Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapang atau moulds merupakan fungi multiseluler berbentuk koloni dari suatu filamen atau

benang. Koloni tersebut dibangun oleh suatu struktur dasar berupa tubulus berbentuk silinder

yang bercabang-cabang dengan diameter bervariasi anatar 2 sampai 10 µm dan disebut hifa.

Koloni dari hifa-hifa ini biasanya kan tumbuh bersama-sama diatas permukaan suatu media

dan membentuk suatu lempengan yang secara kolektif disebut miselium, yang dapat dilihat

secara mudah tanpa mikroskop. Perkembangan miselium terjadi karena pertumbuhan dari

masing-masing hifa dengan cara perpanjangan ujung-ujung hifa dan percabangan dari hifa

tersebut.

Kapang atau moulds cenderung tumbuh dengan baik pada permukaan substrat alami maupun

substrat buatan di laboratorium. Dalam keadaan ini hifa yang menembus medium dan

menyerap nutrisi dari medium disebut hifa vegetatif atau hifa substrat. Hifa ini juga berfungsi

menjaga menjaga agar kapang tersebut dapat melekat atau menempelkan dirinya pada

substrat yang tersedia. Hifa yang tumbuhan pada substrat akan membentuk suatu koloni

berupa struktur miselium yang karakter morfologinya dapat diamati secara langsung tanpa

menggunakan mikroskop, sehingga umum disebut sebagai karakter makroskopis koloni

kapang.

Uji makroskopik dapat didasarkan atas karakteristik-karakteristik tertentu seperti kecepatan

tumbuh, topografi, bentuk koloni, warna koloni, warna sebalik koloni (reverse side), ada

tidaknya tetes eksudat, garis radial, garis konsentris dan karakteristik khusus yang dimiliki.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan praktikum Menumbuhkan dan karakterisasi

morfologi koloni kapang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana metode menumbuhkan dan menginokulasi kapang?
2. Bagaimana Mengkarakterisasi morfologi koloni kapang?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode menumbuhkan dan menginokulasi kapang.


2. Untuk mengetahui cara Mengkarakterisasi morfologi koloni kapang.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui metode menumbuhkan dan menginokulasi kapang.


2. Dapat mengetahui cara mengkarakterisasi morfologi koloni kapang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapang

Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen. Filamen merupakan ciri khas
morfologi kapang yang membedakan dengan khamir. Dengan adanya filamen, maka
penampakan koloni kapang tersebut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna
putih, tetapi jika spora telah timbul akan membentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang. Kapang membentuk miselium dan membentuk berbagai macam spora. Miselium
merupakan kumpulan beberapa filamen yang membentuk hifa. Hifa mempunyai 2 struktur,
yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini menyekat sel, sehingga filamen yang panjang ini
terlihat sebagai rantai sel (Dewi, 2016).
Kapang merupakan mikroorganisme eukariotik, tidak berklorofil, memiliki hifa, dinding sel

terdiri dari kitin atau selulosa, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Kapang

pada umumnya hidup secara aerob, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25-30 °C dan dapat

tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 2,0-8,5 meskipun pada kenyataannya kapang

lebih suka pada kondisi asam. Spora kapang berukuran kecil dan ringan sehingga dapat

terhembus ke udara dan menyebar kemana-mana (Hermana, 2018).

B. Menumbuhkan Kapang

Kapang dapat tumbuh dalam medium atau substrat dengan konsentrasi gula yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri secara umum. Kapang dapat lebih bertahan dalam keadaan

yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan jasad renik lainnya. Sebagai contoh, kapang

dan khamir dapat tumbuh dalam suatu substrat atau medium berisikan konsentrasi gula yang

dapat menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri. Kapang dan khamir umumnya dapat

bertahan terhadap keadaan yang lebih asam dari pada kebanyakan mikroba lain (Shinta,

2017).

C. Karakter Morfologi Koloni Kapang


Identifikasi konvensional pada kapang dapat dilakukan dengan mengamati karakter

morfologi secara mikroskopik dan morfologi secara makroskopik kapang serta

membandingkan karakter tersebut dengan kunci identifikasi pada monograf. Karakter

morfologi secara makroskopik kapang dapat diketahui berdasarkan warna dan tekstur koloni,

keberadaan exudate drops, sporulasi, zonasi, radial furrow, growing zone, dan pengamatan

sebalik koloni. Pengamatan karakter morfologi kapang juga harus memperhatikan medium

yang digunakan, suhu inkubasi, dan umur biakan (Michelle, 2012).

C. Rhizopus sp.

Jamur Rhizopus sp adalah fungi yang merupakan filum zygomiycota ordo mucorales.Ciri

khas jamur ini mempunyai hifa yang membentuk rhizoid yang nempel ke subtrat. Adapun ciri

lain dari jamur ini mempunyai hifa yang ceonositik, oleh karena itu jamur ini tidak bersekat.

Stolon atau miselium dari jamur Rhizopus sp ini menyebar diatas subtratnya karena hifa dari

jamur ini adalah Vegetative. Jamur Rhizopus sp bereproduksi dengan cara aseksual dan

memproduksi sporangifor bertangkai. Sporangifornya berpisah dari hifa dengan hifa yang

lainya oleh sebuah dinding seperti septa. salah satu spesies dari fungi ini yalah jamur

Rhizopus sp stolonifer yang ditemukan pada roti yang sudah basi ( Lestari, 2019).

E. Aspergilus sp.

Aspergillus sp adalah jenis jamur yang bersifat eukariotik.Ciri-ciri jamur Aspergillus sp

secara mikroskopis yaitu memiliki hifa bersepta dan bercabang, konidia muncul dari foot cell

(Miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa sterigmata dan akan muncul

konida membentuk rantai bewarna hijau, coklat dan hitam. Aspergillus merupakan jamur

yang mampu hidup pada media dengan derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi.

Jamur ini dapat menyebabkan pembusukan pada buah-buahan atau sayuran. Aspergillus ada

yang bersifat parasit, ada pula yang besifat saprofit (Praja, 2017).
Pembahasan

Kapang merupakan mikroorganisme dari kelompok fungi multiseluler. Tubuhnya tersusun

atas filamen yang disebut hifa. Kumpulan hifa akan membentuk struktur miselium sehingga

disebut sebagai koloni kapang. Koloni kapang dapat diamati morfologinya secara

makroskopis dengan memperhatikan beberapa sifat morfologi yang dimiliki oleh suatu koloni

kapang, sebagaimana diungkapkan Michelle (2012) yaitu warna dan tekstur koloni,
keberadaan exudate drops, sporulasi, zonasi, radial furrow, growing zone, dan pengamatan

sebalik koloni.

Menumbuhkan kapang dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai alat yang

akan digunakan, yang tentunya harus steril agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme

lain. Guna mendukung kesterilan dalam pengerjaan, maka pembuatan media pertumbuhan

kapang dilakukan dengan bekerja pada laminar air flow. Hal ini sebagaimana diungkapkan

Harjanto (2017) bahwa Laminar air flow sendiri merupakan suatu tempat atau meja kerja

yang steril untuk melakukan kegiatan mulai dari persiapan bahan tanam, inokulasi sampai

pemindahan kultur.

Media yang digunakan adalah media PDA. Media PDA merupakan salah satu media yang

umum digunakan dalam kultivasi spora fungi termasuk kapang. Media PDA digunakan

karena telah memenuhi persyaratan sebagai media pertumbuhan kapang, seperti yang

diungkapkan Rohmi (2019) yaitu media pertumbuhan jamur harus mengandung nutrisi yang

dibutuhkan oleh mikrobia, memiliki tekanan osmosis, pH yang sesuai, tegangan permukaan

yang sesuai, tidak mengandung zat penghambat (inhibitor) dan steril. Media PDA juga

memiliki pH yang rendah (pH 4,5 - 5,6) sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri

yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk

pertumbuhan antara 25-30°C.

