Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENGUJIAN KEKERASAN
I. Pengujian Kekerasan Rockwell
I.1 Tujuan
Untuk dapat menentukan kekerasan bahan dengan sistem Rockwell
A dan C.

I.2 Bahan
1). Kuningan
2). Aluminium
3). Baja karbon rendah ( EMS 45 )

I.3 Peralatan dan Mesin Uji


1). Mesin uji kekerasan Rockwellp
2). Indentor kerucut intan bersudut 120°
3). Indentor bola baja Ø 1/16”

I.4 Landasan Teori


Pengujian kekerasan bahan sistem Rockwell adalah salah satu metode
pengujian kekerasan yang memiliki beberapa skala. Pengujiannya dilakukan
untuk mengetahui nilai kekerasan suatu bahan yang tidak homogen. Juga
untuk bahan yang dikeraskan permukaannya, karena dengan menggunakan
sistem pengujian kekerasan lain, nilai-nilainya tidak tepat.

I.5 Metoda Pengujian


a. Persiapan Bahan Uji
Menyiapkan bahan uji dari bahan Kuningan, Aluminium, Baja karbon
rendah (EMS 45) yang ukurannya disesuaikan dengan standar pengujian.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 1
b. Pelaksanaan Pengujian
1) Hidupkan mesin uji ( tekan tombol ON ) hingga muncul tampilan pada
layarnya.
2) Tekan tombol CODE, lalu ketik angka 1234, kemudian tekan tombol F
( Enter ).
3) Pilih jenis pengujian yang akan dilaksanakan dengan melihat tabel
pada sisi mesin uji, ketik nomor kode skala.
4) Tekan F ( Enter ), lalu CODE. Pada layar akan tampil skala pengujian.
5) Pasang indentor yang sesuai dengan skala pengujian.
6) Tempatkan bahan uji pada landasan, kemudian sentuhkan bahan uji
pada indentor.
7) Tekan tombol untuk pengetesan. Pada saat pengetesan akan tampil
“Cycl” pada layar.

8) Tunggu beberapa saat, hingga tampil nilai kekerasan bahan uji pada
layar.
9) Catat nilai kekerasan. Lakukan pengetesan bahan uji pada permukaan
yang sama sebanyak 3 kali. Lalu rata-ratakan nilainya.
10) Konsultasikan dengan dosen atau pembimbing bila menemukan
kesulitan.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 2
II. Pengujian kekerasan vickers
II.1 Tujuan
dapat menentukan kekerasan bahan dengan sistem Vickers secara
benar.

II.2 Bahan
1). Kuningan
2). Aluminium
3). Baja karbon rendah ( EMS 45 )
II.3 Peralatan dan Mesin Uji
1). Mesin uji kekerasan Rockwell
2). Indentor kerucut intan bersudut puncak 136°
3) Perlengkapan pengujian
II.4 Landasan Teori
Pada pengujian kekerasan sistem Vickers digunakan indentor
(penekan) intan berbentuk piramid dengan sudut puncak 136° dan ditekan
pada bahan, dengan ketentuan :
a. Pembebanan ( P ) :
1) Besi lunak atau belum dikeraskan, P = 30 kg,
2) Baja atau besi yang telah dikeraskan, P = 50 kg,
3) Kuningan dan Tembaga, P = 20 kg,
4) Aluminium, P = 10 kg,
5) Timah, P = 5 kg.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 3
b. Lama pembebanan ( t ) :
1). Bahan Ferro : ± 15 detik
2). Bahan Non-Ferro : lebih dari 15 detik
c. Kecepatan penekanan :
1). Bahan Ferro : ± 5 mm per detik
2). Bahan Non-Ferro : lebih dari 5 mm per detik
d. Pengujian minimal dilakukan sebanyak 3 kali.

P
e. Nilai kekerasan Vickers adalah HV = atau
A
HV = 1,8544 D2
d2
Dimana : HV = Kekerasan Vickers ( Kg/mm2 )
P = Beban ( Kg )
A = Luas bekas penekanan ( mm2 )
D = diagonal bekas penekanan (rata-rata d1 dan d2) ( mm )

II.5 Metoda Pengujian


a. Persiapan Bahan Uji
Bahan yang akan diuji dibersihkan dari debu atau kotoran, sesuaikan
penempatan benda kerja agar jangan sampai terlalu pinggir untuk
penekanannya. Sesuaikan besar beban dengan tebal dan jenis bahan.
b. Pelaksanaan Pengujian
1) Siapkan benda uji dengan ukuran yang telah ditentukan.
2) Siapkan mesin dan perlengkapannya (siapkan sumber tegangan 220
Volt).

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 4
3) Pasanglah indentor dengan benar. Awas ! Indentor jangan sampai jatuh
atau terbentur benda keras.
4) Aturlah pembebanan yang sesuai dengan benda uji.
5) Aturlah switch waktu pembebanan ( time in load ) sesuai dengan jenis
benda uji.
6) Aturlah switch pengontrolan kecepatan ( Speed Control ) sesuai
dengan jenis benda uji.
7) Aturlah switch lampu pada posisi terang.
8) Pasanglah mikroskop ukur.
9) Letakkan benda uji pada landasan yang sesuai.
10) Hidupkan mesin ON Awas ! belum pengujian.
11) Sentuhkan benda uji pada indentor.
12) Lakukan pengujian dengan menekan tombol TEST ( lampu uji
menyala ).
13) Tunggu beberapa waktu sampai lampu uji mati ( berarti penekanan
sudah selesai ).
14) Ukur besar diagonal bekas penekanan dengan menggunakan
mikroskop ukur.
15) Hitung kekerasan sesudah selesai.
16)

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 5
III. Pengujian Kekerasan Brinell
III.1 Tujuan
dapat menentukan kekerasan bahan logam dengan sistem Brinell
dengan benar

III.2 Bahan
Terdiri dari :
- Baja EMS 45
- Kuningan
- Alumunium
-

III.3 Peralatan dan Mesin Uji


- Mesin uji Brinell
- Indentor bola baja
- Beban pemberat
- Mistar sorong
III.4 Dasar Teori
Penentuan kekerasan dengan cara ini dilakukan dengan cara dilakukan
dengan jalan menekan bola baja kepada logam dengan beban tertentu. Pada
permukaan logam akan tinggal bekas penekanan berupa sebagian dari
bidang bola. Setelah diameter bekas penekanan diukur dengan mistar
sorong, maka untuk mengetahuinya dengan menggunakan rumus :

2P
HB =
xd ( D  D 2  d 2)

Kerugian menggunakan sistem ini harus melalui beberapa tahap yaitu


persiapan, penekanan, pengukuran sampai penghitungan.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 6
III.5 Metoda Pengujian
a. Persiapan Bahan Uji
Bahan yang akan diuji dibersihkan dari debu atau kotoran, sesuaikan
penempatan benda kerja agar jangan sampai terlalu pinggir untuk
penekanannya. Sesuaikan besar beban dengan tebal dan jenis bahan.
b. Pelaksanaan Pengujian
1) Siapkan benda uji dengan ukuran yang telah ditentukan.
2) Siapkan perlengkapan mesin.
3) Tutuplah katup pembuang tekanan.
4) Pasang indentor yang sesuai dengan jenis benda kerja.
5) Pasanglah beban pemberat sesuai dengan indentor dan jenis benda uji.
6) Letakkan benda uji pada indentor yang sesuai.
7) Sentuhkan benda uji pada indentor, jangan terlalu menekan.
8) Berikan penekanan dengan memompa tabung hidrolik (gerakan tuas
pompa dengan benar dan teratur).
9) Teruskan pemompaan sampai jarum indicator menunjukan besar
tekanan yang diinginkan.
10) Biarkan selama beberapa detik.
11) Bukalah katup pembuang tekanan supaya hilang tekanannya.
12) Turunkan landasan dan geserlah benda uji.
13) Turunkan landasan dan ambil benda uji.
14) Ukur diameter bekas penekanan dengan menggunakan alat ukur.
15) Hitung kekerasannya.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 7
IV. Pengujian Pukul Takik
IV.1 Tujuan
dapat menganalisa kekuatan dari tiap-tiap bahan apabila diberi beban
kejut.

IV.2 Bahan
MS 45

IV.3 Peralatan dan Mesin Uji


Mesin uji pukul takik
Perlengkapan pengujian
Kunci pas dan kunci L
Alat tulis
IV.4. Landasan Teori
Sebuah bahan uji yang diberi takik dan diberi beban pukul pendulum,
sehingga mengakibatkan jarum skala dengan sendirinya menunjuk angka,
dimana angka ini dijadikan petunjuk untuk mengetahui kekuatan suatu
bahan yang diuji.
Ketahanan pukulan takik dinyatakan dalam kerja setiap cm²
penampang bahan. Dalam praktek takik– takik hampir terjadi pada setiap
bagian konstruksi. Hal ini terbukti pada proses pembubutan, namun
terkadang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. jika
dibandingkan dengan hasil penggerindaan, hasil dari penggerindaan relatif
lebih kuat daripada hasil pembubutan.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 8
IV.5. Metoda Pengujian
a. Persiapan Bahan Uji
Sebelum melaksanakan proses pengujian pukul takik, bahan uji terlebih
dahulu dibentuk pada mesin frais agar proses pengujian berjalan lancar.
Adapun langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Potong bahan uji sesuai dengan ukuran bahan uji charpy dan izod,
kemudian setting kedudukan ragum.
b. Usahakan posisi bahan uji dalam keadaan sama rata pada saat dijepit
pada ragum mesin frais.
c. Pasang pisau frais dan setting pemakanannya.
d. Kemudian frais rata semua bidang hingga mencapai ukuran
sebenarnya.
e. Pemberian alur/takik pada bahan uji Charpy yakni ½ dari panjang
bahan dengan kedalaman 2 mm, dan sudut 45°. Sedangkan pada Izod
28 mm dari ujung, kedalaman 2 mm dan sudut alur 45°.
b. Pelaksanaan Pengujian
Untuk bahan uji Charpy, posisi alur bahan uji membelakangi
pendulum dan hanya diletakkan di atas landasan dengan menggunakan
penjepit bahan uji charpy, hal ini dilakukan untuk memastikan posisi bahan
uji rata.
Sedangkan untuk bahan uji Izod, posisi alurnya berhadapan dengan
pendulum serta bahan ujinya dijepit tegak serata landasan bawah.
Usahakan jepitannya kuat.]

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 9
Langkah-langkah pengujian :
a. Ayunkan pendulum kemudian angkat lalu kunci dengan kunci pengaman.
b. Sesuaikan adaptor impact sesuai bahan uji.
c. Pasang bahan uji pada landasan.
d. Nolkan posisi jarum skala penguji, siapkan tabel dan alat tulis.
e. Periksa ulang penyetelan jauhkan kunci dan benda yang berada di dekat
pendulum.
f. Lepaskan kunci pengaman, kemudian lakukan pengujian dengan menekan
handle pengunci ke bawah.
g. Catat langsung hasil penunjukan jarum sesuai skala yang ditunjuk.
h. Cocokkan hasil pengujian dengan hasil perhitungan
Dengan ketetapan
i. Berat pendulum (G) = 27,216 kg.
ii. Panjang pendulum (L) = 0,902 m.
iii. Sudut awal (α) = 118,5°.

Carilah dengan mengunakan rumus A  G  I Cos   Cos  

i. Bersihkan mesin uji lalu tutup dengan seli

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 10
V. Pengujian Puntir
V.1. Tujuan
dapat mengetahui kekuatan puntir dari suatu bahan.
V.2. Bahan
St 37
V.3. Peralatan dan Mesin Uji
Mesin uji puntir
Dial indicator
Kunci ring
V.4. Landasan Teori
Proses uji puntir yang biasa dilakukan di atas mesin uji puntir yang
menggambarkan garis lengkung beban puntir. Dalam hal ini terdapat pula
batas muai dan batas pecah seperti pada proses uji tarik, tidak terjadi
kontraksi. Tegangan puntir yang terjadi pada titik batang sama dengan nol
dan makin keluar makin besar tegangan puntir atau tegangan torsi biasa
disebut tau  

Antara tegangan tarik dan tegangan puntir terdapat perbandingan


yakni sebagai berikut :

- Batas muai :  s  0,7

- Batas pecah :  b 1,2

Tegangan torsi yang diizinkan   biasanya dipilih lebih rendah


daripada tegangan tarik. Tegangan tarik yang diizinkan yakni 0,7.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 11
V.5. Metoda Pengujian
a. Persiapan Bahan Uji
Sebelum melaksanakan proses pengujian puntir, bahan uji
terlebih dahulu dibentuk pada mesin frais agar proses pengujian berjalan
lancar.
Adapun langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:
Siapkan perlengkapan membubut.
Potong bahan sesuai dengan ukuran bahan uji proporsional dan non
proporsional.
Setting pahat dan pemakanan mesin bubut.
Bubut alur bahan proporsional sesuai ukuran (86 mm) dengan panjang
keseluruhan 150 mm dan ratakan permukaan bahan non proporsional
hingga mencapai ukuran yang ditentukan (100 mm).

