Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Jamur sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya

sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Jenis-jenis fungi-fungian ini bisa hidup dan tumbuh
diamana saja, baik di udara, tanah , air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut anatara lain mikosis
yang menyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksis dari jamur yang
ada dalam produk makanan dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.
Sel jamur terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk hifa (pseudo hypha) merupakan banyak
bentuk negatif dan bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup dimana
kondisi di sekitarnya sangat buruk untuk berkembang biak. Hifa ada yang bersepta da nada yang
tidak bersepta bergantung dengan spesies daripada jamur. Kumpulan daripada hifa disebut
miselium.
Sampai saat ini dikenal kurang lebih 200.000 spesies jamur, tetapi hanya 50 spesies yang
pathogen pada manusia yaitu 20 spesies menyerang kulit. 12 spesies menyerang subkutan, 18
spesies menyerang alat bantu atau sistemik.
Jamur pada manusia hidup pada lapisan tanduk. Jamur kemudian melepaskan toksin yang
bisa menimbulkan peradangan dan intasi merah dan gatal. Infeksisnya bisa berupa bercak-bercak
berwarna putih, merah dan hitam dikulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang
berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

1.2

Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami teknik pembuatan sediaan langsung (direct
preparat).
b. Untuk dapat melakukan pengamatan pada preparat jamur yang telah dibuat serta
melakukan identifikasi hasil yang diperoleh.

BAB II
1

PEMBAHASAN

2.1

Tinjauan Pustaka
A. Jamur
Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam toksin Kngdom Fungi
berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu bersifat
heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding selnya. Jamur dapat
bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari oraganisme lain yang mati, bersifat
parasit dengan mendapatkan / nutrisi dengan menghisap dari organisme hidup, atau dengan
bersimbosis dengan cara mutualisme bersama satu oraganisme. Produksi kitin, sejenis
polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara fungi, choanoflagellata, dan
hewan. Adapun jamur dibagi menjadi empat devisi yaitu : Zygomycota, Ascomycota,
Basidiomycota, dan Deuteromycota (jamur imperfektil).Pada umumnya jamur bersel banyak,
tetapi ada pula yang bersel satu. Berdasarkan sifat ini pula, maka ukuran jamur sangat
bervariasi dari sangat kecil / mikroskopik sampai berukuran cukup besar / makroskopik.
Jamur atau fungi adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organic
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut
saprofit. Saprofit mengancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian dikembalikan
kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.
Kapang yaitu jamur yang berbentuk filament. Kapang berproduksi dengan
menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari berbagai jenis yaiu : spora seksual dan spora
aseksual. Kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana
sampai yang kompleks, kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik. Maka dari itu kapang
mampu pada bahan yang menganung pati, pectin, protein, atau lipid.
Khamir adalah kategori non takson yang mencakup semua fungi uniseluler yang berasal
dari kingdom zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang
baik secara seksual maupun aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas dan fisi
(membelah menjadi dua setelah mitosis). Sedangkan cara seksual : yaitu dengan fusi
(penggabungan) dua se dengan mating tipe (tipe perkawinan) yang berbeda zigot hasil fusini
kemudian akan membentuk empat hingga delapan spora yang kemudian menyebar.
2

B. Candida Sp.
Candida adalah flora normal terutama pada saluran pencernaan, juga selaput mukosa
saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Di
tempat-tempat itu ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan keadaan patologik ketika
daya tahan tubuh menurun baik secara local maupun sistemik progresif pada penderita yang
lemah atau system imunnya tertekan, terutama jika imunitas berperantara sel terganggu.
Salah satu spesies Candida yang bersifat pathogen adalah Candida albicans. Spesies ini
merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalm dua bentuk yang
berbeda yakni sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan
menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu.
Morfologi Candida pada media SDA umumnya berbentuk bulat dengan permukaan
sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni
yang telah tua. Warna koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Candida
albicans dapat tumbuh dan dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya dalam
melakukan proses fragmentasi.
Pemeriksan Candida dalam mikroskopik menggunakan specimen dahak, eksudat,
thrombus, darah, dan sebagainya, dapat diperiksa dengan sediaan hapus yang diwarnai
dengan wet mounts, gram, giemsa, periodic acid shift (PAS) untuk mencari elemen-elemen
yaitu pseudohifa, dan sel bertunas yang karakteristik untuk candida. Untuk kerokan kulit atau
kuku dapat diletakkan pada kalium hidroksida.

Gambar 2.1 Jamur Candida Albicans

C. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk
membedakan bakteri apakah gram positif atau gram negatif, bakteri dicampur dengan
tetesan air steril pada gelas objek, kemudian disebarkan ditengah gelas obyek sehingga
membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Dengan kristal violet olesan bakteri digenangi
selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir, dan dikering anginkan. Diberi yodium
selama dua menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Selanjutnya diberi
larutan pemucat yaitu alkohol 95%, tetes demi tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat
lagi, lalu dicuci pada air mengalir dan dikeringanginkan. Kemudian dogenangi lagi
dengna safranin selama 30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering diudara. Warna merah
pada olesan bakteri menujukkan bakteri gram negatif dan jika warna ungu menunjukkan
bakteri gram positif.
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar yaitu Gram positif dan bakteri
Gram negatif. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur, sifat kimia, dan fisik dinding sel bakteri. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, seorang ilmuwan Denmark bernama Hans Christian Gram
(18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
2.2

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Mikroskop
b. Objek glass
c. Cover glass
d. Ose
e. Bunsen
f. Bak pengecetan
g. Korek api
h. Pipet tetes
2. Bahan
a. Media Agar
b. Alcohol
c. Oil imersi
d. KOH 10%
e. pz
4

f. Zat warna
1) Karbol kristal ungu 0,5 %
2) Cairan Lugol (yodium)
3) Alkohol 96 %
4) Air Fukhsin atau safranin0,5 %
2.3 Prosedur Kerja
1. Pewarnaan Gram
a. Membuat preparat
-

Bersihkan objek gelas dengan tissue, kemudian lewatkan di atas api untuk
menghilangkan lemak lalu biarkan dingin sebelum dipakai.

Ambil biakan jamur dengan ose, letakkan di atas gelas objek gelas yang
sebelumnya diberikan satu tetes pz, sebarkan dengan membentuk lingkaran

Biarkan mngering di udara atau dipercepat dengan melewatkan di atas api


(difiksasi).

b. Tuang larutan karbol kristal ungu sampai zat warna menutupi seluruh permukaan
jamur yang akan diuji. Biarkan selama 1 menit
c. Cuci dengan air lalu tuangkan cairan Lugol /yodium selama 1 menit, kemudian dicuci
dengan air.
d. Lalu cuci alkohol 96% selama 30 detik sampai zat warna tidak mengalir lagi.
e. Cuci dengan air.
f. Tuangkan safranin sampai menutupi seluruh permukaan jamur, biarkan selama 1
menit, cuci dengan air lalu keringkan dengan tissue
g. Tetesi minyak immersi diatas sediaan kemudian amati di bawah mikroskop dengan
menggunakan perbesaran awal 100 kali.
2. Pewarnaan KOH 10%
a. Letakkan objek glass ditempat yang datar dan bersih
5

b. Teteskan satu tetes KOH 10% pada bagian tengah objek glass
c. Ambil satu ose biakan jamur lalu dicampurkan dengan larutan KOH 10% pada objek
glass
d. Tutup dengan cover glass
e. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10-40 kali

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1

Hasil Pengamatan
N

Macam Pewarnaan

O
1

Pewarnaan Gram

Hasil Pengamatan

Keterangan
Candida sp adalah
yang berbentuk
bulat dilihat
dibawah mikroskop
dengan pembesaran
10x

Pewarnaan

KOH -

10%
3.2

Pembahasan

Pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram-positif dapat ditemulan


Candida sp. dalam bentuk yeast, berbentuk oval dengan diameter kurang lebih 5m dan
bereproduksi dengan membentuk budding. Candida sp sering juga ditemukan dalam
bentuk mycelium dengan pseudohyphae dan kadang-kadang dapat ditemukan dalam
bentuk septate mycelium (Kayser et al, 2005).
Dalam hasil pengamatan ditemukan Candida sp. Gram-postif yang agak kebiruan,
ini terjadi kemungkinan karena waktu pewarnaan yang kurang lama sehingga warna
belum terserap sempurna. Candida sp. Gram-postif ditemukan dalam bentuk yeast,
berbentuk oval, tidak ditemukan adanya pseudohyphae, kemungkinan karena pewarnnaan
yang tidak sempurna dan kualitas dari mikroskop yang rendah.
Tujuan pemeriksaan dengan tehnik KOH adalah untuk membedakan jenis jamur
dan membedakannya dengan jenis bakteri. Dari hasi pengamatan yang sudah dilakukan,
jamur dan sel lainnya tidak dapat ditemukan dalam pemeriksaan di bawah mikroskop.
Kemungkinan dikarekan tehnik pembuatan preparat yang kurang baik dan kualitas
mikroskop dan kemampuan sumber daya manusia yang lemah.

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah di lakukan terdapat Candida Albicans dengan

menggunakan pewarnaan gram dan KOH. Dari kedua pemeriksaan tersebut dapat di temukan
perbedaan antara pemeriksaan gram dan KOH, dimana pada pemeriksaan gram dapat di temukan
Candida sp. sedangkan Pada KOH tidak di temukan Candida sp.

DAFTAR PUSTAKA

Arenas R, Estrada R. 2001. Tropical Dermatology. Georgetown: Landes Bioscience. 17-22.


Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical Microbiology.
23rd Edition. Singapore: McGraw-Hill. 39-40, 58-9, 431-4.
Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernage RM. 2005. Medical microbiology. 10th Edition.
Stuttgart: Thieme. 362-4.
Subandi,U. 2009. Mikrobiologi dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai