Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

BENDING TEST

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Ardella Puspita Ningrum (0222030003)


2. Irkham Fatody Suryawan (0222030008)
3. Laura Maharani Tiarasyah (0222030010)
4. Syahrul Firdan Febriarko (0222030022)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK BANGUNAN


KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SEMESTER GENAP 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
1.1.1. Dapat mengoperasikan mesin uji bending
1.1.2. Mampu menjelaskan macam-macam pengujian lengkung
1.1.3. Dapat membuat grafik tegangan dan regangan.
1.1.4. Dapat menganalisa tegangan dan regangan

1.2 Teori

Pengujian tekuk (bending) merupakan proses pembebanan menggunakan


mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian
tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan
oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi
dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Gambar
1 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan uji.

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus diperiksa


dari kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang lain. Jika spesimen
mengalami patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen dinyatakan gagal uji
(rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria keberterimaan seperti jumlah retak,
dimensi retak atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan harus
disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi ketebalan atau sudut-
sudut spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian. Kecuali dimensinya
melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar.

Secara umum terdapat dua jenis pengujian tekuk (bending) yaitu pengujian tekuk
melintang (transversal bending) dan pengujian tekuk memanjang (longitudinal
bending). Jika kedua jenis pengujian tersebut digunakan pada benda hasil pengelasan,
maka pemotongan area pengelasan harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal
tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah
benda ditekuk.
1.3 Pengujian Tekuk Melintang (Transversal Bending)

Pada pengujian jenis ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian
transversal bending dibagi menjadi tiga :

a. Face Bend
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 1 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Transversal Bending

b. Root Bend
Dikatakan root bend jika akar las mengalami tegangan tarik dan permukaan las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Transversal Bending


c. Side Bend
Dikatakan side bend karena penekanan dilakukan pada sisi las seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4. Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang
dilas lebih besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut.

Gambar 3 Skema Pengujian Tekuk Side Bend pada Transversal Bending

1.4 Pengujian Tekuk Memanjang (Longitudinal Bending)

Pada pengujian jenis ini, pengambilan spesimen searah dengan arah


pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan.

Pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :

1.4.1 Face Bend

Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Longitudinal Bending


1.4.2 Root Bend

Dikatakan root bend jika akar las mengalami tegangan tarik dan permukaan las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 5 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Longitudinal Bending

1.5 Penetuan Diameter Mandril / Penekan

Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandril ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu :

1. P-No. dari material yang diuji

2. Elongation dari material yang diuji

3. Kekuatan luluh ( yield strength ) dari material yang diuji


Berdasarkan standard and code ASME sec. IX, ukuran diameter mandril ditentukan
berdasarkan P-No. dari material yang diuji. Namun jika P-No. material tidak ditemukan
pada referensi di standar tersebut, maka dapat digunakan data elongation material uji
untuk mencari diameter mandril atau penekan. Berbeda dengan standard and code
ASME sec. IX yang menggunkan P-No. dan data elongation material, pada standar
yang lain yaitu AWS D1.1 justru menggunakan data kekuatan luluh ( yield strength )
dari material yang diuji untuk menentukan diameter mandril atau penekan. Pada
Gambar 7
dapat dilihat cara penentuan diameter mandril / penekan berdasarkan standard and
code ASME sec. IX.

Gambar 6 Penetuan diameter mandril / penekan berdasarkan ASME sec. IX

Gambar 7 Penetuan diameter mandril / penekan berdasarkan AWS D1.1

Selain itu juga diatur mengenai jarak antara penumpu dan mandril atau penekan.
Skema serta jarak penentuan pengujian dapat dilihat pada Gambar 9

Gambar 8 Penetuan jarak antar penumpu berdasarkan ASME sec. IX


1.6 Kriteria Keberterimaan Pengujian Tekuk (Acceptance Criteria
Bending Test)

1.6.1 Syarat Keberterimaan Berdasarkan ASME sec. IX


Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan
standard and code ASME sec. IX maka hasil pengujian harus
memenuhi kriteria berikut ini :

1.6.1.1 Keretakan pada weld metal atau HAZ maksimal 3 mm diukur dari segala
arah pada permukaan cembung yang telah ditekuk.
1.6.1.2 Retak pada pojok permukaan yang telah ditekuk tidak diperhitungkan.
Kecuali yang disebabkan oleh slag inclusión , lack of fusion , atau cacat
lainnya.

1.6.1.3 Pada pengelasan overlay cladding tidak boleh terdapat retak terbuka
melebihi 1.5 mm dihitung dari segala arah. Pada interface tidak boleh
terdapat retak terbuka melebihi 3 mm.

1.6.1.4 Syarat Keberterimaan Berdasarkan AWS D1.1


Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan standard and code
AWS D1.1 maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria berikut ini :

1.6.1.5 Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan


cembung yang telah ditekuk.

1.6.1.6 Jumlah cacat terbesar tidak boleh melebihi 10 mm pada cacat yang
ukurannya antara 1 mm sampai 3 mm.
1.6.1.7 Retak pada pojok permukaan maksimal 6 mm, kecuali yang disebabkan
oleh slag inclusión atau cacat fusi yang lainnya maka maksimal dimensi
yang diperbolehkan adalah 3 mm.
BAB II

METODOLOGI
PRAKTIKUM

3.1. Peralatan dan Bahan

Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktek ini adalah sebagai
berikut :

3.1.1 Alat :

1. Spidol

2. Mistar

3. Jangka Sorong

4. Gerinda

3.1.2 Mesin Bending Bahan :


1. Carbon Steell

3.1.3 Perlengkapan :
1. Kacamata (goggle)

2. Sarung tangan

3. Masker pernapasan

3.2. Langkah Kerja

1. Ukur dimensi benda kerja


2. Lakukan Penggerindaan pada bagian sambungan las sesuai posisi las yaitu face
bending atau root bending hingga rata dan halus dengan permukaan benda
kerja
3. Nyalakan mesin bending
4. Pilih mandrell dengan diameter 38
5. Letakkan mandrell pada posisinya yang digunakan untuk proses bending
6. Letakkan benda kerja pada Mesin Bending posisikan benda kerja sesuai bagian
yang akan di bending
7. Putar Tuas ke kiri atau ke kanan untuk menggerakkan mandrell naik dan turun
8. Putar tuas untuk menurunkan mandrell untuk membending benda kerja

9. Proses bending berlangsung


10. Setelah proses bending berakhir putar tuas agar mandrell kembali ke atas.
11. Ambil benda kerja lalu lakukan pengamatan
12. Catat perubahan apa saja yang terlihat setelah benda kerja dilakukan proses
bending,Ukuran Discontinuity dan jenisnya bisa dimasukkan dalam lembar
kerja.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Pada benda kerja 1 (FACE BENDING 1) Mengalami discontinuitas jenis crack, dengan
ukuran 9 mm, yang artinya sambungan lasnya REJECT
2. Pada benda kerja 2 (FACE BENDING 2) Mengalami discontinuitas jenis porosity,
dengan ukuran 33,54 mm yang artinya sambungan lasnya REJECT, karena retak pada
pojok tidak di perhitungkan sesusai BKI VOL.6
3. Pada benda kerja 3 (ROOT BENDING 1) Mengalami discontinuitas jenis crack sebesar
3 mm yang artinya sambungan lasnya masih ACC karena retak pada pojok tidak di
perhitungkan sesuai BKI VOL. 6
4. Pada benda kerja 4 (ROOT BENDING 2) Mengalami discontinuitas jenis porosity
sebesar 33,44 mm yang artinya sambungan lasnya masih REJECT, karena retak pada
pojok tidak di perhitungkan sesuai BKI VOL. 6
BAB IV
KESIMPULAN

Pengujian lengkung yang dipakai yaitu face bend dan root bend dengan cara
mengikuti prosedur yang ada seperti alat dan bahan serta cara kerja yang sudah
tersedia kemudian didapatkan hasil uji bending dari pengujian tersebut dengan
menggunakan standart BKI vol. 6

• Pada benda kerja 1 (FACE BENDING 1) REJECT


• Pada benda kerja 2 (FACE BENDING 2) REJECT
• Pada benda kerja 3 (ROOT BENDING 1) ACC
• Pada benda kerja 4 (ROOT BENDING 2) REJECT
DAFTAR PUSTAKA
N, Abid Abdillah. (2017) Praktikum Bending PPNS tersedia
pada https://www.scribd.com/document/340317923/Praktikum -Bending-PPNS.
Diakses pada 22 Juli
2022. BKI Vol.6

Anda mungkin juga menyukai