Inokulasi spora kapang dilakukan harus dalam keadaan steril, namun untuk bekerja secara

steril ini penginokulasian tidak dilakukan pada laminar air flow melainkan inokulasi

dilakukan di dalam enkas. Hal ini dilakukan karena spora kapang sangat mudah beterbangan

sehingga dikhawatirkan spora-spora tersebut akan terakumulasi di dalam laminar air flow,

yang tentu saja hal ini akan mengakibatkan spora dapat mengkontaminasi mikroorganisme

lain yang pengerjaannya dilakukan pada laminar air flow seperti halnya bakteri, karena sel

jamur dalam hal ini kapang memiliki kemampuan dalam memperbaiki kerusakan akibat
paparan sinar UV, sehingga ketika sinar UV dari laminar air flow dinyalakan maka

mikroorganisme lain akan mati, tetapi spora kapang tidak akan rusak. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Putra (2013) bahwa fungi memiliki daya tahan terhadap paparan sinar UV dengan

melakukan perubahan susunan DNA maupun produksi asam fusarat serta memperbaiki

kerusakan sel akibat pemaparan UV. Daya tahan ini selain dipengaruhi oleh faktor

lingkungan saat radiasi juga dipengaruhi oleh faktor genetis masing-masing jamur.

Inokulasi spora kapang digunakan spora dari 1 spesies kapang yang sudah dimurnikan.

Penginokulasian kapang dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satu metode yang

digunakan dalam praktikum ini adalah metode titik. Penggunaan metode titik dimaksudkan

agar nantinya koloni kapang yang terbentuk akan tumbuh pada satu spot titik yang telah

ditentukan saja sehingga hifa akan tumbuh membentuk struktur morfologi koloni yang

berbentuk lingkaran, dan struktur koloni ini akan sangat memudahkan dalam mengamati

morfologi koloni kapang. Indikator keberhasilan dalam metode titik yaitu apabila spora

kapang yang diinokulasikan sebelumnya hanya tumbuh pada spot titik yang telah ditentukan.

Spora yang akan dikultivasi adalah spora dari kapang tempe yaitu Rhizopus sp. dan spora

kapang pada roti yaitu Aspergilus sp.

Hasil pengamatan diperoleh pada cawan petri 1 terlihat


DAFTAR PUSTAKA

Lestari, A.D., Elfrida, Indriyati, 2019, Identifikasi Jamur pada Roti yang dijual di Kota
Langsa berdasarkan Lama Penyimpanan, Jurnal Jeumpa, 6(2): 250

Praja, R.N. dan Aditya, Y., 2017, Isolasi dan Identifikasi Aspergillus Spp pada Paru-paru
Ayam Kampung yang dijual di Pasar Banyuwangi, Jurnal Medik Veteriner, 1(1): 7

Harjanto, S. dan Raharjo, 2017, Peran Laminar Air Flow Cabinet Dalam Uji Mikroorganisme
Untuk Menunjang Keselamatan Kerja Mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi, Metana.
13(2): 55-57

Rohmi, Zainal, F., Ni, K.R.P., 2019, Ubi Jalar Putih (Ipomoea Batatas L.) Media Alternatif
Pertumbuhan Aspergillus Niger, Jurnal Kesehatan Prima, 13(2): 144

Putra, M.A., Hasanuddin dan Lisnawita, 2013, Uji Antagonisme Fusarin oxysporum f.sp.
passiflora Tipe Mutasian terhadap Fusarium oxysporum f.sp. passiflora Tipe Liar du
Laboratorium, Jurnal Online Agroekoteknologi, 2(1): 257

Dewi, M.M., 2016, Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT)
pada Jamu Gendong Temulawak di Pasar Tarumanegara Magelang, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta..

Hermana, I., Arifah, K. dan Yusma, Y., 2018, Isolasi dan Identifikasi Kapang dari Ikan
Pindang, Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 13(1): 80
Shinta, I., 2017, Uji Aktivitas Antioksidan Kapang Endofit Makroalga Eucheuma sp.,
Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

Michelle, 2012, Isolasi, Identifikasi, dan Pengujian Kemampuan Kapang Selulotik dari
Manuskrip Kuno Berbahan Daluang Asal Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia, Depok.

Anda mungkin juga menyukai