Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI

PENGARUH ALLELOPATI (Melaleuca leucadendra) TERHADAP


PERKECAMBAHAN BIJI KACANG HIJAU (Vigna radiata)

Disusun oleh :
Ririn Masfaridah
12030244003
Biologi kelas A - 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015

Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga penyusun mampu menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Ekofisiologi. Adapun isi dari
laporan

ini

yaitu

menjelaskan

tentang

pengaruh

allelopati

terhadap

perkecambahan biji kacang hijau. Tujuan disusunnya laporan ini adalah agar para
pembaca lebih memahami perihal adanya pengaruh allelopati dalam menghambat
perkecambahan biji kacang hijau. Sejauh ini saya menyadari bahwa laporan ini
masih sarat akan kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan penulis demi
kesempurnaan laporan ini. Demikianlah laporan yang disusun oleh penulis,
apabila dalam laporan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca,
penulis mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 23 maret 2015

Penulis

Daftar Isi
Halaman judul

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

BAB I Pendahuluan:
A Latar belakang
B Rumusan Masalah
C Tujuan

1
2
2

BAB II Tinjauan Pustaka:


A Tinjauan umum mengenai Allelopati
B Tumbuhan Kayu putih
C Tumbuha Kacang Hijau

3
5
6

BAB III Metode Penelitian:


A
B
C
D
E

Jenis Penelitian
Variabel Penelitian
Alat dan Bahan.
Langkah Kerja
Alur kerja

7
7
7
8
8

BAB IV Hasil dan Pembahasan:


A Hasil
B Analisis data
C Pembahasan

9
9
12

BAB V Penutup:
A Simpulan

15

B Saran

15

Daftar Pustaka
Lampiran

16

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra) merupakan tanaman
yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan
minyak kayu putih yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangiwangian. Selain itu, pohon kayu putih juga dapat digunakan dalam upaya
konservasi lahan kritis. Keunikan dari tumbuhan kayu putih yang lain yaitu
memiliki kandungan senyawa alelokemi yang terdapat di semua bagian organ
tumbuhnya. Senyawa alelokemi merupakan senyawa kimia yang dihasilkan
oleh tumbuhan itu sendiri yang dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida
alami yang biasa disebut sebagai alelopati.
Alelopati merupakan interaksi biokimia antara mikroorganisme atau
tanaman baik yang bersifat penghambatan mauoun perangsangan (Molisch
dalam Yuliani et al., 2009). Rice (1984) dan Putnam (1986) menyatakan,
bahwa alelokemi dilepaskan melalui berbagai proses seperti penguapan,
eksudat akar, pencucian, dan pelapukan residu tanaman. Efek senyawa
alelokemi fenolik pada proses pertumbuhan dapat terjadi melalui berbagai
aktivitas metabolisme yang meliputipembelahan dan pemanjangan sel,
pengaturan pertumbuhan melalui gangguan pada zat pengatur tumbuh,
pengambilan hara, fotosintesis , respirasi, pembukaan stomata, sintesis
protein, permeabilitas membran dan mengubah fungsi enzim spesifik
(Einhellig, 1985).
Disisi lain, semua jenis tanaman hidup mempunyai kebutuhan yang
hampir sama, mereka memerlukan sinar matahari, air, unsur hara untuk
pertumbuhan dan jika memerlukan ruangan sebagai tempat hidupnya. Dengan
adanya kesamaan keperluan hidup tersebut dalam keadaan tertentu terjadi
persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh allelopati terhadap perkecambahan
kacang hijau (Vigna radiata).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh allelopati dari daun pohon kayu putih
(Melaleuca leucadendra) terhadap perkecambahan biji tanaman kacang hijau
(Vigna radiata)?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini yaitu mempelajari pengaruh allelopati dari daun pohon kayu putih
(Melaleuca leucadendra) terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna
radiata).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum mengenai Allelopati


Rice

(1984)

mendefinisikan

alelopati

adalah

sesuatu

yang

pengaruhnya berbahaya atau menguntungkan dari tanaman termasuk


mikroorganisme terhadap tanaman lain melalui pelepasan bahan kimia ke
lingkungan. Interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang
bersifat penghambatan maupun perangsangan disebut sebagai allelopati
(Molisch dalam Yuliani et al., 2010)Putnam (1988) menjelaskan bahwa
pengaruh negatif alelopati tergantung dari konsentrasi bahan kimia yang
dikandungnya. Waller (1987) menyatakan bahwa hasil metabolit sekunder
seperti terpenoid, phenol, alkaloid, asam lemak, steroid dan polyacetylene
dapat berfungsi sebagai alelokimia. Selanjutnya Inderjit (1996) menyatakan
bahwa pelepasan alelokimia difasilitasi oleh berbagai proses seperti pelarutan
dari bagian sekitar tanaman, eksudat akar, batang, aktivitas mikroba,
pembajakan residu tanaman dalam tanah dan dekomposisi residu bahan
kering.
Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh
Davis pada larutan hasil leaching serasah kering Black Walnut (Kenari
hitam) mampu menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman
yang ada dibawah pohon kenari hitam tersebut. Sebelumnya Condolle pada
tahun 1832 menyatakan bahwa eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya
tanah yang marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi akar tanaman
sebelumnya (Wilis, 1985). Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa
senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman
penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik
(Hasanuzzaman,1995).
. Rice (1984) dan Putnam (1986) menyatakan, bahwa alelokemi
dilepaskan melalui berbagai proses seperti penguapan, eksudat akar,
pencucian, dan pelapukan residu tanaman. Efek senyawa alelokemi fenolik

pada

proses

pertumbuhan

dapat

terjadi

melalui

berbagai

aktivitas

metabolisme yang meliputipembelahan dan pemanjangan sel, pengaturan


pertumbuhan melalui gangguan pada zat pengatur tumbuh, pengambilan hara,
fotosintesis , respirasi, pembukaan stomata, sintesis protein, permeabilitas
membran dan mengubah fungsi enzim spesifik (Einhellig, 1985).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau
jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama
terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan
mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi
karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut
tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan
dalam metabolisme primer organisme organisme. Hambatan dan gangguan
allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas
giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi,
pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab
allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam
tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan (Odum, 1998).
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopati dilepaskan
oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa
cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui
pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan
organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam
tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopati
melalui daun, misalnya

Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules,

Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy


melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang
mengeluarkan zat Allelopati melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster,
dan Agropyron repens (Setyowati, 1999).

B. Tumbuhan Kayu putih (Melaleuca leucadendra)


Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan tanaman yang
tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak
kayu putih (cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangiwangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi
lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan
(bukan sebagai bahan bangunan). Dengan demikian, kayu putih memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi (Sunanto, 2003).
Kayu putih (Melaleuca leucadendron L) merupakan tumbuhan perdu
yang mempunyai batang pohon kecil dengan banyak anak cabang yang
menggantung ke bawah. Di Indonesia tidak terdapat secara liar. Tumbuhan
yang diperkirakan asli dari Maluku dan Sulawesi ini lebih dikenal dengan
nama kayu putih atau gelam. Daunnya berbentuk lancip dengan tulang daun
yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna putih. Sedang kulit batang kayunya
berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas. Keistimewaan dari tumbuhan ini
adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, ditanah yang berair,
atau didaerah yang banyak 5 memperoleh guncangan angin atau sentuhan air
laut. Di beberapa daerah Indonesia seperti Pulau Buru, Ambon, Seram dan
sebagainya tampak tumbuh subur (Thomas, 1992).
Tanaman kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar
di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat
tumbuh di dataran rendah dan di pegunungan. Dalam sistematika
tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) diklasifikasikan sebagai
berikut.
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Archichlamideae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Melaleuca

Spesies

: Melaleuca leucadendron

Kandungan senyawa-senyawa yang diperoleh dengan cara destilasi daun


yang masih muda. Daun kayu putih ini mengandung senyawa kimia, antara
lain: sineol, melaleucin, minyak atsiri yang terdiri dari terpineol, cineol dan
lignin (Thomas,1992).
C. Tumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata)
Berdasarkan Tjitrosoepomo (2004) menyatakan bahwa kacang hijau
merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih
60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut
ini.
Divisi

:Spermatophyta

Sub-divisi

:Angiospermae

Kelas

:Dicotyledoneae

Ordo

:Rosales

Famili

:Papilionaceae

Genus

:Vigna

Spesies

:Vigna radiata

Berdasarkan struktur morfologinya, Tanaman kacang hijau berbatang


tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung
varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan
berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu.
Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai
daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau
muda sampai hiaju tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam
tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.
Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan
biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan
setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.

Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna
bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang
berwarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang
dengan akar cabang pada permukaan.

BAB III
METODEPENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena
menggunakan beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi
dan variabel respon. Selain itu juga menggunakan pembanding dalam
penelitian.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel kontrol:
Jenis Kacang Hijau (V.radiata)
Media tanam (kapas)
Jenis daun kayu putih (M.leucadendra)
Volume larutan untuk penyiraman (5mL)
Jumlah biji kacang hijau (V.radiata)
2. Variabel manipulasi:
Konsentrasi ekstrak daun kayu putih (M. Leucadendra)
3. Variabel respon:
Jumlah biji kacang hijau (V.radiata) yang tumbuh.
C. Alat dan Bahan
-

Bagian daun kacang hijau (V.radiata)


Biji kacang hijau
Cawan petri
Kapas
Corong penyaring, mangkuk penggerus, pisau/gunting.

D. Langkah Kerja
1. Memilih biji kacang hijau yang baik
2. Menyediakan beberapa cawan petri/ tempat tanam yang diberi media
kapas.
3. Membuat ekstrak daun kayu putih degan cara sebagai berikut:
a. Menghaluskan daun kayu putih dengan menggunakan mangkuk
penggerus atau dipotong-potong dengan gunting.
b. Membuat ekstrak atau hasil rendaman daun dengan aquades dengan
perbandingan sebagai berikut:
Bagian tumbuhan dan air (1ml:7ml, 1ml:14ml dan 1ml:21ml) dan
membiarkan selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam, melakukan penyaringan ekstrak yang diperoleh
dengan menggunakan kertas saring.
d. Menyiram 5ml ekstrak alelopati tumbuhan yang diamati kedalam
cawan petri yang sudah berisi biji tersebut.
e. Amati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari, selama 10 hari
serta mengamati perkecambahannya.
f. Menentukan prosentase perkecambahan
g. Membandingkan hasil percobaan dengan perkecambahan yang hanya
diberi perlakuan disiram dengan airakuades.
E. Alur Kerja
Mempersiapkan biji kacang hijau yang baik dan media tanam
yang digunakan.

Membuat ekstrak daun kayu putih dengan perbandingan


1mL:7mL, 1mL:14mL dan 1mL:21mL.(kontrol:aquades)

Ekstrak daun kayu putih berbagai konsentrasi dibiarkan


selama 24 jam dan dilakukan proses penyaringan

Menanam biji kacang hijau pada media kapas dengan masing


-masing perlakuan yang berbeda.

Penyiraman dalam jumlah 5mL pada masing masing


perlakuan kdilakukan setiap hari

Mengamati indeks presentase pertumbuhan tanaman dari


masing-masing perlakuan yang berbeda

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data
mengenai pengaruh allelopati yang berasal dari daun pohon kayu putih
(Melaleuca leucadendra) terhadap perkecambahan biji tanaman kacang hijau
(Vigna radiata) yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 1. Pengaruh allelopati daun kayu putih (Melaleuca leucadendra)
terhadap perkecambahan biji kacang hijau (Vigna radiata).
Perlakua
Pertumbuhan hari keJumla
n
h
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aquades
8
2
10
1:7
4
2
-2
-2
2
1:14
5
3
-1
7
1:21
6
3
9
120%
100%
80%

prosentase pertumbuhan

60%
40%
20%
0%

aquades

1:07

1:14

1:21

konsentrasi larutan alelokemi dan aquades


Gambar 1. Grafik konsentrasi larutan ekstraksi daun kayu putih (Melaleuca
leucadendra) dan aquades terhadap prosentase pertumbuhan biji
kacang hijau (Vigna radiata).
B. Analisis data
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh
perbedaan konsentrasi aquades dengan larutan senyawa alelokemi yang

11

berasal dari ekstraksi daun kayu putih (Melaleuca leucadendra) terhadap


pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata). Tabel 1 menunjukkan adanya
pengaruh allelopati terhadap pertumbuhan jumlah biji kacang hijau (Vigna
radiata). Pada tabel dijelaskan bahwa konsentrasi aquades dengan ekstrak
dau kayu putih (Melaleuca leucadendra) yang berbeda berpengaruh terhadap
pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata). Konsentrasi tertinggi larutan
aquades dengan larutan daun kayu putih (Melaleuca leucadendra) yaitu
1ml:7ml menunjukkan respon pertumbuhan biji yang lebih lambat dan tingkat
kematian kecambah lebih tinggi dibandingkan konsentrasi lainnya yakni
1ml:14ml dan 1ml:21ml. Selain itu, morfologi perkecambahan kacang hijau
(Vigna radiata) juga menampakkan ciri morfologi yang tidak normal yaitu
kecambah yang kerdil dan perakaran yang rusak sehingga mempercepat
kebusukan kecambah yang menyebabkan kematian. Sedangkan penyiraman
biji menggunakan larutan aquades menunjukkan pertumbuhan biji yang
normal dengan laju pertumbuhan dan perkembangan biji yang terus
meningkat serta perkecambahan normal yang ditandai dengan ciri morfologi
berupa akar, batang dan daun yang sehat tanpa menampakkan ciri morfologi
yang tidak normal pada suatu tanaman.
Berdasarkan jumlah biji yang tumbuh diperoleh nilai prosentase
pertumbuhan biji kacang hijau (Vigna radiata) dari masing-masing
konsentrasi larutan yang berbeda yang dijelaskan pada Gambar 1. Grafik
batang tersebut menjelaskan bahwa presentase biji kacang hijau (Vigna
radiata) yang disiram menggunakan larutan aquades memiliki nilai
presentase tumbuh tertinggi yaitu 100%. Berbeda dengan larutan aquades,
larutan dengan konsentrasi kandungan senyawa alelokemi yang diperoleh dari
daun kayu putih (Melaleuca leucadendra) yang disiramkan secara kontinyu
dalam jumlah yang ditentukan menunjukkan presentase pertumbuhan biji
yang rendah yaitu 20%, 70% dan 90%. Semakin tinggi konsentrasi larutan
daun kayu putih (Melaleuca leucadendra) maka semakin rendah presentase
pertumbuhan biji.

12

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis data yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkecambahan
biji kacang hijau (V.radiata) yang disebabkan oleh pemberian berbagai
konsentrasi

ekstrak

daun

kayu

putih

(M.leucadendra).

Perbedaan

pertumbuhan dan perkecambahan biji kacang hijau tersebut terdapat pada


lama waktu berkecambah, tinggi tanaman, panjang akar dan umur tanaman.
Pertumbuhan biji kacang hijau (V.radiata) menunjukkan bahwa
hambatan terbesar terdapat pada konsentrasi ekstrak daun kayu putih (M.
leucadendra) dengan aquades pada perbandingan 1ml : 7ml. Pengaruh adanya
hambatan perkecambahan biji kacang hijau (V.radiata) setelah hambatan
yang ditunjukkan pada perbandingan konsentrasi 1ml dan 7ml yaitu
konsentrasi ekstrak daun kayu putih (M.leucadendra) dengan aquades pada
perbandingan 1ml : 14ml dan perbandingan 1ml : 21ml. Sedangkan perlakuan
kontrol tidak mengalami hambatan dalam proses perkecambahan, hal ini
dapat dilihat dari jumlah keseluruhan biji kacang hijau (V.radiata) yang
tumbuh pada hari ke dua. Sedangkan pada pertumbuhan biji kacang hijau
dengan

pemberian

allelopati

daun

kayu

putih

tidak

menunjukkan

pertumbuhan biji yang normal dilihat dari jumlah biji yang tidak semua
tumbuh sampai pada hari ke-10. Hal tersebut disebabkan oleh serangkaian
proses yang kompleks. Namun demikan, proses tersebut diawali di membran
plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran,
hilangnya fungsi enzim ATP-ase.
Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air
yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis.
Hambatan berikutnya kemungkinan terjadi didalam proses sintesis protein,
pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon.
Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada
terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran (Einhelling, 1995)
Tinggi tanaman dari hari ke 1 sampai dengan hari ke 10 menunjukkan
adanya respon yang berbeda dari masing-masing perlakuan. Pada konsentrasi

13

ekstrak daun kayu putih 1mL:7mL dan konsentrasi 1mL:14mL menunjukkan


adanya hambatan yaitu berhentinya proses pemanjangan batang tanaman
kacang hijau (V.radiata) pada hari ke-4. Setelah hari ke 4 batang tidak
mengalami perkembangan seperti pada perlakuan lainnya yaitu pada
konsentrasi 1mL:21. Pada konsentrasi tersebut, tanaman mengalami
perkembangan baik berupa pemanjangan batang, akar maupun daun. Ciri
kenampakan morfologi tanaman kacang hijau mendekati ciri kenampakan
morfologi yang ditunjukkan oleh konsentrasi daun kayu putih 0% (kontrol).
Akar tanaman kacang hijau pada perlakuan kontrol menunjukkan
adanya pemanjangan akar selama perkembangan tanaman. Berbeda dengan
perlakuan kontrol, ciri morfologis akar yang ditunjukkan oleh perlakuan
dengan pemberian ekstrak daun kayu putih (M.leucadendra) yaitu akar
mengalami pengeriputan dan tidak mengalami pemanjangan pada hari ke-3.
Berhentinya

perkembangan

akar

ini

mempengaruhi

terganggunya

pemanjangan batang. Terganggunya perkembangan batang dan akar


disebabkan oleh adanya hambatan fungsi enzim spesifik dalam mensintesis
protein pada daerah pemanjangan batang maupun akar sehingga terjadi
reduksi panjang batang maupun akar.
Pemberian allelopati dari ekstrak daun kayu putih juga mempengaruhi
umur tanaman kacang hijau. Hal ini dapat dilihat dari kematian beberapa
tanaman kacang hijau yang disebabkan oleh pembusukan baik pada batang
maupun akar dengan gejala awal warna coklat pada bagian akar. Berbeda
dengan perlakuan kontrol yang terus menunjukkan perkembangan normal
pada tanaman kacang hijau. Hal ini disebabkan oleh pemberian senyawa
alelokemi dalam kadar yang tinggi dapat mengganggu fungsi sel dan jaringan
pada tanaman kacang hijau sehingga berdampak buruk terhadap kematian
tanaman melalui proses pembusukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
senyawa alelokemi yang terkandung dalam ekstrak daun kayu putih
(M.leucodendra) memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
tanaman kacang hijau (V.radiata). Dengan demikian, data yang diperoleh
memiliki kesesuaian dengan teori yang dikemukakan oleh Einhelling (1995)

14

yang menyatakan bahwa efek senyawa alelokemi fenolik pada proses


pertumbuhan dapat terjadi melalui berbagai aktivitas metabolisme yang
meliputi pembelahan dan pemanjangan sel, pengaturan pertumbuhan melalui
gangguan pada zat pengatur tumbuh, pengambilan hara, fotosintesis,
respirasi, pembukaan stomata, sintesis protein, penimbunan karbon, dan
sintesis pigmen, permeabilitas membran, dan mengubah fungsi enzim spesifik
(Einhellig, 1985).

15

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan data dan referensi yang diperoleh maka simpulan dari
praktikum pengaruh allelopati terhadap perkecambahan biji kacang hijau yaitu
semakin tinggi kadar senyawa alelokemi dalam daun kayu putih yang diberikan
pada biji kacang hijau (Vigna radiata) maka pertumbuhan dan perkecambahan
biji kacang hijau (Vigna radiata) semakin terhambat. Sedangkan semakin
rendah kadar senyawa alelokemi dalam daun kayu putih yang diberikan pada
biji kacang hijau (Vigna radiata) maka laju pertumbuhan dan perkecambahan
biji kacang hijau (Vigna radiata) mendekati normal dilihat dari jumlah
pertumbuhan dan kenampakan ciri morfologi.

B. Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini diharapkan kepada praktikan untuk
lebih serius dalam menjalani praktikum agar tujuan dari praktikum ini dapat
terlaksana dengan
prosedur kerja.

baik dan

praktikan dapat mengetahui dan memahami

16

Daftar Pustaka
Einhellig, F.A. 1985. Mechanism and Modes of Action of Allelochemicals. Dalam
Putnam dan Tang (ed.). The Science of Allelopathy. John Wiley and Sons.
New York.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
Odum, 1998. Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Rineka Cipta
Putnam, A.R. and C.S. Tang. 1986. The Science of Allelopathy. John Wiley and
Sons. New York.
Rice, E.L. 1984. Allelopathy. NewYork:Academic Press
Setyowati, N. dan E, Suprijono. 2001. Efikasi Alelopati Teki Formulasi Cairan
Terhadap Gulma Mimosa invisa dan Melochia corchoriforia. Jurnal Ilmuilmu

Pertanian

Indonesia

39

(1):

16-24.

(http://bdpunib.org/jipi/artikeljipi/2001/16.PDF, diakses tanggal 31 Agustus


2010)
Yuliani, Rahayu, Y.S, Mitarlis, dan Ratnasari, E. 2009. Penggunaan Senyawa
Alelokemi (Pluchea indica L.) dan Mikoriza Vesikular sebagai Model
Mekanisme Pengendalian Gulma Terpadu Secara Hayati. Penelitian hibah
besaing lanjut

17

Lampiran

Gambar 1. Proses menimbang daun


kayu putih.

Gambar 2. Proses penumbukan


daun kayu putih.

Gambar 3. Konsentrasi larutan


daun kayu putih dengan aquades
yang berbeda

Gambar 4. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-1

Gambar 5. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-2.

Gambar 6. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-3.

18

Gambar 7. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-4

Gambar 9. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-8,9 dan 10

Gambar 8. Pertumbuhan biji


kacang hijau pada hari ke-5,6 dan 7

Anda mungkin juga menyukai