TUGAS AKHIR
Disusun untuk Melengkapi Syarat Akhir Studi
pada Program Studi Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana
Oleh :
CHRISTOPHORES SEDYA ADI EDHIE NUGROHO
NIM.: 0130212-013
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Dosen Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan diterima sebagai syarat akhir studi pada
program studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana
Hari : Rabu
Tanggal : 23 Mei 2007.
Penguji I Penguji II
Penguji III
Mengetahui,
Kepala Jurusan Teknik Mesin
iii
DAFTAR ISI
vii
2.9.2 Draft Angle……………………………………………………….. 19
2.9.3 Radius / Fillet …………………………………………………….. 19
2.9.4 Shrinkage …………………………………………………………. 20
2.9.5 Upset………………………………………………………………. 21
2.9.6 Blocker……………………………………………………………. 21
2.9.7 Finisher …………………………………………………………… 22
2.9.8 Desain Flash..................................................................................... 22
2.10 Proses Pemesinan cetakan dan Pengkasaran ……...……………………. 23
2.10.1 Dasar Teori Mesin Milling CNC………………………………….. 23
2.10.2 Proses Pemotongan Pada Mesin Milling...……………………….. 24
2.10.3 Variabel-variabel Proses Pemotongan …………………………… 24
2.10.4 Sistem Persumbuan……………………………………………….. 26
2.10.5 Position Shift Offset……………………………………………….. 26
2.10.6 Penentuan Titik Nol Benda Kerja ………………………………… 27
2.10.7 Kompensasi atau Pergeseran Titik Nol Pahat……………………... 28
2.10.8 Dasar Teori Mesin EDM …………………………………………. 30
2.11 Proses Permesinan Tambahan…………………………………………. 31
2.12 Proses perlakuan panas (heat treatment) cetakan ..……………………. 31
viii
4.5 Penentuan Dimensi dari Raw Material …………………………………… 55
4.6 Proses Desain dan Fabrikasi Cetakan…..…………………………………. 57
4.6.1 Membentuk Cavity Die dengan Unigraphic………………………… 56
4.6.2 Proses Desain Pemesinan melalui applikasi Manufacturing………. 59
4.7 Hal-hal yang perlu sebelum proses pemesinan dengan CNC ……………. 70
4.8 Urutan Pengerjaan untuk Proses Pemesinan dengan CNC………………... 73
4.9 Proses-proses yang dilakukan Setelah Proses Pemesinan dengan CNC ….. 74
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………… 75
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 75
5.2 Saran ……………………………………………………………………… 76
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 77
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
BAB II
DASAR TEORI
BABIII
METODOLOGI PENULISAN
Tabel 3.1 Contoh applikasi material carbon steel untuk pemesinan………………………. 36
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
Tabel 4.1 Perhitungan beban estimasi forging tiap model ……………………………….. 48
Tabel 4.2 Perhitungan volume raw material untuk setiap model…………………...…….. 51
Tabel 4.3 Effisiensi model…………………………………………………..…………….. 54
Tabel 4.4 Rekomendasi untuk kecepatan potong dan kecepatan pemakanan untuk
tool steel …………………………………….………………………………….. 61
Tabel 4.5 Rekomendasi pemakanan tiap gigi dalam inch/gigi untuk milling
menggunakan HSS………………………….………………………………….. 62
Tabel 4.6 Hasil perhitungan variable untuk CAM…………………………………….….. 64
Tabel 4.7 Contoh data langkah pahat dalam bentuk CLS-format...………………………. 69
Tabel 4.8 Hasil generasi G-Code………….……………………………………………… 70
Tabel 4.9 Penyisipan perintah pencatatan penetapan…………………………………….. 72
x
DAFTAR GAMBAR
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 2.1 Konstruksi batang penghubung…………..…………………………………. 6
Gambar 2.2 Distribusi Gaya pada batang penghubung………………………………….. 7
Gambar 2.3 Mesin Press dan Mesin Hammer…………………………............................. 10
Gambar 2.4 Flow proses CAD & CAM terhadap proses lain yang terkait………………. 12
Gambar 2.5 Skema Urutan Prosedur Umum Desain dies………………………………... 13
Gambar 2.6 Beberapa contoh bentuk benda yang dapat menggunakan rumus
penampang melingkar……………………………………………………… 14
Gambar 2.7 Beberapa contoh bentuk benda yang dapat menggunakan rumus
penampang tidak melingkar………………………………………………... 15
Gambar 2.8 Macam-macam bentuk dasar benda forging yang dijadikan acuan
penentuan toleransi forging………………………………………………… 17
Gambar 2.9 Macam-macam penentuan parting line……………………………………... 18
Gamba 2.10 Urutan Proses forging untuk menentukan Radius yang diijinkan………….. 19
Gambar 2.11 Aplikasi Bentuk Upset ……………………………………………………. 21
Gambar 2.12 Teknik Umum untuk desain blocker……………………………………… 22
Gambar 2.13 Desain Flash Secara Umum……………………………………………….. 23
Gambar 2.14 Gerakan pemakanan dan pemotongan pada mesin milling……………….. 24
Gambar 2.15 Titik nol Mesin…………………………………………………………….. 26
Gambar 2.16 Titik nol referensi pemegang pahat………………………………………… 27
Gambar 2.17 Titik nol benda kerja……………………………………………………….. 27
Gambar 2.18 Setting titik nol benda kerjsa dengan edge indicator………………………. 28
Gambar 2.19 Pengukuran perbedaan panjang cutter dengan menggunakan dial
indicator…………………………………………………………………….. 29
Gambar 2.20 Kondisi yang diinginkan dengan penerapan kompensasi pahat…………… 30
Gambar 2.21 Pengerjaan permukaan (buffing)…………………………………………… 31
xi
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Gambar 3.1 Illustrasi langkah mesin dan ketebalan dies…………………………………. 33
Gambar 3.2 Skema dasar pemilihan material dies………………………………………... 35
Gambar 3.3 Urutan langkah kerja (process methode estimation)…………….................. 38
Gambar 3.4 Konversi dari data referensi berupa gambar teknik ke bentuk CAD
3D dimensi……..…………………………………………………………... 39
Gambar 3.5 Proses Modeling batang penggerak dari sketsa sampai bentuk utuh………... 40
Gambar 3.6 Alternatif Model I – Model single…………………………………. ……….. 41
Gambar 3.7 Alternatif Model II – Model Double Memanjang………………….………… 42
Gambar 3.8 Alternatif Model III – Model Double Split………………………………….. 43
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
xii
Gambar 4.12 Benda kerja untuk sebuah cetakan tempa setelah di subtract dengan
model dan ditambahkan flash & gutter …..……………………………….. 58
Gambar 4.13 Refference model harus diletakkan ke dalam workpiece pada saat operasi
CAM berlangsung…………………………………………………………... 59
Gambar 4.14 Pustaka pahat yang digunakan saat proses CAM serta pemesinannya
dengan CNC………………………………………………………………… 60
Gambar 4.15 Ilustrasi hubungan antara Cutting speed dengan putaran spindle………….. 61
Gambar 4.16 Arah pergerakan pahat pada proses pengkasaran………………………….. 64
Gambar 4.17 Arah pergerakan pahat pada proses finishing……………………………... 65
Gambar 4.18 Pemilihan titik nol workpiece pada saat CAM……………………………. 65
Gambar 4.19 Penentuan bidang jarak pengangkatan pahat (retract)…………………….. 66
Gambar 4.20 Langkah (sequence) pertama pengkasaran dari cetakan atas dengan CAM… 67
Gambar 4.21 Langkah (sequence) kedua semifinish dari cetakan atas dengan CAM….…. 68
Gambar 4.22 Langkah (sequence) ketiga finishing dari cetakan atas dengan CAM……… 68
Gambar 4.23 Pendinginan dengan udara terkompresi saat proses pemesinan dengan CNC
sedang berlangsung…………………………………………………………. 73
xiii
Abstrak
Perkembangan industri otomotif yang pesat saat ini menuntut industri perakitan
mesin dan mobil untuk bersaing ditiap tingkatan market. Agar semakin bersaing factor
teknologi desain, efisiensi pekerjaan dan penekanan harga (cost) menjadi sangatlah penting.
Penulis dalam kesempatan ini menyuguhkan suatu perancangan cetakan tempa (forging
dies) untuk produk berupa batang penghubung (connecting rod) Daihatsu Xenia model F601
dengan teknologi bebasis CAD/CAM terpadu, yaitu Unigraphics versi NX-2.
Dengan metode kerja membandingkan tiga buah alternatif model oleh penulis,
memilih model yang paling effiesien ditinjuau dari segi beban mesin, faktor ekonomis untuk
cetakan dan benda kerja. Altenatif model tersebut yaitu: single, double dan double-split.
Pada alternatif model single dihasilkan satu buah produk batang penghubung, sedangkan
pada alternatif model double dihasilkan dua buah produk. Yang membedakan antara
alternatif double adalah tempat peletakan produk antara memanjang dan produk yang
dihasilkan dengan cara membelah benda kerja (workpiece).
Melalui analisa dengan piranti lunak Unigraphics versi NX2, ternyata membuktikan
bahwa model double split ternyata lebih menguntungkan dibandingkan model lainnya.
Perhitungan beban tempa sekitar 1051,75 T.f (dipilih mesin 1600 T.f), perhitungan skrap
yang tidak terlalu boros yaitu perhitungan berat untuk benda kerja ideal 1503.72 gram
dengan effisiensi 39.68%. Selain itu material cetakan yang dapat dimodifikasi berupa
cetakan insert yang mengikuti dies holder sehingga menjadi lebih ekonomis. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perbaikan desain flash gutter agar
effisiensi tersebut dapat ditingkatkan.
Tidak kalah penting hasil kerja kerja menggunakan piranti lunak Unigraphics versi NX-2
adalah proses pemesinan CNC yang dapat digenerasikan computer secara otomatis
menghasilkan G-Code. Dengan kata lain sebagai salah satu keuntungan yang pasti yaitu
kesalahan proses pemesinan dapat diminimalis dengan menggunakan piranti lunak ini.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berbeda akan disajikan, kemudian dipilih salah satu desain yang aman, efisien, dan
ekonomis.
Adapun jenis piranti lunak yang digunakan adalah Unigraphics versi NX-2. Alasan
pemilihannya adalah sebagai berikut:
a. Tampilan sudah benar-benar 3 dimensi.
b. Tersedia fitur-fitur yang sederhana namun sangat berguna dalam desain.
Sehingga proses desain dapat dilakukan dengan banyak cara tergantung
kreatifitas desainer.
c. Kemampuan berkomunikasi dengan piranti lunak lainnya cukup baik, jarang ada
kendala.
d. Banyak digunakan dunia industri die and press tools, terutama di Indonesia.
Akan menjadi suatu nilai lebih bagi penulis bila mampu menguasai piranti lunak
ini dibandingkan piranti lunak CAD/CAM lain yang kurang dikenal di dunia
industri, untuk mengantisipasi persaingan kerja di masa mendatang.
• Proses tempa yang dipakai adalah metode press, disesuaikan dengan keperluan
produksi massal (kebutuhan 40.000 buah per bulan). Dengan asumsi mesin press
yang tersedia adalah 1000 ton dan 1600 ton.
• Perancangan cetakan tempa untuk pembuatan batang penghubung pada mesin K3-
de Daihatsu Xenia dengan piranti lunak beserta analisa proses pemesinan.
• Hal yang tidak termasuk ke dalam pembahasan adalah pembahasan bagian
pendukung lainnya, seperti tutup batang penghubung atau connecting cap,
pemesinan, atau pekerjaan lanjut untuk batang pengerak dengan alasan sebagai
berikut:
- Pekerjaan lanjut seperti boring dan honing diperlukan tutup batang
penghubung yang sudah terpasang rapat dengan batang penghubung.
- Coining and triming karena dilakukan pada mesin yang berbeda.
• Pengolahan data gambar teknik beserta dimensinya ke dalam bentuk solid 3D
menggunakan piranti lunak Unigraphics versi NX 2.
• Perhitungan yang digunakan dalam tugas akhir ini mengacu pada referensi dan
standar yang berlaku di dunia industri pada umumnya, hal ini termasuk pemilihan
bahan dan asumsi angka keamanan beserta gaya tempa yang dibutuhkan.
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
• Memahami langkah-langkah yang diperlukan untuk proses tempa suatu obyek.
• Mampu menganalisis masalah-masalah yang terjadi dalam proses pemesinan dengan
CNC agar diperoleh waktu yang efektif.
• Sebagai tambahan pengetahuan untuk bekal bekerja serta sebagai sarana studi
banding terhadap teknologi yang berkembang di dunia industri.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode
penulisan, dan sistematika penulisan tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
DASAR TEORI
Pada setiap mesin penghasil daya yang menggunakan mekanisme silinder dan
torak atau kita kenal dengan nama mesin bakar torak, ada suatu kejadian dengan urutan
yang sama berulang-ulang yang kita kenal sebagai daur (cycle). Oleh karenanya, kita
kenal adanya daur dua langkah dan daur empat langkah.
Selama penghasilan daya pada kedua jenis daur tersebut poros engkol (crank pin)
menerima dorongan ke bawah dari piston melalui batang penghubung.
6
7
Dari segi desain, untuk tiap mesin dengan kemampuan tertentu biasanya mempunyai
panjang tersendiri. Semakin panjang batang engkol, semakin besar pula torsi yang
dihasilkannya.
Parameter desain sebuah batang penghubung adalah sebagai berikut:
1. Bagian ini haruslah mempunyai syarat kombinasi antara kekuatan yang besar
dengan kekakuan yang memiliki keringanan konstruksi atau dapat dikatakan
bagian ini harus cukup kuat dan kaku untuk membawa dorongan piston selama
langkah penghasilan daya.
Berikut adalah gaya-gaya yang terjadi pada batang penghubung:
a. Gabungan antara tekanan piston dengan momen inersia bagian translasi dan
gesekan dari ring piston, kepala piston, dan piston rod.
b. Komponen longitudinal momen inersia dari batang penghubung
c. Komponen transversal momen inersia dari batang penghubung
d. Gesekan antara kedua ujung bearing batang penghubung menyebabkan
piston berubah centerline-nya, seperti huruf S.
2. Pada saat yang sama, diharapkan keringanannya untuk memberikan gaya inersia
dan gaya sentrifugal yang tidak berlebih pada bantalan.
(Maleev, hal : 515-519)
Biasanya batang penghubung dibuat dengan metode tempa, kadang kala dari material
nikel, vanadium, duralumin, ataupun paduan alumina. Untuk mesin putaran rendah,
bentuknya sirkular, sedangkan untuk mesin putaran tinggi, biasanya mempunyai bentuk
potongan berbentuk H karena sangat dibutuhkan faktor ringannya.
Menurut Dieter, tempa dapat dikategorikan menjadi dua garis besar, yaitu tempa
cetakan terbuka (open-die forging) dan tempa cetakan tertutup (closed-die forging).
Cetakan terbuka biasanya menggunakan cetakan rata yang sederhana, digunakan untuk
melakukan proses pada benda yang bentuknya sangat besar, jumlah produksinya pun
kecil atau sering pula digunakan untuk pembentukan awal benda kerja cetakan tertutup.
Sedangkan untuk cetakan sistem tertutup, digunakan cetakan hasil pemesinan untuk
menghasilkan dimensi dengan toleransi tertentu. Umumnya, pada proses produksi
massal didasarkan atas mahalnya harga cetakan. Desain sebuah komponen oleh cetakan
sistem tertutup, tergantung pada prediksi faktor-faktor berikut:
a. Volume dan berat benda kerja.
b. Jumlah langkah pembentukan material dan konfigurasinya.
c. Dimensi flash pembentukan awal dan pembentukan akhir.
d. Beban dan energi yang dibutuhkan pada setiap operasi tempa.
(Dieter, hal: 578)
Namun demikian pada mesin press, faktor cetakan adalah satu-satunya hal yang
mempengaruhi baik tidaknya produk dalam sekali penekanan cetakan.
Pada dasarnya press dapat diklasifikasikan berdasarkan langkah operasinya (tunggal,
ganda, dst), berdasarkan arah operasinya (vertikal dan horisontal) serta berdasarkan
jenis daya untuk operasinya yaitu mekanis atau hidrolik.
Berdasarkan uraian diatas, beban kerja yang sangat besar pada mesin press
menyebabkan sangat dibutuhkannya kualitas tertinggi dari material meskipun harga
material itu mahal dan ongkos permesinan yang relatif mahal pula, dengan kata lain dies
dengan material yang murah sulit sekali cocok dengan proses ini.
(Aida Press, hal 211-216)
2.4. Posisi Strategis Desain Pada Industri Tempa
Posisi strategis yang ditempati divisi CAD/CAM sebagai pusat teknologi proses
produksi mempengaruhi hampir keseluruhan fasilitas perusahaan bahkan sampai
kualitas dan pengiriman kepada konsumen. Berikut adalah gambaran keterkaitan divisi
desain CAD/CAM pada industri tempa dengan divisi lainnya
Gambar 2.4. Flow proses CAD & CAM terhadap proses lain yang terkait.
13
Secara garis besar proses urutan disain dies forging yang sering dilakukan di industri
sekarang ini adalah sebagai berikut:
2
⎛ 20 ⎞
P = 8 ⎜ 1,1 + ⎟ (1 − 0 , 001 • Ds ). σ . Fs ...................... (persamaan 2.1)
⎝ Ds ⎠
Dimana =
-P = gaya forging yang dibutuhkan (kg.f)
- Ds = diameter terluar benda kerja (mm)
- σ = kekuatan tarik (Kg.f/mm2)
- Fs = luasan bidang benda kerja (Top View) (mm2)
(Sugeng sudrajat,2000: 3)
15
2
⎛ ⎞ ⎛ ⎞
⎟⎟ (1 − 0,001. Dth ) ⎜1 + 0,1
20 Ls
Pth = 8 ⎜⎜1,1 + ⎟ .σ . Fs .... (Persamaan 2.2)
⎜ ⎟
⎝ Dth ⎠ ⎝ Bsm ⎠
Dimana :
-P = gaya forging yang dibutuhkan (kg.f)
-σ = kekuatan tarik (kg.f/mm2)
- Fs = luasan bidang benda kerja (Top View) (mm2)
- Dth = 1,13 Fs (mm)
- Ls = panjang maksimal benda forging (mm)
- Bsm = lebar rata-rata benda forging (mm)
(Sugeng Sudrajat,2000: 3)
Forging tolerance :
Luas luar x (0,5 ~ 1 mm) =…….mm3
∅1
Forging tolerance :
(Luas 1 – Luas 2) x (0,5 ~ 1 mm) =……mm3
∅2
Forging tolerance :
Luas total (top view) x (0,5 ~ 1 mm) =……mm3
Dimana :
- Vraw = Volume model (mm3)
- Vmodel = Volume model (mm3)
- Vflash = Volume flash (mm3)
- Vgutter = Volume gutter (mm3)
- Tolforging = Forging tolerance (mm3)
- Smatrl = Scaling of material
(Sugeng Sudrajat, 2000: 6)
18
Volume produk
η= x 100 %
Volume raw material ........................................ (persamaan 2.5)
Dimana
-η = Effisiensi dinyatakan dalam %
- volume produk = volume benda jadi (mm3)
- volume raw material = volume benda jadi ditambah
2.9.3. Radius/Fillet
Ukuran radius dalam cavity dies akan menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan dan tekanan yang dibutuhkan untuk mengisi cavity
dies bertambah besar. Bila fillet/radius terlalu tajam akan menyebabkan
peningkatan tekanan dan tegangan yang dapat menimbulkan keretakan
pada benda kerja. Gambar-gambar berikut ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan radius dalam cavity:
2.9.4. Shrinkage
Shrinkage adalah suatu nilai yang menunjukan perubahan dimensi saat
material mengalami perlakuan panas dan nilai ini dipertimbangkan untuk
merencanakan dimensi benda saat panas yang nantinya akan dingin. Angka-
angka yang terdapat pada tabel tersebut tidak mutlak, akan tetapi tergantung
pada pengalaman masing-masing disainer, temperatur pemanasan material,
metode forging yang digunakan dan jenis material yang dipakai dalam
proses forging.
Shrinkage dapat dihitung dengan rumus :
λ = α . θ . 10-4 % ................ (persamaan 2.6)
dimana : α = thermal expansion coefficient
θ = temperatur benda kerja (ºC)
λ = Persentase shrinkage (%)
(Sugeng Sudrajat, 2000: 12)
Tabel 2.2 Prosentase perubahan dimensi baja kembali pada suhu akhir setelah ditempa
pada temperatur 800ºC ~ 1100ºC
2.9.5. Upset
Proses upset dilakukan untuk memberikan bentuk awal, dimana
dengan proses ini akan memudahkan material dibentuk menjadi bentuk
yang diinginkan, jika dibandingkan tanpa dilakukan proses pembentukan
awal. Umumnya desain upset sangat berpengaruh terhadap distribusi
material pada proses selanjutnya. Dalam hal ini pengalaman merupakan
faktor yang sangat menentukan keberhasilan desain. Berikut adalah gambar
skema proses upsetting benda kerja sebelum masuk blocker :
2.9.6. Blocker
Blocker merupakan bentuk awal yang dibutuhkan untuk mencapai
bentuk akhir benda tempa yang baik sebelum memasuki proses finishing.
Desain blocker sangat menentukan proses selanjutnya, dalam hal ini
pengalaman seorang desainer akan sangat membantu tingkat keberhasilan
desain. Berikut ini adalah teknik umum untuk mendesain blocker :
22
2.9.7. Finisher
Desain finisher harus sama dengan ukuran benda yang diminta oleh
customer, maka dari itu untuk mencapai bentuk yang baik diperlukan
desain blocker yang baik sehingga pada saat proses finishing, material akan
terbentuk dengan mudah dan sesuai harapan. Ukuran cetakan finisher
sesuai dengan dimensi produk dikalikan dengan shrinkagenya.
• Kemampuan kerja
Mesin CNC dapat memproduksi benda kerja secara terus menerus dengan hasil
yang baik, sehingga dapat meningkatkan produktifitas pengerjaan.
1000 Vc
n= ................................. (persamaan 2.7)
π d
Dimana :
- n = putaran spindle mesin (rpm)
- d = diameter pahat (mm)
- Vc = kecepatan potong (m/min)
(Amish JM, Jones FD & Ryffel HH, 2004 : 1016)
Kecepatan gerak pahat tergantung dari bahan benda kerja yang akan di-
milling dan bahan dari pahat potong itu sendiri. Dan nilainya di lihat
melalui tabel.
¾ Kecepatan Pemakanan
Kecepatan pemakanan dihitung berdasarkan ketebalan geram yang dapat
dipotong oleh setiap gigi pahat, yang disebut pemakanan per gigi. Besarnya
pemakanan tiap gigi tergantung oleh beberapa faktor yaitu: jenis material yang
dipotong, jenis pahat yang digunakan, kedalaman pemotongan dan hasil akhir
yang diinginkan.
Untuk menghitung kecepatan pemakanan dapat digunakan satuan μ m/put atau
mm/menit. Dalam pemrograman dengan CNC menggunakan kode G95 dan
G94.
G94 dipakai untuk pengerjaan umum dengan satuan mm/menit. Sedangkan G95
dipakai untuk pengerjaan pengeboran.
Sm = Sz . Z . n .......................... (persamaan 2.8)
Dimana :
- Sz = pemakanan tiap gigi (mm/gigi)
- Z = jumlah gigi potong pahat
- n = putaran spindle mesin (rpm)
- Sm = kecepatan pemakanan (mm/min)
(Amish JM, Jones FD & Ryffel HH, 2004 : 1041)
26
¾ Kedalaman Pemakanan
Besarnya kedalaman pemakanan berhubungan erat dengan kecepatan
pemakanan dan juga dari diameter pahat tersebut. Semakin tinggi kecepatan
pemakanan, maka pahat yang digunakan semakin kecil diameternya dan
kedalaman pemakanan pada benda kerja menjadi kecil.
Edge indicator
berputar
dalam satu
sumbu
sebelum
menyentuh
tepi
workpiece.
Edge indicator
berputar tidak
dalam satu
Permukaan yang dapat sumbu setelah
menempel karena gaya menyentuh
magnit. tepi
workpiece.
Gambar 2.18. Setting Titik Nol Benda Kerja dengan Edge Indicator
Dengan pencatatan ini maka titik nol referensi pahat yang semula berada di bibir
spindle mesin akan bergeser sejauh data pengukuran yang telah dicatat, artinya: titik nol
pahat bergeser ke ujung pahat
30
32
33
Berikut adalah ilustrasi mengenai ketebalan dies pada masing-masing kapasitas mesin
yang dimiliki PT. Menara Terus Makmur (detail mesin dan jarak langkah dilampirkan
dalam daftar lampiran).
1
a
2
Keterangan:
3
1. Bed atas mesin saat
TMA.
4 c
2. Bed atas mesin saat
5 e b TMB.
3. Die holder atas.
6 d 4. Cetakan atas dan
cetakan bawah (Upper
& Lower Dies).
5. Die holder bawah.
6. Bed bawah mesin
(fixed)
Gambar 3.1 Ilustrasi langkah mesin dan ketebalan cetakan.
Material cetakan tempa SKD61 ini dipilih dengan alasan berdasarkan tabel
basic flow for selection of die tool steels berikut ini:
35
serta mesin mesin dan proses yang mungkin dibutuhkan. Hal tersebut perlu dilakukan
untuk dapat menentukan bahwa produk tersebut mampu dan layak diproduksi sesuai
dengan peralatan yang dimiliki oleh pabrik.
a) Mendesain cetakan pembentuk awal (dies upseter), cetakan blocker dan cetakan
finisher yang sesuai dengan pesanan customer:
- Menentukan kapasitas mesin yang akan dipakai dan selanjutnya menghitung
volume raw material yang akan digunakan.
- Membuat pola positif cetakan dengan material Carbon Graphite untuk pola
pemesinan Electro Discharge Machine (EDM) menggunakan mesin CNC
atau high speed machinery centre. Pembuatan pola positif cetakan dengan
proses EDM ini dapat dihilangkan apabila machining center mempunyai
kemampuan yang cukup dalam mengerjakan radius terkecil pada model.
- Membuat cetakan menggunakan CNC berupa pekerjaan pengkasaran pada
material cetakan dan penyelesaian pola mengunakan mesin EDM, atau
menggunakan proses permesinan untuk pembuatan cetakan.
- Proses perlakuan panas pada dies untuk mendapatkan kekerasan dan
kekuatan yang diperlukan.
b) Mencoba cetakan yang sudah selesai dengan menggunakan gibs agar diketahui
apakah bentuk hasil tempa sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Jika
hasilnya kurang baik (dalam hal ini rongga tidak terisi semua) maka akan
dilakukan pembenahan pada cetakan blocker hingga diperoleh hasil yang
maksimal.
c) Setelah dilakukan perbaikan pada cetakan blocker, maka cetakan tersebut dicoba
dengan raw material sesungguhnya guna meneliti hasil forging apakah aliran
struktur mikro dari benda yang dibentuk sudah sesuai dengan harapan atau belum.
Proses pemeriksaan struktur logam dilakukan dengan membelah benda kerja yang
kemudian dietsa hingga terlihat bentuk struktur mikronya. Adapun raw material
yang akan diforging dipanaskan terlebih dahulu selama ± 2 menit dalam tungku
listrik hingga mencapai temperature 1200°C, kemudian dibentuk sesuai urutan
proses tempa.
38
Raw Material
Upsetter
Blocker
Finisher
Trimmer
Gambar 3.5 Proses pemodelan batang penghubung dari sket sampai bentuk
utuh
Pemodelan 3 dimensi tersebut sangat diperlukan untuk analisa model yang dibuat
berupa analisa luas dan volume, penentuan gaya, model dasar dalam pembuatan
cetakan, tentunya setelah ditambahkan flash dan gutter.
atauu cavity sangat mempengaruhi volume raw material yang digunakan. Dalam hal ini
penulis akan menyajikan beberapa kemungkinan peletakan cavity yang mungkin dipakai
dalam pembuatan batang penggerak.
a) Alternatif Model I – Model Single
Material dibentuk dalam cetakan sehingga dihasilkan satu buah produk saja.
Penulis memperkirakan akan dihasilkan produk dengan volume scrap yang
minimal dan tentunya akan diperlukan mesin press mekanik yang lebih kecil.
Namun demikian dengan jumlah langkah dan waktu sama akan dihasilkan
jumlah produk yang lebih sedikit dibandingkan dengan split atau pun double.
Mungkin tidak effektif jika produsen mempunyai mesin press mekanik yang
berkapasitas besar.
Kekurangannya mungkin saja dari segi desain tidak dapat dihindari skrap
material benda kerja yang berlebihan.
Dari data data yang telah dikumpulkan penulis pada bab sebelumnya, penulis
melakukan analisa dan perhitungan sebagai berikut:
Karena bentuk komponen batang penghubung ini memiliki kontur yang tidak melingkar
(uncircular shape), maka rumus yang digunakan untuk mencari estimasi gaya yang
dibutuhkan adalah sesuai persamaan 2.2.
44
45
Seperti telah diketahui, Material yang digunakan dalam proses tempa produk batang
penghubung ini adalah S50CV, berdasarkan referensi didapatkan bahwa tegangan tarik
bahan (σ) pada suhu operasi 1200ºC adalah 6 Kg / mm2
maka :
A. Perhitungan beban mesin untuk Alternatif Model I
Data Luas Area “Top View” diketahui dengan CAD model analysis sebagai berikut:
Berdasar data-data yang telah didapat dan sesuai persamaan 2.2, maka dapat dihitung
estimasi beban forging sebesar:
( ) ⎛ 145.60 ⎞
2
⎛ 20 ⎞
Pth = 8 • ⎜⎜1.1 + ⎟⎟ • 1 − 0.001 × 1.13 3369.95 • ⎜⎜1 + 0.1 ⎟ • 6 × 3369 .95
⎟
⎝ 1.13 3369.95 ⎠ ⎝ 70 ⎠
Pth = 8 × (1.97 ) × (0.93) × (1.14 ) × 6 × 3369.95
Pth = 339,10 [T . f ]
(dalam hal ini dipilih mesin tempa press berkapasitas 1000 Ton force)
46
Berdasar data-data yang telah didapat dan sesuai persamaan 2.2, maka dapat dihitung
estimasi beban forging:
( ) ⎛ 301.20 ⎞
2
⎛ 20 ⎞
Pth = 8 ⋅ ⎜⎜1.1 + ⎟⎟ ⋅ 1 − 0.001 × 1.13 6739.90 ⋅ ⎜⎜1 + 0.1 ⎟ ⋅ 6 ⋅ 6739.90
⎝ 1.13 6739.90 ⎠ ⎝ 70 ⎟⎠
Pth = 8 × (1.73) × (1.62 ) × (1.21) × 6 × 6739.90
Pth = 1097.08 [T . f ]
(dalam hal ini dipilih mesin tempa press berkapasitas 1600 Ton force)
47
Berdasar data-data yang telah didapat dan sesuai persamaan 2.2, maka dapat dihitung
estimasi beban forging:
( ) ⎛ 181.95 ⎞
2
⎛ 20 ⎞
Pth = 8 ⋅ ⎜⎜1.1 + ⎟⎟ ⋅ 1 − 0.001 ⋅ 1.13 6739.90 ⋅ ⎜⎜1 + 0.1 ⎟ ⋅ 6 ⋅ 6739.90
⎝ 1.13 6739.90 ⎠ ⎝ 70 ⎟⎠
Pth = 8 ⋅ (1.73) ⋅ (1.62 )⋅ (1.16 ) ⋅ 6 ⋅ 6739.90
Pth = 1051.75 [T . f ]
(dalam hal ini dipilih mesin tempa press berkapasitas 1600 Ton force)
48
Dari perhitungan di atas, maka didapatkan tabel perhitungan beban mesin sebagai
berikut:
Gambar 4.4 Estimasi volume untuk alternatif model I, dihitung lengkap dengan desain flash
dan gutter
49
Dari semua data yang didapat dari piranti lunak tersebut diatas, maka perhitungan dari
volume raw material memakai persamaan 2.4. Sedangkan untuk faktor penyusutan
(Scaling of material) karena kita menggunakan electric induction furnace maka
nilainya adalah 1 %. Maka sebagai faktor perkalian terhadap volume, menjadi 1.01 dari
volume total.
Vraw = (132896.9) ⋅ 1.01
Vraw = 134225.87 mm 3
Karena volume telah diketahui maka menggunakan rumus persamaan 2.3 berat raw
material dapat dicari.
Wraw = 134225.87(mm 3 ) ⋅ ρ
Gambar 4.5 Estimasi Volume untuk alternatif model II, dihitung lengkap dengan desain
flash dan gutter
50
Seperti cara sebelumnya menggunakan persamaan 2.4 dan data hasil analisa piranti
lunak, maka volume raw material untuk alternatif model II adalah:
Vraw = (207451.3) ⋅ 1.01
Vraw = 209525.82 mm 3
Dan berat raw material menggunakan persamaan 2.3 adalah:
Wraw = 209525.82(mm 3 ) ⋅ ρ
Gambar 4.6 Estimasi volume untuk alternatif model III, lengkap dengan desain flash dan
gutter
51
Seperti cara sebelumnya menggunakan persamaan 2.4 dan data hasil analisa piranti
lunak, maka volume raw material untuk alternatif model II adalah:
Vraw = (190144.8) ⋅ 1.01
Vraw = 192046.25 mm 3
Dan berat raw material menggunakan persamaan 2.3 adalah:
Wraw = 192046.25(mm 3 ) ⋅ ρ
Dari perhitungan di atas, maka dapat disajikan tabel perhitungan raw material sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Perhitungan volume raw material untuk setiap model
Model Volume Raw Berat Raw
Material Material
(kg)
Model I – Single 134225.87mm3 1.05
Dari data volume produk tersebut diatas, dapat dihitung efisiensi material sebagai berikut
Alternatif Model I single cavity
Gambar 4.7 Analisa surface area, volume dan massa untuk altenatif model I
Karena produk yang dihasilkan cuma satu, maka volume produk yang digunakan untuk
perhitungan ini adalah 1 buah batang penghubung, maka sesuai dengan persamaan 2.5
maka didapat :
38100.60
η= x 100 %
134225.87
= 28.39 %
53
Gambar 4.8 Analisa surface area, volume dan massa untuk altenatif model II
Karena produk yang dihasilkan proses untuk model kedua adalah sebanyak 2 (dua)
buah connecting rod maka volume produk yang digunakan dalam perhitungan adalah
sebanyak 2 buah. Sesuai persamaan 2.5 maka didapatkan :
76201.20
η= x 100 %
209525.82
= 36.37 %
54
Gambar 4.9. Analisa surface area, volume dan massa untuk model III
Seperti pada perhitungan sebelumnya maka volume produk yang digunakan dalam
perhitungan adalah sebanyak 2 buah. Menggunakan persamaan 2.5 maka didapatkan:
76201.20
η= x 100 %
192046.25
= 39.68 %
Dari perhitungan tersebut di atas maka dapat disajikan tabel effiesiensi material sebagai
berikut
Sementara untuk ukuran die holder yang tersedia adalah untuk size: lebar 160mm x panjang
260mm x tebal155mm. Dan hal ini semakin menunjang bahwa alternatif model II semakin
tidak menguntungkan jikalau kita pilih mengingat kita tidak dapat menggunakan die holder
standar. Sehingga harga material dies semakin mahal dibandingkan kita menggunakan
model yang dapat memakai die holder (model I & model III).
Maka penulis memilih mengunakan “altenatif model III”, sebagai reference model yang
diasumsikan paling hemat dalam menghasilkan produk batang penghubung ini.
Gambar 4.11 Model referensi berupa solid 3dimensi yang telah ditambah faktor
penyusutan (shrinkage)
58
Upper Die
Lower Die
Gambar. 4.12. Benda kerja untuk sebuah cetakan tempa setelah di subtract dengan
model dan ditambahkan flash & gutter.
59
Gambar. 4.13. Refference model harus diletakkan ke dalam benda kerja pada saat
operasi CAM berlangsung.
1. 2. 3.
Plain End Plain End Ball End
Mill Cutter, Mill Cutter, Mill Cutter,
two-flute two-flute two-flute
medium medium medium
helix ¬ 20 helix ¬ 8 helix ¬ 3
mm, mm, mm,
panjang panjang panjang
maksimum maksimum maksimum
138 mm 66 mm 47 mm,
radius
ujung pahat
= 1.5 mm
Gambar. 4.14. Pustaka pahat yang digunakan saat proses CAM serta pemesinannya
dengan CNC
(Tata,1987: 663)
Vc N[
1000.Vc
n=
π .D
= 159 Rpm
64
Dari perhitungan dan data di atas maka didapat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6. hasil perhitungan variable untuk CAM
Diameter Vc Putaran Fz t
F (mm/min)
(mm) (m/min) (Rpm) (mm/gigi) (mm)
yang diberikan, dengan feeding rendah tetapi putaran pahat tinggi. Berikut
gambar ilustrasi proses finishing benda kerja ;
Arah Pergerakan Cutter Cutter
(toolpath) (tool)
Gambar. 4.18. Pemilihan titik nol benda kerja pada saat CAM
66
Penulis menentukan bahwa titik koordinat nol terletak pada sudut, ini untuk
kepentingan kemudahan dalam setting nol pahat karena bentuk dari material
yang akan dimesin berupa balok persegi.
CLEARANCE PLANE
Hasil
Langkah
Langkah Hasil
Gambar. 4.21. Langkah (sequence) kedua semifinish dari cetakan atas dengan
CAM.
Langkah Hasil
diameter cutter serta radius ujung pahatnya. Maka dari itu cutter yang digunakan
adalah:
- Plain End Mill Cutter, two-flute medium helix ¬ 20 mm, panjang maksimum
138 mm.
- Plain End Mill Cutter, two-flute medium helix ¬ 8 mm, panjang maksimum
66 mm.
- Ball End Mill Cutter, two-flute medium helix ¬ 3 mm, panjang maksimum 47
mm..
(Tata,1987 : 663)
• Setting titik nol pada benda kerja (workpiece)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa mesin CNC mempunyai titik
nol mesin yang merupakan koordinat asli dari mesin CNC, titik ini terletak di
pojok kiri bawah meja mesin CNC. Posisi ini kurang menguntungkan, maka
harus diletakkan pada benda kerja, untuk selanjutnya disebut titik nol benda
kerja.
Pada kasus cetakan tempa untuk batang penghubung ini, karena
menggunakan workpiece berbentuk persegi maka titik nol workpiece lebih
mudah ditempatkan di ujung kiri bawah dari workpiece seperti ilustrasi gambar
2.17.
Ada banyak cara atau metode untuk setting titik nol benda kerja, dalam
kasus ini Penulis menggunakan metode dan peralatan yaitu edge indicator.
Dengan Edge Indicator ini akurasi lebih terjaga walaupun dilihat dari segi harga
relatif mahal. (illustrasi gambar 2. 18)
Karena ada bagian dari edge indicator yang memiliki permukaan
bermagnit, maka permukaan tersebut akan dapat berputar dalam satu sumbu
apabila tidak terkena gangguan. Karakteristik ini digunakan untuk mendeteksi
tepi-tepi dari benda kerja saat melakukan setting nol benda kerja, dengan telah
72
diketahuinya diameter edge indicator, maka setting nol dapat dilakukan dengan
mudah.
• Kompensasi Pahat / Cutter
Kompensasi pahat pemotong dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui perbedaan panjang pahat yang satu dengan lainnya. Adapun caranya
dengan mengukur perbedaan panjang masing-masing pahat pada saat terangkai
bersama arbor. Perbedaan panjang ini diukur dari ujung pahat terhadap bibir
spindle utama, pengukuran ini dapat dilakukan dengan dial indicator. Data
perbedaan panjang pahat hasil pengukuran dengan dial indicator kemudian
disimpan pada memory mesin CNC yang biasanya berupa fasilitas data tool
library built-in di setiap mesin CNC.
Dalam hal ini proses pengukuran dilakukan untuk masing-masing jenis
pahat, kemudian perbedaan panjang pahat dicatat dan dimasukkan dalam data
tool library mesin CNC. Dengan pencatatan ini maka titik nol referensi pahat
yang semula berada di bibir spindle mesin akan bergeser sejauh data
pengukuran yang telah dicatat, artinya: titik nol pahat bergeser ke ujung pahat.
Kondisi yang diinginkan dari penerapan kompensasi ketinggian adalah
seperti yang digambarkan pada illustrasi 2.20, yaitu semua ujung pahat berada
segaris dengan clearance plane yang ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 10
mm. Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal dari data titik nol benda
kerja dengan data kompensasi pahat yang telah dilakukan sebelumnya, maka
perlu dilakukan pencatatan penetapan posisi pahat dengan perintah G92.
Tabel 4.9. Penyisipan perintah pencatatan penetapan.
73
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan semua tahapan dalam proses desain cetakan tempa dengan
produk berupa batang penghubung mesin K3DE Daihatsu Xenia model F601 dengan
menggunakan piranti lunak Unigraphics NX2, maka Penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pada keseluruhan proses tempa, dari material mentah sampai menjadi benda jadi,
proses desain dengan menggunakan CAD/CAM berperan sangat dominan. Peran
dominan ini terjadi karena fungsinya sebagai perantara pesanan dari customer
kemudian mempengaruhi ke hampir semua fasilitas perusahaan untuk mendapatkan
hasil akhir sesuai pesanan.
Gaya yang dibutuhkan untuk membentuk benda dengan tempa cara kerja panas
adalah berbanding lurus dengan luas penampang permukaan atas, untuk kasus
batang penghubung ini didapatkan hasil estimasi gaya sebagai berikut:
- Alternatif model I (single) dengan top view sebesar 3369.95mm2
membutuhkan gaya tempa sebesar 339.1 t.f, maka dipilih mesin kapasitas
1000T.f. Estimasi berat raw material untuk model ini adalah 1050.98 gram
dan effisiensi material sebesar 28.39%.
- Alternatif model II (double) dengan top view sebesar 6739.90mm2
membutuhkan gaya tempa sebesar 1097.08 T.f, maka dipilih mesin dengan
kapasitas 1600 T.f. Estimasi berat raw material untuk model ini adalah
1640.59 gram dan effisiensi material sebesar 36.37%.
- Alternatif model III (double split) dengan dengan top view sebesar
6739.90mm2 membutuhkan gaya tempa sebesar 1051.75 T.f, maka dipilih
mesin dengan kapasitas 1600 T.f. Estimasi berat raw material untuk model ini
adalah 1503.72 gram dan effisiensi material sebesar 39.68%.
75
76
Pada pembentukan batang penghubung model III memiliki effisiensi yang lebih
dibandingkan model lainnya, maka dipilihlah model ini sebagai model yang effektif
untuk produksi batang penghubung. Angka effisiensi sebesar 39.68% ini didapatkan
setelah melalui semua langkah proses desain menggunakan metode CAD, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat kesulitan benda kerja, semakin rumit konturnya maka
efisiensinya semakin rendah karena sebagian besar material akan terbuang sebagai
skrap. Material yang sebanding dengan volume 192046.25 mm 3 adalah Ø(72.5m)
atau 75mm x 146mm, diameter yang lazim di pasaran.
Perhitungan effisiensi di atas adalah berdasarkan kondisi ideal di mana flash dan
gutter terisi penuh oleh material. Namun demikian pada prakteknya untuk
mengurangi biaya, dilakukan pengurangan material sehingga dicapai effisiensi lebih
besar yaitu 58.2% dengan ukuran material Ø35 mm x 146mm
Penentuan ukuran die block berdasarkan ukuran die holder yang sudah tersedia dan
spesifikasi mesin tempa tipe press yang digunakan kapasitas 1600 T.f, maka
didapatkan ukuran die block; panjang 260 mm, lebar 160 mm, dan tinggi total 155
mm.
5.2. Saran
Untuk meningkatkan kualitas hasil disain dies dimasa yang akan datang, ada
beberapa saran yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, diantaranya adalah :
Untuk meningkatkan efisiensi waktu permesinan, akan lebih efektif apabila
menggunakan pahat dengan material yang lebih baik (titanium carbide atau sintered
carbide), maka kecepatan pemotongan akan meningkat drastis.
Dalam proses pemodelan, disarankan tidak dilakukan proses tambal sulam, karena
proses ini kemungkinan besar akan sangat mengganggu proses selanjutnya.
Pengolahan data dimensi benda kerja kedalam CAD harus dilakukan lebih teliti.
Pemberian dimensi dan toleransi benda kerja agar lebih jelas.
Diperlukan literatur untuk disain yang lebih lengkap.
Desainer harus memahami fungsi dan cara kerja objek yang akan didesain.
77 Formatted ... [1]
Formatted ... [2]
Formatted ... [3]
Formatted ... [4]
DAFTAR PUSTAKA
Formatted ... [5]
Formatted ... [6]
Formatted ... [8]
1. AIDA ENGINEERING, Ltd, AIDA Press RESS HAND BOOKSandbooks, 1967. Formatted: Bullets and Numbering ... [7]
Formatted ... [9]
2. Amish JM, Jones FD & Ryffel HH, Machinery’s Handbook 27th Edition, Formatted ... [10]
Industrial Press Inc., 2004 Formatted ... [11]
Formatted ... [12]
3. Ashby, M.F & Jones David R.H, Engineering Material 1, an introduction to
Formatted ... [13]
their properties & applicatioapplication,n, Butterworth & Heinman, 1996.
Formatted ... [14]
4. ASM Intenational Metals Handbooks, Formatted ... [16]
i. Volume 16, Machining¸ American Society of Metal, 1993. Formatted ... [15]
ii. Volume 14, Forming and Forging, American Society of Metal, Formatted ... [17]
1993. Formatted ... [18]
iii. Volume 8, Mechanical testing and evaluation, American Society Formatted ... [19]
of Metal, 1993. Formatted ... [20]
iv. Volume 1, Properties and selection: irons, steels and high Formatted ... [21]
performance alloys, American society of Metal, 1993.
Formatted ... [22]
Formatted ... [23]
5. George E. Dieter, Mechanical Metallurgy “ SI Metric Edition”, Mc. Graw Hill
Book Company, 1988, London. Formatted ... [24]
Formatted ... [25]
6. Heywood, John.B, Internal combustion engine fundamentals, Mc. Graw Hill Formatted ... [26]
Book Company, 1988, london. Formatted ... [27]
Formatted ... [28]
7. Mallev, ME, DR, AM, Internal Combustion Engine Theory and Design, Mc. Formatted ... [29]
Graw Hill Book Company, 1945, New York and London. Formatted ... [30]
Formatted ... [31]
8. Sugeng Sudrajat R, Basic Forging Dies Design, PT. Menara Terus Makmur.
Formatted ... [32]
Formatted ... [33]
9. The Sokeizai center of Japan – The material process technology Center,
Instruction Manual on Forging Technology,, The Sokeizai center of Japan,1986. Formatted ... [34]
Formatted ... [35]
Quality Service Division Pt. Astra Daihatsu Motor, New Car Feature Xenia Formatted ... [36]
Formatted ... [37]
10. Tata, Summary of Production Technology Hand Book, Mc. Graw Hill Book Formatted ... [38]
Company, 1987, London. Formatted: Bullets and Numbering ... [39]
Formatted ... [40]
11. Quality Service Division, New Car Feature Xenia, PT. Astra Daihatsu Motor.
Formatted ... [41]
Formatted ... [42]
Formatted: Bullets and Numbering ... [43]
Formatted ... [44]
Formatted ... [45]