Anda di halaman 1dari 3

PASSION SEPTEMBER

“Menuju Hilangnya Es Abadi di Puncak Jaya Papua: Indonesia Darurat


Krisis Iklim”

Iklim terdiri dari pola cuaca jangka panjang di wilayah geografis yang besar. Kondisi
iklim adalah karakteristik wilayah tertentu (Manahan, 2002). Iklim dipengaruhi oleh monsun,
variasi musiman dalam pola angin antara lautan dan benua. Misalnya, musim panas
menyebabkan udara naik, sehingga menciptakan area bertekanan rendah yang menarik udara
hangat dan lembab dari laut. Kelembaban dari udara mengembun dan hujan monsun membawa
sejumlah besar curah hujan.
Iklim yang terus berubah akibat suhu bumi yang semakin memanas (global warming)
adalah fakta dan bukan sekedar perdebatan ilmiah semata. Pemanasan global bukan hanya
mempengaruhi suhu di bumi tetapi juga menciptakan bencana (Luthfia,2019). Dampak
perubahan iklim ini dapat dibuktikan salah satunya dengan mencairnya Puncak Jaya Papua.
Gletser yang berada di Taman Nasional Lorentz di Papua merupakan gletser tropis terakhir yang
berada di Asia. Gletser ini disebut sebagai es abadi yang tidak akan mencair, tapi siapa yang tau
ternyata gletser ini diperkirakan akan segera punah akibat kenaikan iklim yang signifikan.
Mencairnya es di Puncak Jaya Papua dipercepat dengan adanya tren kenaikan iklim yang
signifikan. Meningkatnya konsentrasi gas di atmosfer merupakan salah satu penyebab utama
naiknya suhu di bumi (Sofian,2019).
Di atmosfer, konsentrasi gas tertinggi adalah nitrogen yaitu sebesar 78,1%, lalu oksigen
sebesar 21,0%, argon sebesar 0,9%, dan karbon dioksida sebesar 0,03%. Selain itu, terdapat
kandungan gas yang konsentrasinya kurang dari 0,002% seperti neon, helium, metana, nitrogen
dioksida, hidrogen, xenon, dan masih banyak lagi. Dari banyaknya gas yang terdapat di atmosfer,
ada beberapa gas yang menyebabkan naiknya suhu bumi. Karbon dioksida merupakan gas yang
bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan suhu di bumi, yang mana gas ini dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan biodegradasi biomassa. Selanjutnya,
terdapat gas metana yang dapat menangkap panas 20-30 kali lebih besar dibandingkan karbon
dioksida. Gas lain yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi adalah chlorofluorocarbons (CFC)
dan nitrogen oksida.
Menurut Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK (2021) melelehnya gletser Papua
dapat mengakibatkan :
● Naiknya permukaan air laut
● Sistem hidro meteorologi berubah, hingga curah hujan dan gelombang
● Perubahan kuantitas dan waktu limpasan air dari gletser dan pencairan salju
● Aliran sungai menjadi lebih bervariasi, suhu air, dan stabilitas saluran secara keseluruhan
akan berubah
Pada bulan September 2010, Presiden Yudhoyono mendirikan Satuan Tugas REDD+.
Pasar karbon merupakan salah satu infrastruktur implementasi dari REDD+ yang perlu
dipersiapkan, dimana dipercaya dengan adanya pasar karbon mampu menyediakan insentif untuk
menurunkan emisi yang paling efisien dan efektif (Mashur, 2019). Apabila laju deforestasi di
masa depan dapat turun menjadi setengah dari laju pada 2000-2005 (495 juta tCO2 per tahun),
maka akan terjadi penurunan emisi sekitar 250 juta tCO2 per tahun.
Dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di daerah perkotaan setidaknya 30% dari total wilayah kota dengan rincian
20% RTH publik dan 10% RTH pribadi.
Apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah kenaikan suhu di bumi? Terdapat beberapa
cara yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya, yaitu dengan green chemistry atau
penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan, biomimicry atau mengikuti proses-proses
pemeliharaan lingkungan yang dicontohkan oleh alam dan diterapkan dalam proses maupun
produk buatan manusia, dan dematerialization atau pengurangan bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi.
Menjaga Puncak Jaya Papua merupakan tanggung jawab kita semua. Harga yang harus
dibayar dari dampak perubahan iklim terhadap Puncak Jaya Papua tidaklah murah dimana
generasi kedepannya mungkin tidak dapat melihat kembali keberadaan gletser yang berada di
Puncak Jaya Papua dimana ini merupakan gletser tropis terakhir yang berada di Asia atau bahkan
mungkin bayaran yang akan didapatkan di masa mendatang akan lebih mahal dari pada itu.

Referensi
Luthfia, A. R. (2019). Penguatan Literasi Perubahan Iklim di Kalangan Remaja. Jurnal
Abadimas Adi Buana, 3(1).
Manahan, S. E. (2002). Toxicological chemistry and biochemistry. CRC Press.
Mashur, D., & Meiwanda, G. (2019). ADAPTATION AND MITIGATION OF
CLIMATE CHANGE BASED ON COMMUNITY EMPOWERMENT. Jurnal
Kebijakan Publik, 10(1).
Sofian, I., Supangat, A., Fitriyanto, M. S., & Kurniawan, R. (2011). Memahami dan
Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim Pada Pesisir dan Laut di Indonesia Bagian
Timur. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 12(1).
SRN KLHK. (2021). Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim,
Pengelolaan data dan informasi aksi dan sumber daya untuk adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai