Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN
Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan
penyakit pada inang yang ditempati. Mikroba normal yang menetap tersebut dapat dikatakan
tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila ia berada di lokasi yang
semestinya dan tanpa adanya keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit bila
karena keadaan tertentu berada di tempat yang tak semestinya atau bila ada faktor predisposisi.
Populasi flora normal pada suatu bagian tubuh dipengaruhi lingkungan local secara alami seperti
pH, temperature, potensial redoks, oksigen, air, nutrisi, umur dan jenis kelamin. Factor lain yang
mempengaruhi adalah peristaltic, saliva, lisozim, keberadaan imunologi, sehingga sulit
menemukan secara tepat jenis-jenis normal flora Tempat paling umum dijumpai flora normal
adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas,
saluran pencernaan dan saluran urogenital.
Pada praktikum ini dilakukan isolasi flora normal dengan tujuan Mengetahui berbagai jenis
mikroorganisme yang berperan sebagai flora normal tubuh dan mengetahui beberapa teknik
isolasi flora normal. Beberapa jenis flora normal yang ada di dalam tubuh manusia yakni:
a. Staphylococcusaureus, Staphylococcusepidermidis, Streptococcusviridans,
Corynebacterium sp. Neisseria sp. Peptococcus sp. Bacillus sp. yang terdapat pada kulit,
telinga, hidung, dan mata
b. Candidaalbicans, Streptococcus penunomiae,Neisseria meningitides, Haemophylus
influenza, Streptococcus viridans, Moraxella sp. dan bakteri anaerobic nonpatogen sering
terdapat pada saluran pernapasan
c. Pada mulut sering terdapat Streptococcus sannguis dan streptococcu mutans yang
melekata pada gigi.
d. Bacterioides sp., Clostridium sp. E. Coli, Pseudomonas sp. Candida sp. Bifidobacterium
sp. Lactobacillus sp. dan Streptococcus. Sering berada pada daerah gastrointestinal
e. Lactobacillus, candida albicans dan sejumlah besar bakteri anaerobic sering dijumpai di
saluran genitourinary
Pada praktikum kali ini menggunakan teknik swab. Dengan prosedur swab pada
tenggorokan disekitar daerah tonsil menggunakan swab steril lalu digunakan penekan lidah yang
steril untuk menjaga lidah agar tidak mengenai swab. Daerah yang diswab adalah membran
mukosa mulut, nasal cavitis, conjungtiva. Setelah itu diambil swab yang telah diberi larutan
saline, kemudian oleskan pada lengan.Sentuhkan swab pada permukaan agar darah dan mac
conkey agar dan goreskan menggunakan ose loop. Kemudian diinkubasi pada suhu 37OC selama
18-24 jam. Lalu diamati karakteristik pertumbuhan bakteri pada permukaan agar yakni bentuk,
ukuran dan warna koloni, aktivitas hemolitik pada medium blood agar. Untuk memastikan hasil
dari flora normal yang ada dengan cara mengambil beberapa koloni kemudian lakukan
pewarnaan gram dan lakukan pemeriksaan mikroskop.
Beberapa flora normal dapat menetap ataupun hanya sementara pada tubuh. Resident
merupakan anggota flora normal yang menetap pada salah satu bagian tertentu tubuh.Transient
merupakan flora normal yang didapat dari lingkungan dan dapat hilang karena adanya kompetisi
dengan flora normal yang residen.Karier merupakan flora normal yang dapat bersifat pathogen,
meskipun implikasinya tidak selalu ada seperti Streptococcus penunomia dan Neisseria
meningitides.
Pada praktikum ini juga dilakukan morfologi fungi di mana tujuan praktikum sendiri yaitu
untuk mengetahui bentuk makroskopis dan mikroskopis yeast (khamir) dan mold (kapang) dan
untuk mengetahui cara kultur dan metode pewarnaan fungi.
Funsi sendiri adalah organisme eukariotik yang tidak berklorofil. Jamur bersifat uniseluler
dan juga multiseluler. Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi. Infeksi yang disebabkan
oleh fungi disebut mikosis. Jamur berkembang biak secara aseksual (vegetatif) dan seksual
(generatif).Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk spora, tunas, dan fragmentasi hifa.
Fungi dibagi lagi menjadi mold (kapang) dan yeast (khamir). Mold adalah fungi yang bersifat
multisesluler dan memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan bereproduksi cenderung secara
aseksual. Perbedaan mold dan yeast adalah jumlah selnya, dimana sel yeast masih termasuk
uniselulersehingga strukturnya lebih sederhana dibandingkan mold. Identifikasi mold untuk
proses klasifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat ciri-ciri morfologis struktur dari spora
baik aseksual maupun seksualnya, sementara yeast dapat dilakukan dengan cara melihat ciri
fisiologis dan adanya reaksi-reaksi biokimia di dalam selnya yang cenderung mirip dengan
identifikasi bakteri.
