(Imunoassay)
Disusun Oleh :
PendidikanNers
Tahun 2017
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Penyusun makalah ini dilakukan dengan mengambil referensi dari berbagai sumber,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
referensi dari berbagai sumber internet maupun dari buku.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk hasil
yang lebih baik. Harapan saya semoga bermanfaat terutama bagi penulis dan untuk semua
yang membaca.
Penulis
ii
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Imunoasay adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau
kadar antibodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum seseorang. Imunoasai dapat dibagi
menjadi 2 kelompok menurut jenisnya, yaitu imunoasai tak berlabel dan imunoasai berlabel.
Imunoasai tak berlabel terdiri dari beberapa teknik, yaitu : uji presipitasi, uji aglutinasi, uji
hemaglutinasi, lisis imun dan fiksasi komplemen, serta uji netralisasi. Sedangkan imunoasai
berlabel juga terdiri dari beberapa teknik yaitu : asai berlabel fluoresens (Fluorescent
Immunoassay atau FIA), asai berlabel radioisotope (Radioimmunoassay atau RIA), asai
berlabel luminescent (Luminescent Immunoassay atau LIA), asai berlabel enzim (Enzyme
Immunoassay atau EIA), Immunochromatographic Assay atau ICA dan uji
imunoperoksidase.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Immunoassay adalah suatu metode analisis yang menggunakan antibodi atau antigen
sebagai pereaksi untuk mengukur bahan kimia tertentu, atau analit. Immunoassay adalah tes
atau uji yang digunakan untuk mengukur adanya antigen atau antibodi pada sampel
(spesimen bilogikal). Immunoassay dapat digunakan mendeteksi analyte yang ingin diukur.
Analyte sesuatu yg diukur dengan tes laboratorium dapat berupa Ag atau Ab dalam serum.
Tujuan immunoassay ini adalah untuk mendiagnosa suatu penyakit, mengukur aktivitas
komponen imun dalam tubuh (komplemen, fagositosis, dst).
Immunoassay telah digunakan selama lebih dari 30 tahun. Hasil dari immunoassays
merupakan dasar bagi banyak keputusan penting kesehatan manusia melibatkan deteksi virus
dan antibodi mereka, pemantauan obat terapeutik, dan skrining untuk obat penyalahgunaan.
Lebih dari 70 analit klinis diuji oleh immunoassay. Teknik immunoassay adalah dasar untuk
tes banyak rumah, dan bahkan tes rumah untuk kehamilan didasarkan pada teknologi ini.
Immunoassays handal dan sensitif terhadap tingkat konsentrasi yang sangat rendah dari
analit.
System imunoassay dapat dilakukan (diformat) dalam dua sistem, yaitu sistem heterogen
yang memerlukan pemisahan dan sistem homogen yang tidak memerlukan pemisahan reaktan
setelah reaksi terjadi.
Pada sistem heterogen, sifat label sebelum dan sesudah reaksi tetap sama, jadi perlu
pemisahan komponen reaktan yang berlebih dengan kompleks Ag-Ab yang terbentuk, sebab
kuantitas kompleks ini yang akan dihitung. Pada sistem homogen, sifat label sebelum dan
sesudah reaksi sangat berbeda, jadi tidak perlu lagi pemisahan komponen reaktan secara fisik
(Deshpande, 1994). Berdasarkan mekanisme reaksinya, sistem imunoassay dapat
dikategorikan menjadi assay kompetitif dan non kompetitif, system terakhir ini prinsip
2
dasarnya sama dengan prinsip peran substrat-inhibitor dalam reaksi enzimatik (Stryer, 1988).
Gabungan dari sistem diatas menghasilkan produk-produk imunodiagnostik komersial
dengan enam model reaksi dasar (Goshling, 1990)
1. Assay kompetitif menggunakan antigen terlabel bertujuan mendeteksi antigen dengan
konsentrasi antibodi yang terbatas dan mengunakan antigen serupa yang dilabel
sebagai kompetitornya.
