Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba adalah kurangnya


informasi tentang bahaya narkoba baik dikalangan orang tua maupun anak-anak.
Banyak orangtua yang tidak menyadari pengaruh narkoba dan bahaya yang
mengancam anak-anak setiap hari. Di sisi lain masalah yang dialami peserta didik
makin hari makin beragam penyimpangan perilaku yang dilakukan mereka dan makin
meningkat, seperti perkelahian, menurunnya tingkat kedisplinan dan juga
penyalahgunaan narkoba. Hal ini tidak terlepas dari kondisi di negara Indonesia yang
pada saat ini masih sangat memprihatinkan.

Berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama


dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) pada tahun
2011, menunjukkan angka prevalensi (penyalahguna narkoba) nasional adalah 2,2%
dari jumlah penduduk Indonesia yang berumur 10-59 tahun atau setara dengan 3,8
sampai dengan 4 juta orang. Pada tahun 2015 diprediksi angka prevalensi akan
mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5.1 juta orang) apabila seluruh komponen bangsa
tidak melakukan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan yang komprehensif.

Menurut World Drug Report" tahun 2012 yang diterbitkan oleh UNODC.
organisasi dunia yang menanangani masalah narkoba dan kriminal, diperkirakan
terdapat 300 juta orang yang berusia produktif antara 15 s.d 64 tahun yang
mengonsumsi Narkoba, dan kurang lebih 200 juta orang meninggal setiap tahunnya
akibat penyalahgunaan Narkoba.

Saat ini di dunia juga telah teridentifikasikan Narkoba jenis baru, baik alami
maupun sintetis yang disebut dengan zat psikoaktif baru atau new psychoactive
subtaces, yang jumlahnya mencapai 251 macam zat. Zat baru ini belum terjangkau oleh
aturan hukum yang berlaku di berbagai negara.

1
Di Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan narkoba yang cukup
memprihatinkan. Hasil survey nasional terhadap penyalahgunaan narkoba pada tahun
2011 diperkirakan prevalensi pengguna Narkoba sebesar 2,2% atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa terdapat 4 juta penduduk Indonesia sebagai penyalahguna
narkoba.

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah sampai kesemua lapisan


masyarakat, mulai dari tingkat peserta didik SD sampai Perguruan Tinggi bahkan juga
dikalangan karyawan. Sekolah, kampus dan tempat bekerja menjadi rawan terhadap
penyalahgunaan peredaran gelap narkoba. Upaya penanggulangan dan pencegahan
sudah banyak dilakukan dari berbagai model kampanye, penyuluhan, pelatihan dan
pemeriksaan untuk pendeteksian dini. Tetapi dari usaha-usaha tersebut belum
ditemukan penurunan penyalahgunaan narkoba. Kejahatan narkoba pada umumnya
tidak harnya dilakukan oleh perorangan atau secara sendiri-sendiri, melainkan
dilakukan bersama-sama oleh sindikat yang terorganisir secara rapi, sangat teliti
bahkan dilakukan dengan sangat rahasia.

Dari uraian di atas bahwa peserta didik merupakan sasaran paling empuk dan
mudah bagi peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Oleh karenanya kesiapan pihak
sekolah dalam hal ini perlu ditingkatkan dan perlu diadakan perubahan dalam pola
penanggulangannya. Pemberian sanksi sekolah untuk mengeluarkan peserta didik dari
sekolah, bila peserta didik kedapatan membawa atau menggunakannya, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya ternyata bukan solusi yang tepat untuk menekan
permasalahan penyalahgunaan narkoba. Untuk itu ke depan ini perlu dipikirkan cara
penanggulangan lainnya yang mungkin dirasakan dapat lebih efektif, yaitu bagaimana
memfungsikan sekolah sebagai sumber informasi bagi peserta didik, karena institusi
sekolah sangat berpengaruh dan sangat strategis untuk Program Pencegahan
Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba (P3N). Diharapkan keinginan untuk
mengetahui Narkotika dan Psikotropika tidak sampai pada taraf mencoba-coba apalagi
penyalahgunaannya. Tentu ini bukan hal yang mudah karena merupakan tantangan
bagi guru. Guru yang selama ini dipersepsikan murid sebagai pihak yang tidak populer

2
dan ditakuti harus dapat berubah menjadi sosok yang dijadikan tempat untuk mencari
solusi masalah yang dihadapi para muridnya.

Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah kerjasama semua warga
sekolah sangat diharapkan dalam melakukan upaya pencegahan khususnya dalam
lingkungan pendidikan. Sekolah, komite sekolah, bahkan dewan pendidikan sangat
dituntut keikutsertaanya dalam membantu terwujudnya sekolah yang aman dan
terbebas dari pengaruh obat-obat dan barang haram itu. Bila semua pihak
menginginkan agar lingkungan sekolah terbebas dari pengaruh narkoba, tentu
masyarakat sekitar yang ada di lingkungan sekolah maupun yang luar harus ikut
membantu dalam penanggulangannya terutama bila ada para pengedar di masyarakat
sekitar atau secara bersama dari sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu, seluruh
warga sekolah dan stakeholders harus ikut melakukan tindakan preventif dan
pencegahan peredaran narkoba.

3
BAB II

NARKOBA DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian
Narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.

B. Jenis-Jenis Narkoba dan Pengaruhnya


1. Stimulan
Jenis narkoba yang memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas tubuh. Orang
menjadi gembira dan aktivitas meningkat. Disebut juga Upper". Contoh stimulan:
Kokain, Crack, Amphetamin Type Stimulants (Amfetamin, Shabu. Ecstasy),
Kafein (dari kopi, cokelat, teh), Nikotin (dari tembakau).
a) Kokain
Kokain merupakan narkotika golongan stimulan, terbuat dari daun tanaman
Ekstraxylon Coca. Kokain memperkecil pembuluh darah sehingga
mengurangi aliran darah. Pada umumnya kokain berbentuk bubuk kristal
putih.

Efek mengkonsumsi kokain :

4
1. Euphoria (rasa gembira/senang/nikmat berlebihan).
2. Namun penggunaan kokain dalam jangka panjang akan mengurangi
jumlah dopamine atau reseptor dalam otak.
3. Jika ini terjadi, sel otak akan tergantung pada kokain agar dapat berfungsi
normal.
4. Jika para pengguna kronis kokain berhenti, dia akan ketagihan karena
tanpa kokain mereka tidak dapat merasakan kenikmatan apapun.
5. Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental).

b) Amphetamin Type Stimulants (ATS)


Yang termasuk narkotika jenis ATS adalah Amfetamin, Metamfetamine
(Shabu), dan Ecstasy.
1. Amfetamine
Amfetamine memiliki efek antara lain:
Mengurangi berat badan/rasa percaya diri
Menghilangkan rasa lapar/ngantuk
Meningkatkan stamina, kekuatan fisik
Gejala putus obat

2. Metamfetamine (Shabu)
Bentuknya seperti kristal, tidak berbau dan tidak berwarna, karena itu
sering disebut ice.
Efek negatif penggunaan shabu antara lain:
Shabu mengakibatkan efek yang kuat pada system syaraf. Otak sulit
berfikir dan konsentrasi.
Shabu sangat berbahaya karena perilaku yang menjurus pada
kekerasan merupakan efek langsung dari penggunaannya.
Efek negative lain : berat badan menyusut, impoten, halusinasi
(seolah-olah mendengar atau melihat sesuatu), paranoid (curiga
berlebihan)

5
Kerusakan pembuluh darah otak yang dapat berlanjut menjadi
stroke/pecahnya pembuluh darah otak

3. Ecstasy (Inex, Xtc, Upie Drug, Essence)


Bentuknya berupa tablet warna-warni, cara penyalahgunaannya biasanya
ditelan secara langsung. Penyalahgunaan ecstasy dapat mengakibatkan
peningkatan detak jantung dan tekanan darah si pemakai, sehingga
menimbulkan rasa senang yang berlebihan. Setelah efek tersebut,
biasanya akan terjadi perasaan lelah, cemas, dan depresi.
Penyalahgunaan ecstasy dapat menimbulkan kerusakan otak yang
permanen dan kematian.

Gejala intoksikasi :
Kehangatan emosi bertambah
Keintiman bertambah
Nafsu makan berkurang
Banyak berkeringat
Gerak badan tak terkendali
Tekanan darah naik
Denyut jantung dan nadi bertambah cepat

Bila dosis lebih banyak :


Halusinasi (tripping) sebagian menyenangkan, tetapi juga menyeramkan,
perasaan melayang, kejang, muntah, panik, mudah tersinggung,
melakukan tindak kekerasaan yang tidak masuk akal.

6
c) Nikotin (Tembakau)
Tembakau mengandung nikotin, tar, dan karbon monoksida yang berbahaya
serta zat lain yang seluruhnya mengandung tak kurang dari 4000 bahan kimia
dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Zat ini juga menyebabkan kanker
paru-paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Setetes nikotin murni
dapat membunuh orang secara instan.

2. Depresan
Depresan merupakan jenis Narkoba yang menghambat kerja otak dan
memperlambat aktivitas tubuh. Orang menjadi mengantuk, tenang, rasa nyeri
dan stres hilang. Yang termasuk contoh depresan antara lain: Opium/Candu
(Morfin, Heroin), Benzodiazepin, barbiturat, sedativa, alcohol

a) Morfin
Morfin adalah opioda alamiah yang mempunyai daya analgesik yang kuat,
berbentuk kristal, berwarna putih dan berubah menjadi kecoklatan dan tidak
berbau. Opium mentah mengandung 4-21% morfin. Sebagian besar opium
diolah menjadi morfin dan codein. Morfin merupakan juga suatu unsur
aktifyangberasal dari candu setelah mengalami proses kimiawi.

Efek morfin antara lain:


1. Euphoria dalam dosis tinggi.
2. Menimbulkan toleransi ketergantungan.
3. Menimbulkan gejala putus zat yaitu rasa nyeri, tubuh demam, berkeringat,
dan menggigil.
4. Kematian karena overdosis morfin akibat terhambatnya pernafasan.

7
b) Heroin
Heroin adalah opiat semi sintetis yang didapat melalui sejumlah tahapan
morphin hingga menjadi bubuk putih atau butiran halus yang dapat
disuntikan.
1. Berupa serbuk putih dengan rasa pahit
2. Jenis obat-obatan yang sangat kuat dan membuat orang menjadi sangat
ketagihan
3. Toleransi berkembang sangat cepat dan gejala putus heroin berupa rasa
nyeri yang hebat.
4. Akibat jangka panjang :
Badan menjadi kurus, pucat, kurang gizi
Impotensi
Bila pakai suntikan, dapat menularkan hepatitis B dan C, HIV-AIDS
Sakaw atau sakit karena putaw (heroin) terjadi bila si pecandu putus
menggunakan putaw.

c) Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan zat depresan/obat tidur/obat penenang yang
berfungsi untuk mengurangi rasa gelisah. Jenis-jenis benzodiazepin antara
lain:
1. Alphazolam
2. Clonazepam
3. Diazepam (valium)
4. Flunitrazepam (rohypnol)

8
5. Nitrazepam (Mogadon, pil BK, pil koplo)
Efek yang ditimbulkan, diantaranya:
1. Mengurangi rasa gelisah (anti-anxiety)
2. Mempermudah tidur
3. Menggunakan benzodiazepin bersama alkohol sangat berbahaya
4. Pada pengguna berat dapat menimbulkan delirium (kekacauan pikiran)
5. Jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan gejala putus zat seperti tremor, muntah,
insomnia, anxiety, gampang marah dan depresi.

d) Barbiturat (depresan/obat tidur)


1. Amorbabital (amytal)
2. Pentobarbital (nembutal)
3. Phenobarbital (luminal)
4. Secobarbital (seconal)
5. Bubukputih
6. Kapsul atau tablet
7. Liquid

e) Alkohol
Alkohol terdapat pada minuman keras. Terdapat tiga golongan minuman
keras, antara lain:
1. Golongan A berkadar 1-5%. Contoh : Bir
2. Golongan B berkadar 5-20%. Contoh : lenis minuman Anggur
3. Golongan C berkadar 20-40%. Contoh : Vodka, Rum, gin

9
4. Efek Alkohol :
Alkohol menekan kerja otak (depresan). Setelah diminum, alkohol
diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh da rah.
Dapat menyebabkan : mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel,
kekerasan, dan kecelakaan lalu lintas akibat berkendara dalam
keadaan mabuk.
Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan hati, kelenjar
getah lambung, saraf tepi, otak, gangguan jantung, kanker, bayi
lahir cacat dari ibu pecandu alkohol.

3. Hallucinogen
Berasal dari tanaman atau dibuat melalui formuiasi kimiawi. Efek dari zat
Hallucinogen ini antara lain: halusinasi, dapat mengubah dan menyebabkan
distorsi tentang persepsi, pikiran, dan lingkungan. Mengakibatkan rasa teror
hebat dan kekacauan indera seperti mendengar warna, melihat suara,
paranoid (seperti dikejar-kejar orang), dan meningkatkan resiko gangguan
mental.

Contoh hallucinogen: Cannabis (ganja), LSD, Jamur (Psylocybe Mushroom),


Inhalansia.
a) Tanaman Cannabis/Ganja
Cannabis adalah daun pucuk tanaman cannabis (yang meliputi bunga dan
biji) yang dikeringkan. Kadar Tetrahidrokanabinol (THC) 6-7%. Zat kimia
yang menyebabkan sebagian otak yang mengatur emosi,daya ingat dan
kehilangan kendali dan keseimbangan. Nama jalanan: Ganja, Marijuana, Pot,
Cimeng, gele, grass, weed, budha stick, Mary Jane, dll)

Dampak buruk ganja:


1. Daya ingat jangka pendek akan berkurang.
2. Kehilangan kendali dan keseimbangan.

10
3. Perubahan emosi/perasaan (tertawa terbahak-bahak, kemudian
mendadak berubah menjadi ketakutan. Hal ini karena efek THC di otak.
4. Dengan dosis tinggi, perasaan tidak tenang, ketakutan, dan halusinasi.
5. Apatis depresi.
6. Kecemasan berlebihan dan rasa panik.
7. Keseimbnagn dan koordinasi tubuh yang buruk.

Ada yang mengatakan bahwa Penggunaan ganja sekali-sekali tidak akan


menyebabkan ketagihan dan ganja adalah jenis narkoba yang aman, karena
berasal dari tanaman dibanding dengan rokok dan minuman keras. Hal ini
tidak benar.

Kenyataannya.... Ganja adalah zat yang sangat berbahaya. Berbeda dengan


minuman keras yangbiasanya keluar dari tubuh dalam 24 jam karena water-
soluble, ganja adalah fat-soluble, yang berarti zat psikoaktif ini mengikat pada
bagian lemak tubuh (biasanya pada otak dan sistem reproduksi) dan dapat
dideteksi sampai 30 hari sesudah penggunaan.

Kenyataannya.... Penelitian menunjukkan bahwa ganja menggangu daya


ingat dan mempengaruhi fungsi kognitif, fungsi sistem reproduksi, sakit
jantung, paru-paru, kelenjar endokrin, dan mengurangi daya tahan tubuh
sehingga menyebabkan pemakai mudah terinfeksi penyakit. Ganja
mengandung zat penyebab kanker lebih kuat daripada rokok.

Ganja adalah pintu gerbang menuju ke penyalahgunaan narkoba lainnya.


Kebanyakan pecandu berat narkoba mulai bereksperimen dengan ganja.