Mold merupakan salah satu jenis fungi yang berbentuk multiseluler yaitu berbentuk filament.
Elemen yang terkecil disebut hifa, yaitu benang-benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang
memiliki dinding, protoplasma, inti dan biasanya bersekat. Mold dapat bereproduksi secara
aseksual yaitu dengan cara memproduksi spora. Spora merupakan sel tunggal yang dapat tumbuh
menjadi fungi dewasa ketika kondisi sangat memungkinkan seperti lingkungan yang lembab.
Yeast  adalah fungi yang bersifat uniseluler yang bereproduksi dengan cara aseksual melalui
pelepasan sel tunas melalui sel induknya. Namun, ada beberapa jenis yeast  yang bereproduksi
secara seksual dengan cara membentuk ascus atau basidia. Berbeda dengan mold, yeast tidak
memiliki miselium berfilamen seperti pada mold karena strukturnya jauh lebih sederhana
dibandingkan dengan mold
Pada praktikum ini Pemeriksaan mikroskopis: fungi dapat dilihat dengan cara pemeriksaan
langsung menggunakan saline atau KOH 10-20%, dan pewarnaan. Pewarnaan yang umum
dilakukan pada laboratorium mikrobiologi salah satunya adalah lactophencol catton blue
(LPCB). Pembiakan fungi: medium yang umum digunakan adalah sabouroud’s dextrose agar dan
sabouroud’s dextrose agar +chloramphenicol 0.5 g/L pada suhu 25-30OC. Berbeda dengan
bakteri, fungi tumbuh lebih lambat, kadang beberapa hari hingga minggu untuk dapat diamati
secara makroskopis. Penyiapan spesimen sangat menentukan hasil laboratorium. Spesimen
mikosis superficial dapat diambil dengan cara kerokan kulit, kuku, dan rambut. Spesimen
lainnya dapat diambil dari pus, aspirasi dan biopsy. Pada kasus mikosis sitemik, spesimen dapat
diambil dari feses, swab rectum, swab mulut, sputum, bilasan bronkus, biopsy, swab vagina, dan
cairan cerebrospinal.
Proses identifikasi mold dapat dilakukan dengan cara kombinasi dari makroskopis,
mikroskopis, dan analisis biokimiawi. Secara makroskopis, identifikasi dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan wilayah fungi, sementara secara mikroskopis untuk mengetahui tipe
dan warna dari hifa, spora. Proses pewarnaan dibutuhkan untuk mempermudah
identifikasi mold secara mikroskopis.
Lactophenol cotton blue   merupakan zat pewarna yang sering digunakan untuk mewarnai
preparat semi-permanen secara mikroskopis pada fungi. Zat pewarna tersebut akan mewarnai
bagian sitoplasma dan menyebabkan bagian lingkungan sitoplasma berwarna biru terang
sehingga dinding hifa dapat terlihat dengan jelas. Phenol sebagai fungisida, lactic
acid sebagai clearing agent, cotton blue sebagai pewarna sitoplasma dari fungi, glycerine yang
membuat preparat bersifat semi-permanen.
Pengamatan morfologi khamir secara makroskopik adalah tekstur, warna, permukaan, profil,
dan tepi koloni. Pengamatan morfologi mikroskopik khamir meliputi, bentuk pertunasan, bentuk
sel, dan keberadaan hifa. Identifikasi kapang melalui pengamatan karakter morfologi secara
makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik kapang meliputi permukaan koloni
(granular, seperti tepung, menggunung, licin), tekstur koloni, zonasi, daerah tumbuh, garis-garis
radial dan konsentris, warna balik koloni (reverse color), dan tetes eksudat (exudate drops).
Pengamatan mikroskopik kapang meliputi ada tidaknya spora seksual dan spora aseksual,
struktur penghasil spora seksual dan spora aseksual, bentuk dan jenis spora, jenis hifa, ukuran
hifa, septa pada hifa, ada tidaknya metula dan vesikel
Pada praktikum ini identifikasi yang dilakukan pada spesies fungi berikut: Aspergillus fumigatus
(mold) , Coccidioides immitis, Mucor sp, Trychophyton sp (mold), Rhizopus sp., Candida
albicans (yeast). Pengamatan mikroskopik yang dilakukan pada praktikum ini berupa bagian dari
fungi dan bentuk dari spesies fungi. Pengamatan makroskopis berupa karakteristik koloni
berdasarkan media yang digunakan untuk melihat spesies dan jenis fungi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai