MODUL PRAKTIKUM
MT 2205 - LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 1
LATAR BELAKANG
Praktikum Laboratorium Teknik Material (LABTEK I) merupakan kegiatan praktikum
yang berisikan materi pengujian-pengujian sifat mekanik suatu material. Secara umum,
terdapat 6 pengujian mekanik yang merupakan pengujian merusak (destructive testing).
Pengujian mekanik yang terdapat dalam praktikum ini berupa pengujian merusak yang
sering digunakan baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Dengan memahami
prinsip dasar pengujian-pengujian pada praktikum ini, praktikan dapat juga mengenal
prinsip dasar pengujian mekanik lainnya yang tidak menjadi materi dalam praktikum ini.
Pengujian sifat-sifat mekanik (properties) suatu material menjadi penting karena
merupakan salah satu kajian utama di dalam Teknik Material. Dengan memahami sifat
mekanik suatu material, dapat diketahui kualitas material tersebut dan juga dapat diketahui
aplikasinya dalam dunia industri. Melalui praktikum ini, praktikan juga dapat belajar
mengenai prosedur pengujian yang baik dan dapat menghitung besaran- besaran sifat
mekanik dari suatu material.
MODUL PRAKTIKUM
Modul A
Uji Tarik (Static Tension Test)
Modul B
Uji Keras (Hardness Test)
Modul C
Uji Puntir (Static Torsion Test)
Modul D
Uji Lentur dan Kekakuan (Static Bending Test)
Modul E
Uji Lelah (Fatigue Test)
Modul F
Uji Impak (Impact Test)
Halaman 5
Halaman 11
Halaman 17
Halaman 23
Halaman 28
Halaman 31
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut :
1.
Praktikan mengikuti seluruh modul praktikum.
2.
Praktikan sudah menyelesaikan dan mengumpulkan tugas pendahuluan satu hari
kerja sebelum praktikum dilaksanakan.
3.
Praktikan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai kemudian memastikan
asisten praktikum pada saat itu.
4.
Praktikum diawali dengan tes awal dan dilanjutkan dengan diskusi antara asisten
dan praktikan dengan alokasi
5.
Praktikan mengikuti percobaan berdasarkan arahan dari asisten dan teknisi.
6.
Praktikum diakhiri dengan penjelasan mengenai pengolahan data dan penyusunan
laporan praktikum. Laporan praktikum diserahkan selambat-lambatnya satu hari
sebelum presentasi laporan praktikum.
7.
Presentasi laporan praktikum dilaksanakan selambat-lambatnya satu minggu setelah
praktikum.
8.
Praktikan mengisi lembar feedback praktikum.
Laporan Praktikum
Laboratorium Teknik Material 1
Modul A Uji Tarik
oleh :
oleh:
Kelompok
Anggota (NIM)
:
:
Tanggal Pengumpulan :
Tanggal Praktikum :
Nama Asisten (NIM) :
Nama
NIM
Kelompok
Anggota (NIM)
:
:
:
:
Tanggal Praktikum
:
Tanggal Penyerahan Laporan :
Nama Asisten (NIM)
:
ATURAN PRAKTIKUM
Peraturan praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut:
1.
Mengerjakan tugas pendahuluan yang terdapat pada modul.
2.
Membawa peralatan sesuai dengan modul, dibawa sebelum praktikum.
3.
Memakai jas laboratorium, sepatu tertutup, kemeja, dan berambut rapi.
4.
Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
5.
Tidak makan, menggunakan dan mengaktifkan dering handphone, merokok, tidur,
dan meninggalkan praktikum tanpa seizin asisten.
6.
Tidak merusak dan menghilangkan alat.
7.
Membawa modul, buku catatan, dan kartu praktikum (dilengkapi).
8.
Membuat surat ijin yang sah apabila tidak dapat mengikuti praktikum.
9.
Menjaga sopan santun dan etika selama praktikum.
10.
Menjaga kebersihan, keselamatan, dan ketertiban selama praktikum.
