Anda di halaman 1dari 11

BLOK 15

Unit 1 : Regulasi Napza

LEARNING OBJECTIVE
“Fly Me To The Moon”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Adibah Aliyah Arsyad
STAMBUK : N10118104
KELOMPOK :6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
1. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis zat psikotropika dan zat adiktif lainnya
Jawab:
Ganja ( Tanaman Cannabis)

Dikenal juga istilah ganja, marijuna, pot, cimeng, Mary Jane, gele’, grass, weed
“CANNABIS” adalah daun pucuk tanaman cannabis (yang meliputi bunga dan biji) yang
dikeringkan. Kadar “Tetrahidrokanabinol” (THC) : 6-7% –Zat kimia yang menyebabkan
sebagian otak yang mengatur emosi dan daya ingat kehilangan kendali dan keseimbangan.
Mempunyai efek/dampak buruk seperti:
 Menyebabkan ketergantungan.
 Hilang ingatan sementara.
 Distorsi waktu dan ruang.
 Dehidrasi.
 Euforia / amat menyenangkan.
 Daya menilai menjadi kehilangan kendali dan keseimbangan
 Perubahan emosi/perasaan (tertawa terbahak-bahak, kemudian mendadak berubah
menjadi ketakutan. Hal ini karena efek THC di otak.
 Dengan dosis tinggi, perasaan tidak tenang, ketakutan dan halusinasi
 Apatis, depresi
 Kecemasan yang berlebihan, rasa panik
 Keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk
Heroin
Dikenal juga istilah white smack, serbuk putih, medicine, ubat, putau. Heroin adalah
Opiat semi-sintetis melalui sejumlah tahapan pemurnian dari morfin hingga menjadi bubuk
putih atau butiran halus yang dapat disuntikan. Heroin itu berupa serbuk putih dengan rasa
pahit yang merupakan jenis obat-obatan yang kuat dan membuat seseorang sangat ketagihan.
Toleransi berkembang sangat cepat dan gejala putus heroin menyebabkan nyeri yang hebat
Akibat Jangka Panjang dari pemakaian heroin adalah
 Ketergantungan,
 Badan kurus, pucat, kurang gizi
 Impotensi
 Infertilitas pada wanita
 Pemakaian dengan alat suntik dapat menyebabkan HIV/AIDS, hepatitis B dan C.
 Sakaw terjadi bila si pecandu putus menggunakan putaw.
Kokain
Dikenal juga istilah crack, daun koka, pasta koka
Kokain memperkecil pembuluh darah sehingga
mengurangi aliran darah
Dampak negatif Kokain (bubuk kristal putih)
 Euphoria (Rasa gembira/senang/nikmat berlebihan).
 Jangka panjang akan mengurangi jumlah dopamin atau reseptor dopamin dalam otak.
 Penggunaan yang terus menerus menyebabkan sel otak akan tergantung pada kokain
untuk dapat berfungsi normal.
 Pengguna kokain yang kronis apabila berhenti akan ketagihan karena tidak dapat
merasakan kenikmatan apa pun.
 Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental)
 Keluar ingus, pusing-pusing dan muntah- muntah
Shabu
Bentuknya seperti kristal, tidak berbau dan tidak berwarna Karena itu sering disebut “ice”.
Efek yang dapat ditimbulkan:
 Otak sulit berfikir dan konsentrasi.
 Perilaku menjurus pada kekerasan.
 Berat badan menyusut, impoten, halusinasi (seolah-olah mendengar atau melihat
sesuatu), paranoid (curiga berlebihan).
 Kerusakan pembuluh darah otak yang dapat berlanjut menjadi stroke (pecahnya
pembuluh darah otak).
Ecstasy
Dikenal juga istilah XTC, kancing, ineks, flash, flipper, hammer
Gejala Intoksikasi:
 Rasa senang dan euphoria
 Nafsu makan berkurang
 Banyak berkeringat dan mual
 Gerak badan tak terkendali
 Tekanan darah naik
 Denyut jantung dan nadi bertambah cepat.
Bila dosis lebih banyak: Halusinasi (Tripping) sebagian menyenangkan, perasaan melayang,
kejang, muntah, panik, mudah tersinggung,melakukan tindak kekerasan yang tidak masuk
akal.
Inhalants
INHALANSIA adalah zat yang mudah menguap/solvent
Contoh : lem aica aibon, soulvent
Pengaruh Jangka Pendek:
 Lebih berani, rasa malu berkurang.
 Pusing, mengantuk, gembira.
 Sakit kepala, diare, gejala seperti flu.
 Hidung berdarah, perih sekitar mulut dan hidung.
 Perilaku tidak tenang.
Pengaruh Jangka Panjang :
 Kerusakan otak dan organ penting lainnya.

Morfin
Jenis narkotika yang menghambat kerja otak dan memperlambat aktivitas tubuh. Orang
menjadi mengantuk, tenang, rasa nyeri dan stress hilang.

Efek Morfin
 Euphoria dalam dosis tinggi
 Menimbulkan toleransi dan ketergantungan.
 Menimbulkan gejala putus zat yaitu rasa nyeri tubuh deman, berkeringat menggigil.
 Kematian karena overdosis akibat terhambatnya pernafasan.

Sumber :
Badan Narkotika Nasional. 2012. Buku Panduan Pencegahan Penyalagunaan Narkoba
Sejak Dini. Jakarta: Direktorat Diseminasi Informasi, Deputi Bidang Pencegahan Badan
Narkotika Nasional Republik Indonesia.
Irwan, N., Johardi,A., Antoro,B., Oktoris, Y.F., Anggraini, D., Sudirman., et al. 2018. Awasi
Narkoba Masuk Desa dalam Rangka Mewujudkan Desa Bersih Narkobah. Jakarta:
Direktorat Diseminasi Informasi, Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional
Republik Indonesia.

2. Mahasiswa mampu mengetahui prevalensi penyalahgunaan narkoba


Jawab :
Penyalahgunaan narkoba di dunia masih menjadi problematika krusial yang harus
dihadapi setiap negara hingga saat ini. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) mengungkapkan bahwa pada tahun 2018
terdapat 269 juta orang di seluruh dunia pernah menggunakan narkoba. Diperkirakan sama
dengan 5,4 % dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun. Artinya bahwa 1 dari 19 orang
pernah menggunakan narkoba. Mendukung data tersebut, hasil survei nasional yang dilakukan
terhadap penyalahgunaan narkoba di 13 Provinsi oleh Pusat Penelitian Data dan informasi
Badan Narkotika Nasional (BNN), tahun 2017 jumlah prevalensi kasus penyalahgunaan
narkoba berdasarkan kelompok usia 10-59 tahun berjumlah 3.376.115 orang, berdasarkan
jenis pekerjaannya sebesar 59% adalah pekerja, 24% pelajar dan 17% adalah populasi umum
yang jika ditinjau dari jenis kelaminnya sebanyak 72% pecandu adalah laki-laki dan 28%
pecandu adalah perempuan. (Khotimah, 2021)
Dari hasil penelitian yang dilakukan BNN secara periodik setiap tiga tahunnya, angka
prevalensi terhadap narkotika mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 terjadi penurunan
yang cukup signifikan. Pada tahun 2011 prevalensi pada angka 2,23 persen, pada tahun 2014
prevalensi pada angka 2,18 persen, pada tahun 2017 pada angka 1,77 persen dan pada tahun
2019 pada angka 1,80 persen. Disamping itu, menurut Data Angka Prevalensi Nasional tahun
2019 terhadap orang yang pernah memakai narkotika menjadi berhenti menggunakan dan
tidak mengkonsumsi narkotika kembali, terjadi penurunan sekitar 0,6 persen dari jumlah 4,53
juta jiwa (2,40 persen) menjadi 3,41 juta jiwa (1,80 persen), sehingga hampir sekitar satu juta
jiwa penduduk Indonesia berhasil diselamatkan dari pengaruh narkotika (Azmiardi, 2021)
Interpretasi dari beberapa penjabaran data secara global maupun nasional tersebut
dapat dilihat bahwasanya penyalahgunaan narkoba ini adalah masalah yang mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan bahkan hingga menyebabkan kematian. Terlebih lagi,
ditinjau menurut kelompok usia pecandunya tidak hanya terfokus pada satu kelompok usia
saja. Melainkan dari usia anak hingga lansia dapat menjadi pecandunya. Hal ini juga
berbanding lurus dengan pengkategorian berdasarkan pekerjaan, bahwa pecandu juga berasal
dari kategori pekerja, pelajar hingga kategori lainnya yang terdapat di dalam populasi. Serta
kasus tertinggi berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki. Namun demikian, di
Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2020 mengalami penurunan kasus yang ditandai
dengan menurunnya peringkat kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pada 2018
peringkat kasus penyalahgunaan narkoba Provinsi Kalimantan Timur menduduki posisi empat
besar. Tetapi dapat menurun secara signifikan ke posisi 23 dari 34 provinsi pada tahun 2020
(Humas Pemprov Kaltim, 2020). (Khotimah, 2021)
Provinsi dengan angka prevalensi terbesar keempat, berdasarkan Survei
Penyalahgunaan Narkoba tahun 2019 ini, ditempati oleh Sulawesi Tengah, dengan angka
prevalensi pernah memakai narkoba sekitar 3,30% atau setara dengan jumlah penduduk
sebanyak 61.857 jiwa. Sementara itu, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dalam satu
tahun terakhir di Provinsi Sulawesi Tengah ini mencapai 2,8%, atau setara dengan jumlah
penduduk sekitar 52.341 jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang
pernah memakai narkoba namun tidak lagi memakainya dalam satu tahun terakhir hanya
berkurang sekitar 15% saja. Berdasarkan angka prevalensi, baik pernah pakai maupun mereka
yang memakai dalam satu tahun terakhir, kontribusinya pada pembentukan angka prevalensi
pernah pakai secara nasional sebesar 0,64%, dan kontribusi prevalensi pemakaian narkoba
dalam satu tahun terakhir secara nasional mencapai 0,53%. (Irianto, 2020)
Angka prevalensi itu signifikan dengan tingkat peredaran narkoba di Sulawesi Tengah,
seiring dengan banyaknya kasus yang diungkap, termasuk banyaknya jumlah pengedar di
wilayah itu. Berdasarkan data BNNP Sulawesi Tengah, sepanjang tahun 2018, kasus
penyalahgunaan narkoba yang berhasil diungkap mencapai 37 kasus dengan jumlah tersangka
sebanyak 67 orang orang, dan barang bukti yang disita sebanyak 1.162,36532 gram shabu,
dan 2.639,7865 gram ganja. Pada tahun 2019 sampai dengan bulan Juli, BNNP Sulawesi
Tengah dan jajarannya telah berhasil mengungkap kasus narkoba sebanyak 27 kasus yang
melibatkan 43 orang tersangka (37 orang pria dan 6 orang wanita). Salah satu wilayah yang
ditengarai menjadi pusat peredaran narkoba di Sulawesi Tengah yaitu Kecamatan Tatanga di
Kota Palu. Hal itu didasarkan berbagai pengungkapan kasus yang berhasil dilakukan oleh
BNNP Sulawesi Tengah. (Irianto,2020)

