Anda di halaman 1dari 14

Widyaningsih Bungin Sura’ – 1406532974 – Penyambungan Material 01

TUGAS 03 PENYAMBUNGAN MATERIAL

1. Alasan digunakan arus frekuensi tinggi serta peranan frekuensi terhadap sambungan pipa.
Pada pembuatan pipa baja ERW digunakan arus frekuensi tinggi karena dengan
mengkonsentrasikannya pada permukaan yang akan disambung melalui dua probes yang
membuat kontak ringan dengan bagian sambungan, arus yang diperlukan lebih kecil dan kontak
listriknya juga lebih kecil. Dengan meningkatkan frekuensi arus yang diberikan hingga 450 Hz
dan meningkatkan voltage dari satuan menjadi puluhan, dikembangkan proses yang disebut high-
frequency resistance welding (HFRW). Peranan frekuensi tersebut terhadap sambungan pipa
ialah membuat kontak ringan antara probes dengan bagian sambungan sehingga arus yang
diperlukan lebih kecil begitu pula dengan kontak listrik

2. Keuntungan dan keterbatasan High Frequency Welding.


a. Keuntungan
o Menghasilkan daerah HAZ yang sempit
o Kecepatan las tinggi dan konsumsi energi sedikit
o Dapat untuk mengelas tube dengan dinding yang tipis
o Bisa digunakan untuk banyak jenis logam
o Efisiensi tinggi, distorsi dapat diminimalkan
b. Keterbatasan
o Harus berhati-hati agar tidak terjadi interferensi radiasi
o Bahaya arus dengan frekuensi tinggi

3. Prinsip kerja projection welding adalah proses pengelasan dimana penggabungan terjadi pada satu
ata lebih titik kontak kecil yang berada pada komponen atau benda kerja. Titik kontak tersebut
diperoleh dari rancangan benda kerja yang akan dilas dan bisa terdiri dari tonjolan (projection),
timbulan, atau perpotongan lokal pada benda kerja. Konsep pengelasan ini termasuk murah. Ada
beberapa variasi dariprojection welding, salah satu variasi tersebut adalah cross-wire welding.
Cross-Wire welding biasanya digunakan untuk membuat pagar kawat, jaring-jaring kawat, dan
alat pemanggang.
a. Kelebihan Resistance Projection Welding :
o Penampilan bagus
o Umur elektrode panjang
o Pemeliharaan elektrode mudah dan hemat biaya
o Dapat digunakan untuk banyak jenis logam dengan banyak variasi ketebalan
b. Kekurangan Resistance Projection Welding
o Projection welding tidak bisa digunakan untuk spesimen yang tipis karena akan
mendapat tekanan tekanan yang besar dari elektrode dan kemampuannya rendah
untuk menahan tekanan tersebut
o Adanya kemungkinan emisi asap yag berbahaya saat pengelasan stainless steel
yang terdapat lapisan coating atau terdapat keberadaan zat organik dalam logam
4. Persyaratan kualitas hasil las dengan Spot Welding

Kualitas hasil las Spot Welding dipengaruhi oleh salah satu parameterparameter las yaitu Diameter
of the Electrode contact surface di bawah ini :

a. Diameter of the electrode contact surface

Salah satu kriteria umum adalah lasan harus memiliki nugget diameter sebesar
1
5 𝑥 𝑡2
t adalah ketebalan lembaran baja atau logam. Diameter dari electrode contact harus lebih besar
dari nugget diameter . Spot Weld untuk ketebalan logam 1mm akan menghasilkan las dengan
diameter 5mm. Jika dilakukan dalam prakteknya, electrode dengan kontak diameter 6mm adalah
standar untuk lembaran stainless steel yang akan dilas dengan ketebalan 0.5 mm – 1.25mm.

1
berdasar penelitian (http://eprints.ums.ac.id/20255/23/Naskah_publikasi.pdf), kualitas hasil lasan
dilihat dari tegangan gesernya dipengaruhi oleh arus dan waktu pengelasannya. Seperti pada grafik
di bawah ini

Dapat dilihat bahwa semakin besar arus yang digunakan, tegangan geser yang dihasilkan juga
semakin besar, untuk waktu juga demikian, terdapat waktu optimal dimana semakin lama proses
pengelasan tegangan geser juga akan semakin besar.

2
5. Desain posisi elektroda untuk penyambungan dua buah pelat logam dengan besar hambatan listrik
sama besar dan ketebalan pelat t1 = 2 x t2 .
F

Electrode

Nugget

Electrode

3
F

6. Weldability baja lapis seng (galvani) dilas dengan spot resistant welding process, dengan adanya
unsur Cr pada baja, weldability baja cukup baik untuk dilas dengan spot welding, tetapi
dibutuhkan electrode force dan arus yang besar serta waktu pengelasan yang cukup lama.

7. Prinsip kerja las resistansi listrik


Pada Resistance Welding atau las resistansi listrik logam dalam bentuk lembaran (sheet) yang
akan disambung permukaannya, dalam bentuk sambungan tumpang (lap joint) dan sambungan
tumpul (butt joint), ditekan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga
permukaan tersebut menjadi panas dan mencair. Pelelehan terjadi karena dihasilkannya panas
karena resistansi pada antarmuka logam dan membentuk nugget, yang menghasilkan sambungan
logam. Resistansi terjadi karena adanya arus listrik yang mengalir dari permukaan sampai ke
bagian tengah kedua pelat, sehingga pelat meleleh.

Lalu, logam cair ini didinginkan dalam pengaruh tekanan hingga timbul kekuatan yang cukup
untuk menyatukan dua lembaran yang dilas. Kerapatan arus dan tekanan yang diberikan
sedemikian rupa hingga terbentuk nugget, tetapi tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan
cairan logam terlempar dari daerah las.

Elektroda yang digunakan pada las resistansi listrik ini berbahan tembaga karena konduktivitas
termal dan listriknya yang tinggi, memiliki ketahan deformasi yang baik, dan tidak mudah
terkontaminasi benda kerja. Meskipun arus yang diberikan besar, risiko tersetrum kecil karena
tegangan yang diberikan kecil.

Tahapan kerja

4
Keterangan
a. Mempersiapkan logam yang ingin dilas
b. Squeeze time  Kedua logam yang digabung ditekan dengan electrode
c. Weld time  Diberi arus bagian tengah mulai meleleh
d. Holding time  Bagian tengah tersambung dengan terbentuk seperti nugget
e. Off time  Arus tidak diberikan lagi dan electrode diangkat.

8. Pengaruh arus, waktu, dan tekanan pada hasil las


a. Pengaruh arus terhadap hasil las resistansi listrik.
Q= I2 X R x t
Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan semakin besar arus yang diberikan, maka
akan semakin besar panas yang dihasilkan dan ukuran nugget yang dihasilkan akan
semakin besar. Akan tetapi, jika arus yang diberikan terlalu besar maka akan terjadi metal
expulsion yang mengakibatkan pembentukan rongga dan retak.

b. Pengaruh waktu terhadap hasil las resistansi listrik

Dari rumus di atas juga dapat dilihat hubungan panas yang dihasilkan dengan waktu.
Semakin lama waktu yang diberikan semakin besar panas yang dihasilkan dan semakin
besar pula nugget yang dihasilkan. Waktu memiliki pengaruh yang besar pula pada las

5
resistansi listrikini. Waktu merupakan satu parameter kontrol terhadap heat input.
Waktumemiliki efek yang besar terhadap kuat geser hasil pengelasan.

Berikut ini adalah gambaran tahapan welding dan hubungannya dengan tekanan dan arus
yang diberikan

 Waktu Tekan (squeeze time): Merupakan waktu dimana penekanan dimulai


hingga arus mengalir.
 Waktu Las (weld time): Merupakan waktu saat arus mengalir pada benda kerja.
 Waktu Tahan (hold time): Merupakan waktu dimana elektroda masih ditahan
menekan benda kerjadengan arus yang sudah tidak mengalir lagi.
 Waktu henti (off time):Merupakan waktu akhir dari waktu tahan hingga waktu
tekan berikutnya.

c. Pengaruh tekanan terhadap hasil las resistansi listrik

Peningkatan tekanan elektroda akan menyebabkan penurunan tahanan kontak. Fungsi


dari tekanan elektroda itu sendiri berperan dalam memberikan penempaan. Penempaan
ini kemudian bisa menghasilkan deposit dengan butir yang halus.

6
Tekanan yang meningkat menyebabkan luas kontak
menjadi lebih besar sehingga rapat arus menjadi berkurang
dan tahanan pun menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan
panas yang dihasilkan akan berkurang dan ukuran nugget
pun akan lebih kecil. Sementara itu, jika tekanan yang
diberikan terlalu rendah, dapat terjadi expulsion segera
setelah diberikan arus yang disebabkan karena resistansi
terlalu tinggi sehingga panas yang dihasilkan terlalu tinggi.

9. Prinsip kerja spot welding


Prinsip kerja
Spot welding dilakukan dengan cara menghantarkan arus listrik
melalui dua permukaan logam yang tumpang tindih di suatu titik
sehingga kedua logam tersebut akan saling menempel. Spot welding
membutuhkan dua elektroda tembaga dan harus memperhatikan
hubungan antara arus dengan ketebalan dan massa jenis dari logam
yang tersambung.
Masukan panas (heat input) yang dibutuhkan untuk menyambung material bergantung kepada
arus, tegangan, resistansi konduktor dan waktu pengelasan. Q = I2 R t, Dimana Q = Heat
input/generated, I = arus, R = Resistansi dan t = waktu pengelasan.
Pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua plat yang disambung disebabkan karena pada
pengelasan spot welding diharapkan resistansi listrik terbesar pada permukaan antar material (r3)
sedangkan tahanan listrik antara material yang akan dilas dengan elektroda harus sekecil
mungkin (r1 dan r5) sehingga panas yang dihasilkan melelehkan bagian tengah pada plat yang
disambung

7
Ket. Gambar :
r2 dan r4 = tahanan listrik material yang dilas
r1 dan r5= tahanan listrik pada permukaan kontak antara elektroda dengan benda kerja
r3 = tahanan listrik permukaan antar material
10. Flash welding biasa digunakan untuk menyambung material yang memiliki penampang
yang sama, dimana lasan (weld) dihasilkan pada seluruh penampang yang kontak tanpa logam
pengisi (filler metal).

8
Perbedaan flash welding dan upset welding:
1) Keduanya sebenarnya memiliki susunan yang sama. Namun perbedaan utamanya terletak
dalam hal mekanisme yang digunakan untuk menghasilkan satu pergerakan.
2) Flash welding biasanya diaplikasikan untuk menyambung komponen dengan cross section
yang sama dari ujung ke ujung.
3) Upset welding biasanya diaplikasikan untuk menyambung kawat atau batang dengan luas
penampang yang kecil serta untuk penyambungan pipa.
4) Flash welding memiliki kapasitas mesin yang lebih besar dibandingkan upset welding. Namun
keduanya bisa dieksekusi dengan menggunakan mesin yang sama.

9
11. Penjelasan gambar skematis siklus kerja dari Seam Welding.

a) Baja lembaran yang saling tumpang tindih, disambung menggunakan elektroda yang bulat dan
berputar di pinggiran baja. Elektroda akan menekan baja lembaran tersebut.
b) Elektroda tersebut menghasilkan resistansi panas yang akan menghasilkan nugget berbentuk
lonjong, yang berderet sesuai dengan kecepatan elektrodanya.
c) Akan terjadi penyambungan pada daerah nugget.
d) Arus yang diberikan disepanjang sambungan oleh split electrode rollers.

12. Keuntungan dan keterbatasan dari proses pengelasan resistansi welding.


Keuntungan Keterbatasa
Ekonomis Ketebalan lembaran yang akan disambung
terbatas, hingga 6 mm

Distorsi yang terjadi sangat kecil Ketebalan lembaran yang akan disambung
terbatas, hingga 6 mm

10
Tidak memerlukan bahan tambahan seperti Elektroda dapat terjadi aus
filler dan flux

Laju pengelasan tinggi Tidak portabel

Otomatisasi mudah dilakukan Kekeuatan tensile dan fatik hasil las resistansi
kecil

Biaya peralatan lebih tinggi dibanding pada


arc welding

13. Percussion Welding dan gambar skematisnya serta contoh aplikasinya


Percussion welding hampir sama dengan flash welding, bedanya pada percussion welding busur
dihasilkan dari discharge energi listrik yang cepat menyebrangi jarak antara ujung-ujung logam
yang akan dilas. Tekanan yang digunakan progresif atau mengikuti pelepasan energi listrik.
Energi yang dibutuhkan untuk discharge dapat meningkat dengan metode elektrostatik
menggunakan kapasitor atau dengan metode elektromagnetik menggunakan medan magnet yang
tersambung dengan transformer primer dan sekunder.
Pemanasan yang bersifat lokal
membuat proses PEW
menarik untuk diterapkan
pada bidang elektronik di
mana dimensinya sangat kecil
dan sensitif terhadap panas.
Aplikasinya banyak
digunakan pada industri

11
elektronik untuk menyambung alumunium rods, menyambung baja atau non ferrous alloy yang
tahan korosi dll.

14. Mash Seam Welding dan gambar skematis serta contoh aplikasi
Prinsip
Tahanan dalam proses welding yang menghasilkan coalescence yang mengikat permukaan
melalui panas yang dihasilkan tahanan arus pada benda kerja dan diikuti oleh tekanan dari
elektroda, menghasilkan over lapping resistance spot weld.
Mash Seam Welding adalah variasi dari seam welding di mana lembaran yang digabung
tumpang tindih dengan jarak hanya sekitar 1,5 kali ketebalan lembar (t). Permukaan roda
pengelasan lebih lebar dari lebar kontak dan selama pengelasan material digiling dengan
ketebalan akhir biasanya 1.4t. Beberapa lelehan terjadi, tetapi tepi sambungan membentuk ikatan
yang solid phase untuk menghilangkan celah itu.

Skema

Aplikasi

12
Aplikasi yang menggunakan pengelasan jenis ini biasanya banyak dilakukan pada bidang
transportasi, agrikultural, sektor produksi makanan, peralatan gardening dan machine protection.

15. Untuk material logam Tembaga, Aluminium dan Baja, urutkan mana yang material yang
memiliki weldability yang baik dengan menggunakan pengelasan las titik (spot welding).
Jawaban
1. Steel
2. Aluminium
3. Tembaga
Steel adalah logam yang paling baik karena memilki ketahanan listrik yang tinggi dan
konduktivitas termal yang rendah, sedangkan tembaga memiliki ketahanan listrik dan
konduktivitas termal yang tinggi. Pada tembaga, spot welding sulit untuk dilakukan karena antara
elektroda dan pelat logam yang akan dilas adalah jenis material yang sama, selain itu tembaga
memiliki konduktivitas listrik yang baik, sehingga resistansi yang terbentuk kecil dan suhu yang
dihasilkan juga kecil. Akibatnya, weldabilitynya juga buruk. Aluminium konduktivitas
termalnya mendekati tembaga tetapi titik leburnya lebih rendah sehingga masih mungkin dilas
dengan arus yang lebih tinggi.

13

Anda mungkin juga menyukai