11
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa:
Tinggi terhadap penyakit kanker paru dan bronchitis kronis, karena kadar
tar Ganja menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan
fisik dalam waktu lama.
Ganja berisiko schizophrenia, yakni peningkatan gejala seperti, paranoid,
berhalusinasi, depresi, dan ketakutan.
Ganja berisiko dari ganja 50% lebih tinggi daripada rokok

b) Jamur
Jamur yang terdapat di kotoran kerbau/sapi.

Efek yang ditimbulkan:


1. Halusinasi
2. Mengubah dan menyebabkan distorsi tentang persepsi terhadap
lingkungan dan waktu.

c) Inhalan
Inhalan adalah zat yang mudah menguap/solvent, dikenal lem aica aibon,
thinner, bensin dan spiritus.

12
Pengaruh jangka pendekyang ditimbulkan:
1. Rasa malu berkurang.
2. Mengantuk.
3. Sakit kepala.
4. Perilaku tidak tenang.

C. Faktor-Faktor yang Mendorong Penyalahgunaan Narkoba


Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang menyalahgunakan Narkoba,
diantaranya sebagai berikut:

1. Rasa Ingin Tahu/Coba-coba


Alasan memakai narkoba sangat berbeda-beda dari dap individu. Alasan-alasan
yang dikemukakan penyalahguna kebanyakan didorong oleh rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu yang besar itulah yang menyebabkan seseorang kurang
memfilter informasi yang diterima. Sebagai contoh terdapat mitos bahwa
memakai Narkoba akan menambah rasa percaya diri pemakai. Diperoleh pula
informasi bahwa penyalahguna Narkoba dapat disembuhkan. Informasi-informasi
semacam ini dapat disalahartikan hingga si penyalahguna menyepelekan
dampak pemakaian narkoba di kemudian hari. Dasar lain Penyalahguna adalah
untuk memperoleh kenikmatan (Willians 1974, Mexim 1991, Rice 1993)- Di
samping ditemukan karena alasan adanya tekanan sosial lari dari masalah yang
sedang dihadapi atau sebaliknya. Penyalahgunaan Narkoba akan memperoleh
kenikmatan seperti lebih kreatif dan percaya diri jika menghadapi tekanan atau
masalah.

2. Ikut-ikutan Teman yang Memakai Narkoba


Dorongan rasa ingin tabu dari teman yang memakai Narkoba karena
terpengaruh dari cerita yang diperoleh dari penyalahguna lain yang berisikan hal-
hal yang menyenangkan (yang sesungguhnya hanyalah kesenangan semu
belaka). Ikatan pergaulan yang kental dengan teman pemakai Narkoba dan
frekuensi pertemuan yang sering saat menggunakan Narkoba memungkinkan

13
seseorang termotivasi untuk mengulang kembali, meskipun mereka telah
mengetahui bahkan telah merasakan efekyang tidak menyenangkan.

Di samping itu melihat dan menyaksikan kenikmatan sementara yang diperoleh


teman Penyalahguna Narkoba pada saat pesta narkoba akan menimbulkan
godaan untuk ikut meneoba atau merasakannya. Kadangkala si pemakai
narkoba tersebut, termasuk bandar, untuk pertama kali akan memberikan secara
cuma-cuma (gratis) ketika terjadi transaksi dengan teman Penyalahguna.

3. Solidaritas Kelompok (Gang/Group)


Seorang individu yang juga tergolong sebagai makhluk sosial cenderung
menyukai adanya suatu ikatan dengan individu lainnya yang nantinya akan
membentuk kelompok-kelompok. Hal yang sama juga terjadi dikalangan peserta
didik atau remaja yang dalam kehidupan sehari-harinya membentuk suatu
pengelompokan.

Sesungguhnya pengelompokan-pengelompokan seperti ini dibentuk dengan


alasan-alasan seperti memiliki kesukaan atau hobi yangsama, saling memiliki
kecocokan satu dengan lainnya, dan lain-lain yang sebenarnya kelompok
tersebut merupakan wadah untuk saling berbagi. Kelompok ini juga diperlukan
untuk menjalin suatu kerja sama dan diikat rasa solidaritas yang kental.
Misalnya, salah seseorang anggota kelompok mendapat ancaman, gangguan
atau terlibat perselisihan faham dengan orang lain, anggota kelompok ini
langsung melakukan perlawanan dengan pengeroyokan. Pada intinya ancaman
terhadap satu orang anggota kelompok merupakan ancaman bagi seluruh
anggota kelompok, kesenangan satu anggota kelompok merupakan kesenangan
bagi anggota kelompok yang lain.

Demikian pula dengan hal Penyalahgunaan Narkoba. Mereka ini mengumpulkan


uang untuk membeli apa yang mereka inginkan termasuk Narkoba. Apabila
mereka tidak memiliki uang, kelompok ini dapat melakukan pencurian,

14
pemerasan, pemalakan kepada siapa saja yang dinilai memiliki uang untuk
memenuhi kebutuhan mereka.

4. Biar Terlihat Gaya (Terpengaruh Gaya Hidup Modern yang Salah)


Setiap individu memiliki keinginan untuk tampil gaya di mata orang lain termasuk
peserta didik yang mencari jati diri. Terkadang mereka menggunakan berbagai
jenis embel-embel pada tubuh atau tubuh yang diukir/ditatto. Kadangkala mereka
melakukan hal tersebut karena terpengaruh oleh gaya hidup orang lain atau
gaya hidup yang dirasakan sedang tren yang diperoleh melalui instrumen media
baik lokal maupun asing.

Narkoba merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk tampil gaya di
depan orang banyak. Karena dari sifat dan zat yang terdapat dalam jenis dan
golongan narkoba ada yang dapat menimbulkan percaya diri dan menimbulkan
gerakan-gerakan tubuh fisik yang spontan apabila diperdengarkan suara musik,
dan termasuk rasa gembira serta keberanian menghadapi sesuatu.
Penyalahguna narkoba yang menginginkan tampil gaya cenderung adalah
mereka yang sering tampil di khalayak ramai seperti penyanyi, pemain olah raga,
mereka yang sering masuk diskotik dan tempat hiburan sejenis lainnya.

5. Mencari Kegairahan atau Excitement


Terkadang individu merasa diri tidak eksis di hadapan orang lain yang
disebabkan oleh rasa percaya diri dan kemampuan intelektual yang lebih rendah.
Agar dirinya dirasakan menjadi eksis di depan orang banyak, dan dapat
mengungguli orang lain sering digunakan jenis Narkoba seperti Ecstasy, Pil
Koplo/Pil BK, Nipam/Rohipnol.

6. Menghilangkan Rasa Kebosanan


Periode masa remaja merupakan suatu periode saat seseorang mengalami
siklus hidup yang tidak tenang, selalu berubah, dan rentan terhadap goncangan

15
(unsettling time). Ketidaktenangan dan keinginan untuk selalu berubah tersebut
disebabkan karena remaja mengalami kebosanan.

Oleh sebab itu pemakaian narkoba kadangkala bukan digunakan untuk


mengatasi perasaan negatif, tetapi sebagai kesenangan dan cara mengatasi
masalah seperti rasa bosan, melupakan masalah, melepaskan masalah
kebosanan. Pemakaian obat untuk mengatasi rasa bosan ini lebih dikenal
dengan istilah instrumen.

7. Agar Merasa Lebih Enak


Remaja atau peserta didik yang menggunakan obat dengan tujuan agar merasa
lebih enak bila ia merasakan pengalaman yang efektif yang dirasakan positif,
maka pemakaian dapat berperan efektif sebagai faktor penguat. Biasanya
remaja seperti ini menggunakan obat untuk mendapat khayalan atau halusinasi
yang enak dan menyenangkan. Seseorang Penyalahguna narkoba yang sedang
high (suatu istilah yang digunakan para pemakai narkoba yang menggambarkan
perasaan senang yang berlebihan) merasa dirinya memiliki kelebihan khusus
seperti berkemampuan untuk terbang, merasa memiliki indera ke enam atau
lebih peka, dan lain sebagainya. Jenis yang digunakan umumnya adalah LSD
(Lysergic Acid Diethylamine). Penyalahgunaan LSD kadangkala dikonsumsi
dengan dicampur ke dalam minuman bersoda.

8. Melupakan Masalah Stress


Secara psikologis, kebanyakan remaja belum memiliki kapasitas dan akar yang
kuat untuk menghadapi masalah-masalah yang mereka temui di dalam
kenyataan yang dialami sehari-hari. Terkadang mereka memiliki idealisme sendiri
yang sering berbenturan dengan lingkungan sekitar. Hal ini mengakibatkan
mereka cepat merasa tertekan atau stress. Mereka kerap menggunakan cara-
cara yang salah dalam mengatasi rasa stress yang mereka alami. Salah satu
cara yang salah untuk menghadapi stress adalah digunakannya obat-obatan

16
yang dapat menimbulkan perasaan santai dan menyenangkan yang dianggap
dapat melupakan dan mengatasi masalah atau stress secara instan.

Adapun permasalahan-perniasalahn yang sering dihadapi para remaja adalah


seperti persoalan putus dengan pacar, menghadapi kerctakan hubungan orang
tua yang tidak harmonis, atau mendapatkan tugas-tugas yang tidak dapat
diselesaikan. Untuk menghilangkan masalah-masalah rumit, seringkali remaja
menggunakan solusi yang keliru seperti menggunakan obat-obatan tertentu.
Misalnya jenis obat yang dapat membuat tidur, mabuk, dan menimbulkan
perasaan gembira seperti ecstasy, nipam. heroin dan sejenisnya.

9. Menunjukan Kehebatan/Kekuasaan
Pada masa pertumbuhan dan transisi memasuki usia remaja, kadangkala
menyebabkan setiap individu ingin dikenal jagoan di lingl<ungan sebaya, atau di
lingkungan masyarakat. Keinginan tersebut tidak akan terpenuhi jika hanya
mengandalkan kekuatan fisik. Pengaruh dari teman-teman yang telah
menggunakan obat-obatan dirasakan dapat menimbulkan keberanian, maka
banyak remaja menggunakannya. lenis obat-obatan yang dirasakan dapat
menimbulkan rasa kehebatan terdapat pada Pil BK atau Koplo. Jenis obat ini
disamping harganya tidak terlalu mahal khasiatnya efektif menimbulkan
keberanian.

10. Ingin Tampil Menonjol


Remaja yang sedang tumbuh dan mencari identitas diri umumnya berkeinginan
melakukan kegiatan yangmengandung resiko tinggi terhadap keselamatan
dirinya. seperti adu kecepatan mengendarai kendaraan roda dua dan roda
empat, baik itu yang menggunakan tenaga atau mesin, memanjat tebing atau
mendaki gunung. Persaingan teman sebaya guna mendapatkan popularitas atau
ingin tampil lebih menonjol di kalangan mereka dalam melakukan aktivitas-
aktivitas tersebut terkadang menyebabkan mereka menggunakan jenis obat-

17
obatan tertentu dengan tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap kesehatan
dan keselamatan dirinya.

11. Merasa Sudah Dewasa


Penyalahgunaan obat semata-mata didorong oleh perasaan dirinya sudah
dewasa, oleh karena itu remaja seperti ini ingin hidup bebas seperti layaknya
orang dewasa yang telah dapat memutuskan sesuatu jalan hidupnya. Bagi
remaja yang merasa sudah dewasa ini biasanya tidak mau terikat dan ingin
lepas dari ketentuan yang dibuat orangtua, guru tidak diindahkan, bahkan bila
cara penyampaiannya tidak pantas menurut kata hatinya, akan melawan dengan
cara kekerasan. Dengan kata lain remaja seperti ini berbuat semaunya tanpa
mengindahkan orang lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Agar ia lebih
berani dan orang lain takutatastindakanyangdilakukan. Maka digunakannya jenis
obat yang dapat membuat dirinya terlihat sadisdanpemberani.

12. Menunjukan Sikap Berontak


Remaja umumnya berontak apabila tidak dipenuhi atau dihalang-halangi
keinginannya. Sikap berontak itu dilakukannya dengan tujuan agar orang lain
merasa takut sehingga keinginan terpenuhi. Remaja seperti ini dalam
menunjukan sikap berontaknya bertindak dengan cara kekerasan. Untuk
meningkatkan keberanian memberontak ia menggunakan jenis obat yang
membuat dirinya lebih berani apabila orang lain menghalanginya. Melalui sikap
berontak ini, remaja tersebut akan memanfaatkan teman-temannya yang
mengikuti untuk mengumpulkan uang atau untuk dijadikan sebagai preman dan
bertindak keras terhadap orang lain yang mengganggu anggota kelompoknya.

13. Mengurangi Rasa Sakit


Oleh karena obat-obat yang dikonsumsi selama ini telah menimbulkan adiksi
yang kuat di tubuh, maka memerlukan jenis-jenis secara rutin dan apabila tidak
dipenuhi akan timbul rasa sakit di tubuh. Apabila uang untuk membeli tidak ada

18
dilakukan pencurian, pemerasan, dan pemalakan baik dengan orangtua maupun
dengan orang lain.

14. Ikut Tokoh Idola


Usia remaja merupakan usia saat seorang individu sedang mengalami proses
pencarian jati diri. Dalam proses pencarian jati diri tersebut, remaja cenderung
mencari dan mengagumi individu atau tokoh lain yang dianggapnya sebagai
tokoh idola. Tokoh yang dijadikan sebagai tokoh idola dapat berasal dari
kalangan selebritis, tokoh terkenal, atau orang yang dianggap hebat atau
memiliki kelebihan tertentu. Pada masa ini remaja bukan hanya sekedar
mengagumi sang tokoh tersebut, remaja juga cenderung meniru (mengimitasi)
tokoh idolanya mulai dari cara berpakaian, gaya hidup, bahkan tingkah laku sang
tokoh idola. Tak sedikit dari tokoh idola tersebut yang menggunakan narkoba
sebagai bagian dari gaya hidup. Hal seperti ini juga ditiru oleh remaja agar
semakin mirip dan sehebat tokoh idola mereka.

15. Ketagihan
Pada tahap ini frekuensi, jenis, dan dosis yang dipakai meningkat, termasuk
bertambahnya pemakaian. Gangguan fisik, mental, dan masalah-masalah sosial
makin jelas. Tahap ini disebut tahap krisis karena ada bahaya yang nyata.

16. Ketergantungan
Pemakai selalu membutuhkan obat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar
baik fisik maupun psikologisnya. Ketergantungan fisik karena tubuhnya menjadi
lemah dan sendi-sendi terasa nyeri pada saat tidak menggunakan obat dalam
jangka waktu tertentu. Ketergantungan secara psikologis karena adanya
perasaan tidak percaya diri jika tidak menggunakan obat.

D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba


Secara umum penyalahgunaan obat dapat memberikan dampak jasmaniah,
kejiwaan, ataupun sosial bagi pemakainya. Disamping tentunya juga dampak

19
terhadap keluarga dan masyarakat. Seorang ahli mengatakan bahwa gabungan
antara jenis obat, usia pemakai, keadaan gizi, dan penyakit atau stress yang pernah
dan sedang diderita alcan mengakibatkan masalah-masalah yang spesifik pada
masing-masing pemakai.

Efek obat bagi tubuh tergantung jenis obat yang digunakan, banyak dan sering
tidaknya menggunakan, cara menggunakannya serta apakah digunakan bersamaan
dengan obat lain, juga tergantung dari berbagai faktor biologis (misalnya
kepribadian, harapan atau perasaan saat memakai) dan faktor biologis (seperti berat
badan, kecendrungan alergi tertentu) pemakai.

Secara fisiologis organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf
pusat (otak dan sum-sum tulang belakang), organ-organ otonom (jantung, paru, hati,
ginjal) dan panca indera (karena yang dipengaruhi adalah susunan syarat pusat).
Pada hakekatnya, penyalahgunaan obat ini akan menimbulkan komplikasi pada
seluruh organ tubuh, yaitu:

1. Dampak Fisik
Dampak jasmaniah dapat, secara langsung oleh bahan yang dipakai, maupun
secara tidak langsung, misalnya karena bahan pencampur, pemakaian tidak
sesuai aturan atau karena buruknya sterilisasi alatyang dipakai. Berikut adalah
macam-macam gangguan jasmaniah akibatpenyalahgunaan zat:
a. Gangguan pada sistem syaraf (neorologis) seperti: kejang-kejang, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler seperti: infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah).
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: pemanahan (abses), bekas
suntikan, dan alergi.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernafasan,
kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru-paru, penggumpalan benda
asing yang terhirup.

20
e. Gangguan pada hemopoetik, seperti: pembentukan sel darah terganggu.

2. Dampak Psikis
Bermacam-macam gangguan kejiwaan seperti psikotik (gangguan jiwa berat),
depresi, tindak kekerasan dan pengrusakan percobaan bunuh diri dapat dijumpai
pada penyalahgunaan zat.

Depresi sering muncul sebagai akibat rasa bersalah dan putus asa karena gaga]
berhenti dari penyalahgunaan zat, terlebih lagi adanya sikap yang
menyudutkan/menyalahkan dari pihak keluarga yang bersangkutan. Beberapa
pemakai sudah mempunyai masalah kejiwaan sebelumnya dan penyalahgunaan
zat merupakan cara untuk mengatasinya.

Demikian, mengatakan perlu diperhatikan kemungkinan adanya gangguan media


dan kejiwaan pada seorang penyalahgunaan zat, karena yang bersangkutan
biasanya tidak melaporkan hal itu. Mungkin karena tidak disadari atau tidak
merasakannya, misalnya rasa nyeri dapat tertutup oleh efek analgesik obat
yangdigunakan.

21
22
E. Gejala-Gejala Berbagai Jenis Narkoba

Jenis Gejala Setelah Gejata Purus intoksikasi Komplikasi


Psikoaktif Pemakaian Obat (Gejala pada Tubuh
Keracunan) (Dampak)
Opium (morfin, Senang dan Nyeri otot dan Pupil mata Paru-paru
heroin, kodein, tenang tapi tidak tulang, insomnia, sangat kecil, basah, hepatitis,
methadon) dapat istirahat, nyeri kepala, pernapasan satu- perlemakan hati.
Opium Sintetik halusinasi, kerja kejang, keluar air satu, koma pembesaran
jantung mata (lakrimasi), bahkan kematian getah bening,
meningkat, wajah keluar air hidung kelainan pada
kemerahan, (rhinorrhea), pankreas
kejang, sakit keringat berlebih,
kepala, hipertensi,
mengantuk dilatasi pupil,
gelisah, cemas

Alkohol Mabuk, euforia, Gemetar, Gangguan Sakit jantung,


kordinasi otot muntah, kejang, keseimbangan hepatitis, radang
berkurang gelisah, sukar tubuh, gagguan paru-paru, dan
tidur, halusinasi, perkataan, kanker
paranoia, gangguan
gangguan jiwa. pendengaran,
kehilangan
koordinasi otot,
sesak nafas,
kematian

Amfetamin Gelisah, Letargi hebat, Denyut jantung Gangguan pada


insomnia, letih, cemas, tidak beraturan, sistem saraf
takikardia, apatis depresi, demam tinggi, pusat
hipertensi, bunuh diri, serangan
palpitasi jantung, hiperfagie jantung,
mulut terasa hipersomnia, pembuluh darah
kering, anoreksia, bingung, di otak pecah,
berat badan iritabilitas bahkan kematian
turun, diare. meningkat, nyeri
oot
Ganja (kanabis) Jantung Gelisah, Aliran darah Radang paru
berdebar, bota penurunan nafsu coroner (bronchitis),
mata kemerahan, makan, mual, terganggu, daya kerusakan sel
nafsu makan mudah marah kerja otak otak,
makan dan gangguan menurun, meningkatkan
bertambah, mulut tidur produksi leukosit risiko kanker
kering, euforia, menurun,
halusinasi, penurunan
agresif, banyak hormon
bicara, gangguan pertumbuhan dan
persepsi tentang hormon kelamin,

23
waktu dan ruang apatis, gangguan
jiwa

Barbiturat Mula-mula Gelisah, tremor, Pernapasan Gangguan


gelisah, ngantuk, konvulsi, dan lambat, kulit dan neurologis,
daya ingat & kecanduan membrane kelainan kulit,
daya pikir barbiturat mengalami dan kelainan
berkurang malas sianosis, refleks psikiatrik
bicara dan menurun, pupil
tindakan lambat mengecil, suhu
badan menurun,
koma, kematian

F. Ciri-Ciri yang Sudah Kecanduan


Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(Keterangan: psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah, sintesis, maupun semi
sintesis yang berkhasiat psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
yang menyebabkan perubahan khas pada ektivitas mental dan perilaku (Undang-
undang No. 5, Tahun 1997 tantang Bahan Psikotropika).

Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:


1. Sifat mudah kecewa dan cenderung menjadi agresif dan destruktif.
2. Perasaan rendah diri (lowself esteem)
3. Tidak bisa menunggu atau bersabar yang berlebihan.
4. Suka mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung risiko bahaya yang
berlebihan.
5. Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan,murungdanmerasa tidak sanggup
berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Keterbelakangan mental (retardasi mental) terutama yang tergolong pada taraf
perbatasan.
7. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam
pendidikan atau pekerjaan atau dalam lapangan kegiatan lainnya.

24
8. Prestasi belajar menunjukkan hasil yang cenderung menurun.
9. Kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler
10. Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti kecemasan, obsesi, apatis, menarik
diri dalam pergaulan, depresi, kurang mempu menghadapi stres atau sebaliknya
yaitu hiperaktif.
11. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
12. Putus sekolah pada usia yang sangat dini, perilaku anti sosial pada usia dini
seperti: sering mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja lainnya.
13. Suka tidak tidur pada malam hari atau tidur larut malam (begadang).
14. Kurang suka berolahraga.
15. Mempunyai persepsi bahwa hubungan dalam keluarga kurang dekat walaupun
sering kali kenyataannya tidak demikian.
16. Adanya anggota keluarga lain yang tergolong peminum alkohol yang berat atau
pemakai obat secara berlebihan.
17. Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau pemakai obat
secara berlebihan.
18. Sudah mulai merokok pada usia yang lebih dini dari pada rata-rata perokok
lainnya.
19. Kehidupan keluarga atau dirinya kurang religius.

25
BAB III
MASALAH PENYIMPANGAN PERILAKU DI KALANGAN
PESERTA DIDIK

A. Faktor Utama dan Permasalahan yang Terjadi di Kalangan Peserta Didik


Terdapat beberapa faktor yang kerap menjadi permasalahan di kalangan peserta
didik, antara lain yaitu:
1. Terdapat Kelompok-Kelompok Peserta Didik yang Menamakan Dirinya Barisan
Peserta Didik (Basis).
Barisan Peserta didik terdiri dari kelompok peserta didik yang memiliki rasa
solider dan reputasi/ identitas sosial kelompok yang harus dipertahankan. Ak:ibat
rasa solider yang kerap kali salah inilah yang menyebabkan terdapat pandangan
stereotipikal dan prejudice dari kelompol basis yang satu terhadap kelompok
basis yang Jain. Rasa solider tersebut juga terjadi akibat adanya tekanan fisik
dan psikis dari senior kepada junior. Hal inilah yang mengakibatkan junior selalu
mengikuti tindakan seniornya, tidal peduli tindakan tersebut pos1tif atau negatif.
Adanya Basis dengan pemahaman solider dan keyakinan norma serta nilai yang
salah menyebabkan adanya penyimpangan perilaku di kalangan peserta didik,
antara lain adalah tawuran penyalahgunaan Narkoba, dan lain sebagainya.

2. Sekolah Kurang Mampu atau Kurang Tegas dalam Menegakkan Disiplin


Sekolah.
Tingkat kedisiplinan peserta didik di sekolah yang kurang akan san gat
mempengaruhi perilaku siswa-siswa di sekolahnya, khususnya terhadap siswa-
siswa yang memang bermasalah atau kerap memiliki perilaku menyimpang.
Siswa yang sesungguhnya merupakan sosok yang labil masih memerlukan
bimbingan psikologis, memerlukan arahan sekaligus larangan untuk
menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah. Ketidakpekaan baik guru
maupun orang tua terhadap masalah penyimpangan perilaku ini akan
menimbulkan dampak pada pergaulan siswa yang menjadi tidak terkontrol.

26
3. Manajemen Sekolah yang Kurang Baik
Manajemen sekolah yang buruk menyebabkan terdapatnya jam-jam kosong di
sekolah serta kurang adanya kegiatan ekstrakurikuler yang berkualitas dan
berkesinambungan, menyebabkan peserta didik kerap menggunakan jam-jam
kosong tersebut untuk kegiatan yang bersifat negatif seperti tawuran,
penyalahgunaan Narkoba, membolos dari sekolah, dan lain sebagainya. Padahal
sesungguhnya. jam jam yang padat dan berkualitas mampu meningkatkan
kompetensi dan kreatifitas peserta didik baik, khususnya di bidang akadernik,
serta menjauhkan peserta didik untuk berpikir hal-hal negatif.

4. Faktor Lingkungan Sekitar yang Kurang Baik


Tidak semua sekolah terletak di lingkungan yang aman, beberapa sekolah
terletak di lingkungan rawan yang sesungguhnya kurang kondusif untuk proses
belajar mengajar, seperti terletak di dekat pasar, di dekat pusat hiburan, di dekat
pelabuhan, dan lain sebagainya. Masyarakat di sekitar sekolah itulah yang
terkadang memasukkan unsur-unsur negatif ke peserta didik seperti
mempengaruhi peserta didik untuk memakai Narkoba, memancing terjadinya
perkelahian antar sekolah, dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang dapat
terjadi tanpa dapat dikontrol oleh pihak sekolah.

5. Pengaruh dari Media Massa


Pemberitaan mengenai gaya hidup negatif artis dan remaja masa kini yang
marak di media terkadang berdampak pada mobilisasi, keterikatan kelompok,
rasa heroisme, dan peniruan dari remaja itu sendiri. Frekuensi pemberitaan
tentang gaya hidup di media massa tersebut justru semakin memancing remaja,
khususnya peserta didik untuk memiliki perilaku serupa karena mereka
cenderung memilih untuk meniru pihak-pihak yang dianggap sebagai trendsetter.

27
B. Saran Tindak yang Harus Dilakukan untuk
Meminimalisir Permasalahan Peserta Didik Dalam mengatasi atau meminimalisir
permasalahan peserta didik yang sering terjadi, saran tindak yang harus dilakukan
oleh pihak sekolah antara lain adalah :

1. Mengadakan pelatihan mengenai pencegahan penyimpangan perilaku peserta


didik di sekolah serta pengembangan pengenalan dirl. kematangan emosi, dan
kontrol diri pada remaja. Pelatihan ini diharapkan mampu mengembangkan
komunikasi dan kegiatan bersama yang positif antar basis a tau sekoiah dan
menghindarkan peserta didik dari penyimpangan perilaku.

2. Sekolah harus mampu menjalankan tata tertib dan disiplin sekolah dengan tegas
dan objektif. Di lain pihak, Departemen Pendidikan Nasional harus memberikan
sanksi bagi sekolah negeri dan swasta yang tidak dapat menjalankan disiplin.

3. Diperlukan adanya pemberdayaan guru siaga sehingga dapat mengantisipasi


jam-jam kosong di sekoiah. Diperlukan pula adanya peningkatan kegiatan
ekstrakurikuler yang didasarkan atas minat peserta didik dan diperlukan adanya
pembimbing kegiatan ekstrakurikuleryang berkualitas sebagai saranakegiatan
penyaluran minat dan bakat peserta didik di dalam dan di luar Lingkungan
sekolah, sehingga peserta didik dengan kesadaran penuh mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tersebut dengan senang hati tanpa adanya paksaan dari pihak
sekolah.

4. Sekolah yang berada di lingkungan rawan perlu penanganan khusus. Antara lain
diperlukan penertiban pedagang, juru parkir, dan preman di sekitar sekoiah.
Sekoiah juga harus melakukan razia rutin senjata tajam baik di dalam sekoiah
maupan di luar lingkungan sekolah dengan melibatkan aparat keamanan
setempat.

28
5. Masalah media massa tidak dapat ditangani hanya oleh pihak sekolah, tetapi
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengembangkan media-media
tandingan yang mengutamakan pemberitaan yang menentang perilaku-perilaku
negatif remaja. Sudah seharusnya pihak media massa sendiri ikutserta dalam
meningkatkan tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi muda dengan
menayangkan tayangan-tayangan yang informatif dan edukatif.

29
BAB IV
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN
PESERTA DIDIK

A. Pola Peredaran Narkoba di Lingkungan Sekolah


Kasus penyalahgunaan narkoba ditemukan pada semua tingkat pendidikan dari
tingkat SD, SMP. SMA/SMK sampai Perguruan Tinggi. Berdasarkan keterangan
peserta penataran guru pembina OSIS yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pembinaan Kepeserta didikan pada bulan Agustus 1999, kasus penyalahgunaan
Narkoba bukan saja terbatas di 8 (delapan) propinsi yang rawan Narkoba sesuai
data yang diungkapkan BAKOLAKINPRES 6/71 tahun 1997, tetapi juga sudah
merambah kedaerah lain di seluruh propinsi di Indonesia.

Peredaran Narkoba saat ini sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dengan
cara yang terorganisir (melalui sindikat pengedar narkoba) dan profesional karena
Narkoba merupakan komoditi untuk mendatangkan uang dengan mudah. Jaringan
peredarannya bukan hanya di ldub malam dan tempat hiburan saja, melainkan
sudah merasuk ke warung/kios di sekitar sekolah, bahkan di dalam sekolah, dengan
cara menyebarkan kaki tangan pengedar di kalangan peserta didik sekolah sendiri.
Untuk itu harganyapun disesuaikan dengan kemampuan anak sekolah. teknik
penjualannya juga menggunakan cara-cara multi level.

Pengedarnya sendiri selain peserta didik sekolah yang bersangkutan juga


melibatkan orang luar yang khusus mendatangi sekolah-sekolah target untuk
menawarkan barang dagangannya.

Selain itu Narkoba seringkali diedarkan juga oleh juru parkir yang ada di sekolah-
sekolah, para alumni yang sering nongkrong di sekolah dan penjaja makanan dan
minuman di sekitar sekolah. Adapun motif dari para pengedar Narkoba sendiri yang
terungkap selama ini adalah semata-mata untuk mencari penghasilan dan
keuntungan sehubungan dengan kondisi ekonomi yang semakin memburuk.

30
Dari kalangan peserta didik pengedar, motif yang melatarbelakangi mereka
kebanyakan adalah untuk dapat sekedar ikut memakai Narkoba tanpa harus
membeli. Untuk tiga/empat paket yang berhasil mereka jual, mereka akan
mendapatkan gratis satu paket, dengan demikian pengedar atau kaki tangan ini
harus tetap dapat mempertahankan empat pembeli kalau ia ingin tetap
menggunakan Narkoba. Namun demikian bila pemakaian mereka mengalami
peningkatan, otomatis mereka harus mencari calon pemakai yang lebih
banyak lagi.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari beberapa mantan pengedar diperoleh


informasi bahwa dalam menetapkan sasarannya, para pengedar atau kaki tangan ini
biasanya akan memilih para peserta didik yang memiliki ciri-ciri, anak yang kurang
berminat sekolah (malas, tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah), yang sering
mengeluh punya masalah dengan guru, orangtua maupun ternan, kurang percaya
diri atau kepercayaan diri berlebihan (berani tampil beda, yang berpenampilan
berbeda dari kebanyakan peserta didik lainnya), mudah merasa bosan dan suka
melakukan tindakan yang beresiko tinggi dan diketahui mudah mendapatkan uang.

Adapun ciri-ciri lain remaja atau peserta didik yang beresiko tinggi terkena
penyalahgunaan narkoba adalah remaja peserta didikyang tidak bisa berkomunikasi
dengan orangtuanya, tidak berada dalam pengawasan orang tua, memiliki kontrol
diri rendah, memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah. Bergaul atau
tinggal di lingkungan penyalahgunanarkoba, dikucilkan atau sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, serta rendahnya penghayatan spiritual.

Cara pemesanan yang sering dilakukan oleh kaki-tangan pengedar/bandar narkoba


ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan sampel secara cuma-Cuma untuk
satu atau dua kali Penyalahgunaan, setelah itu apabila sudah ada kecocokan baru
kepada mereka dikenakan biaya sesuai jenis yang dipakai.

31
Untuk Penyalahguna yang sudah sering membeli tidak segansegan para pengedar
akan memberikan barang terlebih dahulu, dengan jaminan kaki tangan pengedar.
Atau bila tidak ada uang mereka bersedia menerima barang-barang pribadi (seperti
handphone, perhiasan, dan barang-barang berharga lainnya) yang nilainya
ditentukan oleh pengedar atau bandar (BD) atau mengajarkan peserta didik cara-
cara memperoleh uang dengan eara-cara yang tidak halal seperti mencuri uang dan
barang-barang berharga ternan atau orang tua.

B. Kondisi Sekolah yang Mendorong Peserta Didik Untuk Menggunakan Narkoba


Secara umum pemakaian Narkoba dilingkungan sekolah semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Tempat menggunakannya juga bervariasi mulai di toilet sekolah, di
kantin, di pojok-pojok sekolah yang agak tersembunyi. eli dalam mobil yang diparkir
di sekitar sekolah, di warung-warung sekitar sekolah sampai ada yang
menggunakan ruangan kelas, baik pada saat jam kosong maupun setelah waktu
sekolah, pada hari libur atau hari kerja pada waktu sore hari a tau malam hari.

Adapun situasi yang dianggap rawan bagi Penyalahguna Narkoba di lingkungan


sekolah an tara lain adalah:
1. Kurangnya kontrol guru/petugas keamanan sekolah pada tempat-tempat
tersembunyi (pojok-pojok) di lingkungan sekolah.
2. Kurangnya pengawasan dan kontrol guru atau petugas keamanan sekolah di
dalam maupun di luar lingkungan sekolah pada jam istirahat Jam belajardan
setelah jam belajar sekolah.
3. Banyaknya warung-warung/kios di sekitar sekolah yang dapat menjadi tempat
penjualan Narkoba.
4. Penerapan sanksi yang kurang tegas dan konsekuen terhadap pelanggaran
peraturan sekolah.
5. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan yang dekat dengan pusat keramaian,
seperti pasar, pusat perdagangan dan lain sebagainya, yang menjadikan
lingkungan tersebut sangat riskan untuk menjacli daerah rawan peredaran
Narkoba.

32
6. Sekolah dijadikan tempat tongkrongan para alumni yang menjadi Penyalahguna
Narkoba.

Selain itu ada beberapa kondisi sekolah yang secara tidak langsung berhubungan
dengan Penyalahgunaan Narkoba oleh peserta didik di sekolah yaitu:
1. Peraturan sekolah yang terlalu keras atau terlalu lunak.
2. Komunikasi yang kurang lancar an tara guru, kepala sekolah dengan peserta
didik dan orang tua peserta didik.
3. Kegiatan sekolah yang membosankan (terlalu padat atau kurang kegiatan).
4. Kegiatan ekstrakurikuler yang kurang sesuai dengan minat peserta didik.
5. Kurangnya pertukaran pengetahuan aparat sekolah, peserta didik dan orang tua
peserta didik mengenai masalah dan bahaya Narkoba.
6. Penanganan terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar belum
optimal.
7. Kurangnya keterlibatan orang tua peserta didik yang tidak terlibat pada masalah
Narkoba (selama ini hanya orang tua dari peserta didik pcngguna saja yang
dilibatkan).
8. Komite Sekolah (KS) belum difungsikan secara optimal.

C. Latar Belakang Keluarga Peserta Didik Penyalahgunaan Narkoba


Bila ditinjau lebih jauh latar belakang keluarga peserta didik yang terlibat
Penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dipastikan bahwa berasal dari keluarga yang
kurang harmonis. Banyak di antara peserta didik Penyalahguna berasal dari
keluarga yang terhormat, terpelajar dan mempunyai komunikasi yang baik dengan
orang tua.

Namun demikian peserta didik pcngguna yang berasal dari keluarga "broken home"
memang lebih banyak ditemukan dari pada peserta didik Penyalahgunayangberasal
dari keluarga harmonis. Rasa solidaritas kelompok peserta didik biasanya sangat
besar dan dari segi emosinya mereka kebanyakan merupakan anak-anak yang

33
peka. Anggapan bahwa kebanyakan pengguna tergolong anak yang nakal, suka
membantah dan sulit diatur juga tidak dapat dibuktikan sepenuhnya karena
ban yak juga peserta didik Penyalahguna yang merupakan anak "manis" yang tidak
pernah mempunyai masalah atau konflik dengan guru maupun orang tua.

Latar belakang ekonomi keluarga peserta didik Penyalahguna sangat bervariasi.


Ada yang terdapat dari keluarga ekonomi lemah, tetapi tak sedikit pula yang berasal
dari golongan ekonomi menengah ke atas. Pekerjaan orang tuanyapun sangat
bervariasi, mulai dari pengangguran, buruh, pegawai negeri, guru, dosen, artis,
pengusaha, sampai anggota ABRI, Polri, juga termasuk pejabat pemierintah
maupun pemuka agama.

Dari kajian ini tidak ditemukan gambaran umum yang spesifik mengenai Jatar
belakang peserta didik Penyalahguna Narkoba. Dengan kata lain siapa saja. Dari
latar belakang mana pun dapat terlibat masalah penyalahgunaan narkoba.

D. Gambaran Perilaku Peserta Didik Penyalahguna Narkoba


Bila selama ini masyarakat beranggapan bahwa peserta didik yang menggunakan
Narkoba adalah mereka yang mengalami kesulitan belajar, maka kenyataan bahwa
banyak peserta didik Penyalahguna adalah peserta didik yang pintar. Namun
demikian peserta didik yang telah menggunakan narkoba lebih dari 6 bulan hampir
semuanya mengalami kesulitan belajar karena pengaruh obat-obatan membuat
mereka menjadi sulit berkonsentrasi. Mereka juga dilaporkan sering membolos,
sering terlambat ke sekolah dengan alasan kesiangan bangun dan sering terlambat
masuk setelah waktu istirahat, sering tertidur di sekolah, sering lupa jadwal ulangan,
lupa mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, lupa membawa buku pelajaran
(tidak memiliki tanggung jawab) serta menjadi kurang memperdulikan penampilan
dan kerapian diri.

Gambaran umum peserta didik Penyalahguna Narkoba ini diperoleh dari keterangan
guru. Sedangkan dari keterangan orang tua peserta didik Penyalahguna dapat

34
ditambahkan gejala lain seperti kedapatan bicara cadel atau gagap (padahal
sebelumnya gejala ini tidak pernah ada), mata merah dan hidung berair ( walaupun
tidak sedang influenza) perubahan pola tidur (pagi sulit sekah dibangunkan dan
malam hari sulit tidur), cenderung menghindari kontak komunikasi dengan orang lain
dalam hal ini anggota keluarga, uang sekolah tidak dibayarkan (mengaku
kehilangan uang) dan di rumah sering kehilangan uang atau barang berharga.
Gambaran dari guru dan orang tua ini dapat dijadikan ciri-ciri gejala awal
penyalahgunaan Narkoba oleh peserta didik.

Dari penjelasan dan keterangan di atas, dapat disimpulkan kembali ciri-ciri remaja
yang berpotensi menyalahgunakan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya,
antara lain:
a. Sifat mudah kecewa dan kecendungan menjadi agresif dan destruktif.
b. Perasaan rendah diri (low self-esteem).
c. Tidak bisa menunggu at au bersabar yang berlebihan.
d. Suka mencuri, melakukan hal-hal yang mengandung bahaya yang berlebihan.
e. Cepat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup
berfungsi dalam kehidupannya sehari-hari.
f. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam
pendidikan atau pekerjaan atau dalam lapangan kegaitan lainnya.
g. Prestasi belaiar menunjukkan hasil yang cenderung rendah.
h. Kurangnya prestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
i. Cenderung memiliki gangguanjiwa seperti kecemasan obsesi, apatis, menarik
diri dalam pergaulan, depresi, emosi tidak terkendali, kurang mampu
menghadapi stres atau sebaliknya,yaitu hiperaktif.
j. Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
k. Adanya perilaku yang menyimpang, seperti hubungan seksual yang tidak
terlindung, putus sekolah pada usia yang sangat dini, perilaku antisosial pada
usia dini, seperti sering mencuri, sering berbohong dan kenakalan remaja
lainnya.
l. Suka tidak tidur malam hari atau tidur larut malam (begadang).

35
m. Berkawan dengan orang yang tergolong peminum berat atau memakai obat
secara berlebihan.
n. Sudah mulai merokok pada usia yang dini daripada ratarata perokok lainnya.

Tanda-tanda di rumah
1. Membangkang terhadap teguran orang tua.
2. Semakin jarang ikut kegiatan keluarga
3. Berubah ternan dan jarang mau mengenalkan temantemannya.
4. Mulai melupakan tanggung jawab jam mal am dan menginap di rumah teman.
5. Sering pergi ke disko, mall atau pesta
6. Pola tidur berubah : pagi susah dibangunkan, malam suka begadang
7. Bila ditanya, sikapnya defensif a tau penuh kebencian
8. Menghabiskan uang tabungannya dan selalu kehabisan uang(bokek)
9. Sering mencuri uang dan barang-barang berhaga dirumah, dan sering tidak
diketahui
10. Sering merongrong keluarganya untuk minta uang dengan berbagai alasan
(pandai-pandai1ah mengecek apakah uang yang dimintanya untuk bayar ini dan
itu disekolah, betulbetul diminta oleh sekolah dan dibayarkan)
11. Malas mengurus diri (tidak mau membereskan tempat tidur, malas mandi, sering
tidur, malas menggosok gigi, kamar berantakan, malas membantu)
12. Sering tersinggung dan mudah marah
13. Menarik diri dan sering di kamar, dan mengunci diri
14. Sering berbohong
15. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibandingkan dengan
sebelumnya
16. Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo (cadel) dan jalan
sempoyongan
17. Ada obat-obatan, kertas timah, bau-bauan yang tidak biasa di rumah (terutama
kamar mandinya atau kamar tidurnya), atau ditemukan jarum suntik, namun ia
akan mengatakan barang-barang itu bukan miliknya.

36
BAB V
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MASALAH NARKOBA

A. Penanganan dan Penanggulangan Masalah Narkoba Secara Universal


Terdapat tiga aspek penanganan dan penanggulangan masalah Narkoba yang
dikenal secara universal, yaitu:
1. Law Enforcement
Berdasarkan UU No. 5 dan 22 tahun 1997 mengenai psikotropika dan narkotika,
diperoleh pernyataan bahwa penderita penyalahgunaan narkoba memerlukan
perawatan. Tingkatkeparahandantingkatperawatandiserahkankepada Dinas
Pendidikan Pemda setempat sebagai data dan statistik serta khususnya untuk
perawatan selanjutnya. Sedangkan mengenai penegakan hukum dilakukan oleh
Pemerintah (polisi, bea cukai, imigrasi, kehakiman, BNN/BNP (Badan narkotika
Nasional/Badan Narkotika Propinsi), dan lain-lain).

2. Preventive (Pencegahan)
Pemerintah dengan memberdayakan masyarakat, dengan cara pendidikan,
kampanye dan program yang mengurangi faktor resiko dan meningkatkan faktor
protektor.

3. Treatment (Perawatan)
Pemerintah memberdayakan para profesional dalam perawatan biopsikososial.
Pendekatan Biopsikososial digunakan untuk merekomendasikan tingkat
perawatan Penyalahguna atau penyalahguna narkoba. Perawatan medis
diperuntukkan bagi mereka yang masuk kategori tingkat Penyalahguna berat dan
dual diagnosis.

B. Penanganan Masalah Narkoba di Kalangan Remaja


Pencegahan dalam konteks pelanggaran norma dan kejahatan dikelompokan
sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan khusus untuk memperkecil ruang
lingkup suatu pelanggaran baik melalui pengurangan kesempatan-kesempatan

37
untuk melakukan kejahatan atau pun melalui usaha pemberian pengaruh pada
orang-orang yang secara potensial dapat melakukan pelanggaran pada masyarakat
umum (Dermawan, 1994:2).

Adapun strategi pencegahan, selama ini dikategorikan ke dalam tiga kelompok yang
meliputi: pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.
1. Pencegahan primer ditetapkan sebagai pencegahan melalui bidangsosial,
ekonomi, dan bidang-bidang lain dan kebijakan umum, khususnya sebagai
usaha untuk mempengaruhi situasi-situasi kriminonetik dan sebab-sebab dasar
dari kejahatan. Tujuan utama dari pencegahan primer adalah menciptakan
kondisi-kondisi yang sangat memberikan harapan bagi keberhasilan sosialisasi
kepada setiap anggota masyarakat. Masyarakat umum secara keseluruhan
menjadi target dari pencegahan primer. Pencegahan umum dan pencegahan
khusus yang meliputi identiftkasi dini kondisi-kondisi kriminomik dan sebab-
sebab dasar pelanggaran serta peran-peran preventif dari polisi, pengawas, dan
media masa termasuk dalam kategori ini. Target dari pencegahan ini adalah
mereka yang dikategorikan potensial untuk melakukan pelanggaran.

Pelaksanaan pencegahan primer dilakukan dalam berbagai bentuk penyuluhan,


seperti penyuluhan tatap muka (ceramah, diskusi, seminar), penyuluhan melalui
media cetak (surat kabar, leaflet, brosur, buletin, dll), penyuluhan dengan
mengintegrasikan informasi tentang bahaya narkoba Ice dalam kegiatan seperti
pendidikan agama, bimbingan moral, dan lain sebagainya.

2. Pencegahan sekunder ditujukan pada para remaja yang telah mencoba-coba


menggunakan narkoba serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu
remaja untuk berhenti menyalahgunakan narkoba (orang tua, tokoh masyarakat,
jajaran pemerintah setempat, dan organisasi sosial lainnya). Tujuan dari
pencegahan sekunder adalah untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan
narkoba, menyelamatkan dan memperkuat ketahanan individu remaja dan

38
keluarga yang mulai terkena penyalahgunaan supaya tidak terkena pengaruh
lebih lanjut.

Pelaksanaan pencegahan sekunder dilakukan antara lain dalam bentuk


penyuluhan dengan teknik-teknik ceramah, sarasehan,

atau diskusi, bimbingan sosial melalui kunjungan rumah, diskusi kelompok, serta
pelayanan konseling perorangan atau keluarga bermasalah penyalahgunaan
narkoba.

3. Sedangkan pencegahan tertier merupakan pencegahan yang dilakukan kepada


residivisme atau mereka yang merupakanbekaskorban penyalahgunaan
narkoba, melalui peran polisi dan agen- agen lain dalam sistem peradilan pidana.
Tujuan dari pencegahan tertier adalah untuk mencegah jangan sampai para
penyalahguna narkoba tersebut kambuh/relaps dan terjerumus kembali ke dalam
penyalahgunaan narkoba.

Adapun target utama dari pencegahan tertier adalah mereka yang telah
melanggar hukum. Pencegahan tertier antara lain dilakukan dalam bentuk
bimbingan sosial dan konseling terhadap yang bersangkutan atau keluarganya,
penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan eks
korban untuk mantapnya kesembuhan eks korban penyalahgunaan narkoba,
pengembangan minat, bakat, dan keterampilanh bekerja atau berusaha bagi eks
korban, serta bantuan pelayanan penempatan kerja dan bantuan modal kerja
bagi para eks korban.

4. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya perawatan untuk penyalahguna Narkoba dengan
cara memperbaiki kembali dalam segi psikologis maupun fisik penyalahguna.
Rehabilitasi dapat dilakukan dengan cara mengkarantina penyalahguna dan
memberikan perawatan yang intensif.

39
5. After Care
After care merupakan upaya pembekalan bagi penyalahguna Narkoba dengan
cara memberikan pelatihan-pelatihan bagi penyalahguna Narkoba sebagai bekal
mereka dalam menjalani kehidupan setelah proses rehabilitasi.

Adapun model-model pencegahan yang telah dikemukakan untuk Narkoba


selama ini, setidaknya dapar dikategorikan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Program Penjangkauan Jalanan. Program ini biasanya dilaksanakan oleh
tim-tim pelaksana sosial, teknisi medis, Penyalahguna dalam kondisi
pemulihan yang bekerja unit penjangkauan luar untuk mencari Penyalahguna
di jalanan dan menawarkan pelayanan konseling motivasi sosial dan
kesehatan.

b. Drop-in Centre. Drop-in centre lazimnya didirikan dekat pusat perdagangan


Narkoba, yang berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang
tuna wisma tempat dimana mereka dapat mandi, cuci pakaian, makan.
istirahat, dan menerima konseling serta peravvatan kesehatan. Adapun
program - program yang ditawarkan dari model ini adalah peningkatan
kepekaan masyarakat dan sosial informasi terutama kepada anak- anak
muda. Di dalam model ini ditawarkan pula aktivitas penyuluhan dan
pembahasan kelompok mengenai pengurangan kerugian dan pendidikan
kesehatan setiap hari termasuk detoksihkasi pasien rawat jalan. program
keluarga, pencegahan kekambuhan dan program purna rawat (aftercare).

c. Therapeutic Community. Konseling motivasi dan membangun kepercayaan


adalah pintu masuk dari model Therapeutic Community menuju rehabilitasi
yang fleksibel dan berangsur-angsur. Model ini dilakukan untuk menghindari
pendekatan hukurn, yang dibangun atas dasar potensi Penyalahgunaannya.
Dalam model ini dikembangkan suatu cara pemantauan setiap hari dari
melalui lingkungan sosial yang mendukung dengan menetapkan sasaran
pada perubahan sikap dan perilaku komunitas. Dalam waktu sebulan sekali

40
ditawarkan pengobatan kecanduan dan rehabilitasi secara gratis pada
sejumlah terbatas Penyalahguna setelah syarat-syarat terpenuhi. Yaitu
kehadiran tetap dan rutin motivasi kuat untuk berubah.

d. Participatory Learning and Action (Ditchtownsend, 2001). Model


Participatory Learning and Action dikembangkan atas dasar asumsi bahwa
pemberian informasi Narkoba jarang menghasilkan perubahan perilaku para
pemakai. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model yang lebih baru, yaitu
participatory learning and action (pelajaran dan tindakan secara ikut serta).
Selama 7 sampai 12 kali pertemuan kelompok, peserta melalui proses untuk
merencanakan perubahan dan saling membantu dalam bertindak agar dapat
berubah. Adapun proses yang dilalui dari pertemuan tersebut adalah:
Lebih banyak mengenali dirinya sendiri
Keadaan apa yang mendorong mereka untuk mengambil resiko
Apa bentuk masyarakat mereka
Apa masalah yang mereka hadapi
Ketrampilan apa yang mereka miliki
Hal apa yang ingin mereka ubah.

e. Communities That Care (Camberra Time, 1999). Communities That Care


(lingkungan masyarakat yang peduli) adalah model yang dikembangkan atas
dasar penelitian tentang penyebab masalah kesehatan dan perilaku, dan
membantu kelompok setempat uiituk membentuk strategi, penelitian, dan
dukungan intervensi, berdasarkan percobaan yang telah dikerjakan di
Australia, yang melibatkan 468 murid dari 30 sekolah menunjukan bahvva
murid yang tanpa dukungan lebih resiko terhadap pemakaian alkohol dan
mariyuna dan perilaku nakal lainnya.

C. Peran Agama dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

41
Larson dkk (1990) menemukan bahwa remaja yang komitmen agamanya
kurang/Iemah mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk menyalahgunakan
Narkoba dibanding dengan remaja yang komitmen agamanya kuat. Peneliti dari
Indonesia (Hawari. 1990, luwana, 1994) menemukan bahwa ketaatan beribadah
pada kelompok penyalahgunaan Narkoba (kasus) jauh lebih rendah dibanding
kelompok bukan penyalahgunakan Narkoba (kontrol/kelola); dan perbedaan ini
cukup signifikan.

Kehidupan beragama dalam keluarga dan ketaatan menjalankan ibadah agama


sering dikaitkan dengan penyalahgunaan Narkoba (Stinnet dan John Defrain, 1987).
Hal ini berdasarkan penelitian bahwa para penyalahguna Narkoba derajat
keimanannya kurang kuat/lemah (Clinebell, 1980: Larson dkk. 1990). Hawari (1990)
dalam penelitiannya menemukan bahwa kerajinan/ketaatan menjalankan ibadah
pada kasus 33,1% dan pada kontrol 70; sedangkan luwana (1994) menemukan
persentase kasus 3,1% dan alkohol 83,0%.

Temuan ini penting bagi upaya prevensi, tetapi rahabilitasi pada penyalahgunaan
Narkoba dan pendekatan keagamaan perlu untuk diikutsertakan pada upaya
penanggulangan Narkoba. Pendidikan agama sejak dini akan memperkuat
komitmen agama bila seseorang anak kelak menginjak remaja dan menjadi dewasa,
sehingga resiko penyalahgunaan Narkoba dapat diperkecil (Hawari, 1999).

Intervensi agama diberikan sesudah seorang penderita penyalahguna Narkoba


selesai menjalani detoksifikasi, memasuki tahapan psikoterapi dan selanjutnya pada
tahapan rehabilitasi. Selain berbagai bentuk terapi (non-medik), maka selama
perawatan bila mereka diberikan kegiatan-kegiatan keagamaan, hasilnya akan lebih
baik daripada hanya medik saja. Sebaliknya kalau hanya diberikan terapi keigamaan
saja, hasilnya kurang baik bila dibandingkan dengan modifikasi antara ilmu
pengetahuan kedokteran (medik psikoiatrik) dengan agama (psikoreligius).

42
Yang terpenting, bahwa Allah SWT sungguh-sungguh ada walaupun tidak tampak
oleh panca indra harus diyakini oleh setiap umat individu. Adanya Tuhan Yang Maha
Esa yang memiliki segala sifat kesempurnaan yang kekal harus diimani setiap
manusia dan oleh karena itu hanya kepada-Nya lah manusia beribadah, taat dan
selalu memohon doa.

D. Peran OrangTua dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Yang dapat dilakukan oleh orang rua untuk mencegah penyalahgunaan narkotika,
psikokotropika dan zat adiktif lainnya.

Orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya dan menjadi figur/model untuk:
1. Menjadi panutan. Seperti orang tua menghendaki anaknya tidak merokok, maka
orang tua jangan merokok.
2. Menjadi teladan. Artinya selalu memberikan contoh diri dalam hal sikap,
perbuatan, tindakan serta memiliki komunikasi yang baik dan harmonis.
3. Menjadi seseorang yang istimewa. Dalam hal ini orang tua harus dapat menjadi
teman diskusi dan tempat untuk bertanya. Apapun yang disampaikan anaknya,
berita baik maupun buruk, perlu didengarkan dengan baik dan kemudian
mengajak anak untuk berdialog secara lebih terbuka dan mendalam. Untuk
menjadi seseorang yang istimewa, orang tua perlu mengikuti perkembangan
remaja dan permasalahannya, sehingga dapat memberikan penjelasan bila anak
bertanya, termasuk bertanya mengenai masalah narkoba.
4. Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai agama. Orang tua harus
dapat mempertahankan tradisi kebersamaan di dalam keluarga seperti
mengerjakan pekerjaan rumah bersama- sama pada hari libur, makan malam
bersama, rekreasi bersama pada waktu-waktu tertentu, beribadah bersama-
sama, dan lain sebagainya.

Di sini peran orang tua sangat besar sehingga diharapkan orang tua mampu
melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. terciptanya suasana hangat dan bersahabat di rumah

43
b. mengembangkan hubungan yang akrab dan komunikasi yang baik bagi anak-
anak, bersikap terbuka dan jujur terhadap mereka.
c. mengerti dan menerima setiap anak sebagaimana adanya.
d. mendengarkan dan menghormat pendapat anak-anak, membimbing mereka
agar mampu membuat keputusan yang bijaksana
e. memberikan pujian jika mereka berbuat baik/mencapai suatu prestasi meskipun
sedemikian kecil nilainya
f. meluangkan waktu bersama anak-anak walaupun demikian sibuknya.
g. memberikan tanggung jawab pada anak-anak sesuai dengan tingkatan usianya
h. mengenal secara baik teman-teman anak.
i. mengontrol kegiatan dan aktivitas anak.
j. memperkuat nilai moral dan spiritual sesuai dengan agama/ kepercayaan
masing-masing
k. memperkuat dan memahami bahaya penyalahgunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya
l. mengetahui ciri-ciri dari pada seorang anak yang mempunyai resiko besar untuk
menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan adiktif lainnya
m. meminta bantuan ahli jika terdapat suatu kasus/ permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri.

Tetapi apabila suatu saat orang tua menghadapi kenyataan bahwa si anak terlibat
penyalahgunaan narkoba maka yang harus dilakukan orang tua untuk menghadapi
permasalahan tersebut dan mencegah penyalahgunaan lebih lanjut antara lain
adalah:
a. Berusaha tetap tenang. Sebaiknya orang tua mampu mengendalikan emosi,
jangan memojokkan si anak atau merasa tidak berguna.
b. Jangan menunda masalah. Secepat mungkin setelah mengetahui keadaan anak
yang terlibat penyalahgunaan narkoba, orang tua harus menghadapi kenyataan
dan segera mengadakan dialog terbuka dengan anak. Jangan menuduh anak
pada saat anak berada dalam pengaruh narkoba.

44
c. Jadilah pendengar yang baik bagi anak. Berikan dorongan non verbal, saat anak
sedang mengemukakan permasalahan atau alasannya sampai terlibat
penyalahgunaan narkoba. Jangan pernah merendahkan harga diri si anak dan
buatlah agar anak merasa aman dan nyaman saat menceritakan
permasalahannya. Dan yang terpenting orang tua harus menghargai kejujuran
anak karena telah mau mengakui kesalahannya dan memaafkannya.
d. Jujur terhadap diri sendiri. Orang tua harus pula jujur pada diri sendiri dengan
mengakui kelemahan dan kesalahan orang tua, jangan merasa benar sendiri.
e. Cari pertolongan. Jika sulit mengendalikan emosi dan menghadapi
permasalahan yang terjadi maka orang tua harus segera menghubungi pihak-
pihak yang dirasa mampu untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba
seperti pusat rehabilitasi, dokter, dan instansi-instansi terkait lainnya.

E. Peran Sekolah dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Berdasarkan data hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) tahun 2011,
yaitu:
1. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2007-
2011
Tingkat Pendidikan
No Tahun
SD SLTP SLTA PT Jumlah
1 2007 4.138 7.486 23.727 818 36.169
2 2008 4.404 10.827 28.479 1.001 44.711
3 2009 4.763 8.322 24.326 992 38.403
4 2010 4.009 8.254 20.217 942 33.422
5 2011 5.087 9.989 20.398 1.115 36.589
Jumlah 22.401 44.878 117.147 4.868 189.294
% 11,8% 23,7% 61,9% 2,6% 100%

Data selama tahun 2007-2011 menunjukan bahwa 61,9% dari jumlah tersangka,
atau sebanyak 117.147 orang berpendidikan SLTA. Selanjutnya urutan kedua
tingkat pendidikan SLTP sebesar 23,7% dan SD sebesar 11,8%. Jumlah
tersangka yang berpendidikan Perguruan Tinggi (PT) adalah terendah sebesar
2,6% dibanding tingkat pendidikan lainnya.

45
2. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Bcrdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2007-
2011
Jenis Pekerjaan
No Tahun Wira Pengang-
PNS TNI/Polri Swasta Petani Buruh Mhs Pelajar
swasta guran
1 2007 226 235 16.667 5.151 891 5.079 721 712 6.487
2 2008 210 273 17.588 14.631 639 3.580 647 654 6.489
3 2009 250 307 14.550 11.256 780 3.598 653 635 6.374
4 2010 248 227 13.913 7.458 902 3.943 515 531 5.685
5 2011 334 289 17.381 7.693 1.078 3.522 607 605 5.080
Jumlah 1.268 1.331 80.099 46.189 4.290 19.722 3.143 3.137 30.115
% 0,644 0,7% 42,3% 24,4% 2,3% 10,4% 1,7% 1,7% 15,9%

Dari tabel dan grafik jumlah tersangka kasus Narkoba berdasarkan pekerjaan
tahun 2007-2011, terlihat hal sebagai berikut:
a. Jenis pekerjaan tersangka kasus Narkoba yang terbanyak selama tahun
2007-2011 adalah di bidang svvasta yaitu sebesar 42,3% (80.099 orang),
berikutnya yaitu bidang wiraswasta sebesar 24,4% (46.189 orang).
b. Jumlah tersangka yang tidak bekerja/pengangguran pada tahun 2007-2011
adalah sebanyak 30.115 atau sekitar 15,9% dan jumlahnya relatif stabil sejak
tahu 2006, yaitu sejumlah 5.080 orang pada tahun 2011.

3. Jumlah Penyalahguna Narkoba yang Dirawat di UPT T&R BNN Berdasarkan


Tingkat Pendidikan Tahun 2007-2011

Tahun
No Pendidikan
2007 2008 2009 2010 2011
1 SD 9 10 25 27 33
2 SMP 29 26 69 82 122
3 SMA 166 227 306 482 724
4 DIPLOMA 19 25 32 31 71

46
5 S1 17 20 49 57 129
6 S2 0 1 2 2 7
7 TIDAK SEKOLAH 0 0 1 1 2

Jumlah 240 309 484 682 1.088

F. Peran Guru dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru merupakan
penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat instritusional,
instruksional, dan eksperiensial. Hal ini mengandung makna bahwa guru
mempunyai posisi strategis dalam upaya pembangunan bangsa.

Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan


tugas-tugas kinerja pendidikan di sekolah, guru melakukan tugas-tugas kinerja
pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan melatih. Sehingga kegiatan ini sangat
terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan,
penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar, dan
melatih peserta didik sebagai unsur bangsa.

Guru yang memiliki jiwa semangat, dan nilai kebangsaan yang kokoh sekaligus
sebagai tauladan dan lingkungan yang baik bagi terwujudnya jiwa semangat dan
nilai kebangsaan para peserta didik, dan pada gilirannya akan menjadi lingkungan
yang dapat mempengaruhi kondisi kehidupan berbangsa secara keseluruhan.

Menurut Louis V. Gerstmer, Jr. (dalam Mohamma Surya, 2001), pada saat ini peran
guru mengalami perluasan, yaitu sebagai pelatih, konselor, manager pembelajaran,
partisipan. pemimpin, pembelajar, pengarang. Sebagai pelatih guru memberikan
peluang yang sebesar-besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-
cara pembelajaran sendiri sebagai latihan untuk mewujudkan jiwa, semangat, dan
nilai kebangsaan guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap peserta didik
dan membantu kegiatannya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manager
pembelajaran, guru mengelola keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan peserta
didik. Sebagai pemimpin, guru menjadi seorang yang menggerakkan peserta didik

47
dan oranglain untuk mewujudkan perilaku yang menuju terwujudnya bangsa yang
kokoh.

Sebagai pembelajar, guru secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan
kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang,
guru secara kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya akan digunakan untuk
melaksanakan tugasnya.

G. Peran Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS) j dalam Pencegahan


Penyalahgunaan Narkoba
Satu-satunya peserta didik yang ada di sekolah ialah OSIS. Oleh karena itu OSIS
harus ikut bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di kalangan
peserta didik.

Bentuk perwujudan OSIS dalam hal usaha penanggulangan penyalahgunaan


Narkoba antara lain :
1. Pengurus OSIS di bawah bimbingan pembina OSIS berusaha menciptakan dan
memelihara lingkungan sekolah yang sehat.
2. Pengurus OSIS ikut berperan aktif dalam segala usaha pecegahan dan
penanggulangan yang dilakukan sekolah, misalnya dalam pelaksanaan ceramah
tentang Narkoba. Pengurus OSIS dapat ikut mengarahkan anggotanya untuk
mengikuti dan menjaga kelancaran penyelenggaraan dengan baik. Bahkan dapat
juga menjadi anggota penyelenggara untuk mendapatkan pengalaman baru.
3. Pengurus OSIS harus aktif dan kreatif untuk menciptakan serta mengusulkan
kegiatan pengisi waktu luang yang bersifat pencegahan dan penanggulangan
kepada pembina OSIS.
4. Pengurus OSIS harus bisa membina kerjasama dengan warga sekolah yaitu dan
dengan Pengurus OSTS dari sekolah lain dalam rangka melakukan pencegahan
Narkoba.

48
5. Pengurus OSIS harus giat melakasanakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
yaitu masing-masing seperti mengadakan lomba-lomba bidang studi,
pertandingan olahraga dan pentas seni dan lain sebagainya.

H. Peran Komite Sekolah dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Komite Sekolah merupakan salah satu wadah organisasi yang terdiri dari para orang
tua peserta didik yang ada di sekolah yang bersangkutan. Komite Sekolah
merupakan wakil dari masyarakat yangbertugas,antara lain menyalurkanaspirasi
dan prakarsa dalam melahirkan kebijakan dan dapat meningkatkan tanggung jawab
dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu. Sebagai suatu organisasi yang beranggotakan orang tua, masyarakat dan
guru, maka tanggung jawab terhadap peserta didik antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Dapat melindungi segenap warga sekolah dari penyalahgunaan Narkoba.
2. Dapat membantu warga sekolah dalam mencarikan solusi/ pemecahan yang
baik terhadap anak yang terkena narkoba.
3. Mensosialisasikan dan advokasi terhadap bahaya Narkoba.
4. Menjalin hubungan dengan instansi terkaitdalam memerangi bahaya Narkoba
khususnya di sekolah.
5. Memberikan masukan dan usul untuk membangun strategi yang tepat dalam
pencegahan narkoba.
6. Membantu warga sekolah dalam bentuk pencarian dana dan prasarana dalam
pencegahan narkoba dan memajukan pendidikan dalam rangka menuju sekolah
yangkondusif.
7. Merespon dengan segera apabila sekolah/peserta didik terindikasi keterlibatan
narkoba.
8. Pemberdayaan kelompok-kelompok peserta didik/klub peserta didik terindikasi
keterlibatan narkoba.

49
BAB VI
DASAR PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA

A. Pencegahan Penyalahagunaan Narkoba di Lingkungan Pendidikan


Dalam melaksanakan pencegahan penyalahgunaan Narkoba di lingkungan
pendidikan setidak-tidaknya sekolah perlu melaksanakan 4 (empat) dasar
pencegahan, yaitu:
1. Informasi Narkoba (Drug Information)
Sekolah merupakan wadah utama peserta didik dalam memperoleh informasi.
Oleh sebab itu sekolah harus memberikan informasi-informasi kepada peserta
didik mengenai hal-hal di luar pelajaran sekolah. Dalam pencegahan Narkoba,
pihak sekolah, dalam hal ini para pendidik, diharapkan mampu memberikan
informasi dasar mengenai pengenalan akan Narkoba, sehingga peserta didik
tidak lagi merasa asing akan Narkoba itu sendiri.

2. Pendidikan Narkoba (Drug Education)


Salah satu bentuk kegiatan pendidikan narkoba ialah melalui Pelatihan bahaya
Narkoba yang diberikan kepada seluruh warga sekolah, terutama peserta didik
dan konselor teman-temannya. Dalam menghindari penyalahgunaan Narkoba,
diperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti Kepolisian, BNN, LSM,
dan lain-lain yang berkomitmen sebagai penyuluh penyalahgunaan Narkoba.

3. Aktivitas Alternatif (Provision of Alternative Activities)

50
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat pula terjadi apabila sekolah
mampu memberikan aktivitas lain yang bermanfaat bagi peserta didik. Dengan
kata lain sekolah harus dapat mengelola waktu senggang di sekolah.

Aktivitas yang diberikan dapat berupa jam pelajaran padat atau kegiatan
ektrakurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik.
4. Intervensi
Intervensi dari sekolah dalam mencegah penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan
dengan cara melakukan razia peserta didik. Menegakkan disiplin dengan tegas,
mempunyai kebijakan, dan menindak peserta didik dengan cara edukatif.

B. Menciptakan Lingkungan Sekolah Bebas Narkoba


Terciptanya lingkungan sekolah bebas Narkoba, pihak warga sekolah (Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, penjaga sekolah, dan peserta didik) harus
kerjasama dengan unsur lain seperti orang tua, Komite Sekolah, dan lingkungan
sekolah.

Kerjasama ini dapat diwujudkan apabila komponen tersebut di atas dapat


melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan untuk Peserta Didik
Peserta didik dapat melakukan kegiatan yang membantu lingkungan sekolah
menjadi tempatyang aman tanpa gangguan dan ancaman. Beberapa langkah
yang dapat dilakukan peserta didik antara lain :
a. Melaporkan segala bentuk pemilikan, peredaran atau penyalahgunaan
Narkoba kepada pihak sekolah dan orangtua.
b. Mempelajari bahaya narkoba dan cara-cara menghindari pengaruh Narkoba
dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu teman
untuk memahami dan menghindari Penyalahgunaan Narkoba.
c. Segera mencari pertolongan guru/orangtua baikmengetahui salah seorang
peserta didik sudah terlibat penyalahgunaan Narkoba.

51
d. Melibatkan orangtua untuk aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan di
sekolah dalam rangka penanggulangan narkoba.
e. Aktif berpartisipasi dalam organisasi sekolah atau OSIS atau sekedar
membantu mengembangkan gagasan yang berhubungan dengan program
pencegahan penanggulangan Narkoba.
f. Secara sukarela ikut berperan dalam gerakan keamanan dan ketertiban
sekolah.
g. Menyediakan diri sebagai mentor/tutor bagi adik kelas untuk setiap kegiatan
kampanye Anti Narkoba.
h. Pembentukan konselor sebaya (peer group) untuk membantu, mencegah,
mencari pemecahan masalah antar teman sebaya.
i. Berupaya menjalin komunikasi yang baik dengan guru, kepala sekolah dan
orangtua peserta didik pada umumnya.

2. Kegiatan untuk Sekolah


Beberapa kegiatan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keamanan dan
ketertiban sekolah dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah bebas
Narkoba antara lain:
a. Bersama-sama Komite Sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah
membentuk tim Gerakan Keamanan Sekolah dan menciptakan lingkungan
sekolah bebas Narkoba.
b. Mengembangkan program lingkungan sekolah bebas Narkoba berdasarkan
situasi sekolah setempat, data-data yang akurat dengan mempertimbangkan
sumberdaya yang ada.
c. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang seseuai dengan
minat masing-masing peserta didik, menarik, informatif, bermanfaat dalam
pengembangan bakat mereka.
d. Melaksanakan peraturan sekolah secara jelas, dengan mempertimbangkan
masukan dari peserta didik dan orangtua peserta didik serta kondisi yang
berkembang pada saatitu. Peraturan tersebut harus secara jelas

52
mencantumkan larangan pemilikan, peredaran dan penyalahgunaan
Narkoba.
e. Meninjau kembali peraturan yang dinilai terlalu keras dan berhubungan
secara langsung dengan proses belajar mengajar di sekolah.
f. Bekerjasama dengan aparat penegak hukum yang dapat dipercaya dalam
menangani masalah pelanggaran hukum oleh peserta didik di lingkungan
sekolah.
g. Segera menindaklanjuti dan mengambil tindakan tegas bila mendapatlaporan
tentangadanya peserta didikyangmemiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan
sekolah.
h. Mendorong seluruh warga sekolah untuk peduli terhadap sesama warga
sekolah, dengan orangtua peserta didik, maupun terhadap peserta didik.
i. Berupaya menjalin komunikasi yangbaik dengan sesama warga sekolah,
orangtua peserta didik, masyarakat di lingkungan sekolah dan dengan
peserta didik sekolah sendiri.
j. Melibatkan masyarakat dan instansi terkait untuk mendukung sekolah dan
berpartisipasi aktif dalam program pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba di lingkungan sekolah.
k. Bekerjasama dengan pihak terkait agar kegiatanekstrakurikuler dapat
terlaksana di bawah pengawasan sekolah.
l. Menyediakan fasilitas olahraga, kesenian, dan ketrampilan yang cukup
memadai, sehingga memungkinkan peserta didik dapat menyalurkan minat
dan bakatnya.

3. Kegiatan untuk Orang Tua Peserta Didik


Orangtua peserta didik harus menjadi bagian dari sekolah dalam upaya
menciptakan lingkungan sekolah bebas Narkoba. Untukituada
kesinambunganantara peraturanyangdijalankan di sekolah dengan batasan yang
diberikan orangtua bagi anak-anaknya.

53
Beberapa Iangkah penting yang perlu dilakukan orangtua antara lain:
a. Menetapkan standar perilaku. batasan dan laporan yang jelas bagi anak-
anaknya, baik dalam kegiatan/skolastik maupun kegiatan lainnya.
b. Membuat kesepakatan dengan baik mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang
diijinkan untuk diikuti, target yang diharapkan (disesuaikan dengan potensi
anak), kapan saatnya bepergian, tempat-tempat yang boleh dan tidak boleh
dikunjungi, batasan waktu main (jam pulang) dan sebagainya.
c. Mendiskusikan peraturan/disiplin sekolah dengan anak sehingga bila ada
peraturan yang terlalu keras orangtua dapat membicarakannya dengan pihak
sekolah. Yakinkan pada anak bahwa peraturan mengenai penyalahgunaan
Narkoba di sekolah dibuat untuk melindungi anak dari bahaya Narkoba.
d. Mendorong anak untuk mau bercerita mengenai kehidupan sekolahnya
(kegiatan sekolah, pengalamankhususdi sekolah, teman-teman guru, minat
anak, masalah pelanggaran yang terjadi di sekolah, pengalaman sehari-hari
di sekolah dan sebagainya).
e. Melibatkan diri dengan sekolah. pertemuan dengan guru, Komite Sekolah
dan sebagainya dan berperan aktif dalam program yang direncanakan dan
dijalankan di sekolah.
f. Mengupayakan komunikasi yang baik untuk berdiskusi dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba.
g. Bekerjasama dengan sekolah dan masyarakat sekitar sekolah dalam upaya
pencegahan bahaya narkoba di sekolah.
h. Memantau kegiatan yang dilakukan anak, kenali teman akrabnya dan
upayakan untuk mengenal orangtua mereka.
i. Melibatkan anak untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
sesuai dengan minatnya. Beri dorongan agar anak menekuni hobinya.
Jangan biarkan anakbersifatpasif,bermalas-malasan saja di rumah, tidak
melakukan apa-apa selain menonton TV dan melakukan hal-hal yang tidak
produktif lainnya.

C. Penanggulangan Kasus Narkoba di Sekolah

54
Terhadap peserta didik sekolah yang terbukti menyalahgunakan, mengedarkan dan
menjual Narkoba perlu diambil tindakan sebagai berikut:
1. Dimintai keterangan, diperiksa dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan
mengenai keterlibatan. Pemeriksaan hendaknya dapat mengklasifikasikan
keterlibatan pada taraf penyalahgunaan, pengedaran atau penjualan.
2. Orangtua yang anaknya teribat penyalahgunaan narkoba segera diberitahu dan
dipanggi] ke sekolah.
3. Peserta didik yang terlibat penyalahgunaan narkoba dirujuk ke dokter untuk
pembuktian secara medis.
4. Bila terbukti menggunakan Narkoba, harus membuat perjanjian untuk berobat
dan mengikuti terapi penyembuhan. Bila tidak bersedia membuat atau
melanggar perjanjian tersebut, maka peserta didik dirujuk ke Balai Rehabilitasi
Pemerintah atau Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO).
5. Terkait dengan N0.4 di atas, selama peserta didik menjalani perawatan
pengobatan sedapat mungkin peserta didik retap hadir ke sekolah dengan
pengawasan ketat dari orangtua atau anggota keluarga yang mewakili orangtua
dan dibantu oleh guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah.
6. Bilamana diperlukan perawatan yang lebih intensif di rumah atau di pusat-pusat
rehabilitasi ketergantungan obat, peserta didik diberi kesempatan untuk
sementara waktu tidak hadir di sekolah, tetapi sedapat mungkin tetap diminta
untuk melaksanakan kegiatan belajar di rumah/pusat rehabilitasi dan diberi
kesempatan untuk mengikuti ulangan.
7. Selama peserta didik tidak mengikuti pelajaran di sekolah, sedapat mungkin
sekolah menyediakan guru pembimbing untuk mendampingi peserta didik belajar
di rumah/di pusat rahabilitasi atas biaya orangtua.
8. Selama masa perawatan atau penyembuhan, bila peserta didik karena kondisi
fisik, mental maupun keselamatannya tidak dapat melaksanakan kegiatan belajar
(di sekolah, di rumah atau di pusat rehabilitasi), maka peserta didik diberi waktu
cuti sampai ia dinyatakan mampu mengikuti kegiatan belajar di sekolah lagi oleh
ahli yang menangani.

55
9. Bilamana ahli yang menangani menyatakan peserta didik sudah siap kembali
untuk sekolah, maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk kembali ke
sekolah yang sama.
10. Peserta didik yang kembali bersekolah setelah menjalani pengobatan dan terapi
penyembuhan perlu mendapat pengawasan penuh dari orangtua anggota
keluarga yang ditunjuk orangtua, dibantu oleh guru yang ditunjuk.
11. Bila terlihat indikasi kuat bahwa selain menyalahgunakan Narkoba dan juga
mengedarkan atau menjual Narkoba, maka kasusnya dapat diteruskan ke pihak
yang berwajib dan diselesaikan secara hukum. Bila dari pemeriksaan Polisi dan
Pengadilan dinyatakan peserta didik terlibat pengedaran dan penjualan, maka
sekolah dapat memberikan sanksi mengeluarkan peserta didik dari sekolah.

56
BAB VII

PERKUAT IMAN DAN TAKWA


KEPADA TUHAN

Barang siapa diantara kamu damai hatinya sehat badannya dan punya makanan untuk
sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan kepadanya (Sabda
Nabi Muhammad SAW)

Iman yang kuat, taqwa kepada Tuhan dan taat beribadah dapat mencegah berbagai
perilaku kenakalan remaja termasuk masalah penyalahgunaan Narkoba.

Iman yang kuat, taqwa kepada Tuhan dan taat beribadah dapat mencegah berbagai
perilaku kenakalan remaja termasuk masalah penyalahgunaan Narkoba. Laporan
mengemukakan bahwa remaja yang komitmen terhadap kepercayaan dalam agamanya
lemah/kurang, mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk cenderung
menyalahgunakan Narkoba dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya
kuat.

Pandangan Agama dalam Ayat-ayat Suci Mengenai Narkoba

1. AGAMA ISLAM
Narkoba, Alkohol adalah Haram
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu innamal khomru wal maisiru wal anshoobu wal
azlaamu rijsum min'omalisy syaithon fajtanibuuhuu la-allakum tuflihun (90)
innama yuriidusy syaithoonu an yuuqia bainakumul 'adaawata wal baghdhooa fil
khomri wal maisiri wa yashuddakum 'an dzikrillaahi wa 'anish sholaati fahal
antum muntahuuna.
"Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, berjudi,
berkurban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah, adalah

57
perbuatan keji termasuk perbuatan syeitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. (Q,S. Al-Maidah: 91)
Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati
Yaa ayyuhal ladziina aamanu quu anfusakum wa ahlikum naaro.
Wahai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa
api neraka. (Q.S. At-Tahriim: 6)

2. AGAMA KRISTEN KATOLIK DAN PROTESTAN


Agama Kristen tentang hidup sehat, mengingatkan bahwa manusia adalah
ciptaan Allah.
tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu. Roh Kudus
yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu
muliakanlah Allah. (1 Korintus 6:19 20).

Ini menunjukkan bahwa kesehatan tubuh manusia, sebagai milik Allah, perlu
dipelihara dengan baik, secara jasmani dan rohani melalui gaya hidup sehat,
agar tubuh manusia bebas dari berbagai penyakit. Manusia mempunyai
tanggung jawab untuk memelihara tubuhnya agar tetap sehat dan berguna.
Manusia juga perlu mencintai sesama manusia seperti engkau mencintai diri
sendiri, dan bebaskan diri dari kejahatan seperti penyalahgunaan Narkoba yang
dapat menghancurkan diri sendiri keluarga dan masyarakat.

1 Korintus 6:19 20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan
bahwa kamu bukan milik kami sendiri?Sebab kamu telah dibeli dan harganya
telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu
Ayat ayat alkitab yang mengingatkan secara khusus dalam pemeliharaan
tubuh secara jasmani dan rohani dalam kaitan dengan penyalahgunaan
dan pemakaian obat-obat terlarang (Narkoba). Demikian juga dengan

58
firman Allah menyatakan bahwa pemabuk tidak masuk dalam kerajaan
surga.

1 Raja-raja 20:16 Pikiran menjadi tumpul karena pengaruh obat sangat


mengganggu susunan syaraf sehingga setiap perbuatannya tidak lagi
dapat dikontrol dengan pikiran yang jernih, hal ini sangat berbahaya
apabila orang-orang j yang terkena mempunyai kedudukan pentingkarena
setiap keputusannya akan mencelakakan banyak orang.

3. AGAMA HINDU
Dalam Kitab Bhagawadgita III, 16, yaitu Evam pravartitam Chakram Na,
nuvartayati, hayah Aghayur indriyaramo Mogham partha Sajivati
Terjemahan : la yang tidak ikut memutar roda hidup ini selalu dalam dosa.
Menikmati kehendak hawa nafsunya oh parta, la hidup sia-sia.

Seloka ini menjelaskan bahwa hidup yang tidak teratur dan memenuhi nafsu
belaka tanpa melakukan tugas hidup dan kehidupan dengan sebaik-baiknya,
maka kehidupan akan sia-sia dan merendahkan tingkatan kehidupan yang akan
datang.

Menuruti kehendak nafsu semata berarti mereka menuju kebahagiaan dan


kedamaian semu, dengan mencari kenikmatan yang dilarang oleh ajaran agama
seperti berfoya-foya, mengkonsumsi makanan terlarang, termasuk obat-obatan
yang mengandung zat adiktif (miras, Narkoba, dll)

Slokantara, Sloka 16 menyebutkan:


Braima wadah sulapanam Suwarna steyarnewa ca Kan yawighnam
gurarwadho Mohapalamucyate

Terjemahan:

59
Membunuh brahmana, meminum minuman keras, mencuri emas, memperkosa
gadis perawan dan membunuh guru ini dinamai dosa besar (mala petaka).

Narkoba dan miras didalam kitab suci wedha disebut SURAPANAM yaitu
konsumsi yang memabukkan. Juga disebut MADYA yaitu minuman beralkohol /
ber zat adiktif tinggi. Mereka yang mengkonsumsinya untuk pemuasan nafsu,
tergolong melakukan dosa besar yang setara dengan perbuatan mencuri emas,
membunuh pendeta maupun guru dan memperkosa gadis dibawah umur.

4. AGAMA BUDHA
Pancasila Buddhis terdiri dari 5 (lima) latihan moral yaitu:
1. Menghindari pembunuhan mahluk hidup
2. Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan oleh pemiliknya
3. Menghindari perbuatan asusila
4. Menghindari ucapan yang tidak benar
5. Menghindari segala minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya
kewaspadaan

Dalam Maha Manggala Suta dikatakan


Arati Virati papa, majjapanacasannamo, appamado ca dhammesu,
etammanggalamuttamam
Artinya : Menjauhi tak melakukan kejahatan, menghindari minuman keras, tekun
melaksanakan dharma, itulah berkah utama (Paritta Suci 30)

5. KONGHUCU
Xiao Jing 1
1. Nabi bersabda Sesungguhnya laku bhakti itu ialah pokok kebajikan;
daripadanya ajaran agama berkembang. Duduklah kembali, Aku akan bicara
denganmu. Tubuh anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari ayah dan
bunda; (maka), perbuatan tidak berani membiarkannya rusak dan luka, itulah
permulaan laku bakti.

60
2. menegakkan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan nama baik di
jalan kemudian sehingga memuliakan ayah bunda, itulah Laku Bakti.

Mengzi Jilid IVB Li Lo


30.2. Mengzi menjawab, Yang dianggap tidak berbakti pada jawab ini ada lima
hal:
1. Malaske-empat anggota tubuhnya dan tidak memperhatikan pemeliharaan
terhadap orang tua.
2. Suka berjudi dan mabuk-mabukan serta tidak memperhatikan pemeliharaan
terhadap orang tuanya.
3. Tamak akan harta benda, hanya tahu istri dan anak, sehingga tidak
memperhatikan pemeliharaan terhadap orang tuanya.
4. Hanya menuruti keinginan mata dan telinga, sehingga memalukan orang tua;
dan
5. Suka akan keberanian dan sering berkelahi, sehingga membahayakan orang
tua.

61
BAB VIII

TIPS BEBAS NARKOBA DAN GAYA HIDUP SEHAT

A. Tips Bebas Narkoba


Generasi muda dan seluruh komunitas masyarakat harus cerdas dalam mengatasi
bahaya penyalahgunaan narkoba. Memperbanyak informasi mengenai bahaya
penyalahgunaan serta peredaran narkoba merupakan salah satu langkah awal
untuk mencegah serta mengatasi permasalahan ini. Di bawah ini terdapat beberapa
tips agar para komunitas muda serta masyarakat pada umumnya terbebas dari
Narkoba sekaligus merupakan tujuan dari penulis bagi terciptanya Indonesia bebas
Narkoba.

Beberapa tips tersebut antara lain adalah:


1. Tips Menghindarkan Diri dari Narkoba
a. Tingkatkan iman dan taqwa.
b. Siapkan diri dan mental untuk mcnolak apabila ditawari narkoba.
c. Hati-hati dalam memilih teman bergaul.
d. Belajar berkata Tidak apabila ditawari dengan alasan yang tepat, kalau tidak
mampu segera tinggalkan tempat itu.
e. Tingkatkan prestasi untuk mengejar cita-cita dan keinginan yang lebih mulia.
f. Untuk mengisi waktu luang lakukan kegiatan yang positif.

2. Cara Mengatakan TIDAK pada Narkoba


a. Katakan tidak, maaf saya tidak tertarik, untuk satu ini maaf deh ... aku
tidak bisa.
b. Tatap mata orang yang menawarkan narkoba tersebut, bersikap tenang dan
cepat berlalu kemudian katakan aku ada urusan lain ; maaf aku harus
pergi ; saya ada ujian besok dan saya harus belajar di rumah; saya dalam
c. perawatan dokter dan tidak oleh menggunakan obat lain tanpa anjuran
dokter.

62
d. Gantilah topik pembicaraan, misalnya masalah olahraga, film, kesenian, dan
lain-lain.
e. Kalau tetap memaksa tinggalkan mereka.

3. Cara Menghadapi Teman yang Ketergatungan Narkoba


a. Tetap berteman.
b. langan mencoba untuk ikut-ikutan.
c. Turut prihatin dan utarakan secara terbuka mengenai keprihatinan anda saat
yang bersangkutan dalam keadaan tenang dan katakan bahwa anda peduli
pada teman anda tersebut.
d. Jangan menuduh apalagi menghakimi yang akan membuat dirinya
tersinggung.
e. Diskusikan mengapa teman anda tersebut sampai menggunakan narkoba.
f. Ingatkan bahwa kesembuhan tidak dapat dipaksakan, sehingga sebagai
pecandu harus siap dan mau dibantu.
g. Tunjukan kepedulian anda dengan siap membantu kapan saja jika teman
anda membutuhkan bantuan atau nasihat anda untuk membangun dirinya.
h. Tumbuhkan kepercayaan diri pada teman anda tersebut dengan mengatakan
bahwa teman anda tidak perlu menggunakan narkoba untuk menunjukkan
kehebatannya.
i. lelaskan akibat fatal dan resiko fatal mengkonsumsi narkoba.
j. Jangan membiarkan yang bersangkutan merokok atau menggunakan
narkoba di depan anda.
k. Jangan emosional bila berargumentasi dengan Penyalahguna.
l. Sarankan Penyalahguna untuk minta bantuan ahli seperti dokter atau dibina
di panti rehabilitasi.
m. Berikan pengertian kepada teman anda dengan pembicaraan-pembicaraan
ringan yang isinya antara lain adalah bahwa kita harus menghargai tubuh kita
sendiri sebagai ciptaan yang paling sempurna.
n. Yang terpenting adalah bahwa anda harus menunjukkan semua bantuan
anda tersebut dengan tulus.

63
o. Lakukanlah semua bantuan anda dengan penuh rasa sayang, perhatian dan
kasih kepada teman anda yang terlibat penyalahgunaan narkoba tersebut.

4. Bagaimana Menolong Teman yang Sedang Sakau


a. Beberapa orang menggunakan air panas di dalam botol untuk menghilangkan
sakit perut atau minimal untuk membuat Penyalahguna sedikit lebih baik.
b. Jangan sekali-sekali memberikan obat-obatan penghilang rasa sakit bagi si
penderita.
c. Pastikan bahwa ruangan yang tersedia untuk Penyalahguna adalah tempat
yang tenang dan nyaman.
d. Sediakan majalah untuk di baca atau televisi untuk dilihat atau radio untuk
didengar bila Penyalahguna tidak dapat tidur.
e. Segera cari atau panggil tenaga profesional/dokter/terapis untuk membantu
anda menolong teman anda tersebut.

B. Gaya Hidup Sehat


1. Hidup Sehat Tanpa Narkoba
Anak-anak muda adalah generasi penerus bangsa adalah aset bangsa
yangberharga. Negara memerlukan generasi muda yang sehat, tumbuh
berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat. Orang yang sehat akal
memiliki banyak peluang dalam kehidupan dibandingkan dengan orang yang
sakit.

Pesan-pesan yang bersifat positif seperti: Sehat itu nikmat; Health is Wealth ;
Think Health, Not Drugs, sangatlah bermanfaat untuk mengingatkan dan
menghimbau anak remaja untuk Hidup Sehat agar terhindar dari berbagai
penyakit termasuk Narkoba. Gaya hidup sehat serta kepribadian yang sehat
merupakan senjata dalam perang melavvan Narkoba bagi anak remaja yang
seharusnya sudah dimiliki sejak usia dini.

64
Pola hidup sehat penting dilakukan untuk siapapun. Pola hidup sehat meliputi :
a) Makanan Sehat dan Bergizi
1. Menjalani pola hidup sehat dengan mengutamakan mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi akan mendorong seseorang untuk ke arah
hidup sehat.
2. Makanan sehat yang bervariasi ditambah dengan asupan gizi yang
seimbang serta beberapa vitamin untuk menjaga kebugaran tubuh, tubuh
bebas dari penyakit dan dapat mencapai kesehatan tubuh yang prima.
3. Pola makan harus teratur seperti makan tiga kali sehari, dengan
memperhatikan lauk-pauk yang bergizi tinggi.
4. Makanan yang siap saji (junkfood) harus dikurangi karena tidak bergizi
dan memakai bahan pengawet.

b) Olahraga Secara Teratur


1. Olahraga secara teratur harus dilakukan semua orang. Rajin berolahraga
secara teratur dapat memacu jantung, pernafasan, dan peredaran darah
menjadi lancar dan baik. Dengan berolahraga kesehatan tubuh kita akan
terjamin dari segala macam penyakit.
2. Olahraga juga membantu menghilangkan kecemasan, meningkatkan
nafsu makan dan rasa percaya diri.
3. Biasakan berolahraga setiap hari seperti jalan kaki, senam, jogging, atau
bersepeda.
4. Usahakan olahraga setiap hari minimal 15-20 menit secara teratur.
5. Tidak perlu memiliki alat olahraga yang modern dan mahal. Olahraga
seperti jogging dan jalan kaki saja sudah cukup untuk menjaga kesehatan
dan kondisi tubuh.

65
c) Tidur/lstirahat yang Cukup
Tidur bermanfaat:
1. Untuk mengistirahatkan otak, sehingga dapat mengurangi dan
melepaskan ketegangan pikiran seseorang.
2. Ketika orang tertidur atau istirahat, terjadinya perbaikan jaringan-jaringan
di dalam tubuh manusia yang mengalami kerusakan.
3. Tidur yang menyebabkan tubuh yang avvalnya lelah menjadi segar
kembali.
4. Tidur membebaskan diri dari segala macam bentuk gangguan emosional.
5. Ada anggapan tidur yang baik ialah yang lamananya 8 jam.
6. Tapi ada yang mengatakan lamanya tidur setiap hari sangat bergantung
pada usia.

d) Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin


Perneriksaan kesehatan berkala secara teratur Ice dokter juga sangat penting
agar penyakit atau kelainan yang timbul dapat terdeteksi dengan lebih cepat
sehingga pengobatanpun tidak akan memakan banyalc biaya.

2. Perlu Diketahui Bahwa...


Orang yang sehat tidak memerlukan obat. Sebaliknya orang yang sering sakit
lama-lama bisa menimbulkan ketergantungan obat. Hidup sehat serta
keterampilan untuk hidup tanpa narkoba jauh lebih murah dari pada pengobatan
dan rehabilitasi. Pola hidup sehat dapat mencegah stress maupun depresi.

66
LAMPIRAN

Paradigma Baru Program P4GN Sesuai Amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, antara lain :

1. Pengaturan tentang prekursor narkotika (merupakan zat atau bahan pemula atau
bahan kimia) yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika.
2. Adanya kevvajiban melapor bagi pecandu / keluarganya.
3. Dalamrangka pencegahan,pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan yang luas
melampaui batas negara, maka diatur pula tentang kerjasama, baik bilateral,
regional, maupun multilateral (internasional).
4. BNN diperkuat kewenangannya unluk melakukan penyelidikan dan penyidikan.
5. Perluasan teknik penyidikan. penyadapan, teknik pembelian terselubung, teknik
penyerahan yang diawasi.
6. Peran masyarakat dalam P4GN diperluas
7. Seluruh harta kekayaan/harta benda yang merupakan hasil tindak pidana narkoba
dan rindak pidana pencucian uang dari tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika, yang diputus oleh pengadilan dan telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, dirampas untuk negara dan digunakan untuk kepentingan P4GN dan upaya
rehabilitasi medis dan sosial.
8. Pengaturan tentang pemberatan pidana (pidana penjara 20 tahun, pidana penjara
seumur hidup, pidana mati) berdasarkan pada golongan. jenis, ukuran, dan jumlah
narkotika.

Pasal 104
Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta
membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
Bab XIII Reran sera Masyarakat: Undang-Undang Nomor3S Tahun 2009 tentang
Narkotika

67
Pasal 114

1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli,menerima, menjadi perantara dalam jual bell, menukar,atau
menyerahkan narkotika Golongan 1, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2. Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, menyerahkan atau menerima narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud pada ay at (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk
bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (emam) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

(Bab XV Ketentuan Pidana : Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika

68
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2009 NOMOR 5062

LAMPIRAN I
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35
TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I


1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan
jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman
Papaver Somniferum Lyang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk
pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3. Opium masak terdiri dari:
a. Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan
atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b. Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu
itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari
semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang
menghasilkan kokain secara langsungatau melalui perubahan kiniia.
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah
secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
7. Kokaina, metil ester-i-bensoil ekgonina.

69
8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari
tanaman termasuk biji, buah, jerami. hasil olahan tanaman ganja atau bagian
tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya.
11. Asetorfina: 3-o-acetiltetrahidro-7a-(i-hidroksi-i-metilbutil)-6, t4-endoeteno-oripavina.
12. Acetil - alfa - metil fentanil N-[i-(a-metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida.
13. Alfa-metilfentanil: N-fi (a-metilfenetil)-4-piperidill propionanilida
14. Alfa-metiltiofentanil: N-(i-)i-metil-2-(2-tienil) etil]-4-iperidil] priopionanilida
15. Beta-hidroksifentanil: N-[i-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidill propionanilida
16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil: N-li-(beta-hidroksifcnetil)~3- metil-4 piperidil] propio-
nanilida.
17. Desmorfina: Dihidrodeoksimorfina
18. Etorfina : tetrahidro-70L-(i-hidroksi-i-metilbutil)-6, uendoeteno- oripavina
19. Heroina: Diacetilmorfina
20. Ketobemidona: 4-meta-hidroksifenil-l-metil-4propionilpiperidina
21. 3-metilfentanil: N-(3-metil-i-fenetil-4-piperidil) propionaniJido
22. 3-metiltiofentanil:N-/3-/77ef/7-i-/2-(2-f/(,n/7) etil]-4-pipcridil] propionanilida
23. MPPP: i-mctil-4-fcnil-4-pipcridinol propianat (ester)
24. Para-fluorofentanil: 4'-fluoro-N-(i-fenetil-4-piperidil) propionanilida
25. PEPAP: hfenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)
26. Tiofentanil: N-li-l2-(2-tienil)etilJ-4-piperidil] propionanilida
27. BROLAMFETAMINA, nama lain : ()-4-bromo-2,5-dimetoksi- a
-metilfenetilaminaDOB
28. DET: 3-f2-( dietilamino )etil/ indo/
29. DMA: ( + )-2,5-dimetoksi- a -metilfenetilamina
30. DMHP: 3*0,2-dimetilheptil)-7,8,9, io-tetrahidro-6,6,9-trimetil- 6H- dibenzolb, djpiran-
1-ol
31. DMT: 3-[2-( dimetilamino )etil] indol
32. DOET: ()-4-etil-2,5-dimetoksi- a -metilfenetilamina
33. ETISTKUDTNA, nama lain PC: N-etil-i-fenilsikloheksilamina

70
34. ETRIPTAMINA: 3-(2.aminobutil) indole
35. KATINONA: (-XS> 2-aminopropiofenon
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain: 9,10-didehidro-N, N-dietil-6- metilergolina-8 - LSD,
LSD-25 karboksamida
37. MDMA: ()-N, a -dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
38. Meskalina: 3,4,5-trimetoksifenetilamina
39. METKATINONA: 2-(metilamino )-i- fenilpropan-i-on
40. 4- metilaminoreks: ()-sis- 2-amino-4-metil- 5-fenil- 2-oksazolina
41. MMDA: 5-metoksi- a -metil-3,4-0netilendioksi)fenetilamina
42. N-etil MDA : ()-N-etil- a -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin
43. N-hidroksi MDA: ()-N-f a -metil-3,4- (metilendioksi)fenetHlhidroksilamina
44. Paraheksil: 3-heksil-7,8,9, io-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-dibenzo [b,d] piran-t-ol
45. PMA: p-metoksi- a -metilfenetilamina
46. psilosina, psilotsin:3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol
47. PS1LOSIBINA: 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat
48. ROLISIKLTDINA, nama lain: /-(1- fenilsikloheksil)pirolidina PHP,PCPY
49. STP, DOM: 2,5-dimetoksi- a ,4-dimetilfenetilamina
50. TENAMFETAM1NA, nama lain : a -metil-3,4-(metilendioksi)fene tilamina MDA
51. TENOSIKLIDINA, nama lain: /- [h(2-tienil) sikloheksiljpiperidina TCP
52. TMA: ()-3,4,5-trimetoksi- a -metilfenetilamina
53. AMFETAMINA: ()- a -metilfenetilamina
54. DEKSAMFETAMTNA: ( + )- a -metilfenetilamina
55. FENET1L1NA: 7-/2-/Y a-metilfenetil)amino]etil]teofilina
56. FENMETRAZINA: 3- metil- 2 fenilmorfolin
57. FENSIKL1DINA, nama lain PCP: i-( 1- fenilsikloheksil)piperidina
58. LEVAMFETAMINA, nama lain: (-)-(R)- a -metilfenetilamina levamfetamina
59. Levometamfetamina: (-)-N, a -dimetilfenetilamina
60. MEKLOKUALON: 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon
61. METAMFETAMINA: (+ )-(S)-N, a -dimetilfenetilamina
62. METAKUALON: 2- metil- 3-0-to lil-4(3H)- kuinazolinon
63. ZIPEPPROL: a -(a metoksibenzil)-4-(fi-metoksifenetil)-i- piperazinetano

71
64. Opium Obat
65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II

1. Alfasetilmetadol: Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-difenilheptana


2. Alfameprodina:Alfa-3-etil-i-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
3. Alfametadol: alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
4. Alfaprodina: alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
5. Alfentanil: N-[i-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-lH-tetrazol-i-il)etil]-4-(metoksimetil)-4-pipe
ridinil]-N-feniIpropanamida
6. Allilprodina: 3-allil-i-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
7. Anileridina: Asam i-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4-karboksilat etil ester
8. Asetilmetadol: 3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana
9. Benzetidin: asam i-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
10. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina
11. Betameprodina: beta-3-etil-i-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
12. Betametadol: beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
13. Betaprodina: beta-i,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
14. Betasetilmetadol: beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana
15. Bezitramida: i-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-i-benzimidazoliniO-
piperidina
16. Dekstromoramida: (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(i-pirolidinil)butil]-morfolina
17. Diampromida: N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida
18. Dietiltiambutena: 3-dietilamino-\,i-di(2,-tienil)-i-butena
19. Difenoksilat: asam i-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
20. Difenoksin: asam i-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilisonipekotik
21. Dihidromorfina
22. Dimefheptanol: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
23. Dimenoksadol: 2-dimetilaminoetil-i-etoksi-i,i-difenilasetat
24. Dimetiltiambutena: 3-dimetilamino-i,i-di-(2,-tienil)-i-butena
25. Dioksafetil butirat: etil-4-morfolino-2,2-difenilbutircit

72
26. Dipipanona: 4,4-difenil-6-piperidina-3-heptanona
27. Drotebanol: 3,4-dimetoksi-\7-metilmorfinan-6fi,i4-diol
28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan
kokaina.
29. Etilmetiltiambutena: 3-etilmetilamino-i, i-di-(2'-tienil)-i-butcna
30. Erokseridina: asanii-[2-(2-bidroksietoksi)-etil]-4fenilpiperidina- 4-karboksilat etil ester
31. Eton\tazer\a:i-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil- Sitrobenzimedazol
32. Furetidina: asam i-(2-tetrahidrofurfuriloksietil)4feniIpiperidina- 4-karboksilat etil ester)
33. 33. Hidrokodona: dihidrokodeinona
34. 34. H\droks[petidina:asam4-meta-hidroksifenil-i-metilpiperidina- 4-karboksilat etil
ester
35. Hidromorfinol: 14-hidroksidihidromorfma
36. Hidromorfona: dihidrimorfinona
37. 37- Isometadona: 6-dimelilamino- 5 -metil-4,4-difenil-3-heksanona
38. Fenadoksona: 6-morfolino-4,4-difenil-3-heptanona
39. Fenampromida: N-(i-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida
40. Fenazosina : 2,-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil-6,7-benzomorfan
41. Fenomorfan: 3-hidroksi-N-fenetilmorfinan
42. Eenoper\dma:asamh(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina- 4-karboksilat Etil
ester
43. Fentanil: l-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina
44. Klonitazena: 2-para-klorbenzil-i-dietilaminoetil-5- nitrobenzimidazol
45. Kodoksima: dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima
46. Levofenasilmorfan: (i)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan
47. Levomoramida:(-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4- (ipirolidinil)butil] morfolina
48. Levometorfan: (-)s-metoksi-hl-metilmorfinan
49. Levorfanol: (-)-3-hidroksi-N-metilmorfincm
50. Metadona: 6-dimetilamino-4,4-difeniI-3-heptanona
51. Metadona intermediate: 4-siano-2-dimetiIamino-4,4- difenilbutana
52. Metazosina: 2-hidroksi-2,s,9-tvimctil-6, 7-bcnzomorfan
53. Metildesorfina: 6-metil-delta-6-deoksimorfina

73
54. Metildihidromorfina: 6-metildihidromorfina
55. Metopon: 5-metildihidromorfinona
56. Mirofina: Miristilbenzilmovfina
57. Moramida \ntermed\ate:asam(2-?netil-3-morfolino-i,]difeni]prop anakarboksilat
58. Morferidina: asam h(2-moifolinoetiO-4-feniIpipendina-4- karboksilat etil ester
59. Morfina-N-oksida
60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent iainnya termasuk
bagian turunan morfina-N- oksida, salah satunya kodeina-N-oksida
61. Morfina
62. Nikomorfina: 3,6-dinikolinilmorjina
63. Norasimetadol: ()-alfci-3-asetoksi-6metiIamino-4,4- difenilheptana
64. Norlevorfanol: (-)-3-hidroksimorfinan
65. Normetadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona
66. Normorfina: dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina
67. Norpipanona: 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona
68. Oksikodona: 14-hidroksidihidrokodeinona
69. Oksimorfona: 14-hidroksidihidromorfinona
70. Petidina intermediat A: 4-siano-i-metil-4-fenilpiperidina
71. Petidina intermediat B: asam4-fenilpiperidma-4~karboksilat etil ester
72. Petidina intermediat C: Asam\-metil-4-fenilpiperidina-4- karboksilat
73. Petidina: Asami-metil-4-fenilpiperidina-4-barboksilat etil ester Piminodina: asam 4-
fenil-i-(3-fenilaminopropil)-pipe ridina-4- karboksilat etil ester
74. P\r\trarr\\da:asami-(3-siano-3,3-difenilpropil)-40-piperidino) piperdina-4-Karbosilat
cirmida
75. Proheptasina: i,3-dimetil-4-fcnil-4-propionoksiazasikloheptana
76. Properidina: asami-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksi1at isopropil ester
77. Rasemetorfan: ()-3-metoksi-N-metilmorfinan
78. Rasemoram\da:()-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(i-pirolidinil)- butil]-morfolina
79. Rasemorfan: ()-3-hidroksi-N-metilmorfinan
80. Sufentan\]:N-[4-(metoksimetil)-i-[2-(2-tieni1)-etil-4-piperidill ropionanilida
81. Tebaina

74
82. Tebakon: asetildihidrokodeinona
83. Tilidina: ()-etil-trans-2-(dimetilamino)-i-fenil-3-sikloheksena-i- karboksilat
84. Trimeperidina: i,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
85. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas

DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN III

1. Asetildihidrokodeina
2. Dekstropropoksifena: a-(+)-4-dimetilamino-i,2-difenil-3-metil-2-butanol propionat
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina: 3-etil morfina
5. Kodeina: 3-metil morfina
6. Nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina
7. Nikokodina: 6-nikotinilkodeina
8. Norkodeina: N-demetilkodeina
9. Polkodina: Morfolinileti 1 morfina
10. Propiram: N-(i-metil-2-piperidinoetiI)-N-2-piridilpropionamida
11. Buprenorfina: 2i-siklopropil~7-a-[(S)-i-hidroksi-i,2,2-trimetilpropil]-6,i4-cndo-entano-
6,7,8,i4-tetrahidroohpavina
12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas
13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika
14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

75
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muhammad, et.all. 2005. Siswa Cerdas Tanpa Narkoba: Buku Penunkang
Pembinaan Akhlaq. Surabaya: Graha Ilmu Mulia

Badan Narkotika Nasiobal. Kejahatan Narkotika Secara Global: Mewujudkan Indonesia


Bebas Dari Ancaman Narkoba 2015. Jakarta

Badan Narkotika Nasiobal. 2003. Pandangan dan Posisi BNN Terhadap Upaya
Pcncegahan Penularan HIV/AIDS di Kalangan Penyalahguna Narkoba Dengan Cara
Suntik. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2003.


Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000.


Rokok, Minimum Keras dan Narkoba. Jakarta

Green, Chris W.red. 2001. Menanggapi Epidemi HIV di Kalangan Pengguna Narkoba
Suntikan: Dasar Pemikiran Pengurangan Dampak Buruk Narkoba. Yogyakarta: Warta
AIDS

Hawari, H. Dadang. 1999. Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir


(Sitem Terpadu) Pasien NAZA (Narkotikam Alkohol dan Zat Adiktif lain). Jakarta: Gaya
Baru

Kementerian Komunikasi dan Jnformatika. 2012. Buku Praktisi Penyalahgunaan


Narkoba Bagi Rcmaja. Jakarta

76
Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2012. Buku Panduan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba sejak Dini. Jakarta

Siregan Sondang Susan, et.all. 2006. Prosedur Standar Penanganan dan Pencegahan
Keterlibatan Siswa Dalam Perdagangan Narkoba di Sekolah. Jakarta: YKAT dan ILO

Sukardi DK, Drs. 2000. Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Wijayakusuma, Mochtar. 2003. Permasalahan Narkoba dan Dampak Penyalahgunaan


Serta Upaya Penyembuhan dengan Terapi Akupuntur. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional RepubJik Indonesia

77

Anda mungkin juga menyukai