SANKSI PRAKTIKAN
1. Kehadiran
Tidak hadir lebih dari 1 kali (K, NA = 0)
Tidak memberikan informasi kehadiran 15 menit setelah praktikum dimulai (K,
NAP=0)
Tidak memberi surat izin yang sah untuk ketidakhadiran praktikum maksimal 3 hari
kerja setelah praktikum (K, NAP = 0)
2. Keterlambatan Praktikum
Keterlambatan 0 sampai 15 menit (K, A-15, dan wajib melapor pada asisten yang
bersangkutan dan koordinator praktikum)
Keterlambatan diatas 15 menit (K, NAP= 0)
3. Keterlambatan Tugas Pendahuluan
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan dari 1-15 menit (K, NM/2)
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan diatas 15 menit (K,NM=0, tetap
wajib mengikuti praktikum)
Tidak mengumpulkan Tugas Pendahuluan (K,NM=0), tidak boleh mengikuti
praktikum.
4. Kelengkapan Praktikum
Tidak membawa kartu praktikum (K, dipersilahkan pulang namun dapat mengikuti
modul yang bersangkutan pada shift lain)
Tidak membawa modul, memakai jas laboratorium, memakai pakaian berkerah, dan
memakai sepatu tertutup(K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang untuk
melengkapi dengan resiko keterlambatan)
Tidak melengkapi kartu praktikum (K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang
untuk melengkapi dengan resiko keterlambatan)
5. Untuk nilai tes awal < 30 praktikan dipersilahkan pulang dan nilai praktikum yang
diperhitungkan hanya nilai tugas pendahuluan.
6. Merokok pada saat praktikum (NAP=0)
7. Keaktifan
Makan atau tidur (K dan A-50)
Menggunakan handphone (K dan A-50)
Meninggalkan praktikum (K dan A-50)
8. Merusak dan menghilangkan alat dan benda kerja pengujian (K, melapor pada asisten,
koordinator praktikum, koordinator asisten, dan teknisi)
9. Sanksi yang bersifat kondisional dan insidental akan ditetapkan oleh asisten yang
bersangkutan pada saat praktikum
10. Praktikan yang tercatat 5 kali atau lebih pada buku kasus dinyatakan tidak lulus
praktikum ini
11. Apabila kartu praktikum hilang maka praktikan akan dikenakan denda Rp. 100.000,Keterangan :
K
A-X
NAP
NAP-X
NA
NA-X
ATURAN PENILAIAN
Nilai Total Praktikum (NTP ) didasarkan pada 2 aspek penilaian yaitu :
1.
Nilai Aktivitas Praktikum
Nilai Aktivitas Praktikum dapat diformulasikan dengan :
NAP
60 xNAP 40 xNUP
100
MODUL A
UJI TARIK
LATAR BELAKANG
Uji tarik merupakan pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri karena
kemudahannya untuk analisis data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai
sifat mekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik ini, pembebanan berupa beban
uniaksial dengan kecepatan pembebanan yang statis. Pengujian tarik dapat dilakukan
kepada hampir semua material dari logam, keramik maupun polimer.
Informasi yang didapat dari pengujian tarik ini berguna untuk pemilihan material,
pengembangan paduan, kontrol kualitas dan proses desain dalam berbagai kondisi. Metoda
pengujian ini diterima secara memuaskan dalam industri komersil, sehingga digunakan
secara luas dalam perdagangan. Hal yang harus dicatat adalah, hasil pengujian tarik dari
suatu spesimen yang diambil dari salah satu bagian dari suatu produk tidak secara total
merepresentasikan sifat kekuatan dan keuletan dari seluruh produk atau karakteristik
penggunaannya dalam lingkungan yang berbeda dengan kondisi pengujian. Standar
pengujian tarik, diantaranya dideskripsikan dengan detail dalam ASTM E8/E8M-11.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui standar dan prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar
2.
Mengetahui besaran-besaran sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik.
3.
Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dari pengujian tarik.
4.
Mampu mengolah data hasil pengujian.
TEORI DASAR
Uji tarik yang akan dilaksanakan pada praktikum ini sesuai dengan standar American
Society for Testing and Materials (ASTM). Untuk uji tarik dengan spesimen logam, sesuai
dengan ASTM E, mengenai panjang gage length yang 4 kali diameter spesimen.
Spesimen uji berbentuk silinder dengan ukuran sebagai berikut :
lo
lo
S
S
P
Ao
e
l
l
lo
. Persamaan 1
............................................................. Persamaan 2
Setelah di dapatkan kurva engineering stress-strain, kita ubah menjadi kurva true stressstrain. dengan cara sebagai berikut :
P
A
t Ln
Ao
A
.. Persamaan
.. Persamaan
Untuk mendapatkan nilai K dan n dari persamaan Flow Stress, maka dari kurva true stress
strain harus di-logaritma-kan. Persamaan Flow Stress adalah = K n .
PROSEDUR PERCOBAAN
=
=
=
=
=
mm
mm
mm
mm
=
=
=
=
HRA
mm/menit
mm/menit
mm
mm
mm
=
=
No
Li
(mm)
Ai
(mm2)
mm
HRA
= Pi / Ao
(N/mm)
Pi
(N)
E = Li/Lo
(%)
= Pt/Ao
(N/mm2)
s = ln Ao/Ai
(%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
207
379
414
469
496
510
517
524
517
503
476
448
386
352
Strain
(%)
0.1
0.2
0.5
10
12
14
16
18
19
(fracture)
11
MODUL B
UJI KERAS
LATAR BELAKANG
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif. Dengan pengujian ini, kita dapat
dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material. Meskipun pengukuran
hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Material dapat dengan mudah digolongkan sebagai
material ulet maupun getas, hanya dengan uji keras.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working
hot working, atau heat treatment, dapat diketahui perubahan kekuatannya dengan mengukur
kekerasan permukaan material tersebut. Oleh karena itu, uji keras merupakan metode yang
mudah dilakukan untuk quality control material.
Termasuk dalam pengujian kekerasan ini adalah uji keras Rockwell, Brinnell dan Vickers.
Standar pengujian kekerasan untuk material logam diantaranya didapatkan dari ASTM E1811. Pengujian kekerasan Rockwell merupakan pengujian empirik kekerasan dengan cara
indentasi yang mana hasil pengujiannya berhubungan dengan kekuatan tarik, ketahanan
aus, keuletan dan karakteristik fisik lainnya dari logam dan juga berguna dalam kontrol
kualitas dan pemilihan material. Pengujian kekerasan Rockwell dianggap proses pengujian
yang memuaskan untuk pengujian perkapalan komersial dan telah banyak digunakan secara
luas dalam di industri. Satu hal yang harus digarisbawahi, pengujian Rockewell dalam
suatu bagian tertentu belum tentu menggambarkan kondisi fisik secara keseluruhan dari
suatu produk. Penjelasan serupa dalam paragraf ini berlaku untuk pengujian kekerasan
Brinnell.
Sedangkan pengujian kekerasan Vickers merupakan pengujian kekerasan mikro yang
diperlukan untuk pengujian kekerasan bagian yang terlalu tipis atau kecil untuk dilakukan
dengan pengujian kekerasan Rockwell atau Brinnell.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui macam- macam metode pengujian keras serta aplikasinya
2.
Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras
3.
Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses pemanasan.
4.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian kekerasan
5.
Mampu menghitung besaran sifat mekanik suatu material
TEORI DASAR
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu bahan mempunyai kaitan
erat dengan kekakuan (solidity) dan kekompakan permukaan suatu material. Terdapat
beberapa metode yang dikembangkan dalam menentukan harga kekerasan ini seperti
metode goresan (scratch), metode indentasi (indentation), dan metode pantulan (rebound
atau dynamic). Metode-metode tersebut menyebabkan arti fisik dari kekerasan memiliki
perbedaan dan aplikasinya pun berbeda di setiap bidang dan pengalaman kerja seseorang.
12
Secara umum, definisi kekerasan adalah ketahanan terhadap deformasi, dan untuk logam,
deformasi yang dimaksudkan disini adalah deformasi plastis. Beberapa definisi yang lain
untuk kekerasan antara lain:
a.
ketahanan terhadap penekanan dibawah beban statik atau dinamik
b.
energi yang diserap ketika diberikan beban impak.
c.
ketahanan terhadap penggoresan
d.
ketahanan terhadap abrasi
e.
ketahanan terhadap pemotongan dan pengeboran
Untuk kebanyakan aplikasi teknik, definisi kekerasan yang sering dipakai adalah kekerasan
dengan metode indentasi. Oleh karena itu, dalam praktikum ini hanya dipelajari uji keras
metode indentasi yaitu uji keras Brinell, Rockwell, dan Vickers.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban
3000 Kg. Hal ini sesuai dengan ASTM E 10 yang menggunakan beban 3000 kg untuk hard
Metal, 1500 Kg untuk intermediate hardness, dan 500 Kg untuk soft Materials.. Beban
diberikan kepada spesimen selama 30 s, kemudian diameter diukur dengan mikroskop
untuk menentukan harga kekerasan Brinell. Metode pengujian Brinell dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
14
No
2F
D(D-
D2 - d2 )
Bahan
F
(N)
D
(mm)
d
(mm)
Kekerasan
Brinell
D
(mm)
Kekerasan
Vickers
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
b.
Metode Vickers
Jenis mesin
:
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji
:
Ass. pengawas
:
136 o
F
2F sin
HV = 1.854 2 (approximately)
2
HV =
d
d2
No
Bahan
P
(N)
D
(mm)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
15
1
2
3
4
5
c.
Metode Rockwell
Jenis mesin
:
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji
:
Ass. pengawas
:
Bahan
No
Beban
(kg)
indentor
Warna
skala
Kekerasan
Rockwell
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
16
17
MODUL C
UJI PUNTIR
LATAR BELAKANG
Tegangan geser terjadi secara paralel pada bidang material, berbeda dengan tegangan
normal yang tegak lurus dengan bidang. Kondisi tegangan geser dapat terjadi dengan
melakukan geseran secara langsung (direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress).
Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok
kayu. Pada setiap permukaan di paku dan kayu yang bersinggungan langsung dengan paku
akan mengalami geseran secara langsung. Sedangkan, fenomena tegangan puntiran dapat
terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi. Dengan adanya tegangan geser,
maka respon yang diterima oleh material pun berbeda. Selain itu, kondisi tegangan dan
regangan kompleks yang terjadi pada waktu pengujian puntir adalah sensitif terhadap
perubahan di dalam material, sehingga pengujian puntir berguna sebagai alat untuk
mengevaluasi keuletan kawat. Untuk standar pengujian puntir kawat, dideskripsikan
dengan lengkap dalam ASTM A938, dengan maksimum diameter kawat sampai dengan 10
mm.
18
TEORI DASAR
Besaran yang terukur dari uji puntir adalah Momen Putar dan Sudut Putar spesimen. Untuk
mengukur Sudut Putar digunakan alat yang disebut dengan Troptometer.
Gambar 3. 2 Troptometer
Momen putar didapatkan dari persamaan :
M
r a
rdA
r 0
r a
dA ... 1
r 0
r
...... 2
L
Notasi- notasi yang dipakai dalam persamaan ini dapat dengan mudah diapahami dari
gambar 3.3
M
r
L
a
Ketika regangan geser sudah semakin besar, sehingga hubungan antara tegangan dan
regangan elastis sudah tidak linear lagi, maka persamaan 1, 3, dan 4 tidak berlaku lagi.
Ketika kondisi regangan begitu besar, dibuat kurva antara momen dengan sudut putar per
panjang spesimen. Dari kurva ini akan di dapatkan kondisi regangan dan tegangan geser
yang sebenarnya.
r a
r a
r 0
r 0
r .dA 2
.r
dr . .. 5
20
Gambar 3.5 kurva Momen Torsi dengan perubahan sudut per panjang
Dari persamaan 7 kita dapat ubah persamaan itu dengan melihat dari gambar 3.5 menjadi :
1
a
( BC 3CD ) .................................................................................................. 8
2a 3
Setelah didapatkan tegangan geser dan regangan gesernya maka di ubah ke dalam tegangan
dan regangan sebenarnya dengan menggunakan lingkaran Mohr dan memasukkan ke dalam
kriteria dari Tresca dan Von Mises. Untuk mengubah dari tegangan dan regangan geser ke
tegangan dan regangan sebenarnya, harus diperhatikan kondisi tegangan uji puntir.