Gambar I.1 Bentuk benda uji puntir proporsional

b. Pelaksanaan Pengujian
Siapkan peralatan seperti kunci ring, dial indicator dan alat tulis.
Longgarkan cak pengunci lalu pasang bahan uji, usahakan bagian yang
terjepit tepat pada ujung alur (titik teraman), kemudian kencangkan
baut pengunci dengan erat dan baut pengikat

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 12
Setting posisi jarum / skala penunjuk momen puntir pada angka nol
dan jarum penunjuk putaran kemudian kencangkan mur pengikat
jarum penunjuk.
Pasang dial indicator lalu setting nol.
Periksa ulang kondisi mesin sebelum menekan tombol start.
Matikan mesin apabila bahan uji telah putus lalu tahan ayunan bandul
agar tidak mengganggu hasil dari jarum dial indicator.
Catat hasil pengukuran kemudian hitung tegangan puntirnya.
Sedangkan untuk bahan non-proporsional pengujian hanya dilakukan
sebanyak tiga kali putaran karena bahan uji tidak mudah putus.
Cocokkan hasil pengujian dengan hasil perhitungan.Carilah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Wp  0,2  d 3

Mp
p 
Wp

Bersihkan mesin uji kemudian tutup dengan selimut mesin.

VI. Pengujian tarik


Tujuan
Setelah melaksanakan praktek pengujian tarik ini mahasiswa dapat
mengetahui :
a. Kekuatan tarik tiap bahan
b. Perpanjangan ( regangan )
c. Kontraksi
d. Diagram tarik dari tiap – tiap bahan

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 13
VI.1Bahan
Terdiri dari :
- Kawat seng : panjang = 196 mm, diameter = 5 mm.
- Alumunium : panjang 202 mm, diameter = 5 mm.

VI.2 Peralatan
Terdiri dari :
- Mesin uji tarik
- Spidol
- Kertas grafik
- Pensil
- Mistar sorong
VI.3 Dasar Teori
Uji tarik dilakukan dengan cara dilakukan penjepitan pada kedua
ujung batang uji, kemudian secara perlahan–lahan batang uji tersebut akan
putus. Dengan dilakukan pengujian ini dapat diketahui kekuatan tarik, beban
ulur, beban maksimum, beban patah, modulus elastis, regangan dan
konstraksi dari suatu bahan.

VI.4 Metoda Pengujian


a. Persiapan Bahan Uji
Pertama – tama kedua bahan yang akan diuji diukur panjang serta
diameternya menggunakan mistar sorong, ambil titik tengah lalu tandai 50
mm ke kiri dan 50 mm ke kanan titk tengah. Tandai menggunakan spidol
sesuai dengan ukuran standar pengujian. Pasang kertas grafik dan spidol
pada tempat yang tersedia pada bagian mesin, untuk mengetahui hasil
pengujian.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 14
b. Pelaksanaan Pengujian
Keselamatan Kerja :
- Pasang benda uji satu sumbu.
- Pada saat pengujian, arah penarikan harus ke bawah.
Langkah Kerja :
- Jepit kedua ujung batang uji yang sudah ditandai.
- Atur posisi jarum penunjuk pada posisi nol.
- Laksanakan penarikan batang uji.
- Tekan tombol ON untuk menjalankan mesin uji
- Berikan tanda pada posisi jarum penunjuk pada keadaan beban
ulur berikan tanda supaya tidak lupa.
- Lalu pada posisi beban maksimum berikan tanda.
- Pada posisi beban patah berikan tanda.
- Setelah batang uji patah matikan mesin.
- Buka hasil pengujian.
Pembacaan Hasil :
- Catat hasil beban ulur
- Catat hasil beban patah
- Catat hasil beban maksimum
- Ukur batang uji yang sudah patah antara lain :
1) Panjan
2) Diameter bidang patah.
- Hitung tegangan batas ulur :
1). Tegangan tarik 4). Kontraksi
2). Tegangan patah 5). Regangan
3) .Tegangan ulur

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 15
BAB II
JAWABAN TUGAS- TUGAS MODUL

Tugas I
1. Jelaskan macam-macam pengujian?
2. Jelaskan prosedur pengujian bahan baku pada industri?

