Anda di halaman 1dari 10

JIS (Japan industrial standart)

Japanese Industrial Standar (JIS) menentukan standar yang digunakan untuk


kegiatan industri di Jepang. Proses standardisasi dikoordinasikan oleh Komite Standar
Industri Jepang dan dipublikasikan melalui Jepang Standards Association. JIS adalah
standar untuk menyepuh plating pemasok untuk membuktikan kualitas mereka dalam
industri otomotif.
Ruang Lingkup Standar Industri Jepang ini menetapkan peraturan umum untuk menyepuh
yang disebut sebagai plating pada suku cadang kendaraan bermotor selanjutnya disebut
sebagai bagian terutama untuk tujuan pencegahan korosi, pencegahan karat dan untuk
tujuan dekoratif. Catatan (1) Autocatalytic jenis pelapisan tanpa listrik tidak termasuk.
Keterangan berikut ini dikutip dalam Standar jis:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

JIS D 0201 Automobile bagian-aturan Umum elektroplating


JIS H 0400 Daftar istilah yang digunakan dalam elektroplating
JIS 0404 H simbol grafis untuk pelapisan
JIS H 8501 Cara uji ketebalan untuk pelapisan logam
JIS H 8502 Metode uji ketahanan korosi untuk pelapisan logam
JIS H 8504 Metode uji adhesi untuk pelapisan logam
JIS 8617 H Pelapisan nikel dan krom
JIS H 8630 Pelapisan pada bahan plastik untuk tujuan dekoratif
JIS Z 8902 Xenon standar sumber cahaya putih

Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1.

Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan
seng).

2.

Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan


barium).

3.

Logam mulia (emas, perak, dan platina).

4.

Logantahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).


Sedangkan jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :

1.

Logam besi (ferrous) yaitu suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur
karbon dengan besi. Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu besi tuang, besi tempa, baja
lunak, baja karbon sedang, baja karbon tinggi, serta baja karbon tinggi dan campuran.

2.

Logam bukan besi (non ferrous) yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi
(Fe). Jenis-jenis logam ini antara lain yaitu tembaga (Cu), alumunium (Al), timbel (Pb), dan
timah (Sn).
Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan-bahan untuk diketahui sifat dan
karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsurunsur yang terdapat di dalamnya. Proses pengujian logam dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok metoda pengujian, yaitu :

1.

Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang bisa menimbulkan
kerusakan logam yang di uji.

2.

Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak bisa
menimbulkan kerusakan logam atau benda yang di uji.

3.

Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya, unsurunsur yang terdapat didalamnya, dan bentuk strukturnya.
Berikut pengujian JIS;

Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian
terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji
tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser(shear

test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-sifat mekanik logam
yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik.

1. Uji Tarik
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan
segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan
mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji
tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang
tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain
adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan
(dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan
hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan
dalam desain yang memakai bahan tersebut.

Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut
dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate Tensile
Strength disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.

Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban
atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut.
Untuk memudahkan pembahasan, Gbr.1 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara gaya
tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan
(stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana
perbandingan tegangan () dan regangan () selalu tetap. E diberi nama Modulus
Elastisitas atau Young Modulus. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gbr.2 Kurva tegangan-regangan


Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti
pada Gbr.3 berikut.

Gbr.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gbr.4 Ilustrasi pengukur regangan pada spesimen


Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik
yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi menjadi perubahan regangan.

2. Uji tekan (compresion test)


Uji tekan adalah Suatu pengujian yang merupakan kebalikan dari pengujian tarik
,Tujuan nya yaitu Mempelajari sifat & respon bahan terhadap pembebanan tekan.
Benda uji (specimen):
Jenis logam yang rapuh ( besi tuang, perunggu tuang, dsb)
Dalam pemakaian akan menerima beban tekan
Ukuran Benda Uji:
diameter :

d = 10 ~ 30 mm
(sesuai bahan & kemampuan mesin uji)

normal :
teliti

h:d=1:1

h=x.d
( dg : x = 2,5 ~ 3 )

4.uji kekerasan (hardness test)


Secara umum semua sifat mekanik dapat terwakili oleh sifat kekerasan bahan, orang
berasumsi bahwa yang keras itu pasti kuat, sehingga jika dibutuhkan bahan yang kuat,
maka pilih bahan yang keras ini merupakan pernyataan yang keliru, bahwa ada suatu
bahan yang memiliki kesebandingan antara kekerasan dengan kekuatan itu benar tetapi ada
juga sifat yang justru perbandingannya terbalik bahwa bahan yang keras akan rapuh. Oleh
karena itu diperlukan definisi yang spesifik antara kekerasan dengan kekuatan kendati
masing-masing memilki korelasi.
Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka ketiga metoda tersebut pengujian kekerasan
yang dibakukan pemakaiannya adalah :
- Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test)
- Pengujian kekerasan dengan cara goresan (Scratch Test)
- Pengujian kekerasan dengan cara Dinamik (Dynamic Test)
Proses pengujian terhadap kekerasan logam harus dilakukan sesuai dengan metoda serta
prosedur pengujian yang telah ditentetukan sehingga hasil pengujian dapat diterima
digunakan sebagai acuan dalam pemilihan bahan teknik sebagai bahan baku produk, atau
menjadi petunjuk perubahan sifat bahan (kekerasan) sebalum atau setelah proses perlakuan
panas dilakukan.
a. Pengujian kekerasan dengan cara Penekanan (Indentation Test)
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test) ialah pengujian kekerasan
terhadap bahan (logam), dimana dalam menentukan kekerasannya dilakukan dengan
menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji (Test piece) sebagai reaksi

dari pembebanan tekan. Proses ini dilakukan antara lain dengan sistem Brinell, Rockwell
dan sistem Vickers.
b. Pengujian dengan cara Goresan (Scratch Test)
Pengujian dengan cara goresan (scratch test) ialah pengujian kekerasan terhadap bahan
(logam), dimana dalam penentuan kekerasannya dilakukan dengan mencari kesebandingan
dari bahan yang dijadikan standar pengujian.
c. Pengujian dengan cara dinamik (Dynamic Test)
Pengujian dengan cara dinamik (Dynamic Test) ialah pengujian kekerasan dengan
mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang dijatuhkan dari ketinggian
tertentu.
2. Pengujian Tarik (Tensile Test)
Pengujian Tarik merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena pengujian tarik
dapat menunjukkan prilaku bahan selama proses pembebanan.
3. Pengujian Lengkung (Bend Test)
Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap speciment dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau
komponen yang akan menerima pembebanan lengkung maupun proses pelengkungan
dalam pembentukan. Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu
bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan.
Berdasarkan kepada kebutuhan tersebut makan pengujian lengkung dibedakan menjadi 2,
yaitu :
a. Pengujian lengkung beban dan
b. Pengujian lengkung perubahan bentuk.
4. Uji Hentakan
Uji hentakan dilaksanakan untuk menentukan kekuatan material. Sebagai sebuah metode uji
hentakan yang digunakan di dalam dunia industri, JIS menetapkan secara khusus uji
hentakan charpy dan uji hentakan izod.
5. Uji Struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam. Untuk keperluan pengujian, material logam
dipotong-potong, kemudian potongan potongan diletakkan di bawah dan dikikis dengan

material alat penggores yang sesuai. Uji struktur ini dilaksanakan secara makroskopik atau
mikroskopik. Dalam uji makroskopik, permukaan spesimen diperiksa dengan mata telanjang
atau melalui loupe untuk mengetahui status penetrasi, jangkauan yang terkena panas, dan
kerusakannya. Dalam pemeriksaan mikroskopik, permukaan spesimen diperiksa melalui
mikroskop metalurgi untuk mengetahui jenis struktur dan rasio komponen-komponennya,
untuk menentukan sifat-sifat materialnya.
Pengujian Non Destruktif
1. Uji Visual
Biasanya Metode ini menjadi langkah yang pertama kali diambil dalam NDT. Metode ini
bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. dengan bantuan Visual
Optical, crack yang berada dipermukaan material dapat diketahui.
2. Uji Partikel Magnet
Metode Magnetic Particle Inspection (MPI) yaitu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
cacat permukaan (surface) dan permukaan bawah (subsurface) suatu komponen dari bahan
ferromagnetik seperti besi, nikel. Kobalt. Dengan menggunakan prinsip memagnetisasi
bahan yang akan diuji yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik dalam bahan yang
diinspeksi. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan
kebocoran medan magnet. Kebocoran ini mengindikasikan adanya cacat pada material.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi cacat adalah dengan menaburkan partikel magnetik
di permukaan. Partikel-partikel tersebut akan berkumpul pada daerah yang mengalami
kebocoran medan magnet sehingga arah medan magnet akan berbelok sehingga terjadi
kebocoran fluks magnetik. Bocoran fluks magnetik tersebut akan menarik butir-butir
ferromagnetik di permukaan sehingga lokasi cacat dapat diperlihatkan.
3. Uji Cairan Penetran
Metode ini sangat sederhana dimana saat melakuan pengujian dilakukan penyemprotan
dengan cairan berwarna terang yang tujuannya untuk mengetahui keretakan atau kerusakan
pada material solid baik logam maupun non logam. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi
yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material.
Selanjutnya, penetran yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan nampak
jelas jika perbedaan warna penetran dengan latar belakang cukup kontras.

JIS (JAPANESE INDUSTRIAL STANDART)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
Yang dibina oleh ibu RR poppy puspitasari

Disusun oleh:
Ari irawan
Bima fetyantono
Dendy ansifa

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
september 2014

Anda mungkin juga menyukai