Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR UMUM

PENGARUH ALLELOPATHY AKASIA (Acacia mangium Wild) TERHADAP


PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG (Zea mays)

Disusun oleh :

Nama : Ryan Rahmani


NIM : 08/270060/PN/11444
Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Djoko Prajitno, M.Sc

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
PENGARUH ALLELOPATHY AKASIA (Acacia mangium Wild) TERHADAP
PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG (Zea mays)

ABSTRAKSI

Allelopathy merupakan zat yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang seringkali memiliki sifat
penghambat terhadap pertumbuhan tumbuhan atau tanaman disekitarnya.Tujuan dari
penyusunan ini yaitu : untuk mengetahui bagaimana pengaruh allelopathy Acacia mangium
Wild terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays) serta mengetahui tanggapan dari benih
jagung tersebut terhadap allelopathy yang dilepaskan oleh Acacia mangium Wild. Benih
merupakan factor penentu keberhasilan budidaya aneka tanaman, sehingga diharapkan tak
ada hal-hal yang menggangu dalam proses perkecambahannya.

Kata kunci : Allelopathy, Perkecambahan Benih.

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu system usaha tani atau penggunaan tanah yang mengintegrasikan tanaman
pohon-pohonan dengan tanaman rendah merupakan sistim yang telah dipraktekan sejak
dahulu oleh para ahli di berbagai Negara Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Sistem ini
digunakan untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan sumber daya alam khususnya
penggunaan lahan. Salah satu bentuk dari sistim ini adalah sistim tumpang sari
(Arsyad,1989).

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistim tumpang sari yaitu pada pohon-
pohon yang ada. Pohon-pohon yang terdapat pada areal hutan yang akan digunakan
sebagai tanaman utama, dapat mengeluarkan zat-zat penghambat tumbuh yang dikenal
dengan allelopathy. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-
senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organic dan asam
lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat (Addicott dan
Lyon, 1969; Abeles,1972 dalam Gordner et al,1991). Pengaruh buruk dari alleolopathy
berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas
giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi,
pembukaan mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain (Rice 1974
dalam Salempessy,1998 ). Selain itu Patrick (1971) dalam Salampessy (1998)
menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk pengurangan dan
kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman, gangguan sistim
perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.

Sehubungan dengan masalah ini maka penanaman suatu jenis tanaman budidaya
sebagai tanaman sela atau pada lahan sekitar hutan harus memperhatikan tanggapan
tanaman tersebut terhadap pelepasan zat-zat penghambat yang dikeluarkan oleh pohon
disekitarnya.

B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1) Bagaimana pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium Wild terhadap perkembangan
biji jagung (Zea mays)

2) Tanggapan dari benih biji jagung (Zea mays) terhadap allelopathy yang dilepaskan
oleh Acacia mangium Wild.

C. MANFAAT

Memberikan informasi mengenai pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium Wild

terhadap perkembangan biji jagung (Zea mays) sehingga petani dapat mengembangkan

sistem pertanaman jagung yang tepat kaitannya dengan efektivitas keberadaan Acacia

mangium Wild pada lahan, dan juga sebagai sumber informasi ilmiah.
II. PENGARUH ALLELOPATHY AKASIA (Acacia mangium Wild)
TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG (Zea mays)

Alelopat merupakan zat-zat kimia yang memiliki pengaruh yang merugikan dari satu
tanaman terhadap tanaman lainnya melalui racun atau senyawa-senyawa penghambat yang
dikeluarkan ke tempat atau senyawa-senyawa penghambat yang dikeluarkan ke tempat atau
ke lingkungan tanamannya. Diperkirakan beberapa tanaman budidaya dapat mengeluarkan
senyawa kimia penghambat tersebut yang dapat meningkatkan kemampuan bersaing dengan
tanaman lain (Lontoh et al., 1996).
Alelopati sebagai segala bentuk pengaruh kerusakan dari suatu tanaman (mikro
organisme) atas tanaman lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui
senyawa kimia racun yang dikeluarkan ke lingkungan tanamannya. Senyawa racun kimianya
dikenal dengan istilah fitotoksin. Senyawa sejenis juga dapat ditemukan pada tanaman yang
terinfeksi penyakit sebagai mekanisme pertahanan dan dikenal dengan istilah fitoaleksin.
Dalam perkembangan selanjutnya, alelopati dimaksudkan secara khusus pada interaksi yang
bersifat penghambat atau merusak (Supriyanto, 2001).
Alelopati merupakan suatu golongan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu
tumbuhan yang bersifat menekan pertumbuhan tumbuhan lain yang berada disekelilingnya.
Alelopati dapat menimbulkan berbagai keadaan atau kondisi yang dapat menghalangi
pertumbuhan tumbuhan lainnya. Sebagai contoh adalah senyawa fenolik yang bersifat
mendorong terjadinya ketidak-aktifan hormon pertumbuhan. Disamping itu perubahan
senyawa monofenol menjadi polifenol juga akan mengganggu keseimbangan hormon
sehingga terciptanya kondisi yang dapat menekan pertumbuhan (Rice, 1994).
Senyawa alelopati umumnya menghalangi pembelahan sel dan mengganggu
keseimbangan hormon pada akar tumbuhan lain, maka diduga kandungan senyawa alelopati
akan lebih banyak dijumpai pada bagian akar yang dapat menyebarkan ke tanah
disekelilingnya. Contohnya adalah senyawa kumarin dan asam parasorbat yang bersifat
menghalangi terjadinya pembelahan sel atau mitosis yang terjadi pada akar. Sedangkan
senyawa kolcisin menghalangi terjadinya mitosis pada tingkat anafase dan metafase (Agusta
et al., 2006).
Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui
serangkaian proses yang cukup kompleks. Namun proses tersebut diawali di membran
plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya
fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion
dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis.
Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa
karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut
kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran (Einhelling, 1995).

Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain: senyawa


alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan, beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi
pembesaran sel tumbuhan, beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat
respirasi akar, senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein,
beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel
tumbuhan, serta senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim (Anonim, 2009).

Alelopati memainkan peranan penting di dalam agroekosistem yang menentukan


ketentuan secara meluas atas interaksi antara tanaman budidaya – tanaman budidaya,
tanaman budidaya – gulma dan antara ketiganya – tanaman budidaya. Pada umumnya
interaksi ini berbahaya bagi tanaman penerima tetapi memberikan keuntungan khusus bagi
tanaman pemberi. Mikroba di dalam tanah mempunyai fungsi utama di dalam menjalankan
interaksi dimana mereka tidak saja dalam interaksi alelopatik secara natural saja namun juga
meliputi senyawa alelopatik yang merupakan hasil modifikasi (Kohli et al., 2001).

Menurut Rice (1974), terdapat 2 jenis allelopati :

1. Allelopati jenis sebenarnya : pelepasan senyawa beracun dari tubuh tumbuhan ke


lingkungan sekitar dalam bentuk senyawa asli.
2. Allelopati fungsional : pelepasan senyawa yang bersifat racun setelah mengalami
perubahan yang disebabkan oleh mikrobia tanah.
Senyawa kimia yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan di semua jaringan
tumbuhan termasuk daun, akar, rhizoma, batang, buah, dan biji. Jenis gulma yang telah
diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa allelopati adalah cukup besar
jumlahnya. Allelopati dapat meningkatkan agresifitas gulma di dalam hubungan interaksi
antara gulma dan tanaman pangan ataupun dalam pola-pola penguasaan habitat di alam
melalui eksudat yang dikeluarkannya.
Tanaman Akasia tersebut diduga mengandung allelopat karena biasanya di
lingkungan sekitar tumbuhan tidak ditemukan tumbuhan yang lain. Tumbuhan mempunyai
alasan di dalam menghasilkan allelopat. Salah satunya adalah untuk mempertahankan hidup
dengan mengurangi pesaing di dalam mendapatkan unsur hara. Sehingga dia mengeluarkan
suatu zat yang bisa mengganggu metabolisme tumbuhan pesaing bahkan ada yang sampai
menyebabkan kematian. Hal ini merupakan salah satu cara tumbuhan tersebut untuk
memepertahankan hidupnya.

Klasifikasi Akasia (Acacia mangium Wild) :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium Wild.