Jawab
1. Macam-macam pengujian :
a) Pengujian merusak (destruktif test = DT)
Yaitu pengujian yang dilakukan sehingga menimbulkan
perubahan/kerusakan pada bahan uji misalnya : pengujian tarik,
pengujian pukul takik, pengujian puntir, pengujian kekerasan,
pengujian tekan, pengujian lengkung,pengujian geser, pemeriksaan
mikroskopis.

b) Pengujian tak merusak (non destruktif = NDT)


Pengujian ini bertujuan untuk menguji benda kerja tanpa mengadakan
kerusakan pada benda kerja itu sendiri. Metoda untuk menguji
keretakan logam dengan NDT diantaranya :
 Dengan sistim dye penetrant
 Dengan sistim ultrasonic
 Dengan sistim radiografi
 Dengan sistim magnitis
 Dengan sistim eddy curren
2. Prosedur pengujian bahan baku pada industri :

Tugas II
1.Sebutkan jenis Hardening yang biasa dilakukan di industry?
2.Jenis bahan apa saja yang biasa dikeraskan?
3.Bagaimanakah cara pengerasan tersebut?

Jawab
1.Jenis Hardening :
 Mengeraskan seluruh bagian benda kerja (dikenal dengan istilah penyepuhan).
 Mengeraskan permukaan benda kerja.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 16
2.Jenis bahan yang biasa dikeraskan:
 Carbon tool steel EMS 45.
 Baja amutit dengan unsur-unsur sebagai berikut: Carbon (C) 0.95 % ; Mangan
(Mn) 1,1 % ; Chrom (Cr) 0,5 % ; Vanadium (V) 0,12 % ; Wolfram (W) 0,55
%, Silikon (Si) 0,3 %.
 Baja st 40.
 Baja AISI 4140 yang terdiri dari 0,39 % C; 0,69 % Mn, 0,95 % Cr; 0,20 %
Mo; 0,19 % Si.

3.Cara pengerasan tersebut :

a. Cara yang dilakukan untuk mengeraskan seluruh bagian benda kerja ialah
dengan memasukkan benda kerja ke dalam furnace, kemudian dipanaskan
pada temperatur austenite yang dibiarkan beberapa saat, dan selanjutnya
didinginkan secara cepat ke dalam media pendingin seperti air garam, air
dingin, dan minyak (oli). Pemanasan dilakukan pada temperatur 800 –
1250 derajat celcius. Proses pemanasan dan lama waktu serta media
pendingin tergantung kepada faktor kandungan karbon pada bahan
tersebut.
b. Cara yang dilakukan untuk mengeraskan permukaan benda kerja ialah
dengan cara menambahkan karbon (C) pada permukaan benda kerja.
Langkah kerja secara rincinya akan dijelaskan di bawah ini.
 Siapkan serbuk arang kayu
 Siapkan kotak pengkarbonan dan isi dengan serbuk arang kira-kira
separuhnya.
 Bungkus benda kerja dengan kertas dan taruh dalam kotak.
 Timbunlah benda kerja dengan arang sampai arang memenuhi kotak

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 17
 Tutuplah kotak pengkarbonan dan selanjutnya rapatkan tutup dan
kotaknya dengan tanah liat.
 Dapur disetel pada suhu 980 °C dan hidupkan dapur (ON).
 Masukkan kotak ke dalam dapur dan biarkan 3 sampai 4 jam.
 Setelah cukup waktunya, ambil kotak dari dapur dengan menggunakan
sekop. Pakailah sarung tangan pengaman.
 Bukalah kotak dan gunakan penjepit untuk mengambil benda kerja.
 Ambil benda kerja kemudian dinginkan dengan cepat ke air.

Tugas III
1.Apa yang dimaksud dengan jenis perlakuan panas Annealing?

2.Jelaskan cara pengerjaannya?

Jawab:
1.Annealing adalah pemanasan hingga suhu tertentu dan mempertahankannya untuk
beberapa waktu. Pada suhu tersebut selanjutnya didinginkan perlahan-lahan. Tujuan
dari pengolahan panas ini pada umumnya untuk membuat bahan berkurang
kerasnya dan biasanya dilakukan untuk pengerjaan lanjut.
2.Cara pengerjaanya:
1. Proses anil untuk membebaskan tegangan
Tujuan adalah untuk mengurangkan tegangan dalam, yang diakibatkan
oleh pengerjaan dingin maupun perlakuan panas. Proses ini dilaksanakan
untuk bermacam-macam baja, baja paduan, baja tuang dan besi tuang.
Proses dilaksanakan dengan memanaskan bahan sampai suhu (550-650)0C,
lalu mempertahankannya selama ± 2 jam pada suhu itu , sehingga
terbentuk struktur kristal baru. Kemudian didinginkan perlahan-lahan.
2. Memijar Lunak (soft annealing)
Penggunaannya untuk baja karbon tinggi, misalnya bantalan peluru.
Tujuan dari proses ini adalah unutk meningkatkan ketangguhan baja yang
rapuh, yaitu dengan mengubah bentuk lapisan sementit di dalam perlit dan