2. Assay kompetitif menggunakan antibodi berlabel dengan tujuan sama seperti model di
atas. Assay ini biasanya digunakan jika sifat antigen dapat mempengaruhi label enzim yang
digunakan
3. Assay kompleks Ag-Ab bertujuan mendeteksi antigen atau antibodi; cara ini paling
banyak digunakan di bidang diagnostik penyakit atau biomedis. Secara teknis relatif
sederhana dan murah. Prosedur seperti reaksi aglutinasi, immunodifusi ganda dan
presipitasi berdasarkan model ini. Biasanya dalam model ini tidak menggunakan label
dan kepekaannya terbatas, meskipun demikian reaksi imunodifusi dapat mendeteksi
0,005 μg protein/ml suspensi (Silverstein et al., 1963).
4. Sandwich assay merupakan metode yang lebih modern dan luas penggunaannya.
Prinsipnya hampir sama dengan model 3, tapi antigen yang digunakan biasanya dapat
berikatan dengan dua atau lebih antibodi yang berbeda spesifisitasnya. Salah satu
reaktan (biasanya antibodi) terikat (immobilized) pada matrix tertentu seperti
polistirene dan pada antibodi lainnya diberi label. Sandwich assay inipun bermacam-
macam prinsipnya.
3
dengan Ag pasangannya. Jadi spesifitas reaksi Ag dan Ab disamping dipengaruhi spesifisitas
antibodinya tergantung pula pada kemurnian antigennya.
Berpijak dari landasan tersebut, antibodi yang amat spesifik adalah antibodi yang memiliki
binding sites yang hanya dapat mengikat antigen dengan struktur molekul yang unik saja.
Sebaliknya Ab yang tidak spesifik adalah Ab yang dapat mengikat berbagai macam Ag yang
menunjukkan atruktur molekul yang berbeda.
Antibodi poliklonal
Yaitu di dalam suatu populasi antibodi terdapat lebih dari 1 macam antibodi, atau campuran
antibodi yang mengenal epitop yang berbeda pada antigen yang sama.
Proses yang terjadi pada antibodi poliklonal:
4
4. Antibodi dalam serum dapat dimurnikan lebih lanjut.
5. Karena satu antigen menginduksi produksi banyak antibodi maka hasilnya berupa
‘polyclonal’ /campuran antibodi.
o Mono: Satu
o Klone: strain sel yang diturnkan dari satu sel.
o Antibodi monoklonal diproduksi dari fusi sel B dan sel myeloma membentuk
hibridoma.
o Antibodi monoklonal hanya mengenal satu epitop.
Metode Imunoserologi
Sejumlah metode imunoserologi digunakan cukup sering dan alangkah baiknya kalau kita
dapat mengenalnya satu per satu seperti berikut:
Reaksi Aglutinasi
Pada reaksi ini biasanya dilaksanakan untuk antigen yang tak larut atau yang larut namun
memiliki ikatan dengan sel atau partikel. Ada suatu agregat yang dapat terbentuk oleh antigen
yang bereaksi dengan antibodi dan aglutinasi adalah hasil penampakan yang bisa dilihat.
Reaksi Presipitasi
Untuk metode kedua ada presipitasi di mana reaksi ini dilaksanakan dengan tujuan agar kadar
antibodi pada serum bisa diketahui. Terjadinya presipitasi adalah dikarenakan reaksi antara
antigen yang larut dengan antibodi dan kemudian membentuklah kompleks yang bentuknya
berupa anyaman.
5
Kadar antibodi yang rendah dapat ditentukan oleh reaksi ini. Biasanya, penentuan hanya
untuk kadar antibodi rendah yang nyatanya tak mampu terdeteksi melalui pengujian
presipitasi atau aglutinasi.
Reaksi Netralisasi
Reaksi ini juga diketahui sebagai sebuah reaksi antara antibodi dan antigen dengan tujuan
untuk mencegah adanya efek berbahaya seperti keberadaan eksotoksin virus maupun bakteri.
Antitoksin adalah senyawa yang diketahui mampu membuat toksin menjadi netral dan sel
hospeslah yang memroduksi antibodi spesifik tersebut.
Metode ini termasuk yang paling luas dan terdapat 2 cara yang diketahui biasa dilaksanakan,
yakni mendeteksi antigen secara langsung serta tidak langsung untuk pendeteksian antibodi.
Teknik ini adalah yang dianggap paling simpel dan hasilnya pun terinterpretasi secara jelas
dan baik, entah itu negatif atau positif.
Metode ini kerap digunakan untuk pengukuran konsentrasi antigen maupun antibodi yang
kadarnya rendah. Untuk itulah, metode ini termasuk sangat baik untuk proses pendeteksian
kelainan tubuh dari awal.
Reaksi Imunofluoresensi
Metode ini adalah kombinasi antara antibodi dan juga zat warna fluoresein sehingga akhirnya
warna pendaran dapat muncul saat dicek melalui mikroskop menggunakan sinar UV. Metode
ini cukup sensitif, cepat dan bahkan termasuk spesifik sehingga sangat bisa diandalkan.
a. Uji Presipitasi
6
1.Uji presipitas lempeng/ slide. Contoh : uji VDRL mikro.
2.Uji presipitas tabung
3.Uji presipitas tabung kapiler. Contoh : uji CRP
4.Uji presipitasi cincin > terbentuk cincin presipitasi (uji+)
5.Imunoelektroforesis > prinsip sama dengan elektroforesis
b. Uji Aglutinasi
c. Uji Hemaglutinasi
7
cth : deteksi Ab thd Virus, bakteri, fungi, parasit Interpretasi : +
jika tidak hemolisis - hemolisis
e. Uji Netralisasi
• Immunoassay berlabel :
1. Berlabel flourescent
• Uji immunoflourescent (IFA) > ikatan/ kompleks Ag-Ab divisualisasikan dg
adanya perpendaran flouresen dibawah mikroskop
• Immunoflourecent :
1. Direct immunoflourescent :
• Ab dilabel dg marker flourescent > Ab secara langsung diberikan pada
jaringan yg diinginkan
2. In-direct immunoflourescent
• Menggunakan Ab yg tdk berlabel thd Ag yg diuji dengan Ab sekunder
yang berlabel (yang berikatan spesifik dg Ab pertama)
• Semakin banyak ikatan Ab sekunder > sinyal floresen semakin
meningkat
2. Berlabel radioisotop
• uji laboratoris yg sensitif utk penentuan
kadar beberapa bahan (hormon)
• Diperlukan sampel dg bahan yg sedikit > sudah dpt terdeteksi
• Cth : Uji RIA (Radioimmunoassay)
• Pelabelan dengan Radioisotop yg dipakai pada uji RIA : 3H, 14C, 57Co,
75Se, 125I, 131I
• Keberadaan ik Ag-Ab yang berlabel > diukur dengan gamma counter
3. Berlabel luminescent
> uji immunoluminescent (LIA) prinsip sama dengan RIA dan IFA, hanya pada
LIA label pada reaksi Ag-Ab menggunakan luminescent
> luminescent : a. bioluminescent : kunang2
b. chemiluninescent
4. Berlabel enzim
> pemberian label enzim pada Ag (ELISA)
• Menggunakan enzim (ligan) yang membuat produk reaksi berwarna
(chromogen) – intensitas warna menunjukkan jumlah Ag yang ada dalam
sampel
• Enzyme : horseradish peroxidase, phosphatase
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Dalam melakukan uji immunoassay penguji harus teliti dan berhati-hati dalam bekerja
agar mendapatkan hasil yang baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. (http://analismuslim.blogspot.com/2013/12/pemeriksaan-serologi.html) , diakses
tanggal 26 oktober 2014
2. (http://drmuhammadriduan.com/index.php/kompleks-imun/presipitasi) ,diakses
tanggal 26 oktober 2014
3. (http://davvhieedreeo.blogspot.com/2013/08/makalah-imunologi.html) , diakses
tanggal 26 oktober 2014
4. (http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/pembentukan-antigen-dan-antibodi-
mekanisme-proses.html) , diakses tanggal 26 oktober 2014
5. (http://matakuliahbiologi.blogspot.com/2012/06/diagnosis-penyakit.html) , diakses
tanggal 26 oktober 2014
10