(Anonim, 2009)
Morfologi Acacia mangium Wild

Akasia tergolong pohon kecil (treeless) dengan tinggi 2,5-20 m, namun ada yang
mencapai 25 m. Memiliki satu batang utama (monopodial), percabangan dapat terjadi dekat
permukaan tanah dan membentuk bagian puncak pohon yang bulat atau mendatar. Kulit kayu
dari batang dan cabang utama berwarna kelabu hingga hitam atau kecoklatan dengan
permukaan yang kasar oleh adanya celahcelah atau retakan-retakan longitudinal. Percabangan
ke arah atas. Duri berpasangan berukuran 1-13 cm, lurus hingga membentuk sudut 1100-
1200, ujung duri runcing, berwarna putih hingga keperakan. Daun berwarna hijau terang,
kadang sedikit kusam. Ibu tangkai daun memiliki 1-2 kelenjar. Anak daun berpasangan
berjumlah 7-36 pasang, panjang anak daun 1-7 x 0,5-1,5 mm. Bunga majemuk berwarna
kuning dengan bau menyengat, memiliki rambut-rambut halus. Bunga ditopang oleh ibu
tangkai bunga yang panjangnya 1,5-4,5 cm. Diameter mahkota setiap anak bunga 6-15 mm.
Bunga biseksual atau jantan saja. Buah tunggal atau sepasang pada ujung tangkai yang kuat,
coklat gelap hingga abu-abu, lurus hingga berlekuk-lekuk. Kulit buah seperti beludru,
panjang 5-20 cm x 1,2-2,2 cm. Jumlah polong yang dihasilkan adalah 2-3 polong per 1000
anak bunga sehingga setiap pohon mampu menghasilkan 14- 3150 polong atau rata-rata 832
polong per pohon (Anonim, 1999).
Tabel 1. Kandungan nutrien daun dan buah Akasia

Sumber : McMeniman et al., 1986


Perkembangan Akasia di Indnesia

Akasia yang di introduksi ke Indonesia merupakan sub spesies indica. Introduksi


dilakukan pada tahun 1850, melalui Kebun Botani di Kalkuta (India) dengan tujuan untuk
menjadikan tumbuhan ini sebagai salah satu tumbuhan yang memiliki nilai komersial yaitu
sebagai penghasil getah (gum) yang berkualitas tinggi. Namun setelah tumbuhan ini ditanam
di Kebun Raya Bogor, ternyata produksi getahnya sangat rendah sehingga pohon-pohon
tersebut ditebang 40 tahun kemudian. Introduksi tumbuhan ini ke Taman Nasional Baluran di
Banyuwangi Jawa Timur tidak diketahui secara pasti, diperkirakan terjadi pada tahun awal
1960-an atau sebelumnya. Tujuan introduksi ini adalah sebagai sekat bakar untuk
menghindari menjalarnya api dari savana ke kawasan hutan jati (Anonim, 1999).

Pengaruh Terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays)

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan
merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung
semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan pupuk kompos, kayu
bakar, turus (lanjaran), bahan kertas, sayuran, bahan dasar/bahan olahan untuk minyak
goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik
bahan bakar nabati (Anonim, 2007)

Klasifikasi Jagung (Zea mays)

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Zea
Spesies: Zea mays L.
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi secara
Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan varietas, pengolahan tanah
dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung,
dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan
benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai,
ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Anonim, 2007)

Perkecambahan biji merupakan fase kritis pada pertumbuhan tanaman jagung,


Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat,
dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering.
Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, Jagung menghendaki beberapa persyaratan salah
satunya adalah perkecambahan biji yang baik dimana tidak ada faktor penghambat yang
mempengaruhi dalam berlangsungnya fase perkecambahan.

Ada berbagai faktor penghambat yang dapat mengganggu proses perkecambahan jagung,
salah satunya adalah pengaruh alelopaty yang dikeluarkan oleh tumbuhan disekitarnya yang
dapat menghambat bahkan mematikan fase perkecambahan.

Penelitian Febian Tetelay (2003) tentang pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium
Wild terhadap perkembangan binih kacang hijau (phasealus radiatus L) dan benih jagung
(Zea mays) yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Februari
2003 dengan lokasi penelitian Hutan Pendidikan Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura
Ambon. Menghasilkan kesimpulan bahwa Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan
pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays), dimana pengaruh yang
diberikan berupa hambatan pada perkecambahan pada kedua jenis benih ini.
Tabel 2. Rata-Rata Persen Perkecambahan Dan Transformasi Arcsin

Dan Benih Kacang Hijau Dan Jagung Pada Berbagai Ekstrak

Allelopathy Yang Diberikan.

Tabel 3. Rata-Rata Laju Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Benih Jagung
Pada Berbagai Ekstrak Allelopathy Yang Diberikan.

Sumber : Febian Tetelay (2003)

Keterangan :

Variabel yang diamati yaitu persen kecambah dan laju perkecambahan dari kedua benih
diatas dan metoda uji yang digunakan yaitu metoda uji diatas kertas(UdK). Untuk
menganalisis data maka metode penelitian yang digunakan yaitu Percobaan Faktorial
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu ekstrak allelopathy(A)
yang terdiri dari 4 taraf yaitu air (A0) sebagai control, ekstrak daun (A1), ekstrak kulit
batang (A2), dan ekstrak akar (A3). Kemudian jenis benih (B) yang terdiri dari 2 jenis
benih yaitu benih kacang hijau (B1) dan benih jagung (B2). Pengaruh allelopathy
diketahui melalui uji F sedangkan beda tanggapan kedua jenis benih terhadap allelopathy
diketahui melalui uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 95 %.

Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 95%.
III. KESIMPULAN

1. Alelopati didefinisikan sebagai interaksi biokimiawi antar tumbuhan (tingkat tinggi


dan tingkat rendah) baik bersifat penghambatan maupun pemacuan.
2. Alelopati memiliki pengaruh positif dan negatif (sifat toksik) terhadap tanaman. yang
tumbuh di sekitar tanaman lain, tergantung daya toleransi tanaman tersebut.
3. Daun, kulit batang dan akar dari Acacia mangium Wild mengandung zat yang bersifat
alelokemik.
4. Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan pengaruh terhadap perkecambahan
benih jagung (Zea mays), dimana pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada
perkecambahan jenis benih ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A., Y. Jamal, dan G. Semiadi. 2006. Senyawa alelopati yang terkandung pada batang
dan akar Chromolaena odorata (L.). Agrijournal 4 : 30-39

Anonim. 1999. Rancangan Pencabutan Seedling/Anakan Hasil Pembongkaran secara


Mekanis, 150 ha di Savana Bekol. Taman Nasional Baluran. Banyuwangi: Taman
Nasional Baluran.

Anonim. 2007. Kebutuhan Jagung di Sumatera Utara. <http://www.repository.usu.ac.id>


.Diakses. tanggal 20 November 2011.

Anonim. 2007. Mengenal Klasifikasi Tumbuhan di Indonesia. <http://www.plantamor.com>


.Diakses. tanggal 20 November 2011.

Anonim. 2009. Mengenal Tumbuhan Putri Malu Raksasa (Mimosa pigra L.) dan
Pengendaliannya. <http://www.fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm-174k>
.Diakses tanggal 20 Oktober 2010.

Arsyad,S .1989. Konserfasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Einhelling, F. A. 1995. Mechanism of Action of Allelochemicals In Allelopathy Organism,


Processes and Applications. American Chemical Society, Washington DC.

Gordner,F.P, B.R.Pearce, R.L.Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.


Kohli, R. K., H. P. Singh, dan D. R. Batish. 2001. Allelopathy in Agroecosystem. The

Haworth Press, Inc.. New York.

Lontoh, H., I. H. Utomo, J. Wiroatmojo dan L. I. R. Tumbelaka. 1996. Alelopati teki


(Cyperus rotundus L.) dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai (Glycine max) serta kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Buletin Agronomi 4
: 43-49

Rice, E. L. 1994. Allelopathy. Academic Press, New York.

Robinson,T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB.

Bandung.

Salampessy, N.S.M,1998. Pengaruh Allelopathy Pohon Titi (Gmelina Mollucana,

Back) Terhadap Perkecambahan Beberapa Jenis Tanaman Tumpang Sari.

Universitas Pattimura. Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi).

Sotopo,L.1998. Teknologi Benih. CV.Rajawali Press. Jakarta.

Supriyanto. 2001. Identifikasi dan pendugaan ragam genetik sifat komponen ketahanan padi
gogo terhadap alelopati gulma teki. Jurnal Ilmu Pertanian 6 : 17-20

Tetelay.F . 2003. Pengaruh allelopathy acacia mangium wild terhadap perkecambahan benih
kacang hijau (phaseolus radiatus l) dan jagung (zea mays). Universitas Pattimura.
Ambon (Skripsi, tudak dipublikasi).
MAKALAH SEMINAR KELAS
SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2011/2012

PENGARUH ALLELOPATHY AKASIA (Acacia mangium Wild) TERHADAP


PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG (Zea mays)

Disusun Oleh :
Nama : Ryan Rahmani
NIM : 08/270060/PN/11444
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Makalah seminar kelas ini telah disetujui dan disahkan sebagai kelengkapan
mata kuliah Seminar Kelas diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Yogyakarta,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Djoko Prajitno, M.Sc

Mengetahui,
Ketua Jurusan Koordinator Seminar

Budidaya Pertanian Budidaya Pertanian

Fakultas Pertanian UGM Fakultas Pertanian UGM

Dr. Ir. Taryono, M.Sc. Ir. Sri Muhartini, M.S.

Anda mungkin juga menyukai