogen. Untuk mengetahui pengaruh kelembapan terhadap
tingkat

patogenisitas

jamur,

setiap

pot

tanaman

diperlakukan

dengan

penyungkupan, dan tanpa penyungkupan. Pengamatan gejala sakit dilakukan


setiap hari sampai tanaman mati. Pot-pot tanaman yang telah diperlakukan
kemudian diletakkan di rumah kaca. Rancangan percobaan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan lima ulangan.
Berdasakan pengamatan yang dilakukan dapat dilihat hasil inokulasi
buatan jamur Sclerotium rolfsii asal tanaman nilam Sidikalang mampu
menginfeksi semua varietas nilam. Gejala yang terlihat jamur berkembang pada
batang tanaman yang dekat dengan permukaan tanah kemudian daun seperti
tersiram air panas. Setelah batang dan beberapa daun bagian bawah terserang,
tanaman layu dan mati. Gejala penyakit hasil inokulasi yang terlihat sama seperti
yang terjadi di lapang.
Hal ini menunjukkan bahwa Sclerotium rolfsii merupakan patogen
penyebab penyakit busuk batang pada tanaman nilam. Sclerotium rolfsii asal
tanaman nilam dapat menginfeksi tanaman cabai, tomat, jagung, dan kacang
tanah. Jamur berkembang tiga hari setelah infestasi, dengan terlihatnya miselium
berwarna putih pada batang tanaman bagian bawah. Sclerotium rolfsii asal
tanaman nilam dapat menginfeksi tanaman cabai, tomat, jagung, dan kacang

tanah. Jamur berkembang tiga hari setelah infestasi, dengan terlihatnya miselium
berwarna putih pada batang tanaman bagian bawah.
Perkembangan jamur terjadi lebih cepat pada tanaman yang diperlakukan
dengan sungkup daripada tanpa sungkup, hal ini dikarena-kan perbedaan
kelembapan. Pada tanaman yang disungkup, kelembapan mencapai 90%. Hal ini
sejalan dengan hasil yang diperoleh. Sclerotium rolfsii dari kacang tanah semakin
infektif pada kelembapan tinggi yang menyebabkan tingginya intensitas dan luas
serangan. Sebaliknya, pada kelembapan yang rendah akan memacu Sclerotium
rolfsii untuk membentuk sklerotia.
2.5 Usaha Pencegahan
Pada umumnya untuk mengendalikan penyakit dilakukan petani dengan
menggunakan fungisida (bahan kimia) dan pengendalian dengan menggunakan
agen hayati (pengendalian hayati). Pengendalian hayati dengan menggunakan
mikroba yang bersifat antagonis merupakan salah satu alternatif pengendaluan
patogen tular tanah selain menggunakan fungisida. Pada umumnya pengendalian
dapat dikurangi dengan penggarapan tanah yang lebih baik, perbaikan drainase
dan penanaman dengan jarak tanam yang besar, untuk menanggulanginya.
Pencegahan Sclerotium rolfsii banyak cara yang bisa dilakukan antara lain
dengan menanan varietas yang tahan terhadap cendawan tersebut, pemberantasan
secara mekanik yaitu dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang
serta secara kimiawi dengan menggunakan fungisida. Kemudian secara mekanik
dengan dibajak dan menimbun yang dalam sisa tanaman kemudin melakukan
rotasi tanaman. Beberapa usaha lain dapat dilakukan yaitu:
1.Pendekatan dengan cara petukaran patogen tular tanah
Salah satu cara mengatasi penyebab penyakit busuk yaitu dengan
memanfaatkan jamur mikoriza. Dimana mikoriza adalah jamur tanah yang
membentuk

asosiasi

mutualistis

dengan

akar

tanaman darat . Mikoriza

dikelompokkan ke dalam tida tipe utama berdasarkan cara infeksi jamur ke


akar tanaman inang yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektoendomikoriza.
Peranan

mikoriza

terhadap

peningkatan

pertumbuhan

tanaman

adalah

meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap nutrisi.


Adanya hifa eksterna yang
ekstensif atau mantel yang kompak

menyelubungi akar menyebabkan volume tanah

yang

dapat

tanaman meningkat, sehingga penyerapan unsur hara oleh

dijangkan
akar

yang

terinfeksi mokiriza akan meningkat, tenaga absorbsi dapat dipertahankan lebih


lama,

dan

translokasi

hara

dari

hifa

ke

sel-sel

jaringan

korteks

diperlancar.Mikoriza juga mampu memperbaiki struktur dan agregar tanah,


meningkatkan ketahanan

tanaman

terhadap

kekeringan, mempercepat

terjadinya siklus mineral, dan memacu aktifitas organisme berguna, serta


mampu

menghasilkan

auxin,

sitokinin, giberillin dan vitamin B

kompleks.
Kemampuan mikoriza menyerap unsur hara fosfor pada tanah masam
sangat dominan. pada umumnya fosfor dalam tanah terdapat dalam
larut

karena

pengaruh keasaman,sehingga

tanaman sangat terbatas.


fosfatase

yang

ketersediaannya

bentuk
bagi

Pada akar yang bermikoriza, aktifitas enzim

berperan sebagai katalis dalam hidrolisis fosfat

tidak larut

meningkat, sehingga fosfat terlarut di dalam tanah meningkat, selanjutnya oleh


rambut akar maupun oleh hifa eksterna ditransfer ke dalam akar.
2.Pengendalian Patogen Tular Tanah
Pengendalian secara kultur teknis, penggunaan varietas tahan banyak
direkomendasikan

kepada

petani,

bahkan penggunaan

jamur antagonis

sebagai agen pengendali hayati sudah mulai dipraktekkan meskipun secara


terbatas. Untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang (Sclerotial blight)
dapat dilakukan dengan cara pembalikan tanah, pemakaian benih yang bebas
patogen dan varietas tahan, peningkatan pH tanah dengan pengapuran, dan
drainase agar permukaan tanah tetap kering.
3.Perlakuan Terhadap Benih
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah
benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment)
untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber
infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2)
perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3)
meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama,
perlakuan benih dengan tujuan seperti ini berupa priming, coating, dan pelletin.

Perlakuan benih dan pemberian

fungisida

lewat

tanah

dapat

mengendalikan patogen tular tanah dengan menghambat aktifitas MVA dan


ektomikoriza, meskipun

pada

kenyataannya

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

beberapa penelitian lain

Hal ini mengakibatkan pemberian

mikoriza menjadi kurang bermanfaat, padahal hasil penelitian menunjukkan


peran mikoriza

sangat besar terutama dalam mengatasi masalah pertanaman

yang kondisi lahannya kurang subur.


4. Perlakuan Menggunakan Bakteri
Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman sering menggunakan
mikroorganisme seperti bakteri. Selain bakteri penghasil antibiotik, bakteri
kitinolitik juga berperan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Bakteri
kitinolitik sangat potensial digunakan sebagai pengendalian hayati terhadap jamur
patogen maupun hama, karena kedua organisme ini mempunyai komponen kitin
pada dinding selnya. Bakteri tersebut mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan dinding sel jamur maupun hama yang mempunyai komponen kitin.
Enzim pengurai kitin adalah kitinase yang dihasilkan oleh beberapa agen
pengendali hayati seperti jamur dan bakteri yang berupa enzim ekstraseluler.
Enzim ini berperan penting di dalam pengendalian penyakit tanaman secara
biologi. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
potensi bakteri kitinolitik dalam menghambat Sclerotium rolfsii penyebab penyakit
rebah kecambah pada kecambah kedelai.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jamur merupakan kelompok fungi yang biasanya hidup di permukaan


tanah atau substrat tempat tumbuhnya dan pada umumnya tumbuh di tempattempat yang lembab serta

