Anda di halaman 1dari 7

I.

TENSILE TEST
1. Teori Pengujian
Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian mekanik secara statis
dengan cara sampel ditarik dengan pembebanan pada kedua ujungnya dimana
gaya tarik yang diberikan sebesar P (Newton). Dalam pengujiannya, bahan uji
ditarik sampai putus.Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tarik
(kekuatan tarik) dari komposit yang diuji.

Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material


terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk
mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat
mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut.

2. Pengujian
a) Preparasi Spesimen

1) Marking lebar tebal specimen dengan tebal 12 mm T1 DAN T2 : 40MM


(Panjang 260mm) potong menggunakan
2) Miling specimen menggunakan mesin bubut, degan bentuk sebagai
berikut, sesuai (Figure 6.10 AWS D1.1 2020).

b) Langkah-Langkah Pengujian

1) Gerinda bagian weldment (kampuh las) hingga datar dengan specimen.


Bagian weldment (kampuh las) tidak boleh kurang daripada tebal
specimen.
2) Miliing specimen sesuai dengan gambar berikut
3) Gerinda amplas specimen hingga halus menggunkan mata grinda
amplas
4) Oleskan nital (5-10%) pada weldmen sehingga terlihat macrostructure,
bilas dengan alcohol/ethanol kemudian air, keringkan dengan drier.
Aplikasi nital tidak boleh sampai kering.
5) Tandai gauge length sejauh 50mm.
6) Marking dengan paint marker.
7) Ukur dan catat dimensi specimen.
8) Simpan dalam desicator.

c) Tahap-Tahap Pengujian Tensile Test

1) Benda uji tarik standar ditempatkan pada alat pencekam di kedua


ujungnya.
2) Pembebanan tarik dilakukan searah sumbu benda uji tarik.
3) Laju pembenanan diatur melalui panel kontrol hidrolik.
4) Panarikan dilakukan sampai benda uji putus.
5) Data hasil pengujian akan terekam pada grafik hasil uji tarik, berupa
besar pembebanan, pertambahan panjang.
6) (elongation), Pengecilan Penampang.
7) (Reduction of area) dan elastisitas bahan.

d) Crosscheck Pengujian
Pengujian tensile test menggunakan test spead 500 Mpa kdari hasil
tersbeut mendapatkan hasil tensile strength 462.12Mpa. ajuan dari
AWS.Clausa 6 Kekuatan tarik harus tidak kurang dari minimum rentang tarik
yang ditentukan dari logam tidak mulia yang digunakan.

3. Simpulan (Acc/reject berikan alasan sendiri)

Pada specimen T1 dengan tensil strength mendapatkan nilai 462.12 MPa


dikatakan Accepted Criteria karena nilai pada specimen T1 melebihi nilai
minimum yang sudah ditetapkan pada Table 5.3 dengan memakai Base Metal
ABS grade AH36.
Pada specimen T2 dengan tensile strength mendapatkan nilai 465.72 MPa
dikatakan Appepted Criteria karena nilai pada specimen T2 tidak boleh kurang
dari minimum tensile range yang sudah ditetapkan pada table 5.3 dengan
memakai Base Metal ABS grade AH36.
II. BENDING

1. Teori pengujian
Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan menggunakan
mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa
bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang
dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan.

Adapun fungsi dari uji bending yaitu untuk mendapatkan/menentukan mutu


suatu material secara visual, selain itu kita dapat mengukur kekuatan material
akibat pembebenan dan kekenyalan dari specimen.

2. Pengujian
a) Preparasi Specimen
1) Pertama pelat yang sudah tersedia dengan ukuran panjang 280 mm x 12
mm.
2) Lalu, dipotong specimen dengan ukuran panjang 150 mm dan lebar 10
mm.
3) Setelah material sesuai ukuran, pastikan matrial diamplas permukaan
rata dan halus.

b) Langkah-Langkah Pengujian
1) Pertama lakukan proses etching pada specimen untuk memperjelas
bentuk root dan capping dari specimen, larutan etching terdiri dari 90%
alcohol dan 10% asam nitrat.
2) Seteah bentuk root dan capping terlihat dibagian lebar material lakukan
proses pengukuran dan menetukan titik tengah specimen.
3) Lalu lakukan pengukuran sisi kanan dan sisi kiri dari titik tengah yaitu
75 mm dengan total panjang keseluruahn 150 mm.
4) Setelah proses pengukuran selesai maka langkah selanjutnya yaitu proses
pengujian pada alat bending, terdapat bagian-bagian yaitu former
diameter dengan ukuran 30 mm dan shoulder distance dengan ukuran
60.5 mm.
5) Proses bending dilakukan sampai specimen bengkok membentuk U.

c) Crosscheck Pengujian
Dari 4 hasil uji bending dilakukan, semua sesuai dengan prosedur yang
diberikan dosen pengajar yang berpedoman menurut AWS D1.1 figure
6.10.3 dan hasil yang didapat 1 dari 4 specimen terjadi retak permukaan
pada hasil las-lasan.
1) Check dengan acc criteria welding code (AWS D1.1)
Hasil dari uji bending yang dilakukan 1 dari 4 hasil specimen terjadi
surface diskontinuitas yaitu retakan dengan ukuran 3 mm, dan masih
termasuk accepted criteria.

6.10.3.3 Acceptance Criteria for Bend Tests.


The convex surface of the bend test specimen shall be visually
examined for surface discontinuities. For acceptance, the surface shall contain no
discontinuities exceeding the following dimensions:

(1) 1 /8 in [3 mm] measured in any direction on the surface


(2) 3/8 in [10 mm]—the sum of the greatest dimensions of all discontinuities
exceeding 1 /32 in [1 mm], but less than or equal to 1 /8 in [3 mm]
(3) 1 /4 in [6 mm]—the maximum corner crack, except when that corner crack
results from visible slag inclusion or other fusion type discontinuity, then the
1 /8 in [3 mm] maximum shall apply.

Specimens with corner cracks exceeding 1 /4 in [6 mm] with no evidence of slag


inclusions or other fusion type discontinuity shall be disregarded, and a replacement
test specimen from the original weldment shall be tested.

Gambar 3.4 Acc Criteria uji bending menurut AWS D1.1

3. Simpulan (Acc/reject berikan alasan sendiri)

Untuk kesimpulan dari Specimen bending test dari 4 Specimen yang diuji
bending

keseluruhan masih masuk dalam Accepted Criteria. Karena hanya 1 specimen


yang terjadi retakan permukaan (3 mm) dan itu juga masih diperbolehkan sesuai
dengan figure 6.10.3.3 AWS D1.1
III. HARDNESS

1. Teori Pengujian
Hardness Test, Kekerasan suatu bahan/material merupakan sifat mekanik yang
sangat penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lainnya
yaitu kekuatan. Nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material juga dapat
dikonversi dari kekerasannya. Untuk mengukur dan menganalisa kekerasan
material pada suatu benda/specimen.

2. Pengujian
a) Preparasi Pengujian
1) Memotong specimen 60 mm.
2) Pengamplasan specimen sampai mengkilap dengan menggunakan
autosol (root dan capping tidak di amplas).
a) Langkah-Langkah Pengujian
1) Letakkan specimen dalam ragum mesin hardness pada kondisi rata.
2) Gunakan lensa objektif perbesaran zoom 5x.
3) Atur focus hingga sampel terlihat tajam/jelas.
4) Lalu pengujian dimulai dengan load sebesar 10 kgf.
5) Pengujian dimulai pada bagian base metal, HAZ, weld metal, HAZ, dan
base metal
b) Crosscheck Pengujian
Sesuai dengan prosedur yang diberikan dosen pengajar yang berpedoman
menurut AWS D1.1.

3. Data Pengujian
Lokasi titik uji (Location) Vickers Hardness Valeu (HV) Applied
test load 10 kgf
Base metal
Heat Affected Zone (HAZ)
Weld Metal
Heat Affected Zone (HAZ)
Base metal
Gambar 4.1 data hasil uji hardness

4. Simpulan (Acc/reject berikan alasan sendiri)

Dari hasil praktikum uji Hardness kesimpulan yang bias diambil adalah material
yang diujiakan pada pengujian tersebut adalah Acceptance dengan code yang
diberikan karena tidak melebihi batas maksimum yang diberikan pada DNV C401
Chapter 2 section 5.
IV. MACRO

1. Teori Pengujian
Pengujian makro merupakan suatu metode untuk menyelidiki struktur logam
dengan menggunakan miroskop optis dan mikroskop elektron.Sedangkan struktur
yang terlihat pada mikroskop tersebut tersebut disebutmikrostruktur. pengamatan
tersebut dilakukan terhadap spesimen yang telahdiproses sehingga bisa diamati
dengan pembesaran tertentu. Fungsi dari pengujian ini adalah untuk melihat
perbedaan intensitas sinar pantul permukaan logam yang dimasukkan ke dalam
mikroskop

2. Pengujian
a) Preparasi specimen
1) Memotong specimen 55 mm.
2) Pengamplasan specimen dari amplas 80 lalu dilanjutkan amplas 280
hingga amplas 300 (pengamplasan hanya dilakukan pada samping
spesimen)
3) Kemudian polishing sampai mengkilap dengan menggunakan autosol .

b) Langkah-Langkah Pengujian
1) Letakkan specimen dengan kondisi menyamping (penampang/cross
section weld metal menghadap atas).
2) Gubakan penggaris sebagai referansi.
3) Foto zoom specimen dengan penggaris.
4) Analisa gambar dengan perbesaran 5X zoom dan tentukan specimen
sesuai dengan acceptace kriteria atau tidak.
5) Tulis laporan uji macro.

c) Crosscheck Pengujian
Acceptance kriteria ujia macro berdasarkan AWS D1.1 dapat dilihat di
klausa 6.10.4
3. Simpulan (Acc/reject berikan alasan sendiri)

Pada specimen uji makro terdapat through fusion 1.5 mm maka dikatakan
rejected criteria, karena sesuai pada aws d1.1 point 6.10.4.1 tentang acceptance
criteria untuk menjelaskan acceptance criteria tentang makro test.

Anda mungkin juga menyukai