Sumber:
Azmiardi., Ahmad. 2021. Standar Pelayanan Minimal Rehabilitasi Napza di Indonesia
Minimum Service Standard of Drugs Rehabilitation in Indonesia. Jurnal ilmu
kesehatan masyarakat berkala. Vol 3(1). Dilihat pada 23 September 2021. Dari
http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/jikemb/article/download/1693/pdf
Irianto., Agus. 2020. Survei Pentalahgunaan Narkoba Tahun 2019. Jakarta : Puslidatin
Khotimah, Z.K. Ghozali. 2021. Literature Review: Persepsi Residen Pecandu Narkoba yang
Menjalani Rehabilitasi terhadap Program Therapeutic Community. Borneo Student
Research. Vol 2 (2). Viewed on 23 Sep 2021
3. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan apa yang dapat dilakukan dokter sebagai dasar
penegakan diagnosis.

Jawab:

Pemeriksaan Fisik :

- Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, kaki bahkan pada tempat-tempat
tersembunyi misalnya dorsum penis.
- Pemeriksaan fisik terutama ditujukan untuk menemukan gejala
intoksikasi/ioverdosis/putus zat dan komplikasi medik seperti Hepatitis, Endokarditis,
Bronkoneumonia, HIV/AIDS dan lain-lain.
- Perhatikan terutama : penurunan kesadaran, pernafasan, tensi, nadi, pupil, cara jalan,
sklera ikterik, conjunctiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi, aritmia jantung,
edema paru, pembesaran hepar dan lain-lain.
- Penyalahguna narkotika umumnya mempunyai kebersihan mulut yang jelek, ditandai
dengan adanya serostomia, karies rampan (meth mouth), erosi pada permukaan email,
bruxism, dan sering mengalami trismus.
Gambar: Beberapa contoh data citra wajah pengguna narkotika.
Pemeriksaan Psikiatrik :
- Derajat kesadaran
- Daya nilai realitas
- Gangguan emosional (cemas, gelisah, marah, emosi labil, sedih, depresi, euforia)
- Gangguan pada proses pikir (waham, curiga, paranoid, halusinasi)
- Gangguan pada psikomotor (hipperaktif/ hipoaktif, agresif gangguan pola tidur, sikap
manipulatif dan lain-lain).
Pemeriksaan Penunjang :
- Analisis Urin
- Analisis Darah
- Analisis Rambut
- Analisis Kuku
- EKG
- Foto Thoraks
- Pemeriksaan lain (HbsAg, HIV, SGPO/SGOT, Evaluasi Psikologik)
Adapun ciri-ciri yang mudah diketahui pada pecandu narkoba adalah sebagai berikut:
a. Pecandu daun ganja Pecandu ganja memiliki ciri-ciri sebagai berikut: cenderung lesu,
mata merah, kelopak mata mengantuk terus, doyan makan karena perut terasa lapar
terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan lucu.
b. Pecandu Putauw Pecandu Putaw memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sering menyendiri
ditempat gelap sambil mendengarkan musik, malas mandi karena kondisi badan
kedinginan, badan kurus, layu serta selalu apatis terhadap lawan jenis.
c. Pecandu inex atau ekstasi Pecandu inex atau ekstasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
suka keluar rumah, selalu riang jika mendengar musik house, wajah terlihat lelah, bibir
suka pecah-pecah dan badan suka keringatan, sering minder setelah pengaruh inex
hilang.
d. Pecandu sabu-sabu Pecandu sabu-sabu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: gampang
gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak
bicara, mata sering jelalatan, karaktrernya dominan curiga, apalagi pada orang yang
baru dikenal, badan berkeringat meski berada diruang ber-AC, suka marah dan
sensitif.

Sumber:
Auliasari, K., Bastian., Fardani, B., Zulkifli., Ifandi. 2017. Ekstraksi Ciri Tekstur Wajah
Pengguna Narkotika Menggunakan Metode Gray Level Co-Occurance Matrix.
Teknomatika. Vol. 10(1). Diakses pada 22 September 2021. Diakses dari
<http://eprints.itn.ac.id>
Djamaluddi, N., Pasiga, B., Hamrun, N. 2018. Deteksi dini penyalahgunaan narkoba
melalui pemeriksaan elektrolit saliva. Makassar Dent J. vol. 7(3). Diakses pada 22
September 2021. Diakses dari <http://jurnal.pdgimakassar.org>
Novitasari, D. 2017. Rehabilitasi Terhadap Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan
Narkoba. Jurnal Hukum Khairah Ummah. Vol. 12(4). Diakses pada 22 September
2021. Diakses dari <http://lppm-unissula.com>
Sandi, A., and Abrori. 2016. Narkoba Dari Tapal Batas Negara. Bandung : Mujahidin Press
Bandung

4. Mahasiswa mampu mengetahui tatalaksana awal dari scenario


Jawab:
Pada korban pemakai narkoba langkah awal yang akan diberikan adalah detoksifikasi
sebelum memulai program rehabilitasi. Bagi pecandu yang menjalani tahapan ini akan
ditempatkan pada ruang khusus isolasi. Proses detoksifikasi dilaksanakan secara abstinence
tanpa obat pengganti, dan akan selalu ditemani oleh konselor untuk membuat pecandu dapat
menerima keadaan dirinya dan melewati masa krisis (sakaw) dengan waktu 4-7 hari sampai
keadaan pecandu dinilai sudah dapat mengikuti program (Azhari, 2018).
Detoksifikasi dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan zat narkoba yang ditemukan pada
pecandu.
 Intoksikasi opioida
Beri naloxone HC 10,4 mg IV, IM, atau SC dapat pula diulang setelah 2-3 menit sampai
2-3 kali
 Intoksikasi kanabis (ganja)
Ajak bicara untuk menenangkan pasien, bila perlu beri diazepam 10-30 mg oral atau
parenteral
 Intoksikasi kokan dan amfetamin
Beri diazepam 10-30 mg oral atau parenteral/ kloridazepoksid 10-25 mg oral/ clobazam
3x1 10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit – 60 menit
Untuk mengatasi palpitasi beri propanolol 3x1 10-40 mg oral
 Intoksikasi alkohol
Mandi air dingin bergantian air hangat, minum kopi kental, aktivitas fisik (sit up dan push
up), bila belum lama diminum bisa disuruh muntahkan
 Intoksikasi sedatif-hipnotif
Melonggarkan pakaian, membersihkan lendir pada saluran nafas, beri oksigen dan infus
garam fisiologis (Azhari, 2018)

Setelah proses detoksifikasi berhasil dilakukan maka program rehabilitasi dapat


dilaksanakan sesuai dengan program instalasi rehabilitasi NAPZA di masing-masing rumah
sakit yang pada umumnya terdiri dari: terapi psikologi, terapi religi, terapi sosial, dan terapi
keluarga yang dilaksanakan selama 6 bulan (Azhari, 2018).

Sumber:
Azhari. 2018. Pendekatan-Pendekatan Terapi dalam Penanganan Residen NAPZA. Jurnal
Medis Sunan Kalijaga. Vol.3(2). Diakses pada 23 September 2021. Dari
https://jurnal.fk.sunankalijagayogyakarta.ac.id

Anda mungkin juga menyukai