Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Alelopati

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan

Disusun Oleh:
Muhammad Zamzam Muzamil
140410190025
Kelompok 1
Aslab: Teh Indriyani

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melihat pengaruh zat alelopati dari rimpang
alang-alang terhadap daya kecambah benih padi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada
larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu
menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada dibawah pohon
kenari hitam tersebut. Sebelumnya Condolle pada tahun 1832 menyatakan bahwa
eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya
ekskresi atau eksudasi akar tanaman sebelumnya (Wilis, 1985).
Alelopati dapat didefinisikan sebagai interaksi kimiawi antara dan di antara
tumbuhan dan mikroorganisme melalui pelepasan senyawa kimia yang aktif secara
biologis ke lingkungan. Selama tiga dekade terakhir, bidang ilmiah ini telah
menerima perhatian yang terus meningkat dari para ilmuwan tanah, ahli
mikrobiologi, ahli ekologi, ahli fisiologi tumbuhan, ahli biokimia, ahli botani,
ilmuwan gulma, ahli agronomi, dan ahli kimia produk alami. Meskipun beberapa
penelitian diakui telah menunjukkan kemungkinan alelopati di alam, banyak yang
tampak terbatas pada keadaan in vitro. Kesulitan ini mencerminkan kompleksitas
interaksi alelopati. Efek alelopati sering dimodifikasi oleh faktor stres biotik dan
abiotik tambahan, peristiwa meteorologi yang tidak pasti, atau faktor fisik, kimia, dan
biologis tanah, yang semuanya dapat memengaruhi waktu tinggal, persistensi,
konsentrasi, dan nasib senyawa alelopati di lingkungan. Potensi alelopati dari gulma
dan spesies tanaman tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi spesies
gulma terkait dan hasil tanaman yang diinginkan, dan alelopati telah berhasil
digunakan dalam program pengendalian hayati yang berfokus pada pengendalian
gulma bermasalah dan penyakit tanaman. Dengan demikian, ini memainkan peran
penting dalam agroekosistem dan jelas bahwa pemahaman yang lebih baik tentang
alelopati dapat membantu baik dalam perbaikan tanaman maupun dalam
mengembangkan pertanian yang lebih berkelanjutan (Keating, 1999).
Senyawa alelopati yang bersifat racun tersebut dapat terjadi di tanah melalui
beberapa cara: Eksudasi atau ekrsesi dari akar, volatilasi dari daun yang berupa gas
melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar melalui air hujan atau embun,
larut dari serasah yang telah terdekomposisi, dan transformassi dari mikroorganisme
tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari leaching daun
segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah
terdekomposisi. Pada tanaman pangan juga ada yang menghasilkan senyawa alelopati
antara lain jagung, padi, dan ubijalar (Villamajor, 1992). Senyawa alelopati dapat
dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4.
Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa
alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat (Djazuli,
2011).
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR
3.1 Alat
- Cawan petri
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Gunting
- Kertas saring
- Labu erlenmeyer
- Mortar dan alu
- Neraca analitik
- Pinset
- Spatula
3.2 Bahan
- Benih Padi
- Akuades
- Rimpang alang - alang
3.3 Prosedur
- Pilih 100 benih padi
- Rendam dalam akuades selama 1 jam, setiap 15 menit akuades diganti
- Bersihkan rimpang alang – alang, lalu timbang 5, 10, 20, dan 30 gram.
- Digerus sampai halus, tambahkan akuades 100 mL pada setiap konsentrasi
- Saring dengan kertas saring dan tampung dalam erlenmeyer
- Tambahkan pada setiap petridish 5 mL ekstrak dari setiap konsentrasi
- Siapkan 1 petridish sebagai kontrol dengan diberi 5 mL aquades
- Susun benih dan inkubasi selama 48 jam
- Setelah 48 jam, hitung daya kecambah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perlakuan Daya Kecambah (%)
Kontrol/Akuades 97
Alelopati 5% 92
Alelopati 10% 88
Alelopati 20% 87
Alelopati 30% 59
Rata - Rata 84,6
*Hasil setelah diinkubasi selama 48 jam
4.2 Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai daya berkecambah yang
memiliki tujuan untuk melihat pengaruh zat alelopati dari rimpang alang-
alang terhadap daya kecambah benih padi. Alelopati merupakan senyawa
kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang
dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan
individu tumbuhan lainnya (Odum & Srigandono, 1993). Beberapa jenis
senyawa alelopati yang cukup potensial antara lain berasal dari ekstrak
tumbuhan alang-alang (Imperata cylindrica), akasia (Acacia mangium),
jagung (Zea mays) dan pinus (Pinus merkussi). Salah satu masalah rendahnya
produktivitas padi gogo yaitu pada awal pertumbuhan (perkecambahan) yang
biasanya disebabkan oleh tanaman invasif (alang-alang) yang mengandung
senyawa alelopati sehingga memberikan pengaruh nyata terhadap hasil panen
(Kurniati, dkk., 2018). Senyawa alelopati tersebut bekerja dengan cara
menghambat perkecambahan benih padi. Hambatan perkecambahan ini
diduga disebabkan oleh adanya senyawa alelopati yang berdifusi ke dalam biji
padi. Senyawa alelopati yang dapat menyebabkan penghambatan derminasi
biji padi, antara lain senyawa fenol yang memiliki daya alelopati yang kuat
(Putnam & Tang, 1986). Perkecambahan dimulai setelah masuknya air yang
akan menstimulasi aktivitas hormon dan enzim-enzim derminasi. Masuknya
senyawa fenol akan berakibat merusak daya katalitik enzim derminasi
terutama yang berkaitan dengan perombakan karbohidrat (Kurniati, dkk.,
2018).
Hambatan perkecambahan juga dapat disebabkan oleh gangguan
proses mitosis pada lembaga (embrio) (Einhellig, 1995). Senyawa fenol dan
derivatnya seperti kumarin, asam kumarat dan asam benzoat akan
mempengaruhi beberapa proses penting seperti pembelahan sel, penyerapan
mineral, keseimbangan air, respirasi, fotosintesis, sintesis protein, klorofil dan
fitohormon. Mekanisme gangguan mitosis oleh senyawa fenol disebabkan
karena fenol berdifusi atau meresap kedalam kulit atau cangkang biji padi
kemudian merusak benang-benang spindle (benang protein yang membentuk
tabung tubulus yang muncul menghubungkan steroid yang satu dengan yang
lain) pada bakal tunas padi saat metafase (Wattimena, 1987).
Pada percobaan terlihat bahwa petridish kontrol yang hanya
ditambahkan air dan tidak diberikan ekstrak alang – alang, memiliki daya
berkecambah yang sangat tinggi dengan persentase sebesar 97%. Pada
petridish dengan 5% ekstrak alang – alang diperoleh nilai daya berkecambah
sebesar 92%. Pada petridish dengan 10% ekstrak alang – alang diperoleh nilai
daya berkecambah sebesar 88%. Pada petridish dengan 20% ekstrak alang –
alang diperoleh nilai daya berkecambah sebesar 87%. Pada petridish dengan
30% ekstrak alang – alang diperoleh nilai daya berkecambah sebesar 59%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak rimpang alang
– alang, maka daya berkecambah dari suatu benih akan semakin menurun. Hal
ini disebabkan karena ekstrak rimpang alang – alang mengandungg senyawa
alelopati yang pengahambat proses perkecambahan.
BAB V
KESIMPULAN
Senyawa alelopati dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan, salah
satunya yaitu dari ekstrak rimpang alang – alang (Imperata cylindrica).
Senyawa alelopati bekerja dengan cara menghambat proses perkecambahan
benih biji padi. Senyawa alelopati akan masuk kedalam biji padi secara difusi,
lalu akan mengganggu proses mitosis dalam biji padi tersebut sehingga
perkecambahan biji padi tersebut akan terhambat. Semakin tinggi senyawa
alelopati yang diberikan pada benih biji padi, maka persentase daya
berkecambah benih tersebut akan semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, M. (2011). Alelopati pada beberapa tanaman perkebunan dan teknik
pengendalian serta prospek pemanfaatannya. Prospektif, 10(1), 44-50.
Einhellig, F.A. (1995). Allelopathy: Current Status And Futuregoals. In: Inderjit,
Dakhsini KKM, Einhelig FA (Eds). Allelopathy, Organism, Processes And
Applications. American Chemical Society: Wangsongton DC.
Keating, K. I. (1999). Allelopathy: principles, procedures, processes, and promises
for biological control. Advances in agronomy, 67, 141-231.
Kurniati, T., Daniel, D., & Sudrajat, S. (2018). Uji Toksisitas Dan Sifat Alelopati
Ekstrak Alang-Alang (Imperata cylindrica) terhadap Perkecambahan Biji Padi
(Oryza sativa). Jurnal Atomik, 3(1), 54-60.
Odum, E. P., & Srigandono, B. (1993). Dasar-dasar ekologi. Gadjah Mada
University Press.
Putnam, A. R., & Tang, C. S. (1986). The science of allelopathy. Wiley.
Villamajor Jr, F.G. (1992). Perspective on the lates development on cultural
management in sweetpotato. Workshop on the interdisciplinary Teamwork in
Sweetpotato Development project. Zambales Philippines. 11 pages
Wattimena, G. A. (1987). Zat pengatur tumbuh. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
Willis, R. J. (1985). The historical bases of the concept of allelopathy. Journal of the
History of Biology, 18(1), 71-102.
LAMPIRAN
Petridish Kontrol
Awal Pengamatan 48 Jam Pengamatan

*Biji yang dilingkari adalah biji yang tidak berkecambah


Petridish Konsentrasi Rimpang Alang-Alang 5%
Awal Pengamatan 48 Jam Pengamatan

*Biji yang dilingkari adalah biji yang tidak berkecambah


Petridish Konsentrasi Rimpang Alang-Alang 10%
Awal Pengamatan 48 Jam Pengamatan

*Biji yang dilingkari adalah biji yang tidak berkecambah


Petridish Konsentrasi Rimpang Alang-Alang 20%
Awal Pengamatan 48 Jam Pengamatan

*Biji yang dilingkari adalah biji yang tidak berkecambah


Petridish Konsentrasi Rimpang Alang-Alang 30%
Awal Pengamatan 48 Jam Pengamatan

*Biji yang dilingkari adalah biji yang tidak berkecambah

Anda mungkin juga menyukai