Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH IMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN ELISA UNTUK DETEKSI ANTIGEN

DISUSUN OLEH
KELAS :A
KELOMPOK :3

BESSE VIDYA AMRAN


CHINDI OLYVIA MANIHIYA
KALSUM S. MALE
NUR AIN ISMAIL
SRI NIANTI U. DAUD
MOH. IRSAD OLII

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA MANDIRI
GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pemeriksaan Elisa
Untuk Deteksi Antigen".
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari

mata kuliah Imunoserologi. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada pihak yang telah membantu atau membimbing penulis dalam

penyusunan makalah ini.

Penulis mengharapkan semoga makalah penulis ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi kemajuan ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pendidikan pada

khususnya. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, dimohonkan kritik dan saran dari pembaca.

Gorontalo, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Sejarah Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay) .........3

2.2 Pengertian ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay) ...............4

2.3 Prinsip ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay) .....................6

2.4 Fungsi ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay) .....................7

2.5 Jenis- jenis ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay ) .............8

2.6 Keunggulan dan Kelemahan ELISA ....................................................12

2.7 Pemeriksaan ELISA yang Mendeteksi Antigen ...................................13

2.8 Prinsip Kerja ELISA ............................................................................18

BAB III PENUTUP .............................................................................................20


3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
3.2 Saran ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia

maupun hewan, nerupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar

dari pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan serologi adalah

ilmu yang mempelajari reaksi antigen antibodi secara invitro (didalam tubuh)

pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosa.

Walaupun saat ini pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi

saja, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang sering

dilakukan. Memungkinkan untuk dilakukannya pengamatan secara in vitro.

Terhadap perubahan antigen antibodi.

ELISA (Enzyme-Linked Imunossorbent Assay) atau penetapan kadar

imunossorbent taut enzim, merupakan uji serologis yang umum digunakan

diberbagai laboratorim imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan

seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis dan memiliki

sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh

Peter perlman dan Eva engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam

bidang Imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara

antigen dan antibodi didalam suatu sampel dengan menggunakan enzim

sebagai pelapor (reporter label).

Enzim yang digunakan berfungsi sebagai pelapor/reporter/signal dimana

teknik ELISA adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam

bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam


suatu sampel. Dalam pemeriksaan dibidang imunologi dengan teknik ELISA

memiliki alatnya tersendiri salah satunya adalah minividas sebagai alat yang

digunakan dalam teknik ELISA ini. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

akan membahas mengenai pemeriksaan dengan teknik ELISA menggunakan

alat minividas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan metode ELISA?

2. Bagaimana prinsip kerja dari ELISA?

3. Apa kekurangan dan kelebihan metode ELISA?

4. Apa alat yang spesifik digunakan dalam metode ELISA?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui metode ELISA, bagaimana prinsip kerja metode

ELISA hingga kelebihan dan kekurangan pada metode ELISA.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Teknik ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)

Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter

Perlmann dan Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam

bidang imunologi (ELISA konvensional) untuk menganalisis interaksi antara

antigen dan antibodi di dalam suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai

dengan menggunakan suatu enzim yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/

signal (Hafizahsyah, 2018).

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas

untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui

diimobilisasi pada suatu permukaan solid(biasanya berupa lempeng mikrotiter

polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau

spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang spesifik untuk antigen

yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA) (Hafizahsyah, 2018).

Setelah antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan,

membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan

juga dengan enzim, atau dapat dideteksi secara langsung oleh antibodi

sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap

tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang

kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian

terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi

sinyal yang visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik

ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode


metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif.

Dalam perkembangan selanjutnya, selain digunakan sebagai uji kualitatif untuk

mengetahui keberadaan suatu antibodi atau antigen dengan menggunakan

antibodi atau antigen spesifik, teknik ELISA juga dapat diaplikasikan dalam

uji kuantitatif untuk mengukur kadar antibodi atau antigen yang diuji dengan

menggunakan alat bantu berupa spektrofotometer atau dengan cara

menentukan jumlah penambahan atau kadar antibodi atau antigen, sehingga

dapat dibuat suatu kurva standar dan kadar antigen atau antibodi yang tidak

diketahui dapat ditentukan.

ELISA tradisional secara khusus memiliki reporter dan substrat yang

menghasilkan beberapa bentuk perubahan warna yang dapat diamati untuk

mengetahui kehadiran antigen atau analyte. Bentuk teknik ELISA terbaru

seperti teknik flurogenic,electro chemiluminescent , dan real-time PCR dibuat

untuk mengetahui sinyal kuantitatif. Metode ini dapat memberikan berbagai

keuntungan diantaranya sensitifitas yang tinggi dan bersifat multiplexing

(Hafizahsyah, 2018).

2.2 Pengertian ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik

biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi

kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan

sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga

berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen

yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi

spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan


antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir,

ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang

dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang

gelombang tertentu disinarkan pada suatu sampel, kompleks

antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada sampel

dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi (Hafizahsyah, 2018).

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan

spesifitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak

diketahui diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng

mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada

permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang

spesifik untuk antigen yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen

diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks

dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim,

atau dapat dideteksi secara langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan

dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus

dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein

atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam

plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang

visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik ELISA

yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode-metode

terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif

(Hafizahsyah, 2018).
Terdapat beberapa jenis teknik ELISA, yaitu (1) Indirect ELISA; (2) Direct

ELISA; (3) ELISA Sandwich; (4) ELISA Multiplex dan (5) ELISA Biotin

Streptavidin (Karin dkk, 2016).

2.3 Prinsip ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)

ELISA merupakan immunoassay yang menggunakan enzim sebagai label.

Prinsip immunoassay ini adalah mendeteksi keberadaan antigen atau antibodi

yang terimobilisasi dalam sumur menggunakan antigen atauantibodi spesifik

yang terkonjugasi dengan enzim (Murphy, 2012 dalam Patricia dan Gina,

2018).

Kehadiran antigen atau antibodi target ditandai dengan terjadinya reaksi

enzimatik. Jika kompleks antigen dan antibodi terbentuk maka susbtrat yang

ditambahkan kedalam sumur akan diubah menjadi produk. Proses enzimatik

tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna. Perubahan warna

tersebut yang akan dikuantifikasi menggunakan spektrofotometer atau ELISA

reader (gambar 2.2.2)

Gambar 2.2.1 Elisa Rader

ELISA dikerjakan pada alat yang disebut microplate (Gambar

2.2.2). Microplate terdiri dari 96 sumur dan terbuat dari plastik dimana

protein dapat teradsorbsi atau terikat dengan mudah. Jenis plastik yang
digunakan sebagai bahan pembuatan microplate adalah polystyrene,

polypropylene, polycarbonate (Thermo Scientifc, 2010 dalam Patricia dan

Gina, 2018). ELISA dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan,

seperti menghitung tingkat antibodi, mendeteksi virus, mendeteksi

perubahan hormon, dan mendeteksi sirkulasi penanda inflamasi (Murphy,

2012 dalam Patricia dan Gina, 2018).

Gambar 2.2.2. Microplate

2.4 Fungsi ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay)

Fungsi dari test ELISA yaitu bukan hanya untuk mengetahui keberadaan

suatu antigen dengan antibodi tetapi juga untuk mengukur kadar antigen atau

antibodi tersebut dengan menggunakan alat spektrofotometer.

Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur jumlah dari cahaya

yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen antibodi yang

terjadi pada well microplate dan setelah pemberian substrat, enzim yang terikat

pada antibodi ke dua pada kompleks antigen-antibodi yang terbentuk akan

memberikan perubahan warna pada cairan tersebut, sehingga akan memberikan

optical density yang berbeda. Optical density dapat dinyatakan meningkat atau

menurun berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan

menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan untuk

mengestimasi kadar protein tersebut (Karin dkk, 2016).


2.5 Jenis- jenis ELISA (Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay )

Menurut (Hafizahsyah, 2018), Jenis- jenis ELISA (Enzyme-Linked

Immune-Sorbent Assay ) secara umum yaitu :

1. Indirect ELISA

Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA untuk

menentukan konsentrasi antibodi dalam serum adalah :

a. Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui konsentrasinya

ditempelkan pada permukaan lubang plate mikrotiter. Antigen tersebut

akan menempel pada permukaan plastik dengan cara adsorpsi. Sampel

dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan kurva

standar yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari

suatu sampel yang akan diuji.

b. Suatu larutan pekat dari protein non-interacting, seperti bovine serum

albumin (BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua

lubang plate mikrotiter. Tahap ini dikenal sebagai blocking, karena

protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.

c. Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain kemudian dilapisi dengan

sampel serum dari antigen yang tidak diketahui, dilarutkan dalam buffer

yang sama dengan yang digunakan untuk antigen standar. Karena

imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena adsorpsi non-spesifik,

maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen standar.

d. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang

diuji dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat


antigen terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum

yang lain atau protein yang terbloking.

e. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi,

ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi

menjadi enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati jika

antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.

f. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang

tidak terikat.

g. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan

sinyal kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.

h. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau

alat optik/ elektrokimia lainnya.

Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi

terikat enzim yang tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai

molekul sinyal. Kerugian utama dari metode indirect ELISA adalah metode

imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap protein pada sampel

akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga konsentrasi analit

yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein serum lain saat

pengikatan pada permukaan lubang. Mekanisme indirect ELISA dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :


2. Sandwich ELISA

Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’.

2. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir.

3. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate.

4. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat.

5. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik

dengan antigen.

6. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang

akan berikatan dengan antibodi primer.

7. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat

dibuang.

8. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal

berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia.

9. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari

antigen
Keuntungan utama dari metode sandwich ELISA adalah

kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat

secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi

penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat

diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas

antigen yang terimobilisasi. Prinsip kerja sandwich ELISA dapat dilihat

pada skema berikut ini:

3. ELISA kompetitif

Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang

telah dibahas sebelumnya, yaitu:

1. Antibodi yang tidak berlabel diinkubasi dengan kehadiran antigennya.

2. Komplek antigen-antibodi ini selanjutnya ditambahkan pada lubang yang

telah dilapisi antigen.

3. Plate dicuci, sehingga kelebihan antibodi tercuci (semakin banyak

antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat terikat pada
antigen yang menempel pada permukaan lubang, karena inilah disebut

kompetisi

4. Ditambahkan antibodi sekunder yang spesifik utnuk antibodi primer.

Antibodi sekunder ini berpasangan dengan enzim

5. Substrat ditambahkan, enzim akan mengubah substrat menjadi sinyal

kromogenik/ fluoresensi.

Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal,

semakin lemah sinyal yang dihasilkan. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

2.6 Keunggulan dan Kelemahan ELISA

Jika dibandingkan dengan immunoassay yang lain, ELISA memiliki banyak

keunggulan. ELISA merupakan immunoassay yang sangat sensitif karena

dapat mendeteksi analit hingga konsentrasi pikogram per mililiter (pg/ml)

(Thermo Scientifc, 2010 dalam Patricia dan Gina, 2018). Selain itu, ELISA

merupakan salah satu jenis immunoassay yang bersifat kuantitatif. Dengan

menggunakan ELISA kita bukan hanya dapat mengetahui keberadaan antigen


atau antibodi dalam sampel namun dapat mengetahui kosentrasi antibodi atau

antigen tersebut secara tepat (Thompson, 2010 dalam Patricia dan Gina, 2018).

ELISA ini juga bersifat reproducible sehingga hasil yang didapatkan pada

waktu dan tempat yang berbeda akan tetap sama. Berdasarkan kelebihan

tersebut, ELISA banyak digunakan baik dalam bidang klinis maupun riset.

Oleh karena itu sudah banyak pula orang membuat kit yang berbasis ELISA.

Keberadaan kit tersebut sangat mempermudah proses analisis menggunakan

ELISA. Jika dilihat dari harga pemeriksaan, ELISA masih tergolong mahal

karena selain menggunakan antibodi spesifik, ELISA juga membutuhkan

enzim khusus yang dikonjugasikan pada antibodi. Selain itu, waktu analisa

yang dibutuhkan juga cukup lama, dari mulai sekitar dua jam hingga dua hari

(Thermo Scientifc, 2010 dalam Patricia dan Gina, 2018). Pengerjaan ELISA

baik yang manual maupun kit cukup rumit, oleh karena itu dibutuhkan tenaga

ahli dalam pengerjaannya. Berbeda dengan aglutinasi dan imunokromatografi

yang sederhana dan bisa dilakukan siapa saja.

2.7 Pemeriksaan ELISA yang Mendeteksi Antigen

Menurut Hafizahsyah (2018) berikut merupakan pemeriksaan ELISA yang

mendeteksi antigen:

1. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) DIRECT

Teknik ELISA ini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana.

Teknik ini seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur

konsentrasi antigen padasampel ELISA direct menggunakan suatu antibody

spesifik (monoklonal) untuk mendeteksi keberadaan antigen yang

diinginkan pada sampel yang diuji. Pada ELISA direct, pertama microtiter
diisi dengan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan, sehingga

antigen tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding lubang

microtiter, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak

menempel pda dinding lubang microtiter. Lalu antibodi yang telah

ditautkan dengan enzim signal dimasukkan ke dalam lubang lubang

microtiter sehingga dapat berinteraksi dengan antigen yang diinginkan,

yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk membuang antibodi

tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan antigen. Lalu, ke

dalam lubang-lubang microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat

bereaksi dengan enzim signal, sehinggaenzim yang tertaut dengan antibodi

yang telah berinteraksi dengan antigen yang diinginkan akan berinteraksi

dengan substrat dan menimbulkan signal dapat dideteksi. Pendeteksian

interaksi antara antibodi dengan antigen tersebut selanjutnya dapat

dihitung dengan menggunakan kolorimetri, chemiluminescent,atau

fluorescent end-point.

ELISA direct memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

a. Immunoreaktifitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat

bertautdengan enzim.

b. Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan

mahal.

c. Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label)

dariantibodi pada percobaan yang berbeda.

d. Amplifikasi signal hanya sedikit.


e. Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus dimurnikan

sebelum digunakan untuk uji ELISA direct.

Sedangkan kelebihan dari ELISA direct antara lain :

a. Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis antibodi.

b. Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA akibat reaksi

silangdengan antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi.

2. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) SANDWICH

Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk

menangkap antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim

signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang diinginkan. Pada

dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip dengan ELISA direct,

hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang diinginkan tidak

perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus

dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder

spesifik tertaut enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung

dikhususkan pada antigen memiliki minimal 2 sisi antigenik (sisi interaksi

dengan antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida

atau protein.

Pada ELISA sandwich, antibodi primer seringkali disebut sebagai

antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder seringkali disebut

sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder seringkali disebut

sebagai antibodi deteksi. Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih

banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan antigen multivalent

yang kadarnya sangat rendah pada suatu larutan dengan tingkat


kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich memiliki tingkat

sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan dari

antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi.

Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:

a. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’

b. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir

c. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate

d. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat

e. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan

antigen

f. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang

akanberikatan dengan antibodi primer.

g. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat

dibuang.

h. Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal

berwarna/berfluoresensi/elektrokimia.

i. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas

dariantigen

Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain :

a. Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel

padadinding-dinding microtiter.
b. Avinitas dari antibodi penangkap dan antibody detector terhadap antigen

sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan

dariteknik ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct.

Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada

tingkat sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang

diinginkan harus dapat berinteraksi dengan dua jenis antibodi, yaitu

antibodi penangkap dan antibodi detektor, kemampuannya menguji sampel

yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang

dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis

protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara

kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang

terimobilisasi.

Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki

kelemahan, yaitu teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi

antigen yang bersifat multivalent serta sulitnya mencari dua jenis

antibody yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi antigenik

yang berbeda (epitopnya harus berbeda).


2.8 Prinsip Kerja ELISA

Prinsip kerja sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini:

Contoh Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich:

1). Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikan

dengan membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding

permukaan selama 30-60 menit.

2). Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.

3). Melapisi sisi-sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen

dengan protein yang tidak berhubungan tidak spesifik (seperti larutan susu

bubuk).

4). Membilas protein yang tidak melekat.

5). Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkan

antibodi untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel.

6). Membilas antigen yang tidak terikat.

7). Menambahkan antibodi yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat

spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga

terbentuk sandwich.
8). Membilas antibodi-enzim yang tidak terikat.

9). Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna yang

terikat

10). Inkubasi sampai muncul warna

11). Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang

terdeteki, maka makin besar kadar antigen spesifik dalam sampel.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ELISA (Enzyme-Linked Imunossorbent Assay) atau penetapan kadar

imunossorbent taut enzim, merupakan uji serologis yang umum digunakan

diberbagai laboratorim imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan

seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis dan memiliki

sensitivitas yang cukup tinggi. Jenis-jenis ELISA yaitu Indirect ELISA,

Sandwich ELISA, dan ELISA kompetitif. Sedangkan pemeriksaan ELISA

untuk mendeteksi antigen yaitu ELISA direct dan ELISA sandwich, ELISA

direct menggunakan suatu antibody spesifik (monoklonal) untuk mendeteksi

keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. ELISA

sandwich mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich,

larutan antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi.

3.2 Saran

Sebaiknya diperlihatkan prosedur penggunaan alat ELISA baik dalam

bentuk dokumentasi gambar ataupun video, dikarenakan tidak adanya alat

ELISA.
DAFTAR PUSTAKA

Candra Dwi, 2018. Pemeriksaan Metode Elisa. https://www.academia.edu/


30429543/terbaru. (Diakses pada tanggal 10 November 2019).

Hafizahsyah. 2018. Teknik Molekular Dan Imunologi Metode ELISA (Enzyme-


Linked Immunosorbent Assay). Diakses pada tanggal 10 November 2019

Karin, Reza dan Siska. 2016. ELISA (Enzyme Linked Immune-Sorbent Assay).
SumateraUtara: Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 10
November 2019

Patricia dan Gina. 2018. Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi Untuk D3


Teknologi Laboratorium Medis. Cimahi: Stikes Achmad Yani. Diakses
pada tanggal 10 November 2019

Anda mungkin juga menyukai