DI KOTA BANDUNG
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SUMEDANG
2021
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KONSERVASI HERPETOFAUNA
DI KOTA BANDUNG
ABSTRAK
Herpetofauna merupakan salah satu hewan yang saat ini sedang mengalami ancaman
akan keberadaannya. Faktor utama tingginya ancaman terhadap herpetofauna adalah
ketidaktahuan masyarakat tentang pentingnya keberadaaan mereka. Keberadaan
herpetofauna masih dianggap tidak sama penting dengan mamalia dan aves. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai herpetofauna dan
konservasinya, serta manajemen konflik jika terlibat konflik dengan herpetofauna.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara terstruktur melalui
kuesioner terhadap 96 orang masyarakat yang tinggal di Kota Bandung. Penentuan
responden dilakukan secara Non-probabilistik. Variabel dalam penelitian ini adalah
variabel categorical berupa karakteristik (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
rentang umur) serta persepsi responden yang diketahui dari pemahaman terhadap
herpetofauna dan pengetahuan tentang pemanfaatan, manajemen konflik, dan
konservasi herpetofauna. Survey dilakukan di kota Bandung pada tanggal 19-26
Oktober 2021. Dari hasil wawancara diketahui bahwa persepsi responden mengenai
herpetofauna sangat beragam. Beberapa responden menganggap bahwa herpetofauna
merupakan hewan yang menjijikan dan menyeramkan. Ada pula yang menganggapnya
herpetofauna sama pentingnya dengan organisme lain sehingga harus dilestarikan demi
keseimbangan ekosistem. Dalam manajemen konflik dengan herpetofauna, responden
akan memanggil pihak yang berwenang apabila herpetofauna yang mereka temui
berbahaya dan berada di tempat tinggal mereka. Sebagian kecil akan mengusirnya dan
membunuhnya. Persepsi responden mengenai konservasi herpetofauna juga
mendukung akan adanya konservasi. Sebagian besar responden juga mengetahui
manfaat dari herpetofauna. Namun, pengetahuan pemanfaatan herpetofauna dari aspek
ekonomi lebih banyak dari pada aspek ekologi.
ii
COMMUNITY PERCEPTION OF HERPETOFAUNA CONSERVATION
IN BANDUNG CITY
ABSTRACT
Herpetofauna is one of the animals that is currently experiencing threats to its existence.
The main factor in the high threat to herpetofauna is the public's ignorance about the
importance of their existence. The existence of herpetofauna is still considered not as
important as mammals and aves. This research was conducted to determine the
community's perception of herpetofauna and their conservation, as well as conflict
management if involved in a conflict with herpetofauna. This study uses qualitative
methods with structured interviews through questionnaires to 96 people living in the
city of Bandung. The determination of respondents is done in a non-probabilistic
manner. The variables in this study were categorical in the form of characteristics
(gender, education level, and age range) as well as respondents' perceptions which were
known from their understanding of herpetofauna and knowledge of utilization, conflict
management, and herpetofauna conservation. The survey was conducted in the city of
Bandung on 19-26 October 2021. From the results of the interviews, it is known that
respondents' perceptions of herpetofauna are very diverse. Some respondents think that
herpetofauna are disgusting and scary animals. Some consider herpetofauna as
important as other organisms so that they must be preserved for the sake of ecosystem
balance. In conflict management with herpetofauna, respondents will call the
authorities if the herpetofauna they encounter are dangerous and are in their place of
residence. A few will chase him away and kill him. Respondents' perceptions of
herpetofauna conservation also support conservation. Most of the respondents also
know the benefits of herpetofauna. However, knowledge of the use of herpetofauna
from the economic aspect is more than the ecological aspect.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam
semesta yang indah ini juga telah melimpahkan kasih sayang-Nya serta kemudahan
tiada henti bagi hamba-Nya sehingga atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
Laporan penelitian ini disusun sebagai hasil dari program Observasi Wahana
Alam (OWA) X yang diselenggarakan oleh Departemen Riset dan Keilmuan Dewan
karena hasil kerja keras penulis sendiri, tetapi juga dukungan dari berbagai pihak yang
terlibat secara langsung maupun tidak. Pada kesempatan kesempatan kali ini, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan atas
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah membantu,
mendoakan, dan mendukung dari awal kegiatan hingga selesainya laporan ini. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
Allah SWT., yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan kemudahan selama kegiatan
Observasi Wahana Alam X hingga diselesaikannya laporan ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Suryana, S.Si., MP., Kepala Prodi Biologi Unpad 2021 atas izin dan dukungan informasi
dalam pelaksanaan kegiatan Observasi Wahana Alam X;
2. Tatang Suharmana Erawan, Drs., M.I.L, dosen pembimbing Divisi Herpetologi yang telah
berbagi waktu, pikiran, dan ilmu dengan penulis;
3. Muhammad Rifal Khazin, S.Si, serta senior Divisi Herpetologi, yang telah memberikan
waktu dan pikiran dalam Pembuatan laporan.
4. Tim Observasi Wahana Alam X Divisi Herpetologi atas kerja sama, kerja keras, semangat,
baik mulai dari proses pengumpulan data, hingga pembuatan laporan ini sehingga lancarnya
kegiatan penelitian ini.
5. Keluarga Departemen Keilmuan DP XLII atas semangat, kebersamaan, serta dukungan yang
telah diberikan;
6. DP dan DPA HIMBIO UNPAD, serta seluruh Keluarga Besar HIMBIO UNPAD.
7. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
8. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan dan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
v
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................... 6
vi
2.2 Herpetofauna di Kota Bandung........................................................................... 8
BAB 5.......................................................................................................................... 30
5.2 Saran.................................................................................................................. 31
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.4 Diagram mengenai hal yang akan dilakukan responden jika terlibat
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Hotspot megabiodiversty adalah istilah yang digunakan untuk negara yang memiliki
keberadaaan mereka (Leksono dkk., 2015). Salah satu fauna yang terancam punah di
yang terdiri dari kelas reptil dan amfibi (Das, 1997). Saat ini ada sekitar 8.380 jenis
amfibi (Frost, 2021) dan 13.047 jenis reptil di dunia (Uetz and Stylianou, 2018).
masih kurang diketahui manfaatnya oleh banyak orang (Sardi dkk., 2014). Hal ini
1
2
sama penting dengan Mamalia dan Aves (Vitt and Caldwell, 2009). Namun demikian,
hewan-hewan herpetofauna ini memiliki peran yang sangat penting bagi lingkungan.
Seperti halnya ular yang sering dianggap sebagai hewan yang menakutkan dan banyak
Persepsi masyarakat ini dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dalam
herpetofauna ini sebagai ancaman. Anggapan seperti itu akan mendorong terjadinya
lingkungan atau biasa disebut sebagai bioindikator (Vitt and Caldwell, 2009).
dilakukan. Penelitian ini diharapkan memberikan data yang dapat digunakan sebagai
sebagai berikut:
herpetofauna
Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat
Bandung.
4
digunakan sebagai dasar dalam penentuan langkah konservasi bagi pihak-pihak yang
rentang umur) serta persepsi responden yang diketahui dari pemahaman terhadap
konservasi herpetofauna. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif yang diperoleh dengan cara wawancara terstruktur melalui kuesioner. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nominal scale karena menggunakan
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran letak persentil yang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herpetofauna
Herpetofauna berasal dari bahasa Yunani yaitu Herpeton yang artinya binatang
melata. Walau berbeda kelas, Amfibi dan Reptil dimasukkan dalam satu bidang ilmu
herpetologi karena cara hidup, habitat, metode pengamatan dan koleksinya serupa.
Reptil dan Amfibi merupakan hewan ektoterm dan poikiloterm yaitu berarti hewan
poikiloterm mampu tidak makan dalam jangka waktu yang lama karena memiliki
metabolisme yang rendah. Namun, katak tetap harus makan setiap hari atau beberapa
hari sekali, kecuali pada masa dorman. Amfibi dan Reptil adalah hewan berkaki empat
(tetrapod). Meskipun banyak Reptil seperti kadal dan ular yang tidak berkaki, namun
di dalam tubuhnya masih terdapat tulang sisa kaki yang ada di masa lalu. Amfibi dan
embrionya. Tipe telur Reptil adalah amniota, yaitu embrio dilindungi oleh amnion
(membran embrio). Telur Reptil tidak memerlukan sumber air dari luar. Telur Reptil
juga dilapisi oleh cangkang yang bersifat tertutup karena bisa melakukan pertukaran
6
7
zat hara dengan lingkungan. Telur Amfibi bertipe anamniota (tidak ada amnion).
Biasanya telur yang dikeluarkan betina akan dibuahi oleh jantan di luar (fertilisasi
eksternal). Telur Amfibi tidak bercangkang dan hanya dilindungi oleh lapisan gelatin
semi-permeabel serta sangat membutuhkan air dari lingkungan. Oleh karena itu, induk
Amfibi selalu dikeluarkan di sumber air. Selain itu, kulit keduanya sangat berbeda.
Kulit Reptil pada bagian integumen dilapisi oleh sisik rata atau berduri untuk mengatur
sirkulasi air. Sedangkan kulit Amfibi licin, terdapat kelenjar dan memiliki
permeabilitas yang tinggi sehingga dapat menjadi tempat keluar-masuk air dan gas.
Reptil terdiri dari empat Ordo, yaitu Rhynchocephalia (Tuatara), Crocodylia (buaya),
Testudinata (kura-kura dan penyu), dan Squamata (ular). Seluruh Ordo tersebut ada di
Indonesia kecuali Rhynchocephalia. Amfibi terdiri dari tiga Ordo, yaitu Caudata
(salamander), Anura (katak dan kodok), dan Gymnophiona (Amfibi tak berkaki).
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo Amfibia yang ada di dunia, yaitu Gymnophiona
Amfibi dan Reptil tersebar di seluruh dunia kecuali benua Antartika. Amfibi
dan Reptil menempati habitat seperti laut, sungai, kolam air, hutan dataran rendah
hingga pegunungan, kayu lapuk, kubangan, akar banir, dan serasah daun. Namun,
terdapat beberapa jenis Amfibi dan Reptil yang memiliki daerah sebaran yang sangat
terbatas bahkan hanya dapat ditemui pada tipe habitat spesifik. Jenis-jenis inilah yang
Amfibi dan Reptil dapat digolongkan menjadi empat, yaitu (Mistar, 2008):
8
amfibi dan 755 jenis reptil di indonesia. Adapun beberapa jenis herpetofauna yang
dapat ditemukan di Kota Bandung menurut data dari Sulaeman dkk., (2017) dan
Amphibia
Phrynoidis aspera
Fejervarya cancrivora
9
Limnonectes kuhlii
Limnonectes microdiscus
Leptobrachium hasseltii
Megophrys montana
Microhyla achatina
Microhyla palmipes
Huia masonii
Chalcorana chalconata
Odorrana hasii
Philautus aurifasciatus
Polypedates leucomystax
10
Rhacopharus margaritifer
Rhacopharus reinwarati
Reptilia
Bungarus candidus
Calliophis intestinalis
Coelognathus flavolineatus
Fowlea melanzostus
Malayopython reticulatus
Naja sputatrix
Ptyas carinata
11
Rhabdophis chrysargos
Rhabdophis subminiatus
Lycodon capucinus
Calotes versicolor
Eutropis multifasciata
Takydromus sexlineatus
Gecko gecko
penglihatan, tanggapan, yaitu proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu
12
lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono & Gulo, 1987
dalam Zainal, 2015). Persepsi sering diartikan sebagai cara pandang seseorang
terhadap sesuatu. Menurut Pahlevi (2007), persepsi adalah suatu proses untuk membuat
merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu
alat indera. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan saraf ke otak sebagai pusat
susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Stimulus diterima
oleh alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut
menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
2. Target atau objek, karakteristik karakteristik dan target yang diamati dapat
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa persepsi sangat dipengaruhi oleh unsur
subjektif orang yang mempersepsi, sehingga persepsi selalu mengarah pada fakta
spesifikasi pribadi. Oleh karena itu, penerimaan terhadap objek yang sama akan
ditanggapi atau dipersepsi berbeda oleh kelompok yang satu dan lainnya atau orang
mendukung upaya konservasi. Sumber daya di alam tidak dapat dilestarikan dan
dikelola dengan baik tanpa terlebih dahulu mengetahui persepsi dan sikap masyarakat
terhadap lingkungan (Lee and Zhang, 2008). Dengan mengetahui persepsi dan sikap
masyarakat terhadap sumber daya alam maka akan lebih mudah untuk merancang
strategi konservasi dan manajemen yang efektif untuk menjaga agar sumber daya alam
tetap lestari dan dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat (Dolisca et al.,
2007).
14
yang berakar dari bahasa latin dan merupakan gabungan dari dua kata yakni “con” yang
berarti bersama, dan “servare” yang berarti menjaga atau menyelamatkan. Konservasi
diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dengan
berpedoman pada asas pelestarian. Sumber daya alam adalah unsur-unsur hayati yang
terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
dengan unsur non hayati di sekitarnya yang secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Alam Hayati adalah pengelolaan sumber daya alam (hayati) dengan pemanfaatannya
dan meningkatkan kualitas nilai keragamannya. Pengertian ini juga disebutkan dalam
Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya
minyak bumi.
6. Penentuan lokasi yang paling tepat guna. Cara terbaik dalam pemilihan
Sigura-gura.
atau yang satu merugikan yang lain. Misalnya, pemanfaatan mata air
16
untuk persawahan.
Sumber daya alam flora fauna dan ekosistemnya berperan penting sebagai
flora fauna dan ekosistemnya. Kerusakan ini menimbulkan kerugian besar yang tidak
dapat dinilai dengan materi, sementara itu pemulihannya tidak mungkin lagi.
Oleh karena itu sumber daya tersebut merupakan modal dasar bagi
makhluk hidup lainnya. Sesuatu yang mendapat perlindungan maka dengan sendiri
terhadap flora fauna dan ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam
17
penyebab turunnya jumlah dan mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya
berarti dalam ekosistem terdapat hubungan yang erat antara makhluk hidup
budidaya, sarana untuk mempelajari flora fauna yang sudah punah maupun belum
yang karakteristik merupakan kawasan ideal sebagai sarana rekreasi atau wisata
alam.
dan satwa yang dilindungi, jumlah spesies herpetofauna yang dilindungi di Indonesia
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Pasal 3 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan
b. Penangkaran.
c. Perburuan.
d. Perdagangan.
e. Peragaan.
f. Pertukaran.
Kota bandung secara administrasi terletak di Jawa Barat dan merupakan ibu
kota Provinsi Jawa Barat. Mempunyai luas wilayah sebesar 167,45 Km 2. Secara
Geografis, kota bandung terletak diantara 107° BT dan 6°55’ LS. Secara topografi, kota
bandung berada di ketinggian 768 meter di atas permukaan laut (mdpl). Daerah bagian
19
selatan memiliki permukaan tanah relatif datar dengan titik terendahnya 675 mdpl.
Sedangkan daerah bagian utara merupakan daerah berbukit dengan titik tertingginya
1.050 mdpl. Kota bandung memiliki iklim yang lembab dan sejuk. Suhu rata-rata
hariannya mencapai 23,1 ℃ dan curah hujan rata-ratanya 204,11 mm (PPID Kota
Bandung, 2021).
BAB III
METODE PENELITIAN
dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Dajan (1986)
menjelaskan bahwa objek penelitian merupakan pokok persoalan yang hendak diteliti
untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun Objek penelitian pada penelitian
(jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan rentang umur) serta persepsi responden yang
20
21
memperoleh data yang membutuhkan dalam penelitian ini. Instrumen penelitian adalah
alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan
peneliti berupa angket dan daftar pertanyaan. Menurut Riduwan (2014) menyatakan
angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia
digunakan ada dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka
(angket tidak terstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga
responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaanya. Sedangkan
angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai
dengan pendapatnya. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah nominal scale
pengolahan data. Ukuran statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
sebagai berikut:
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
responden yang diwawancarai berkisar antara 17-22 tahun. Responden paling banyak
berumur 20 tahun (37,5%) dan paling sedikit berumur 17 dan 22 tahun (2,1%). Berikut
23
24
98% responden sudah menyelesaikan tingkat pendidikan SMA dan sisanya belum
tamat SMA. Berikut adalah diagram rasio jenis kelamin dan jenjang pendidikan
terakhir responden:
mengetahui apa itu herpetofauna (87,5%). Namun, sebanyak 12,5% responden masih
belum mengetahui tentang herpetofauna. Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu tahu,
beberapa faktor diantaranya yaitu tingkat pendidikan, pengalaman, minat, usia, dan
menyeramkan. Ada pula yang menganggapnya hewan yang biasa saja. Namun, mereka
juga menyatakan bahwa herpetofauna merupakan hewan yang penting terutama dalam
Maulana (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa persepsi seseorang mengenai suatu
hal dipengaruhi oleh variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang budaya),
variabel sosiopsikologis (keperibadian, kelas sosial, dan tekanan sosial), dan variabel
mengaku sering melihat dan menjumpai herpetofauna terutama dari golongan katak
sebagian besar responden menjawab akan memanggil pihak yang berwenang dan
mengusirnya. Hanya sebagian kecil yang akan membunuh mereka. Jika terlibat dalam
konflik dengan herpetofauna 66,7% responden akan memanggil pihak yang berwenang
jikalau herpetofauna yang mereka temui berbahaya dan berada di tempat tinggal
27
mereka, 3,1% responden akan membiarkannya saja, 24% akan mengusirnya, dan hanya
Gambar 4. 4 Diagram mengenai hal yang akan dilakukan responden jika terlibat
konflik dengan herpetofauna
Sebanyak 14,6% responden menyatakan bahwa salah satu cara terbaik untuk
hewan tersebut secara langsung dan dapat memberikan pakan dengan baik. Sebanyak
85,4% responden tidak menyetujui pernyataan bahwa salah satu cara terbaik konservasi
adalah dengan memeliharanya. Mereka berpendapat tidak semua orang mengerti dan
mengetahui cara yang baik dan benar dalam memelihara herpetofauna. Selain itu,
herpetofauna memiliki karakteristik habitat yang spesifik yang mana tidak semua bisa
mengetahui manfaat dari herpetofauna dan sebanyak 12,5% responden masih belum
mengetahui manfaat dari herpetofauna. Manfaat yang mereka tau dari herpetofauna
yaitu dapat dijadikan bahan pangan, digunakan sebagai obat tradisional, indikator
dikarenakan minat seseorang terhadap herpetofauna masih tergolong rendah. Asri dan
manfaat ekologi dipengaruhi oleh jenjang pendidikan. Jumlah masyarakat yang duduk
yang lebih tinggi sedikit. Mengetahui peran herpetofauna secara ekologi yaitu sebagai
predator dan mangsa dalam rantai makanan merupakan hal yang penting untuk
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut.
pihak yang berwenang apabila herpetofauna yang mereka temui berbahaya dan
membunuhnya.
30
31
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang perlu dilakukan
untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian yang sama dengan variasi
responden dan jumlah yang lebih banyak agar data dapat lebih merepresentasikan
kondisi sebenarnya di masyarakat.
