Gauge Length
-
Extensometer gauge length (Le), panjang gauge length sebelum pengujian yang
digunakan sebagai acuan pengukuran perpanjangan dengan menggunakan ekstensometer
Extension, pertambahan panjanga extensometer gauge length (Le)
Permanent extension, pertambahan panjang extensometer gauge length setelah bebab di
lepas
Testing rate
-
Stress
-
Beban maksimum Fm, bebab maksimum yang diterima material selama proses pengujian
pada material tanpa kontinyuitas yielding
Stress R, beban dibagi dengan luar cross-section awal, So.
Tensile strength Rm, beban maksimum Fm
Yield strength (yield point), kondisi saat material mengalami deformasi plastis tanpa
pertambahan bebab
: Prosentase perpanjangan
: Tegangan
ReH
a
: Garis horizontal melalui titik lokal minimum terakhir sebelum menuju uniform
workhardening
b
: Garis yang menunjukkan kemiringan tertinggi kurva pada awal uniform workhardening
Figure 8 Tipe kurva tegangan-regangan yang lain untuk penentuan kekuatan tarik Rm
e : strain rate
e : persentase perpanjangan
R : stress rate
R : stress
Keterangan:
do : diameter sejajar pada potongan dari bentuk batangan sebelum pengujian
Lc : parallel length
Lo : panjang awal gauge
Ll : panjan keseluruhan specimen uji
Lu : panjang akhir gauge setelah perpatahan
So: Luas penampang dari bagian yang sejajar
Su: daerah minimum cross-sectional setelah perpatahan
Keterangan:
ao : ketebalan specimen (tube) sebelum pengujian
Do : diameter luar tabung sebelum pengujian
Lo: panjang awal gauge
Lt: panjang total specimen uji
Lu: panjang gauge setelah fraktur
So :luas penampang awal dari bagian yang parallel
Su : penampang minimum setelah fraktur
Keterangan:
ao : ketebalan specimen (tube) sebelum pengujian
bo : lebar rata-rata specimen uji (strip-form)
Lc : panjang parallel
Lo: panjang awal gauge
Lt: panjang total specimen uji
Lu: panjang gauge setelah fraktur
So :luas penampang awal dari bagian yang parallel
Su : penampang minimum setelah fraktur
Prinsip
Pengujian dilakukan dengan memberikan beban tarik pada benda uji, untuk identifikasi sifat-sifat
mekanik material. Pengujian dilakukan pada suhu antara 10oC dan 35oC.
Benda Uji
Bentuk dan Ukuran
Umum
Bentuk dan ukuran benda uji ditentukan oleh jenis material benda uji. Preparasi benda uji
logam dengan melakukan machining, punching, atau casting. Material logam dengan cross
section yang seragam dan juga material as-cast tidak memerlukan machining sehingga dapat
langsung diuji. Cross section umumnya berbentuk bulatan, persegi, segiempat, lingkaran, dan
lainnya.
Benda uji sebaiknya memenuhi persamaan
0 = 0
L0
S0
= luas cross-sectional
Pengaturan bentuk dan ukuran benda uji selengkapnya dapat dilihat pada Annex B s.d. Annex E.
Benda Uji Dengan Perlakuan Mesin
Pada benda uji dengan perlakuan mesin antara diameter transisi gripped ends dengan
parallel portion harus disatukan, apabila terdapat perbedaan ukuran cross-sectional. Diameter
transisi adalah penting dan sebaiknya digambarkan pada standar produk apabila tidak terdapat
keterangan tersebut pada Annex.
Grip pada benda uji harus menyesuaikan dengan penjepit pada benda uji. Parallel length
harus selalu lebih panjang dari gauge length.
Benda Uji Tanpa Perlakuan Mesin
Pada benda uji tanpa perlakuan mesin, pengaturan jarak antara kedua grip dapat dilihat
pada Annex B s.d Annex E.
Benda uji as-cast harus memiliki diameter transisi antara gripped ends dengan parallel portion.
Diameter transisi ini penting dan sebaikya dicantumkan pada standar produk. Grip pada benda
uji harus menyesuaikan dengan penjepit pada benda uji. Parallel length harus selalu lebih
panjang dari gauge length.
Jenis Benda Uji
Jenis umum benda uji digambarkan pada Annex B s.d. Annex E menyesuaikan dengan bentuk
dan tipe produk (tabel 2.1). Jenis lain benda uji dapat dirincikan pada standar produk
Tabel 2.1 : Jenis umum benda uji
Kondisi Uji
Metode Grip
Untuk memperoleh penarikan yang lurus dan memastikan kesejajaran benda uji dengan
pengaturan grip, gaya awal dapat diberikan, dengan besar kurang dari 5% tegangan luluh.
plastis). Proof strength didapatakan dengan membagi nilai gaya ini dengan luas penampang
awal.
Proof Strength (Perpanjangan Total) [Rt]
Rt didapatkan dari kurva gaya-perpanjangan dengan menggambar garis sejajar dengan sumbu
gaya dan pada jarak yang sama ini ke nilai total perpanjangan yang telah ditentukan. Titik
perpotongannya merupakan gaya yang dibutuhkan untuk mencapai proof strength (perpanjangan
total). Proof strength didapatakan dengan membagi nilai gaya ini dengan luas penampang awal.
)x 100
100
100
NOTE 2 jika dibutuhkan lokasi perpatahan dari sampel uji dapat diidentifikasikan dengan
menambahkan tanda-tanda berikut ,
A : perpatahan pada atau lebih dari panjang gauge awal (Lo) dari penanda gauge (lokasi
A pada figure 16)
B : perpatahan kurang dari dari panjang gauge awal (Lo) dengan penanda gauge terdekat
(lokasi B pada figure 16)
C : perpatahan diluar gauge marks (lokasi C pada figure 16)
NOTE 3 jika celah (CP) terdapat pada middle of breadth (figure 17) ketika bagian
perpatahan dari sampel bentuk-plat disatukan kembali , elongasi setelah perpatahan dapat
dihitung dengan seluruh panjang diantara gauge marks O1O2 termasuk jarak CP ini dari
celah.
Pada prinsipnya pengujian dikatakan valid jika perpatahan telah terjadi di dalam
ekstensometer panjang gauge Lo,pengujian valid tanpa memperhatikan lokasi perpatahan,jika
persentasi elongasi dari perpatahan samadengan atau lebih besar dari nilai uji.
Ekstensometer digunakan pada kasus ini memiliki panjang gauge (gauge length) yang
samadengan panjang gauge (gaugelength) asal dari sampel uji, dan mampu untuk mengukur
panjang dengan akurasi sekitar 0.5% dari panjang gauge (gauge length).
Dimana
100
Laporan pengujian
Laporan pengujian harus memuat sekurang-kurangnya hal-hal berikut kecuali disepakati
antara bagian yang bersangkutan dengan pemisahan
Namun bagian dari beberapa hal ini dapat dihilangkan selama adanya persetujuan dengan
parties concerned with delivery
a. mengacu pada standar JIS Z 2241
b. Identifikasi dari sampel uji
c. Tipe atau jenis dari material (jika diketahui)
d. Bentuk dari sampel uji
e. Posisi pengujian dan arah pengujian dari sampel uji (jika diketahui)
f. hasil test , Hasil pengujian harus dibulatkan dengan akurasi tertentu atau lebih baik jika tidak
dispesifikasi dalam standar produk. Metode pembulatan dari nilai numerik harus sesuai dengan
JIZ Z 8401.
edisi
pengukuran. Oleh karena itu tidak tepat untuk menerapkan penyesuaian lebih lanjut untuk
ketidakpastian dalam pengukuran dan dengan demikian resiko penurunan kualitas produk telah
memenuhi persyaratan. karena itu estimasi dari ketidakpastian dalam pengukuran berasal dari
prosedur ini hanya untuk informasi saja. Kecuali secara spesifik mendapat arahan dari costumer.
Kondisi pengujian
Kondisi dari pengujian dan batas-batas dijelaskan pada standar ini , tidak diperkenankan
untuk disesuaikan untuk mendapat laporan dari ketidakpastian pengukuran. Kecuali secara
spesifik mendapat arahan dari costumer.
Hasil Pengujian
Estimasi ketidakpastian dalam pengukuran tidak digunakan untuk menilai kelayakan
standar produk, Kecuali secara spesifik mendapat arahan dari costumer.
NOTE : Dalam ISO 6892-1 arahan untuk menentukan ketidakpastian dalam pengukuran
berhubungan dengan parameter metrological dan nilai-nilai yang didapat dari pengujian
interlaboratory pada baja dan paduan aluminium yang tersedia pada Annex J dan Annex K
Annex A ( Informative)
Recomendasi yang berhubungan dengan penggunaan dari mesin uji tarik kontrolkomputer.
(deskripsi dari penyesuaian standar international tidak di masukan)
Annex B (normative)
Tipe dari sampel uji untuk produk yang tipis dari 0.1 mm atau lebih dan hingga ketebalan
3mm.
NOTE : untuk produk yang kurang dari 0.5 mm ketebalanya ,perlakuan khusus diperlukan.
Lebar nominal dari sampel uji dapat digunakan , ketika toleransi dari nominal dimensi
terdapat pada tabel B.2 dengan menghindari pengukuran lebar dari sampel uji pada saat pengujian
.
NOTE : pada edisi sebelumnya dari standar ini , panjang asal dari gauge Lo, ditunjukan ditunjukan
sebagai panjang gauge Lo , pada Annexes, ditunjukan panjang asaal gauge Lo yang digunakan
hampir sama.
NOTE :
a. Perbandingan Lo/bo dari sampel uji no.5 sangat kecil dibandingkan dengan sampel uji no
13B dan 13A . hasilnya ,hasil pengukuran didapatkan dengan menggunakan sampel uji ini
dapat berbeda dengan sampel uji lainya.
b. Jarak dari lebar yang di izinkan untuk masing-masing tipe dari sampel uji ini.
c. Nilai maksimal dari perubahan dimensi yang diizinkan pada seluruh panjang parallel Lo
dari sampel uji
d. Tipe dari sampel uji ditetapkan dengan Annex B dari ISO 6892-1
B3.
Bahan uji seharusnya dipersiapkan sehingga tidak memberikan efek terhadap sifat dari
sample. Setiap bagian yang mengalami proses pengerasan melalui gaya geser atau gaya tekan
harus dihilangkan dengan machining. Untuk produk yang sangat tipis, sangat direkomendasikan
kepingan yang lebarnya harus dipotong dan selanjutnya dirakit dengan sebuah lapisan kertas
yang tahan minyak potong .
B4.
Area persilangan S0, seharusnya dapat dihitung melalui ukuran dimensi kepingan uji.
Agar mendapatkan hasil uji pengurangan ukuran yang tidak tentu, sangat direkomendasikan agar
area persilangan tersebut di peroeh dengan akurasi +- 1% atau yang lebih baik. Untuk produk
yang tipis, dibutuhkan teknik pengukuran yang lebih khusus pada beberapa kasus.
C1. Bentuk Bahan Uji
See fig. 12
C2. Dimensi Bahan Uji
C3.
1000
D1.
Pada kasus ini keping uji telah dimesin, bagian paralel seharusnya tersambung dengan
melalui bertransisi beberapa jari ke grip yang diakhiri dengan bentuk grip yang sesuai dengan
mesin pengujian. Jari transisi min. Antara ujung grip dengan bagian paralellnya ialah :
0,75d0
12 mm
Untuk keping uji dengan rektangular area persilangan, disarankan agar rasio lebar dan tebalnya
tidak melibihi 8:1
D2.
Panjang bebas diantara grip dari keping uji seharusnya cukup untuk
standar mengukur setidaknya jarak S0 dari grip
: 5,65
SO
Bentuk kawat atau bentuk batang dari keping uji memiliki daerah persilangan sirkuler
yang ditunjukkan oleh D. 1. Mereka seharusnya memiliki sejumlah dimensi seperti yang
diberikan tabel D.1
Bagian paralel dari keping uji No. 4 akan diselesaikan dengan dimesi. Ketika dimensi
dari keping uji No.4 seperti fig. D.4 tidak dapat dipersiapkan, diameter dari bagian paralel dan
pengukur panjang dapat ditentukan berdasarkan L0 = 4 S0
Sampel uji no. 8 didapat dari sampel setelah dilakukan pengecoran dengan dimensi yang
ditunjukan pada tabel.
dimensi diluar dua nilai yang diberikan pada tabel D.4. untuk contohnya adalah sekitar
0.02 mm untuk diameter nominal 10 mm
10 mm + 0.02 = 10.02 mm
10 mm 0.02 = 9.98 mm
b. Toleransi dari perubahan dimensi
Toleransi yang ditunjukan pada tabel D.3. dijelaskan bahwa untuk sampel uji dengan
diameter 10 mm yang dilakukan pemesinan dengan kondisi a) deviasi antara diameter
terkecil dan terbesar yang diukur tidak boleh melebihi 0.04 mm. Karena itu juka diamter
minimal dari sampel uji adalah sebesar 9..99 mm , maka diameter maksimal tidak bileh
melebihi 9.99mm + 0.04 mm= 10.03 mm.
Annex E (normative)
Tipe dari sampel uji yang digunakan untuk Tabung
E.2.2 benda uji bentuk garis bergelombang dan benda uji traverse flat
Panjang parallel dari benda uji garis bergelombang tidakboleh diratakan/dipipihkan , tapi ujung
untuk grip boleh. Benda uji ini sesuai dengan annex B dan annex D harus sejalan dengan standar
produk.
E.2.2.1 Benda uji proporsional
E.2.2.1.1 Benda Uji no 14
Ada di gambar D.2.
E.2.2.2 Benda uji tak proporsional
E.2.2.1.1 Benda Uji no 12 (spesifik untuk JIS)
NOTE : ISO 6982-1 menjelaskan bahwa ketelitian dari luas penampang asal tidak boleh
melebihi sekitar 1 %
Kemudian, luas penampang asal dapat di hitung dari masa panjang yang diketahui dan masa
jenisnya mengacu pada persamaan C.1
=
1000
Dimana
Luas penampang awal dari sampel berbentuk strip-Longitudinal dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (E.2)
Jika /0 <0.25
= [1 +
Dimana ,
2
]
6 (0 2 )
NOTE 1 ISO 6982-1 menjelaskan bahwa perhitungan mengacu pada persamaan berikut.
=
2
( 2 2 ) +
arcsin ( ) [( 2 )2 2 ]^0.5
4
4
0
4
(
2
2
)^2 arcsin (
)
2
2
Annex F
Estimasi nilai pemisahan crosshead dalam pertimbangan mesin uji kekakuan.
Persamaan (JB.1) tidak termasuk deformasi elastis dalam alat pengujiannya. Itu berarti bahwa
deformasi dapat dipisah menjadi deformasi pada alat pengujian dan deformasi pada benda uji.
Hasil harga regangan pada benda uji tiap satuan waktu diberikan pada persamaan F.1
= (
0
+ )
= (
+ )
Annex G
Metode pengukuran persentase elongasi setelah perpatahan jika nilai spesifik kurang dari
5%
Perhatian harus dilakukan ketika mengukur persentase elongasi setelah patah nilai
spesifiknya kurang dari 5%. Metodenya bisa dilihat pada gambar G.1.
Sebelum test, ukur dan beri tanda untuk gauge lengtht sepanjang 50 cm. Lalu diantara
gauge length dengan titik tengahnya dibagi dua sama panjang. Dengan demikian terdapat dua titik
gauge length dan dua titik tengahnya. Ukur titik gauge length dengan titik tengah yang jauh, beri
tanda Lo. Setelah dilakukan pengujian tarik maka akan terjadi perubahan Lo perubahan itulah yang
merupakan perubahan panjangnya.
Catatan : metode pengukuran lain dijelaskan dalam 20.2 ( metode pengukuran ekstensi saat patah
dengan ekstensionmeter)
Annex H
Metode pengukuran dari persentase elongasi setelah patah berdasarkan pembagian
panjang gauge awal.
Untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan perubahan panjang akibat lokasi perpatahan
yang kurang sesuai dengan 20.1. Dapat dilakukan beberapa prosedur berikut ini :
a. Sebelum test, panjang gauge sebenarnya dibagi sejumlah N, dengan jarak masing-masing
5 mm (direkomendasikan) sampai 10 mm.
b. Setelah test, selisih panjang gauge yangyg paling pendek ditulis sebagai x, dan yang lebih
panjang ditulis dengan y.
i. Jika N-n merupakan bilangan ganjil seperti pada gambar H.1 a. Maka menggunakan
ii. Jika N-n merupakan bilangan genap seperti pada gambar H.1 b. Maka menggunakan
Annex I
Pengukuran persentase elongasi plastis tanpa necking pada batang dan batang kawat
Sebelum tes, bagi dua sama panjang dan tandai jarak antara gauge. Panjang gauge awal
diberi tanda Lo dan panjang gauge akhir setelah patah diberi tanda Lu. Pengukuran akhir panjang
gauge setelah patah Lu diperoleh perpatahan yang lebih
Catatan : untuk beberapa material logam, gaya maksimum terjadi pada awal necking.
Annex JA
Jumlah pengukuran yang digunakan untuk menghitung luas area potongan melintang
benda uji.
JA.1 Metode yang biasa digunakan untuk menghitung luas potongan melintang bagian
sejajar benda uji.
Cara ini spesifik untuk luas potongan melintang bagian panjang dari benda uji yang dilakukan
dengan mengukur nilai diameter potongan melintang. Umumnya pengukuran ini dilakukan
sebanyak tiga kali pada posisi yang berbeda kemudia di rata-rata. Tetapi, untuk benda uji
berbentuk tabung harus menggunakan annex E, dan hasilnya daiperoleh dari hasil pengukuiran
akhir.
JA.2 Konsep dimana pengukuran dimensi dibuat dengan satu titik
Untuk kasus bagian panjang dan benda uji yang tidak dimesin, berdasarkan posisi pengukuran
dimensi dalam arah memanjang pada satu titik. Hal ini bisa dilihat dari tabel JA.1 sampai tabel
JA.3 yang cukup jelas.
Annex JB
Harga pengujian berdasarkan nilai regangan yang dikendalikan (metode A)
Pada annex ini, nilai pengujian pada bagian elastis di kendalikan oleh peregangannya seperti
yang dijelaskan pada ISO 6892-1.
Pada range ReH, Rp, atau Rt, nilai regang ditentukan (lihat 3.7.1). pada range ini, untuk
mengurangi pengaruh pemenuhan mesin uji, penggunaan ekstensiometer sangat penting
untuk mendapatkan akurasi dalam mengontrol nilai regangnya.
b. Pada yield yang diskontinyu, estimasi nilai regang pada bagian panjang (lihat 3.7.2). pada
range ini, tidak mungkin dilakukan kontrol nilai regang menggunakan ekstensiometer
karena yield dapat terjadi diluar ekstensiometer. Hal ini dapat digunakan rumus :
Dimana : : estimasi nilai regang
panjang benda uji
c. Pada range Rp atau R1 atau akhir yielding (lihat 3.7.2). penggunaan direkomendasikan
untuk menghindari beberapa masalh kontrol yang mana akan terjadi saaat necking diluar
ekstensiomeneter.
Nilai regangan spesifik di JB.2 sampai JB.4 pemeliharaan selama pengukuran tergantung sifat
dari material terlebut (lihat juga gambar JB.1)
Bentuk kurva tegangan renganan pada pengerasan regang juga berpengaruh terhadap nilai
regangnya.