A. Ethanol
Ethanol adalah molekul yang larut dalam air dan diserap dengan cepat pada
saluran pencernaan. Puncak konsentrasi etanol dalam darah dapat dicapai
dalam waktu 30 menit setelah ingesti etanol dalam keadaan lambung kosong
(Tritama, 2018).
Secara pasti mekanisme toksisitas ethanol belum banyak diketahui. Beberapa
hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada membrane
saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada daerah
membran tersebut ethanol menganggu transport ion. Pada penelitian invitro
menunjukan bahwa ion Na+, K+ dihambat oleh ethanol. Pada konsentrasi 5-10%
ethanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut
jauh lebih tinggi daripada konsentrasi ethanol dalam system saraf pusat secara
invivo (Jusuf, 2016).
Pengaruh ethanol pada system saraf pusat berbanding langsung dengan
konsentrasi ethanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah
system retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motoric
dan kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah
serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan
tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun
daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya
berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat kebagian medula
hingga menyebar ke berbagai sistem dan organ dalam tubuh manusia (Jusuf,
2016).
Karena sifat ethanol yang mudah larut dalam air dan lemak, penghantar listrik
yang lemah, ukuran molekul yang relatif kecil, maka ethanol mudah sekali masuk
melalui membrane sel dengan difusi. Alkohol mudah sekali diabsorpsi melalui
dinding gastrointestinal, terutama bila kondisi lambung yang kosong. Tetapi
lokasi yang efisien dalam penyerapan ethanol ialah didalam usus kecil dan
kurang efisien di dalam lambung dan usus besar. Sekitar 98% ethanol yang
diabsorbsi dalam tubuh akan mengalami oksidasi enzim. Biasanya sekitar 2-10%
dieksresikan tanpa mengalami perubahan, baik melalui paru maupun ginjal.
Sebagian kecil dikeluarkan melalui keringat, air mata, empedu, cairan lambung,
dan air ludah (Jusuf, 2016).
B. Methanol
Alkohol jenis ini mempunyai struktur paling sederhana, tetapi paling toksisk
pada manusia dibanding dengan jenis alkohol lainnya. Keracunan metanol
adalah keracunan akibat mengkonsumsi metanol yang dapat mengakibatkan
gangguan pada papil saraf optik secara simetris, asidosis metabolik dan bahkan
kematian.1-2 Metanol merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus
kimia CH3OH, berat molekul 32,04 g/mol dan titik didih 64,5° C (147° F). Zat ini
bersifat ringan, mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan
berbau khas (Triningrat, 2020).
Keracunan metanol disebabkan karena oksidasi metanololeh enzim
dehidrogenase alkohol menjadi formaldehid, dan selanjutnya dimetabolisme
menjadi asam format oleh dehidrogenase formaldehid. Asam format merupakan
metabolit toksik yang berperan pada terjadinya gangguan tajam penglihatan,
asidosis metabolik, kebutaan dan kematian pada penderita keracunan metanol
(Triningrat, 2020).
Methanol diabsorpsi dan didistribusikan kesuluruh tubuh seperti pada ethanol.
Methanol juga dimetabolisir oleh enzim yang sama seperti ethanol, tetapi laju
metabolismenya menyebabkan lambatnya pengaruh toksisitasnya. Metabolisme
methanol tidak bergantung pada konsentrasinya di dalam darah. Pada beberapa
penelitian menunjukan bahwa methanol dimetabolisme oleh enzim alcohol
dehydrogenase menjadi formaldehyde dan asam format. Dalam proses
metabolisme, methanol teroksidasi menjadi formaldehyd yang sangat toksik yaitu
33X lebih toksis daripada methanol. Formaldehyd sebagian akan bereaksi
dengan protein tubuh dan lainnya dioksidasi lebih lanjut. Tidak semua methanol
mengalami metabolism, tetapi sejumlah besar methanol mungkin dikeluarkan
(dieksresi) tanpa terjadi perubahan melalui paru dan ginjal. Tetapi, metabolism
adalah merupakan reaksi yang sangat penting (Jusuf, 2016).
Seperti halnya ethanol, methanol didistribusikan ke seluruh organ yang
proporsinya seimbang dengan air pada cairan jaringan. Hal inilah yang
menunjukan bahwa organ mata mengalami gangguan yang sangat besar
walaupun methanol yang masuk ke dalam tubuh relative kecil. (Jusuf, 2016).
1. Mekanisme Absorpsi dan Distribusi Alkohol dalam Tubuh
Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa mulut dan
lambung. Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan sisanya
diabsorpsi di kolon. Kecepatan absorpsi tergantung pada takaran dan
konsentrasi alkohol dalam minuman yang diminum serta vaskularisasi dan
motalitas dan pengisisan lambung dan usus. Bila konsentrasi optimal alkohol
diminum dan dimasukkan ke dalam lambung kosong, kadar puncak dalam darah
30-90 menit sesudahnya. Alkohol mudah berdifusi dan distribusinya dalam
jaringan sesuai dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan
semakin tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan
kadar alkohol dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam otak,
sedikit lebih besar dari pada dalam darah (Katzung, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Jusuf, M.I. 2016. Intoksikasi Metanol. Jurnal Entropi. Vol.5(2). Diakses pada 29 April
2021. Dari https://researchgate.net
Katzung B.G. 2012. Basic & Clinical Pharmacology 14 th Edition. New York: McGraw-
Hill Education