3. Perlu dilakukan tindak lanjut berupa strategi konservasi herpetofauna yang efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, A. S. K., & Yanuwiadi, B. 2015. Persepsi masyarakat terhadap ular sebagai upaya
konservasi satwa liar pada masyarakat Dusun Kopendukuh, Desa Grogol,
Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi. J-PAL 6(1): 42-47.
Cahyadi, G. 2020. Peran publik dan media massa dalam pelaporan penemuan ular di
pemukiman penduduk (contoh kasus di Kota Bandung dan sekitarnya). Warna
Herpetofauna 12(1): 15–35.
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta : LP3ES.
Das, I. 1997. Conservation problem of tropical Asia’s most threatened turtle. Pp. 295–
308 in Conservation, restoration, and management of tortoises and turtles. (J.
Van Abbema, ed.). New York : New York Turtle and Tortoise Society and
WCS Turtle Recovery Program.
Dolisca, F., J. M. McDaniel, and Teeter, L. D. 2007. Farmers’ perceptions towards
forests: A case study from Haiti. Forest Policy & Economics 9(6): 704–712.
Frost, D. R. 2021. Amphibian Species of the World: an Online Reference. Version 6.1
[Online]. American Museum of Natural History. Avaliable at
https://amphibiansoftheworld.amnh.org/Amphibia (Diakses 15 Oktober 2021).
Kusrini, M. D. 2019. Metode Survei dan Penelitian Herpetofauna. Bogor: IPB Press.
Lee, H. F. and D. D Zhang. (2008). Perceiving the environment from the lay
perspective in desertified areas, northern China. Environmental Management
41(2): 168–182. http://doi.org/10.1007/s00267-007-9052-8
Leksono, S. M., A. Syachruroji, dan P. Marianingsih. 2015. Pengembangan bahan ajar
biologi konservasi berbasis etnopedagogi. Jurnal Kependidikan: Penelitian
Inovasi Pembelajaran 45(2): 168-183.
Maulana, H. D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
32
Mistar. 2008. Panduan lapangan Amfibi & Reptil di Area Mawas Propinsi Kalimantan
Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Medan: The Gibbon Foundation
& PILI-NGO Movement.
Muhammad, S. D. S., R. A. J. Legrans, dan J. Lainawa. 2014. hubungan antara faktor
sosial ekonomi dengan persepsi peternak terhadap pengembangan usaha
peternakan sapi perah di Kota Tomohon. Zootec 34(2): 39.
https://doi.org/10.35792/zot.34.2.2014.5525
PPID Kota Bandung. 2021. Geografis dan sejarah kota bandung [Online]. Avaliable
at : https://ppid.bandung.go.id/knowledgebase/sejarah-kota-bandung/ (diakses
20 Oktober 2021)
Riduwan. 2014. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sardi, M., E. Erianto, dan S. Siahaan. (2014). Keanekaragaman herpetofauna di Resort
Lekawai Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari 2(1): 126–133.
Setiawan, H. 2017. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap konservasi ekosistem
mangrove di Pulau Tanakeke Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial Dan
Ekonomi Kehutanan 14(1): 57–70. https://doi.org/10.20886/jsek.2017.14.1.57-
70
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulaeman, T., V. L. Zulfikar, dan H. Syarifah. 2017. Catatan Pengembaraan:
Rekam Jekak Amfibi di Bandung Raya. Xenodermus.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Supriatna, J. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Uetz, P., and A. Stylianou. (2018). The original descriptions of reptiles and their
subspecies. Zootaxa 4375(2): 257–264.
Vitt, L. J., and J. P Caldwell. 2009. Herpetology. An introductory biology of
amphibians and reptiles (3rd ed.). USA: Elsevier.
33
Widoyoko, E. P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Zainal, Z. 2015. Persepsi masyarakat terhadap partai politik di Desa Terantang
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 5(9):735-742.
34