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 18
sementit. Struktur mikro perlit, ketangguhannya rendah sekali, sehingga
dengan pemanasan tersebut akan diubah menjadi sementit yang berbutir-
butir (berbentuk bola).
Prosedur pemanasannya adalah apabiala struktur mulanya perlit, bahan
dipanaskan selama (16-24) jam pada suhu di bawah suhu kitis bawah atau
kira-kira 7000C. Lalu didinginkan perlahan-lahan di udara. Jika srutur
mulanya martensit, maka pemanasan selama (1-2) jam pada suhu sedikit di
atas titik kritis antara (723-770)0C, setelah itu didinginkan perlahan-lahan
di dapur dengan laju pendinginan antara (25-30)0C per jam.
3. Memijar normal (Normallizing)
Untuk memperbaiki dan menghaluskan strutur butiran dan membentuk
struktur mikro agar terbentuk butir halus dan seragam, sehingga pengaruh
dari pengerjaan dingin atau panas dapat dihilangkan, maka dilakuakan
normalisasi. Prosedur pemanasan dilakukan dengan memanaskan baja
hingga (900-800)0C tergantung dari kadar karbon, makin tinggi kadar
karbon akan lebih rendah suhu pemanasannya, dengan kadar karbon dalam
baja maksimum 0,83%. Selanjutnya menahan pada suhu tersebut selama
(1-2) jam, lalu didinginkan sampai suhu ± 600C karena pada suhu ini
terjadi austenitisasi dalam daerah austenit murni.
Proses selanjutnya , didinginkan perlahan-lahan dengan pendinginan
udara guna mecegah timbulnya segregasi praeutektoid yang berlebihan.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 19
Tugas IV
1. Berikan salah satu contoh Jenis pekerjaan pengerasan permukaan (surface
hardening) ?

2.Bagaimana caranya pekerjaan surface hardening itu ?

Jawab
1. Pengerasan nyala (Flame Hardening)
Pengerasan nyala dilakukan untuk bagian-bagian benda yang lebih besar yang
tidak dapat dipanaskan di dalam dapur pemanas. Nyala api yang digunakan
untuk memanaskan benda kerja dipakai nyala zat asam asetilen yang
ditempatkan di atas bagian yang akan dikeraskan, setelah itu didinginkan
dengan cepat.
2. Cara pengerjaan dari pengerasan nyala yaitu
Pengerasan nyala dilakukan untuk bagian-bagian bendayang lebih besar
yang tidak dapat dipanaskan di dalam dapur pemanas. Nyala api yang digunakan
untuk memanaskan benda kerja dipakai nyala zat asam asetelin yang ditempatkan
di atas bagian yang akan dikeraskan, setelah itu didinginkan dengan cepat.
Lapisan keras yang diperoleh dengan pengerasan nyala ini dapat
mencapai ketebalan 6 mm, dengan kekerasan menurut Brinell (400-700) kg/mm2.
Proses ini sangat cepat menghasikan permukaan yang keras. Permukaan benda
kerja di untuk panaskan hingga di atas suhu kritis atas dengan menjalankan api
brander dengan nyala normal dan segera didinginkan dengan semprotan air.
Dalamnya kulit yang keras tergantung dari kecepatan gerakan api memanaskan
benda kerja.
Suhu pemanasan dapat juga diindikasikan berdasarkan warna pijar yang
selalu berada dalam urutan warna petunjuk yang tetap, dari cokelat tua sampai
putih terang. Warna petunjuk hanya berlaku apabila lamanya penyalaan sedang
dan suhu yang bertambah secara teratur. Ini berarti untuk waktu yang singkat.

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 20
Selanjutnya apabila sudah dperoleh warna yang tepat harus dilakukan
pendinginan yang cepat

Mekanik industri & desain


Politeknik tedc bandung 2009 21

Anda mungkin juga menyukai