banyak

mengandung

bahan organik. Salah satu

jamur yang bersifat patogen adalah Sclerotium rolfsii sebagai penyebab penyakit
busuk batang pada tanaman kacang tanah. Dimana jamur ini bersifat polifag, yaitu
dapat menyerang bermacam-macam tanaman. Patogen ini juga bersifat tular tanah
(soil borne) dimana pengendalian pada tanah yang telah terkontaminasi sulit
untuk bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Pada umumnya tanaman yang terkena jamur ini akan menimbulkan
perubahan yang signifikan yang terdapat pada bagian akar, batang maupun daun.
Pada pangkal batang bibit tampak massa miselia berwarna putih atau butirbutir coklat muda sampai coklat, selanjutnya tanaman yang terinfeksi akan
mati. Patogen aktif berkembang pada permukaan tanah. Miselium berkembang
pada sisa-sisa tanaman sebagai saproba dan bersama sklerotia yang berkecambah
serta benih kedelai yang terinfeksi dapat berperan sebagai sumber infeksi
yang dapat menularkan bagi bagian tumbuhan lainnya.
3.2 Saran
Usaha yang bisa kita lakukan untuk mencegah berbagai penyakit yang
akibat jamur patogen ini yaitu menjaga pola kesuburan tanah disekitar tanaman
serta Untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang (Sclerotial blight)
dapat dilakukan dengan cara pembalikan tanah, pemakaian benih yang bebas
patogen dan varietas tahan, peningkatan pH tanah dengan pengapuran, dan
drainase agar permukaan tanah tetap kering.
Dan juga memberikan proses perlakuan benih merupakan bagian dari
sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan diproses, benih biasanya
diberikan perlakuan untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah
menghilangkan sumber infeksi benih untuk melawan patogen tular benih dan
hama, perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah,
meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama.
DAFTAR PUSTAKA
Junaedi, Ahmad, (2008), Aplikasi Fungisida Sistemik Dan Pemanfaatan Mikoriza
Dalam Rangka Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai
10

(Glycine Max L.), Jurnal Embryo Vol 5(2) ISSN 0216-0188, Fakultas
Pertanian , UNIJOYO.
Malinda, N,Dkk (2013) Penghambatan Serangan Sclerotium Rolfsii Penyebab
Rebah Kecambah Pada Kedelai Dengan Bakteri Kitinolitik, Vol 1(1),
Nasution, Nuraini, Dkk (2013) Uji Antagonis Isolat Mutan Sclerotium rolfsii
Terhadap Isolat, Jurnal Agroteknologi Vol 1(4) ISSN No 2337-6597,
Universitas Negeri Medan, Medan.
Punja, K. Zamir. (1985), The Biology, Ecology and Control of Sclerotium rolfsii.,
Campbell Institute for Research and Technology, Route 1, Box 1314.
Davis, California.
Rai Kuntalin, Ramdan, Dkk (2015), Uji Antagonistik Beberapa Rizobakteri
Terhadap Sclerotium rolfsii Penyebab Penyakit Rebah Kecambah Pada
Tanaman Kacang Tanah, Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol 4 (2)112,
ISSN: 23016515, Universitas Udayana, Bali.
Setiawan, Andik,Dkk, (2014), Upaya Penekanan Serangan Penyakit Rebah Semai
(Sclerotium Roflsii ) Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) dengan
Mikoriza yang Diperbanyak dengan Inang Perantara Tanaman Kacang
Tanah, Jurnal HPT Vol 2(4), ISSN 2338-4336.

Universitas Sumatera

Utara, Medan.
Sukamto dan Wahyuno,D, (2013), Identifikasi Dan Karakterisasi Sclerotium
rolfsii, Penyebab Penyakit Busuk Batang Nilam (Pogostemon Cablin
Benth), Vol 24(1), Bogor, Jawa Barat.

11

Anda mungkin juga menyukai