Anda di halaman 1dari 38

ETIKA LINGKUNGAN

“Bioremediasi-Fitoremediasi”

Bakhroini Habriantono, S.TP., M.P.

Program Studi Proteksi Tanaman


Fakultas Pertanian Universitas Jember
2020
Remediasi
• Remediasi merupakan proses yg
menggunakan organisme (bakteri, fungi,
tanaman atau enzimnya) untuk
memperbaiki atau mengembalikan
keadaan lingkungan yang tercemar
• Bioremediasi adalah teknik pemulihan
lahan tercemar dengan memanfaatkan
bakteri dan jamur dalam tanah untuk
mendegradasi kontaminan sehingga
menjadi bahan tidak berbahaya
• Fitoremediasi didefinisikan sebagai
teknologi pembersihan, penghilangan atau
pengurangan zat pencemar dalam tanah
atau air dengan menggunakan bantuan
tanaman
APA SAJA SENYAWA-SENYAWA PENCEMAR LINGKUNGAN?

 Pencemar  Senyawa xenobiotik


 Senyawa-senyawa yang  Senyawa kimia hasil
secara alami ditemukan di rekayasa manusia yang
alam tetapi jumlahnya sebelumnya tidak
(konsentrasinya) sangat pernah ditemukan di
tinggi tidak alami. alam.
 Contoh:  Contoh:
 Minyak mentah,  Pestisida
minyak hasil  Herbisida
penyulingan  Plastik
 Fosfat  Serat sintetis
 Logam berat
BIOREMEDIASI

• Perbaikan dan pemulihan secara biologis


• Proses pendegradasian b.org. berbahaya scr biologis menjadi
senyawa lain seperti CO2, metana, air & senyawa semula
tersebut (Ciroreksoko, 1996).
• Penggunaan scr produktif proses biodegradatif untuk
menghilangkan/mendetoksi polutan yg mencemari lingkungan
& mengancam kesehatan masyarakat, biasanya sebagai
kontaminan tanah, air dan sedimen (Craword,1996).
• Proses penguraian limbah organik/anorganik polutan scr
biologi dlm kondisi terkendali dg tujuan mengontrol,
mereduksi atau bahkan menghilangkan bahan pencemar dari
lingkungan
BIOREMEDIASI
Kelebihan Bioremediasi

• Proses alami
• Mengubah molekul senyawa pencemar organik, bukan hanya
memindahkan
• Beaya paling murah dibandingkan cara yang lain
• Hasil akhir degradasi adalah gas karbon dioksida, air, dan
senyawa-senyawa sederhana yang ramah lingkungan
Kelemahan Bioremediasi

• Kadang-kadang tidak efektif di beberapa lokasi karena


toksisitas pencemar:
• Logam
• Senyawa organik berkhlor
• Garam-garam anorganik
Syarat Bioremediasi

• Adanya populasi mikroba, yaitu mikroba yang dapat mendegradasi


polutan
• Terdapatnya sumber energi dan sumber karbon yang bisa
digunakan sebagai sumber energi dengan melepaskan elektron
selama transformasi dan juga digunakan oleh sel mikroba tersebut
• Adanya elektron aseptor, elektron lepas dikarenakan adanya
transformasi karbon
• Adanya nutrisi (nitrogen, phospor, calcium, potasium, magnesium,
besi dan lain-lain)
• Kondisi lingkungan yang mendukung seperti temperatur, pH,
salinitas, tekanan, konsentrasi polutan dan kehadiran inhibitor
Aplikasi rekayasa genetik

• Untuk mendapatkan organisme


khusus yg berpotensi besar dalam
bioremediasi
• Contoh Deinococcus radiodurans
(organisme yg paling radioresistant)
dimodifikasi untuk dapat
mengkonsumsi & mencerna toluene
& ionic mercury dari limbah dg
kandungan radioactive nuclear yg
tinggi
Senyawa Pencemar Organik yang Secara Potensial dapat Dibioremediasi

Mudah Sedikit Sulit Umumnya tidak


didegradasi terdegradasi terdegradasi terdegradasi
_
BBM, kreosot, tars Pelarut terkorinasi Dioxins
Minyak tanah batubara (TCE)
keton dan Beberapa Bifenil
Pentakoro
alkohol pestisida dan terpoliklorina
-fenol
Aromatik herbisida si (PCB)
(PCP)
monosiklik

Aromatik
bisiklik
(naftalena)
Teknik dasar dalam bioremediasi
1) Seeding
• Mengoptimalkan populasi dan
aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi intrinsik)
• Penambahan mikroorganisme
exogenous (bioaugmentasi)
2) Feeding
• Memodifikasi lingkungan dengan
penambahan nutrisi (biostimulasi)
• Pengaturan aerasi (bioventing)
KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN MIKROBIA UNTUK MENDEGRADASI
SENYAWA PENCEMAR ORGANIK
• Jumlahnya banyak dan ada
dimana-mana
• Jalur metabolisme dalam
aktivitas hidupnya dapat
dimanfaatkan untuk
mendegradasi senyawa
pencemar organik dan
mengubahnya menjadi
senyawa yang lebih aman
(tidak berbahaya)
Bioremediasi Senyawa Organik Pada Skala Mikroskopis
Pengolahan Biologis Lahan Tercemar Senyawa Organik
• Pengolahan lahan tercemar senyawa organik dapat
dikelompokkan ke dalam:
1. In situ (on-site) – pengolahan dilakukan di tempat
pencemaran tanpa pemindahan
2. Ex situ (off-site) – pengolahan dilakukan di tempat lain
sehingga perlu pemindahan

Ex-situ In-situ
Diagram Bioremediasi Lahan Tercemar Senyawa Organik
In Situ Bioremediation
1. Bioventing
• One of the most common approaches in soil
• Supply air and nutrients via wells
• Takes advantage of indigenous microorganisms
2. In situ biodegradation
• Supply air and nutrients by circulating aqueous solutions through
contaminated soils or groundwater
3. Biosparging
• Injection of air below the water table-increases groundwater oxygen
concentrations and mixing in saturated zone
4. Bioaugmentation
• Addition of indigenous or exogenous microorganisms
• Limits to use: competition and necessity
5. Biostimulation
• Natural Attenuation or Intrinsic Bioremediation
Ex situ Bioremediation
1. Land farming
• Contaminated soil is excavated and spread over land
• Soil is periodically tilled to improve aeration
• Remediation due to indigenous microorganisms, as well as chemical and physical processes
• Generally limited to the superficial 10–35 cm of soil
• Can reduce monitoring and maintenance costs
2. Composting
• Combines contaminated soil with nonhazardous organic amendants (e.g. manure or agricultural
wastes)
3. Biopiles
• Combination of landfarming and composting
• Control physical losses of contaminants
4. Bioreactors
• Soil and water pumped up from a contaminated plume and processed through an engineered
containment system
• Degradation in a bioreactor is generally greater than in situ because the contained environment is
more controllable and predictable
Kelebihan dan Kelemahan Strategi Bioremediasi
Microorganisms
1. Aerobic bacteria:
• Examples include: Pseudomonas, Alcaligenes, Sphingomonas, Rhodococcus, and
Mycobacterium
• Shown to degrade pesticides and hydrocarbons; alkanes and polyaromatics
• May be able to use the contaminant as sole source of carbon and energy.
2. Methanotrophs:
• Aerobic bacteria that utilize methane for carbon and energy
• Methane monooxygenase has a broad substrate range
• active against a wide range of compounds (e.g. chlorinated aliphatics such as
trichloroethylene and 1,2- dichloroethane)
3. Anaerobic bacteria:
• Not used as frequently as aerobic bacteria
• Can often be applied to bioremediation of polychlorinated biphenyls (PCBs) in river
sediments, trichloroethylene (TCE), and chloroform
4. Fungi:
• Able to degrade a diverse range of persistent or toxic environmental pollutants
Fitoremediasi

• Teknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan polutan


berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik
beracun dalam tanah air atau udara dengan menggunakan
bantuan tanaman (hiperacumulator plant).
• ฀Penyerapan karbon
• ฀Penyerapan gas beracun
• ฀ Penyerapan logam berat
PUPUK NITROGEN (N)
Fitoremediasi
Kelebihan Fitoremediasi

• Biaya fitoremediasi lebih rendah dibandingkan dengan proses


tradisional lainnya, baik in-situ maupun ex-situ
• Tumbuhan dapat dengan mudah dipelihara dan dipantau
• Kemungkinan daur-ulang dan penggunaan kembali logam
berharga (oleh perusahaan yang mengkhususkan diri dalam
"pertambangan fito“)
• Metode ini tidak berbahaya karena
• menggunakan organisme alami dan mempertahankan lingkungan
dalam keadaan lebih alami
Kelemahan Fitoremediasi
• Fitoremediasi terbatas pada luas permukaan dan kedalaman yang
diduduki oleh akar tumbuhan
• Pertumbuhan yang lambat dan biomassa yang rendah memerlukan
komitmen jangka panjang
• Dengan sistem berbasis tanaman remediasi, hal itu tidak mungkin
untuk benar-benar mencegah pencucian kontaminan ke air tanah
(tanpa penghapusan secara lengkap tanah yang terkontaminasi,
sehingga tidak menyelesaikan masalah kontaminasi)
• Bio-akumulasi kontaminan, terutama logam, ke dalam tanaman yang
kemudian masuk ke dalam rantai makanan, dari konsumen tingkat
dasar ke konsumen yang lebih atas, membutuhkan pembuangan yang
aman dari biomasa tumbuhan yang kaya kontaminan
Proses Fitoremediasi
1. Phytoextraction or phytoaccumulation
• Plants used to accumulate contaminants in the roots and aboveground biomass
• Can be a relatively low cost option for a large area
• Results in biomass that must be properly disposed of or reused
2. Phytotransformation or phytodegradation
• Uptake of contaminants and transformation to more stable, less toxic, or less mobile forms
• Eg. metal chromium can be reduced from hexavalent to less mobile (and non-carcinogenic)
trivalent chromium
3. Phytostabilization
• Mobility and migration of contaminants are reduced through sorption onto or into the plant
4. Rhizodegradation
• Breakdown of contaminants through activity of the rhizosphere
5. Rhizofiltration
• Water remediation technique
• Used to reduce contamination in natural wetlands and estuary areas.
Tanaman Fitoremediasi
Hyperaccumulator Plant
Apakah tidak sulit
menanam tanaman
hiperakumulator pada
tanah-tanah tercemar?
“Tanaman
hiperakumulator masuk
dalam kriteria tanaman
yang syarat tumbuhnya
tidak membutuhkan
nutrisi tinggi dan tidak
rewel”
Several metal hyperaccumulator species and their bioaccumulation
potential
Enrichment Factor
• Enrichment factor has been derived to determine the
degree of soil pollution and metal accumulation in plants
growing at contaminated site with respect to soil and
plants of control site.

Concentration of metal in soil or (plant) at contaminated site


EFss =
Concentration of metal in soil or (plant) at uncontaminated site
Bioaccumulation Factor

• Bioaccumulation factor or mobilization ratio defined as the ratio


of the concentration of a specific heavy metal in the plant to the
concentration of that metal in the soil.
Konsentrasi Fe, Mn, Zn,Cu dan Cd pada beberapa jenis tanaman pada tanah terkontaminasi

Fe Mn Zn Cu Cd
Botanical
μg/gm dry weight
name
soil plant soil plant soil plant soil plant soil plant

Amaranthus 327.7 263.3 198.3 111.2 208.3 145.6 50.6 44.0 8.9 3.0
viridis

Oryza. sativa 338.5 259.0 198.8 114.2 219.5 141.5 53.2 46.4 9.9 4.5

Hibiscus 328.6 279.6 192.8 98.9 225.3 149.0 103.5 53.2 11.4 5.5
esculentus

Spinacea 330.8 336.9 186.2 115.5 227.6 147.2 106.7 59.1 9.4 5.0
oleracea
Konsentrasi Fe, Mn, Zn,Cu dan Cd pada beberapa jenis tanaman pada tanah tidak terkontaminasi

Fe Mn Zn Cu Cd
Botanical name
μg/gm dry weight

soil plant soil plant soil plant soil plant soil plant

Amaranthus 253.4 203.9 130.4 67.1 129.5 67.2 49.2 18.1 1.2 1.2
viridis

Oryza. sativa 260.2 218.5 132.4 58.2 109.7 74.2 40.5 19.6 1.4 0.6

Hibiscus 265.1 217.0 134.6 66.6 117.6 70.1 38.8 20.0 1.6 0.3
esculentus

Spinacea 234.4 268.4 137.0 58.1 99.8 75.2 35.7 19.4 1.4 0.7
oleracea
Kriteria level normal pada tanaman secara umum
LOGAM BERAT

• Berdasarkan data pada table 1 dan 2,


1. Hitung berapa tingkat polusi dalam tanah (Enrichment factor)
masing-masing tanaman dan masing-masing logam pencemar,
dari perhitungan Sdr, urutkan logam pencemar tanah tersebut !
2. Hitung berapa mobilization ratio pada masing-masing tanaman
dan logam berat, tentukan tanaman yang dapat berfungsi sebagai
hyperaccumulator terhadap logam tertentu!
Some examples of obvious toxic symptoms induced by metals

Anda mungkin juga menyukai