Anda di halaman 1dari 3

5.1 Rhizopus sp.

Rhizopus sp. merupakan jamur yang termasuk kedalam zygomycota dan ordo mucorales
karena memiliki hifa yang tidak bersekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2012)
bahwa Jamur Rhizopus sp adalah fungi yang merupakan filum zygomiycota ordo mucorales.
Adapun ciri lain dari jamur ini mempunyai hifa yang ceonositik, oleh karena itu jamur ini tidak
bersekat. Stolon atau miselium dari jamur Rhizopus sp ini menyebar diatas subtratnya karena
hifa dari jamur ini adalah vegetative.
Ciri umum dari jamur ini yaitu terdiri dari hifa bercabang yang membentuk misellium,
hifanya tidak bersekat, septa hanya ditemukan saat proses reproduksi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Susanto (2012) bahwa Adapun ciri lain dari jamur ini mempunyai hifa yang
ceonositik, oleh karena itu jamur ini tidak bersekat. Stolon atau miselium dari jamur Rhizopus sp
ini menyebar diatas subtratnya karena hifa dari jamur ini adalah Vegetative. Terdiri dari benang-
benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium, septa atau sekat antar hifa
hanya ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk. Koloni berwarna abu-abu kecoklatan seperti
kapas, sporangium menghasilkan spora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayatullah (2018)
bahwa Rhizopus sp mepunyaikoloni yang berwarna keputihan menjadi abu- abu kecoklatan
hingga coklat kekuningan. Rhizoid dari jamur ini warna coklat, bercabang dan berlawanan arah
dengan sporangiofor bisa muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor bisa
satu atau berkelompok kadang-kadang meyerupai garpu, dinding berduri, warna coklat gelap
hingga berwarna coklat kehitaman dengan diameter 50-200 µm. Kolumela berbentuk usia
biakan, serta mencapai tinggi kurang lebih 10 mm. Stolonnya berdinding halus atau agak kasar
dan hampir tidak berwarna, sporangiospora jamur ini berbentuk bulat atau tidak, biasanya
berbentuk poliginal, terdapat garis pada permukannya dan mempunyai panjang sekitar 4-10 µm.
Ciri khusus yang dimiliki jamur ini yaitu memiliki hifa bentuk rhizoid. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Susanto (2012) bahwa Ciri khas jamur ini mempunyai hifa yang membentuk
rhizoid yang nempel ke subtrat. Hifa berbentuk rhizoid berfungsi sebagai jangkar untuk
menyerap makanan.
Jamur Rhizopus sp memiliki bebrapa bagian tubuh yaitu, stolon, sporangiophor, dan
rhizoid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2012) bahwa Stolon; hifa yang membentuk
jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti). Rhizoid; hifa yang menembus subtrat dan
berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan. Sporangiopor; hifa yang tumbuh tegak pada
permukaan substrat dan memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat) diujungnya.
Rhizopus sp. bereproduksi secara aseksual dan memproduksi sporangifor. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Susanto (2012) bahwa Jamur Rhizopus sp bereproduksi dengan cara aseksual
dan memproduksi sporangifor bertangkai. Sporangifornya berpisah dari hifa dengan hifa yang
lainya oleh sebuah dinding seperti septa. salah satu spesies dari fungi ini yalah jamur Rhizopus
sp stolonifer yang ditemukan pada roti yang sudah basi.
Habitat dari jamur ini yaitu tempat yang lembab, daerah tropis dan dapat tumbuh pada
roti, tempe, sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Natawijaya (2015)
bahwa Habitat Rhizopus sp. yaitu di tempat lembab, hidup sebagai saprofit pada organisme mati
misalnya pada bahan makanan seperti kedelai, roti, buah-buahan (anggur, stroberi dan tomat).
Jamur ini biasanya disebut sebagai jamur kapang hitam roti, karena spora yang dibentuknya
berwarna hitam dan sering tumbuh pada roti. Jamur ini banyak di temukan didaerah yang
beriklim tropis dan sub tropis. jamur ini bisa diisolasi dari tanah, terdapat juga pada kacang
tanah, biji-bijian,dan juga pada air terpolusi dan pada buah dan sayur yang sudah membusuk.
Ada beberapa manfaat dari Rhizopus sp. yaitu, dapat digunakan dalam proses pembuatan
tempe. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2012) bahwa Jamur Rhizopus oryzae
merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe. Jamur Rhizopus oryzae aman
dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur
Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan
asam amino.
5.2. Aspergillus sp.
Aspergillus sp. termasuk kedalam jamur Ascomycota karena berfilamen. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nurhayati (2011) bahwa Aspergilus merupakan fungi dari filum ascomycetes
yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Jamur  Aspergillus
terdiri dari beberapa jenis, diantaranya Aspergillus niger, A. flavus, dan Aspergillus terreus.
Ciri umum dari jamur ini yaitu koloninya berwarna putih saat muda dan seiring bentuk
konida menjadi hijau, hipanya bersepta dan misellium bercabang. Hal ni sesuai dengan
pernyataan Yulistiawan (2015) bahwa Cici–ciri Aspergillus adalah mempunyai hifa berseptat dan
miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil,
koloninya berkelompok, konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada
ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma
muncul konidium–konidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara, konidium–
konidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada
jamur.
Ciri khusus yang dimiliki jamur ini adalah memiliki hypa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nurhayati (2011) bahwa Aspergillus sp. mempunyai ciri khas yaitu berupa benang
tunggal disebut hypa, atau berupa kumpulan benang-benang padat menjadi satu yang disebut
miselium.
Ada beberapa bagian tubuh pada jamur ini yaitu, conidia, phialide, metule, vesicule,
conidiophore, hyphe. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mudah (2013) bahwa Aspergillus
memiliki bagian-bagian antara lain yaitu sel kaki, konidiofora, vesikel, sterigma, dan konidio.
Sel kaki merupakan struktur Aspergillus yang menempel pada medium, konidiofora merupakan
struktur yang muncul dari foot cell dengan ujung membesar menjadi vesikel dan membawa
sterigmata yang tumbuh konidia.
Aspergillus sp. berkembang biak dengan membentuk hifa dan konidiofora yang akan
menghasilkan spora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulistiawan (2015) bahwa Aspergillus
berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk
spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan
dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru.
Habitat Aspergillus sp. yaitu tempat yang memiliki cukup oksigen dan nutrisi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mudah (2013) bahwa Aspergillus bersifat aerobik, yaitu hidup di
lingkungan yang cukup oksigen, pH lingkungan yang dibutuhkan sekitar 2-8,5 dengan nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan. Nutrisi tersebut dapat berupa komponen makanan sederhana
sampai komponen makanan yang kompleks.
Ada beberapa manfaat dari jamur Aspergillus sp. beberapa diantaranya yaitu digunakan
sebagai biopestisida, berperan dalam pembuatan kecap dan tempe. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nurhayati (2011) bahwa jamur Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasitivus dapat digunakan sebagai biopestisida karena kemampuannya dalam menghasilkan
mikotoksin untuk membunuh serangga. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Mudah (2013)
bahwa beberapa spesies Aspergillus yang dapat dimanfaatkan untuk fermentasi makanan seperti
pada fermentasi pembuatan kecap dan tempe.

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Feri, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Ragi Roti dan Waktu Fermentasi Terhadap
Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Ampas Tebu (Saccarum Officinarum) dengan HCL 30%
dalam Pembuatan Bioetanol. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas
Sumatra Utara.
Hidayatullah, Taufik. 2018. Identifikasi Jamur Rhizopus sp. Dan Aspergillus sp. Pada Roti Bakar
Sebelum Dan Sesudah Dibakar Yang Dijual Di Alun-alun. Program Studi Diploma III Analis
Kesehatan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Nurhayati, 2011, Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit Tanaman
secara Hayati yang Ramah Lingkungan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus Unsri, Sumatera Selatan.
Natawijaya, D., Saepudin, A., & Pangesti, D. (2015). Uji Kecepatan Pertumbuhan Jamur
Rhizopus Stolonifer dan Aspergillus niger yang Diinokulasikan Pada Beberapa Jenis Buah
Lokal. Jurnal Siliwangi Seri Sains dan Teknologi, 1(1).
Yulistiawan, Aris D., et al. 2015. Identifikasi Fungi. Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur.
Mudah, Miftakhul. 2013. Upaya meningkatkan Kualitas Bahan Baku Pakan Ikan Melalui
Fermentasi Ampas Tahu Oleh Aspergillus Niger. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan:
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai