Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PRAKTIKUM

MT2205 LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 1

LABORATORIUM METALURGI DAN TEKNIK


MATERIAL
PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

MODUL PRAKTIKUM
MT 2205 - LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 1
LATAR BELAKANG
Praktikum Laboratorium Teknik Material (LABTEK I) merupakan kegiatan praktikum
yang berisikan materi pengujian-pengujian sifat mekanik suatu material. Secara umum,
terdapat 6 pengujian mekanik yang merupakan pengujian merusak (destructive testing).
Pengujian mekanik yang terdapat dalam praktikum ini berupa pengujian merusak yang
sering digunakan baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Dengan memahami
prinsip dasar pengujian-pengujian pada praktikum ini, praktikan dapat juga mengenal
prinsip dasar pengujian mekanik lainnya yang tidak menjadi materi dalam praktikum ini.
Pengujian sifat-sifat mekanik (properties) suatu material menjadi penting karena
merupakan salah satu kajian utama di dalam Teknik Material. Dengan memahami sifat
mekanik suatu material, dapat diketahui kualitas material tersebut dan juga dapat diketahui
aplikasinya dalam dunia industri. Melalui praktikum ini, praktikan juga dapat belajar
mengenai prosedur pengujian yang baik dan dapat menghitung besaran- besaran sifat
mekanik dari suatu material.
MODUL PRAKTIKUM
Modul A
Uji Tarik (Static Tension Test)
Modul B
Uji Keras (Hardness Test)
Modul C
Uji Puntir (Static Torsion Test)
Modul D
Uji Lentur dan Kekakuan (Static Bending Test)
Modul E
Uji Lelah (Fatigue Test)
Modul F
Uji Impak (Impact Test)

Halaman 5
Halaman 11
Halaman 17
Halaman 23
Halaman 28
Halaman 31

PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut :
1.
Praktikan mengikuti seluruh modul praktikum.
2.
Praktikan sudah menyelesaikan dan mengumpulkan tugas pendahuluan satu hari
kerja sebelum praktikum dilaksanakan.
3.
Praktikan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai kemudian memastikan
asisten praktikum pada saat itu.
4.
Praktikum diawali dengan tes awal dan dilanjutkan dengan diskusi antara asisten
dan praktikan dengan alokasi
5.
Praktikan mengikuti percobaan berdasarkan arahan dari asisten dan teknisi.
6.
Praktikum diakhiri dengan penjelasan mengenai pengolahan data dan penyusunan
laporan praktikum. Laporan praktikum diserahkan selambat-lambatnya satu hari
sebelum presentasi laporan praktikum.
7.
Presentasi laporan praktikum dilaksanakan selambat-lambatnya satu minggu setelah
praktikum.
8.
Praktikan mengisi lembar feedback praktikum.

FORMAT TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN


Tugas Pendahuluan terdiri dari :
1.
Cover
2.
Pertanyaan dan jawaban dari Tugas Pendahuluan.
Format Cover :
Tugas Pendahuluan Praktikum
Laboratorium Teknik Material 1
Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum
Laboratorium Teknik Material 1
Modul A Uji Tarik

oleh :

oleh:

Kelompok
Anggota (NIM)

:
:

Tanggal Pengumpulan :
Tanggal Praktikum :
Nama Asisten (NIM) :

Nama
NIM
Kelompok
Anggota (NIM)

:
:
:
:

Tanggal Praktikum
:
Tanggal Penyerahan Laporan :
Nama Asisten (NIM)
:

Gambar Ganesha 1920

Gambar Ganesha 1920

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2014

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2014

Laporan Praktikum terdiri dari :


1.
COVER
2.
BAB I : Pendahuluan (latar belakang dan tujuan praktikum)
3.
BAB II: Teori Dasar
4.
BAB III
: Data Percobaan (data dan pengolahan data)
5.
BAB IV
: Analisis Data (analisis dan interpretasi data percobaan)
6.
BAB V
: Kesimpulan dan Saran
7.
DAFTAR PUSTAKA
8.
LAMPIRAN (tugas setelah praktikum, rangkuman praktikum, dan data lain yang
dibutuhkan)

ATURAN PRAKTIKUM
Peraturan praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut:
1.
Mengerjakan tugas pendahuluan yang terdapat pada modul.
2.
Membawa peralatan sesuai dengan modul, dibawa sebelum praktikum.
3.
Memakai jas laboratorium, sepatu tertutup, kemeja, dan berambut rapi.
4.
Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
5.
Tidak makan, menggunakan dan mengaktifkan dering handphone, merokok, tidur,
dan meninggalkan praktikum tanpa seizin asisten.
6.
Tidak merusak dan menghilangkan alat.
7.
Membawa modul, buku catatan, dan kartu praktikum (dilengkapi).
8.
Membuat surat ijin yang sah apabila tidak dapat mengikuti praktikum.
9.
Menjaga sopan santun dan etika selama praktikum.
10.
Menjaga kebersihan, keselamatan, dan ketertiban selama praktikum.
SANKSI PRAKTIKAN
1. Kehadiran
Tidak hadir lebih dari 1 kali (K, NA = 0)
Tidak memberikan informasi kehadiran 15 menit setelah praktikum dimulai (K,
NAP=0)
Tidak memberi surat izin yang sah untuk ketidakhadiran praktikum maksimal 3 hari
kerja setelah praktikum (K, NAP = 0)
2. Keterlambatan Praktikum
Keterlambatan 0 sampai 15 menit (K, A-15, dan wajib melapor pada asisten yang
bersangkutan dan koordinator praktikum)
Keterlambatan diatas 15 menit (K, NAP= 0)
3. Keterlambatan Tugas Pendahuluan
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan dari 1-15 menit (K, NM/2)
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan diatas 15 menit (K,NM=0, tetap
wajib mengikuti praktikum)
Tidak mengumpulkan Tugas Pendahuluan (K,NM=0), tidak boleh mengikuti
praktikum.
4. Kelengkapan Praktikum
Tidak membawa kartu praktikum (K, dipersilahkan pulang namun dapat mengikuti
modul yang bersangkutan pada shift lain)
Tidak membawa modul, memakai jas laboratorium, memakai pakaian berkerah, dan
memakai sepatu tertutup(K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang untuk
melengkapi dengan resiko keterlambatan)
Tidak melengkapi kartu praktikum (K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang
untuk melengkapi dengan resiko keterlambatan)
5. Untuk nilai tes awal < 30 praktikan dipersilahkan pulang dan nilai praktikum yang
diperhitungkan hanya nilai tugas pendahuluan.
6. Merokok pada saat praktikum (NAP=0)

7. Keaktifan
Makan atau tidur (K dan A-50)
Menggunakan handphone (K dan A-50)
Meninggalkan praktikum (K dan A-50)
8. Merusak dan menghilangkan alat dan benda kerja pengujian (K, melapor pada asisten,
koordinator praktikum, koordinator asisten, dan teknisi)
9. Sanksi yang bersifat kondisional dan insidental akan ditetapkan oleh asisten yang
bersangkutan pada saat praktikum
10. Praktikan yang tercatat 5 kali atau lebih pada buku kasus dinyatakan tidak lulus
praktikum ini
11. Apabila kartu praktikum hilang maka praktikan akan dikenakan denda Rp. 100.000,Keterangan :
K
A-X
NAP
NAP-X
NA
NA-X

: Tercatat dalam buku kasus


: Nilai aktivitas dikurangi X poin
: Nilai Aktivitas Praktikum
: NAP (Nilai Aktivitas Praktikum) dikurangi X poin
: Nilai Akhir Praktikum
: NA (Nilai Akhir Praktikum) dikurangi X poin

ATURAN PENILAIAN
Nilai Total Praktikum (NTP ) didasarkan pada 2 aspek penilaian yaitu :
1.
Nilai Aktivitas Praktikum
Nilai Aktivitas Praktikum dapat diformulasikan dengan :
NAP

NMA NMB NMC NMD NME NMF


6

NMA s/d NMF adalah nilai per Modul A sampai Modul F.


Penilaian dari masing- masing modul adalah :
(10 xTP ) (10 xTesAwal ) (30 xAktivitas Pr aktikum) (30 xLaporan) ( 20 xpresentas i )
NM ( NilaiModul )
100
2.
Nilai Ujian Praktikum (NUP )
Nilai diambil dari ujian tertulis Praktikum Laboratorium Teknik Material. Penilaian berupa
angka 0 s/d 100.
Kemudian untuk menghitung Nilai Total Praktikum (NTP) diformulasikan dengan :
NTP

60 xNAP 40 xNUP
100

MODUL A

UJI TARIK
LATAR BELAKANG
Uji tarik merupakan pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri karena
kemudahannya untuk analisis data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai
sifat mekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik ini, pembebanan berupa beban
uniaksial dengan kecepatan pembebanan yang statis. Pengujian tarik dapat dilakukan
kepada hampir semua material dari logam, keramik maupun polimer.
Informasi yang didapat dari pengujian tarik ini berguna untuk pemilihan material,
pengembangan paduan, kontrol kualitas dan proses desain dalam berbagai kondisi. Metoda
pengujian ini diterima secara memuaskan dalam industri komersil, sehingga digunakan
secara luas dalam perdagangan. Hal yang harus dicatat adalah, hasil pengujian tarik dari
suatu spesimen yang diambil dari salah satu bagian dari suatu produk tidak secara total
merepresentasikan sifat kekuatan dan keuletan dari seluruh produk atau karakteristik
penggunaannya dalam lingkungan yang berbeda dengan kondisi pengujian. Standar
pengujian tarik, diantaranya dideskripsikan dengan detail dalam ASTM E8/E8M-11.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui standar dan prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar
2.
Mengetahui besaran-besaran sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik.
3.
Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dari pengujian tarik.
4.
Mampu mengolah data hasil pengujian.
TEORI DASAR
Uji tarik yang akan dilaksanakan pada praktikum ini sesuai dengan standar American
Society for Testing and Materials (ASTM). Untuk uji tarik dengan spesimen logam, sesuai
dengan ASTM E, mengenai panjang gage length yang 4 kali diameter spesimen.
Spesimen uji berbentuk silinder dengan ukuran sebagai berikut :

Gambar 1.1 Spesimen uji tarik


Hasil pengujian tarik adalah kurva antara F dan l. Kemudian akan di ubah menjadi
kurva engineering stressstrain, seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.2 Kurva Engineering StressStrain


Untuk mendapatkan kurva engineering stressstrain dari kurva antara F dan l adalah
dengan persamaan :
F
A
l l lo
e

lo
lo
S

S
P
Ao
e
l
l
lo

. Persamaan 1
............................................................. Persamaan 2

: Engineering Stress (N/mm2)


: Beban yang diberikan (Newton)
: Luas penampang (mm2)
: Strain ( tidak bersatuan ), dinyatakan dalam persentase
: Perubahan Panjang (mm)
: Panjang setelah pembebanan (mm)
: Panjang awal spesimen (mm)

Setelah di dapatkan kurva engineering stress-strain, kita ubah menjadi kurva true stressstrain. dengan cara sebagai berikut :

Gambar 1.3 Kurva True StressStrain


Sesaat sebelum necking :
P
(e 1) S (e 1) . Persamaan 3
Ao
ln(e 1)
.. Persamaan 4

Setelah terjadi necking :


t

P
A

t Ln

Ao
A

.. Persamaan

.. Persamaan

Untuk mendapatkan nilai K dan n dari persamaan Flow Stress, maka dari kurva true stress
strain harus di-logaritma-kan. Persamaan Flow Stress adalah = K n .

Gambar 1. 4 Contoh Kurva Log vs Kurva Log

PROSEDUR PERCOBAAN

DATA UJI TARIK


- Jenis mesin tarik
- Beban skala penuh
- Panjang uji awal, Lo
- Diameter awal, Do
- Tebal awal *), to
- Lebar awal *)
- Kekerasan awal
- Kecepatan tarik
- Kecepatan kertas
- Diameter patahan, Di
- Tebal patahan *), ti
- Lebar patahan *), Wi

=
=
=
=
=

mm
mm
mm

mm

=
=
=
=

HRA
mm/menit
mm/menit
mm
mm
mm

=
=

No

Panjang uji setelah patahan =


Kekerasan setelah pengujian =
Di (ti)*
(mm)

Li
(mm)

Ai
(mm2)

mm
HRA
= Pi / Ao
(N/mm)

Pi
(N)

E = Li/Lo
(%)

= Pt/Ao
(N/mm2)

s = ln Ao/Ai
(%)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Catatan : - Lo, Do, to, Wo diukur minimal 3 kali


- *) untuk spesimen bentuk pelat
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Di bawah ini adalah data engineering stress-strain hasil uji tarik pada baja karbon
dengan 0.2 % C.
Stress
(MPa)

207

379

414

469

496

510

517

524

517

503

476

448

386

352

Strain
(%)

0.1

0.2

0.5

10

12

14

16

18

19
(fracture)

a. Plot ke dalam kurva engineering stress-strain dengan program Excel


b. Tentukan ultimate tensile strength dari paduan itu
c. Tentukan persen elongasi saat patah (fracture)
d. Hitung modulus elastisitas dari paduan tersebut
e. Tentukan tegangan luluh paduan tersebut dengan metode offset 0.2%
2. Apakah yang disebut dengan sifak mekanik material? Sebutkan dan jelaskan sifat
mekanik apa saja yang didapatkan dari hasil uji tarik!
3. Alat ukur (sensor) apa yang digunakan untuk mendapatkan kurva F dan l! Jelaskan
prinsip kerja dari sensor tersebut dan lengkapi penjelasannya dengan gambar!
4. Gambarkan dan jelaskan kurva uji tarik untuk logam, keramik, dan polimer!

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM


1.
Dari kurva yang anda dapatkan antara F vs L, buat berturut- turut Kurva
Tegangan Engineering vs Regangan Engineering, Tegangan Sebenarnya vs Regangan
Sebenarnya serta Logaritma Tegangan Sebenarnya vs Logaritma Regangan sebenarnya!
2.
Hitung besaran- besaran sifat mekaniknya!
3.
Fenomena apa saja yang terjadi dalam pengujian tarik ini?
4.
Apakah yang dimaksud dengan Luder Bands? Jelaskan dengan gambar!
5.
Apakah kegunaan kita menentukan gage length? Apa alasannya gage length
tersebut dibuat dengan syarat L/d = 3-5?
10

BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM


Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1.
Davis. E . Harmer, George Earl Troxell, George F.W.Hauck, The Testing of
Engineering Materials,. Edisi ke-4, chapter 2 halaman 17- 30 dan chapter 8 halaman
125- 146
2.
Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 275-288.
3.
Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke6, John Willey & Son Inc. Halaman 117 132
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

11

MODUL B

UJI KERAS
LATAR BELAKANG
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif. Dengan pengujian ini, kita dapat
dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material. Meskipun pengukuran
hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Material dapat dengan mudah digolongkan sebagai
material ulet maupun getas, hanya dengan uji keras.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working
hot working, atau heat treatment, dapat diketahui perubahan kekuatannya dengan mengukur
kekerasan permukaan material tersebut. Oleh karena itu, uji keras merupakan metode yang
mudah dilakukan untuk quality control material.
Termasuk dalam pengujian kekerasan ini adalah uji keras Rockwell, Brinnell dan Vickers.
Standar pengujian kekerasan untuk material logam diantaranya didapatkan dari ASTM E1811. Pengujian kekerasan Rockwell merupakan pengujian empirik kekerasan dengan cara
indentasi yang mana hasil pengujiannya berhubungan dengan kekuatan tarik, ketahanan
aus, keuletan dan karakteristik fisik lainnya dari logam dan juga berguna dalam kontrol
kualitas dan pemilihan material. Pengujian kekerasan Rockwell dianggap proses pengujian
yang memuaskan untuk pengujian perkapalan komersial dan telah banyak digunakan secara
luas dalam di industri. Satu hal yang harus digarisbawahi, pengujian Rockewell dalam
suatu bagian tertentu belum tentu menggambarkan kondisi fisik secara keseluruhan dari
suatu produk. Penjelasan serupa dalam paragraf ini berlaku untuk pengujian kekerasan
Brinnell.
Sedangkan pengujian kekerasan Vickers merupakan pengujian kekerasan mikro yang
diperlukan untuk pengujian kekerasan bagian yang terlalu tipis atau kecil untuk dilakukan
dengan pengujian kekerasan Rockwell atau Brinnell.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui macam- macam metode pengujian keras serta aplikasinya
2.
Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras
3.
Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses pemanasan.
4.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian kekerasan
5.
Mampu menghitung besaran sifat mekanik suatu material
TEORI DASAR
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu bahan mempunyai kaitan
erat dengan kekakuan (solidity) dan kekompakan permukaan suatu material. Terdapat
beberapa metode yang dikembangkan dalam menentukan harga kekerasan ini seperti
metode goresan (scratch), metode indentasi (indentation), dan metode pantulan (rebound
atau dynamic). Metode-metode tersebut menyebabkan arti fisik dari kekerasan memiliki
perbedaan dan aplikasinya pun berbeda di setiap bidang dan pengalaman kerja seseorang.
12

Secara umum, definisi kekerasan adalah ketahanan terhadap deformasi, dan untuk logam,
deformasi yang dimaksudkan disini adalah deformasi plastis. Beberapa definisi yang lain
untuk kekerasan antara lain:
a.
ketahanan terhadap penekanan dibawah beban statik atau dinamik
b.
energi yang diserap ketika diberikan beban impak.
c.
ketahanan terhadap penggoresan
d.
ketahanan terhadap abrasi
e.
ketahanan terhadap pemotongan dan pengeboran
Untuk kebanyakan aplikasi teknik, definisi kekerasan yang sering dipakai adalah kekerasan
dengan metode indentasi. Oleh karena itu, dalam praktikum ini hanya dipelajari uji keras
metode indentasi yaitu uji keras Brinell, Rockwell, dan Vickers.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban
3000 Kg. Hal ini sesuai dengan ASTM E 10 yang menggunakan beban 3000 kg untuk hard
Metal, 1500 Kg untuk intermediate hardness, dan 500 Kg untuk soft Materials.. Beban
diberikan kepada spesimen selama 30 s, kemudian diameter diukur dengan mikroskop
untuk menentukan harga kekerasan Brinell. Metode pengujian Brinell dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar. 2.1 Metode Pengukuran kekerasan Brinell


Rockwell Hardness
Metode pengujian kekerasan yang paling banyak dipakai adalah Metode Rockwell.
Terdapat dua macam pembebanan dalam pengujian kekerasan rockwell, yaitu beban minor
dan beban mayor. Beban minor sebesar 10 Kg, dan beban mayor yang besarnya bervariasi
antara 60, 100 dan 150 Kg. Selain variasi pada beban mayor, dapat pula dilakukan dengan
variasi pada jenis dan dimensi indentornya. Prosedur pengujian Rockwell ini distandarkan
menurut ASTM E 18.
Vickers Hardness
Pengujian kekerasan dengan metode vickers menggunakan indentor berupa pyramid intan
yang membentuk sudut 136 (ASTM E 92). Masa indentor bervariasi antara 1- 120 Kg. Uji
keras Vickers diterima secara luas untuk keperluan riset maupun penelitian karena nilai
kekerasan Vickers menyediakan rentang nilai yang luas. Sehingga Vickers ini dapat
digunakan pada material yang lunak dan material yang sangat keras sekalipun. Harga
kekerasan Vickers atau VHN (Vickers Hardness Number) adalah :

P = Beban yang diberikan ( Kg )


L = Panjang rata- rata diagonal ( mm ).
13

Beberapa hal yang harus dicatat antara lain:


- Karena variasi kekerasan Vickers mungkin terjadi di dalam material, maka nilai satu
pengujian dari bagian tertentu dalam material belum tentu mencerminkan kekerasan secara
keseluruhan material tersebut.
- Indentor Vickers pada umumnya menghasilkan geometri indentasi yang serupa pada
hampir semua beban. Terkecuali untuk pengujian pada beban yang sangat rendah yang
menghasilkan indentasi dengan diagonal lebih kecil dari 25 m, nilai kekerasan secara
essensial akan sama seperti yang dihasilkan dengan beban pengujian lebih dari 1kgf,
selama material yang diuji relatif homogen.
PROSEDUR PERCOBAAN

14

DATA UJI KERAS


a.
Metode Brinell
Jenis mesin
:
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji
:
Ass pengawas
:
BHN =

No

2F
D(D-

D2 - d2 )

Bahan

F
(N)

D
(mm)

d
(mm)

Kekerasan
Brinell

D
(mm)

Kekerasan
Vickers

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

b.

Metode Vickers
Jenis mesin
:
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji
:
Ass. pengawas
:
136 o
F
2F sin
HV = 1.854 2 (approximately)
2
HV =
d
d2
No

Bahan

P
(N)

D
(mm)

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

15

1
2
3
4
5

c.

Metode Rockwell
Jenis mesin
:
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji
:
Ass. pengawas
:
Bahan

No

Beban
(kg)

indentor

Warna
skala

Kekerasan
Rockwell

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM


1.
Sebutkan sejarah perkembangan metode-metode pengujian kekerasan, dan
jelaskan bagaimana prinsip pengukuran kekerasannya!
2.
Sebutkan kelebihan dan kekurangan pengujian kekerasan metode Brinnel!
3.
a. Sebutkan kelebihan pengujian kekerasan dengan metode Rockwell
b. Bagaimanakah cara mendapatkan harga kekerasan Rockwell yang baik? Hal apa saja
yang harus di lakukan sebelum pengujian kekerasan, jelaskan!
4.
Jelaskan kegunaan pengujian kekerasan dengan Microhardness test !

16

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM


1.
Sebutkan macam- macam variasi pengujian kekerasn Rockwell berdasarkan beban
mayor dan jenis indentor! Adakah tujuan dari variasi tersebut, jelaskan!
1,854 P
2.
Turunkan persamaan kekerasan Vickers, DPH =
! (DPH adalah Diamond
L2
Pyramid Hardness).
3.
Temperatur akan berpengaruh terhadap kekerasan material, hal ini dapat dinyatakan
dalam hubungan:
H = A e-BT
H = Hardness (kgf.mm2)
T = Temperatur (K)
A,B = konstanta
Gambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara T dan H tersebut. Apa yang dapat
Anda jelaskan dari kurva tersebut.
4.
Mengapa harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan tariknya ?
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini:
1.
Davis. E . Harmer, George Earl Troxell, George F.W.Hauck, The Testing of
Engineering Materials,. Edisi ke-4, chapter 12 halaman 195- 220
2.
Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 325 336
3.
Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke6, John Willey & Son Inc. Halaman 134 140
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

17

MODUL C

UJI PUNTIR
LATAR BELAKANG
Tegangan geser terjadi secara paralel pada bidang material, berbeda dengan tegangan
normal yang tegak lurus dengan bidang. Kondisi tegangan geser dapat terjadi dengan
melakukan geseran secara langsung (direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress).
Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok
kayu. Pada setiap permukaan di paku dan kayu yang bersinggungan langsung dengan paku
akan mengalami geseran secara langsung. Sedangkan, fenomena tegangan puntiran dapat
terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi. Dengan adanya tegangan geser,
maka respon yang diterima oleh material pun berbeda. Selain itu, kondisi tegangan dan
regangan kompleks yang terjadi pada waktu pengujian puntir adalah sensitif terhadap
perubahan di dalam material, sehingga pengujian puntir berguna sebagai alat untuk
mengevaluasi keuletan kawat. Untuk standar pengujian puntir kawat, dideskripsikan
dengan lengkap dalam ASTM A938, dengan maksimum diameter kawat sampai dengan 10
mm.

Gambar 3.1 Fenomena Geseran langsung dan pada Torsional Stress


TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui standar dan prosedur uji puntir
2.
Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material.
3.
Mampu menghitung besaran-besaran sifat mekanik material dari uji puntir
4.
Memahami mekanisme terbentuknya patahan material oleh tegangan geser

18

TEORI DASAR
Besaran yang terukur dari uji puntir adalah Momen Putar dan Sudut Putar spesimen. Untuk
mengukur Sudut Putar digunakan alat yang disebut dengan Troptometer.

Gambar 3. 2 Troptometer
Momen putar didapatkan dari persamaan :
M

r a

rdA

r 0

r a

dA ... 1

r 0

Sedangkan sudut putar () didapatkan dari tan . Dimana tan =

r
...... 2
L

Notasi- notasi yang dipakai dalam persamaan ini dapat dengan mudah diapahami dari
gambar 3.3
M

r
L
a

= Momen Torsi (Nm)


= Tegangan geser (Pa)
= Jarak radial yang dihitung dari pusat (m)
= Panjang Spesimen (m)
= Jari- jari (m)

Gambar 3.3 Kondisi Uji Puntir pada spesimen berbentuk Rod


Setelah mendapatkan hasil kurva yang berupa Momen Putar ( M ) dengan sudut putar ( )
seperti pada gambar 3.4 dibawah, maka dapat dihitung regangan geser dan modulus
elastisitas gesernya.
19

Gambar 3.4 Diagram Momen Putar dengan Sudut putar


r
........................................................................ 3
L
Modulus Elastisitas Geser ( G) didapat dari G ................................................... 4

Regangan geser adalah tan

Ketika regangan geser sudah semakin besar, sehingga hubungan antara tegangan dan
regangan elastis sudah tidak linear lagi, maka persamaan 1, 3, dan 4 tidak berlaku lagi.
Ketika kondisi regangan begitu besar, dibuat kurva antara momen dengan sudut putar per
panjang spesimen. Dari kurva ini akan di dapatkan kondisi regangan dan tegangan geser
yang sebenarnya.

Regangan geser sebenarnya didapatkan dari r ' dengan '


sedangkan untuk
L

menghitung tegangan geser sebenarnya didapat dengan cara menurunkan persamaan


momen torsinya.
M

r a

r a

r 0

r 0

r .dA 2

.r

dr . .. 5

Karena sekarang Tegangan Geser merupakan fungsi dari regangan gesernya, f ( )


sedangkan regangan geser merupakan fungsi dari sudut putar per pajang spesimen. Maka
didapatkan persamaan sebagai berikut :
dM
3M ( ' ) 2 ( ' ) 3
2a 3 ( ' ) 2 a . .......................................................................... 6
d '
Kemudian didapatkan pula
1
dM
a
'
3M . ......................................................................................... 7
d '
2a 3
Dari persamaan ini dapat dengan mudah di hitung Tegangan Gesernya dari kurva.
Perhatikan gambar 3.5

20

Gambar 3.5 kurva Momen Torsi dengan perubahan sudut per panjang
Dari persamaan 7 kita dapat ubah persamaan itu dengan melihat dari gambar 3.5 menjadi :
1
a
( BC 3CD ) .................................................................................................. 8
2a 3
Setelah didapatkan tegangan geser dan regangan gesernya maka di ubah ke dalam tegangan
dan regangan sebenarnya dengan menggunakan lingkaran Mohr dan memasukkan ke dalam
kriteria dari Tresca dan Von Mises. Untuk mengubah dari tegangan dan regangan geser ke
tegangan dan regangan sebenarnya, harus diperhatikan kondisi tegangan uji puntir.

21

PROSEDUR PERCOBAAN

DATA UJI PUNTIR


Material
- Panjang spesimen
- Diameter spesimen
- Kecepatan puntir mesin
- Kecepatan gerak kertas
- Diameter spesimen di tempat yang terdeformasi
- Diameter spesimen di tempat yang patah
- Mesin uji yang digunakan
- Tanggal pengujian
- Asisten pengujian

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

mm
mm
rpm
mm/menit
mm
mm

22

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM


1. Gambarkan state of stress spesimen yang di Uji Puntir ! Kemudian representasikan ke
dalam lingkaran mohr. Dengan cara yang sama, buat pula untuk Uji Tarik
2. Untuk spesimen yang berbentuk silinder, Buktikan bahwa J = D4/32. Kemudian
turunkan persamaan max = 16M / D4 .
3. Sifat- sifat mekanik apa sajakah yang dapat diperoleh dari hasil uji puntir ? Definisikan
pula arti sifat mekanik tersebut !
4. Gambarkan perbandingan kurva hasil uji tarik dan puntir berdasarkan kriteria luluh
Tresca dan Von Mises.
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1.
Buat kurva Momen torsi dengan , kemudian buat juga kurva antara Momen Torsi
dengan . Hitunglah tegangan geser dan regangan geser sebenarnya dengan
menggunakan persamaan 8. Ambil delapan titik di setiap kurva untuk mendapatkan
tegangan dan regangan gesernya. Setelah itu dengan kriteria tresca dan Von Mises buat
kurva Tegangan dan Rengangan Sebenarnya.
2.
Hitung Modulus Elastisitas Geser, Kekuatan Geser maksimum, serta cari nilai K
dan n dari material yang diuji.
3.
Apa kelebihan dan kekurangan uji puntir dibandingkan dengan uji tarik dalam
mendapatkan besaran sifat mekaniknya? Jawab dengan baik dan tepat !
4.
Analisis bentuk patahan dari hasil uji puntir ini. Apa bedanya bentuk patahan uji
puntir untuk material ulet dan getas ?
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini:
1.
Davis, H.E. et al. The testing of Engineering Materials 4th edition,McGraw- Hill
Book Co. 1982
2.
Dieter, G.E. Mechanical Metallurgy SI Metric Edition McGraw-Hill Book Co.
1988
3.
Callister, William D. Materials and Science Engineering An Introduction, 6 th
edition John Wiley & Sons, Inc. 2003
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

23

MODUL D

UJI LENTUR DAN KEKAKUAN


LATAR BELAKANG
Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitasnya dilakukan untuk material dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Untuk kebanyakan material, modulus dalam arah
tarik dan tekan mempunyai sedikit perbedaan, sedangkan modulus lentur adalah kombinasi
dari modulus arah tarik dan tekan, sehingga seringkali berbeda dengan keduanya. Banyak
struktur dan mesin memiliki komponen yang harus menahan beban lentur atau bending
(tekukan). Dalam bending sendiri biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan
torsional shear. Melalui percobaan ini, kita akan melihat perilaku material yang mengalami
bending akibat pembebanan 3 sumbu ( 3 axial stress ). Standar pengujian lentur untuk
material logam berbentuk pelat dideskripsikan dengna detail dalam ASTM E855-08
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Menentukan kekuatan lentur (flexural strength) material
2.
Menentukan modulus elastisitas material
3.
Mengetahui distribusi momen dan tegangan ketika terjadi pembebanan.
TEORI DASAR
Ketika sebuah batang diberikan pembebanan seperti gambar 4.1 dibawah ini, maka akan
terjadi tegangan tarik, tekan dan geser. Pembebanan ini akan bernilai maksimum pada
permukaan batang dan akan bernilai nol pada sumbu neutral axis batang.

