Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN UJI BENDING

DISUSUN OLEH:
ALIEF WAHYUDI (5202416028)
GANJAR MUHAMMAD (5202416029)
AGUS SETIAWAN (5202416030)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang
bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan
pengujian.
Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan,
bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa
diubah, sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan
pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa
untuk membuktikan suatu teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang
metalurgi. Dalam proses perencanaan, dapat juga ditentukan jenis bahan maupun
dimensinya, sehingga apabila tidak sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih tepat.
Disamping tidak mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan praktikum bending test adalah sebagai berikut:
1) Untuk Mengetahui Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu material.

2) Untuk Mengetahui Material Seperti Apa yang Baik Digunakan.

3) Untuk Mengetahui Kualitas Dari Seorang Pekerja.

      Melalui pengujian ini juga diharapkan dapat mengetahui sifat – sifat logam seperti
sifat mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah kemampuan suatu
bahan untuk menerima beban atau gaya tanpa menimbulkan kerusakan pada benda
tersebut. Beberapa sifat mekanik antara lain :
 KEKUATAN ( STRENGHT )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan
bahan menjadi patah, kekuatan ini terdiri dari : kekuatan tarik, kekuatan tekan,
kekuatan geser, dan lain sebagainya.

 KEKERASAN ( HARDNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan,
pengikisan( abrasi ).Sifat ini berkaitan terhadap sifat tahan aus ( wear resistance ).
 KEKENYALAN ( ELASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanent setelah tegangan
dihilangkan. Tetapi apabila tegangan melampaui batas maka perubahan bentuk akan
terjadi walaupun beban dihilangkan.

 KEKAKUAN ( STIFNESS )
Adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk atau defleksi.

 PLASTISITAS ( PLASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis  
( yang permanent ) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sering disebut
sebagai keuletan ( ductility ).
 KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa
mengakibatkan terjadinya kerusakan atau banyaknya energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu bahan.

 MERANGKAK ( CREEP )
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastis
yang besarnya merupakan fungsi waktu pada saat menerima beban yang besarnya
relatif besar.

 KELELAHAN ( FATIQUE )
Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan
berulang – ulang yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisnya.
BAB II
DASAR TEORI
2.2 DASAR TEORI.
Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik
di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada
beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu  :
1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength )
2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3. Tegangan luluh ( yield ).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu
transversal bending dan longitudinal bending.
a. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal
bending dibagi menjadi tiga:
1. Face Bend ( Bending pada permukaan las )

Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las


mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak
atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau
difussion line (garis perbatasan WM dan HAZ
2. Root Bend ( Bending pada akar las )

Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang
mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ)

3. Side Bend ( Bending pada sisi las ).

Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las .


Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul
retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).
b. Longitudinal Bending 

            Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah
pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal
bending dibagi menjadi dua :

• Face Bend (Bending pada permukaan las)

Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada
permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul
retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan
WM dan HAZ).

• Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan
tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan .Pengamatan dilakukan pada akar las yang
mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waku dan Tempat
Praktikum Uji Bahan ini berlangsung pada hari kamis, 15 Desember 2016 dan
bertempat di Laboratorium uji bahan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah        :
a. Alat Bending

b. Bantalan berbentuk “ U” 

c. bahan percobahan uji bending aluminium dengan ukuran 300mm x 20mm x 5mm
3.3 Prosedur Kerja
1. Sebelum uji bending siapkan alat bending, dan bantalan bending di las pada bagian bawahnya
agar kuat.    
2. Olesi ujung bantalan bantalan U dengan pelumas / grease,ini bertujuan agar saat bahan /
specimen di uji akan licin sehingga maksimal hasilnya
3. Letakkan specimen pada bantalan U, tepatkan sehingga tengah dari material pas dengan alat
bending, jika perlu tandai tengah dari material dengan kapur
4. Nyalakan mesin bending dan atur beban pada 200 hingga 250 kg/cm2
5. Pastikan letak bantalan alat bending sesuai prosedur pengujian bending.
6. Turunkan bending secara perlahan hingga ujung penekan mengenai material selanjutnya
turunkan alat bending secara perlahan agar mendesak spesimen ke bawah.
7. Pengujian dilakukan hingga material mengalami perubahan bentuk sesuai bentuk yang akan
diinginkan dari pengujian spesimen tersebut  dan amati permukaannya.
8. Lakukan  langkah  yang  sama untuk setiap material yang akan di uji.
9. Amati setiap percobaan bending secara detail

3.4 Kendala dalam pengujian baban logam non ferro :


1. Dalam pencarian bahan logam non ferro agak sulit dan juga harga yang mahal, dan tidak
dijual per potongan
2. Pembentukan spesimen yang belum kita ketahui dengan pasti, krena kita belum mendapatkan
mata kuliah permesinan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


 aluminium yang telah diuji
Pada aluminium dari pabrik setelah di uji bending tidak mengalami retakan secara kasat
mata /visual namun belum diketahui retakan dalam struktur mikronya karena belum melewati
tahap uji X-ray.

 Pengamatan pada spesimen :


a. Luas penampang pada spesimen = Panjang x Lebar x Tebal
= 300 mm x 20 mm x 5 mm
= 30.000 mm²

b. Elastisitas Spesimen = Force : (20x5)


= 240 : 100
= 2,4 N/mm

 Pembahasan
          Hasil pengujian pada specimen menunjukkan hasil yang tampaknya secara visual,
namun pada struktur mikro di dalam material tersebut bias saja berbeda, pada specimen ini
aluminium melengkung secara sempurna, melengkung secara halus, tidak tampak keretakan
secara visual, dan struktur mikro di dalam besi hanya akan mengalami deformasi sedikit.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengujian bending yang dilakukan pada specimen/objek yang sejenis, namun diberi
perlakuan yang berbeda dari tiap-tiap specimen akan berbeda hasilnya.
2. Pengujian bending dapat digunakan untuk mengetahui kwalitas bahan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

http://terasepter.blogspot.co.id/2013/11/pengujian-bahan.html

http://eprints.undip.ac.id/29586/1/Alat_Uji_Bending_Bhn_Kuningan.pdf

http://teknikdesaindanmanufaktur.blogspot.com/2014/10/laporan-bending-test.html

http://rakayudhistira28.blogspot.co.id/2015/04/laporan-uji-bending-bending-test.html

http://documents.tips/documents/uji-lengkung-bending-test-material.html

http://www.academia.edu/17345750/uji_bending

Anda mungkin juga menyukai