21
PROSEDUR PERCOBAAN
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
mm
mm
rpm
mm/menit
mm
mm
22
23
MODUL D
Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimum pada penampang tersebut adalah:
PL h
)
4 2
............................................................................(2)
b h3
(
)
12
P L3
....................................................................................................(3)
48 E I
dimana: = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
E = modulus elastisitas bahan spesimen
I = modulus inersia penampang
Dari persamaan tiga ini, kita dapat menghitung modulus elastisitas suatu bahan.
Beberapa hal yang harus dicatat adalah
- Pengukuran presisi dari modulus elastisitas lentur dan kekuatan lentur dipengaruhi oleh
beberapa hal termasuk orientasi spesimen terhadap arah pengerolan, besar buti,
tegangan sisa, sejarah regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya,
orientasi butir terdeformasi terhadap arah dari tegangan normal.
- Kondisi pengujian juga mempengaruhi hasil seperti temperatur dan variasinya, kondisi
peralatan pengujian, dan apakah pengujian mengikuti standar atau tidak.
25
PROSEDUR PERCOBAAN
26
Material
=
Kekuatan lentur material
=
Mpa
Dimensi Spesimen
panjang (l)
=
mm
lebar (b)
=
mm
tebal (h)
=
mm
diameter (d)
=
mm
Untuk spesimen silinder
- Jarak tumpuan (l)
=
Laju pembebanan
Beban maksimum pada daerah elastis
Spesimen uji menurut standar
kg
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Beban (kg)
Defleksi (mm)
mm
=
=
kg/menit
kg
=
Keterangan
27
28
MODUL E
29
Material
Spesimen uji lelah menurut standar
=
Spesimen uji lelah berdasarkan dimensinya
Bila diperlukan catat Kr dan Kt
Putaran motor penggerak
Beban
Defleksi pada awal pengujian
Penunjuk jumlah putaran sebelum pengujian
Penunjuk jumlah putaran setelah spesimen putus
Gambar permukaan patah spesimen uji
Mesin uji lelah yang digunakan
Tanggal pengujian
Asisten pengawas
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
30
31
MODUL F
UJI IMPAK
LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam jenis beban yang diberikan kepada
material. Uji tarik, tekan, puntir adalah pengujian dengan menggunakan beban statik.
Sedangkan uji keras, uji fatigue, dan uji lentur meggunakan jenis beban dinamik. Dan pada
uji impak ini, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari macam
pembebanan ini dapat dilihat pada strain rate-nya seperti pada tabel 6.1 di bawah ini.
No
4
5
-1
-1
10 s/d 10 s
10 s/d 10 s
Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi
yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses
penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi
plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia. Pada pengujian impak takikan diberikan
pada bagian sampel yang berbenturan dengan beban, sehingga pengujian impak secara
spesifik menghubungkan karakteristik logam bila diberikan beban tunggal, dimana
dihasilkan tegangan multi-aksial pada bagian takikan, ditambah dengan laju pembebanan
yang tinggi dan juga pengaplikasian temperatur rendah dan tinggi. Dalam pengujian impak
ini juga untuk berbagai material dapat diprediksi karakteristik patah getas secara akurat.
Standar pengujian impak untuk material logam, diantaranya dideskripsikan dengan detail
dalam ASTM E23-12C.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material
2.
Mengetahui standar dan prosedur pengujian impak
3.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kegagalan material dengan beban impak.
TEORI DASAR
Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM E
23 untuk metode Charpy dan Izod. Metode Charpy dipergunakan secara luas di Amerika
sedangkan metode Izzod digunakan di Eropa.
32
33
PROSEDUR PERCOBAAN
34
Jenis mesin
Kapasitas mesin
Standar pengujian
Penguji
Tanggal pengujian
Asisten
mm
mm
mm
mm
=
=
=
=
=
=
Luas
Energi
mm2
Joule
Joule/mm2
Permukaan
Patahan
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1.
ASTM E 23
2.
Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke7, John Willey & Son Inc. Halaman 223-227
3.
Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 471-488
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.
36