Gambar 4.1 Distribusi tegangan


Pada pembebanan di daerah elastis, momen lentur tersebut menyebabkan timbulnya
tegangan pada penampang melintang sebesar:
M .c
............................................................................................... (1)
= b
I
dimana: = tegangan normal
Mb = momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
C = jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau
I = momen inersia penampang
24

Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimum pada penampang tersebut adalah:
PL h
)

4 2

............................................................................(2)
b h3
(
)
12

dimana : P = beban yang bekerja


L = panjang spesimen
b = lebar spesimen
t = tebal spesimen
defleksi pada daerah elastis pada penampang tersebut adalah:
=

P L3
....................................................................................................(3)
48 E I

dimana: = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
E = modulus elastisitas bahan spesimen
I = modulus inersia penampang
Dari persamaan tiga ini, kita dapat menghitung modulus elastisitas suatu bahan.
Beberapa hal yang harus dicatat adalah
- Pengukuran presisi dari modulus elastisitas lentur dan kekuatan lentur dipengaruhi oleh
beberapa hal termasuk orientasi spesimen terhadap arah pengerolan, besar buti,
tegangan sisa, sejarah regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya,
orientasi butir terdeformasi terhadap arah dari tegangan normal.
- Kondisi pengujian juga mempengaruhi hasil seperti temperatur dan variasinya, kondisi
peralatan pengujian, dan apakah pengujian mengikuti standar atau tidak.

25

PROSEDUR PERCOBAAN

26

DATA UJI LENTUR DAN KEKAKUAN


-

Material
=
Kekuatan lentur material
=
Mpa
Dimensi Spesimen
panjang (l)
=
mm
lebar (b)
=
mm
tebal (h)
=
mm
diameter (d)
=
mm
Untuk spesimen silinder
- Jarak tumpuan (l)
=
Laju pembebanan
Beban maksimum pada daerah elastis
Spesimen uji menurut standar
kg
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Beban (kg)

Defleksi (mm)

mm
=
=

kg/menit
kg
=

Keterangan

Kondisi akhir spesimen:


patah
retak
tidak retak
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Gambarkan skema pengujian bending yang akan dilakukan pada praktikum ini, dan
jelaskan!
2.
Turunkan persamaan (2) khusus untuk spesimen berpenampang lingkaran!
3.
Terangkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan Modulus Elastisitas
bahan dari uji lentur!
4.
Dalam pengujian bending terdapat tiga macam pengujian yaitu : Bend (Cold Bend),
Hot Bend dan Nick Bend, jelaskan perbedaan dari ketiga pengujian itu dan sebutkan
kegunaanya!

27

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM


1. Buat kurva antara P dari data uji lentur, dengan menggunakan persamaan garis
regresi linier.
2. Hitung harga Flexural Strength dan Modulus Elastisitas dengan menggunakan kurva
tersebut.
3. Bandingkan harga Modulus Elastisitas yang diperoleh dari literatur dan percobaan,
bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi!
4. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah yang
terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending) dan jelaskan.
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini:
1.
ASTM E 855
2.
Davis, H.E. et al. The testing of Engineering Materials. 4th
edition,McGraw- Hill Book Co. 1982.
3.
Popov.E.P, Mechanics Of Material, SI Version 2nd Edition, 1976
4.
Callister, William D. Materials Science and Engineering : An
Introduction. 7th edition. John Wiley & Sons, Inc. 2007
5.
Hibbeler, Russell. Mechanics of Materials.
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

28

MODUL E

UJI LELAH (FATIGUE)


LATAR BELAKANG
Kegagalan suatu material selama ini kebanyakan disebabkan oleh beban dinamik.
Pembebabanan dinamik adalah suatu pembebanan dengan melibatkan tegangan aksial (tarik
tekan), fleksural (bending) dan torsional (puntiran) yang berfluktuasi. Meskipun tegangan
yang diterima oleh material lebih rendah dari harga tegangan luluhnya, kegagalan dapat
saja terjadi suatu saat. Kegagalan yang disebabkan oleh beban dinamik ini disebut dengan
Fatigue Failures.
Banyak komponen dan elemen mesin didesain dengan memberikan perhatian yang besar
terhadap beban yang dinamik. Cotoh komponen yang mengalami beban dinamik adalah
jembatan, kompresor, turbine blade, atau pompa. Dengan berjalannya waktu, serta periode
pembebanan yang berulang-ulang, setiap komponen itu akan dapan mengalami kegagalan
tanpa ada tanda yang jelas dan mudah diamati.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui perilaku material terhadap beban dinamik
2.
Mengetahui metode untuk menentukan kekuatan lelah serta batas lelah suatu
material.
3.
Memahami mekanisme dan bentuk patahan suatu material akibat fatigue failure.
TEORI DASAR
Kegagalan suatu material yang disebabkan oleh beban dinamik tidak menunjukkan
deformasi terlebih dahulu. Kegagalan yang disebabkan oleh fatigue dapat dijelaskan
melalui beberapa tahap yaitu :
1.
Crack Initiation
2.
Crack Growth
3.
Ultimate Failure
Ketiga tahap tersebut dapat kita amati secara visual dari permukaan struktur patahannya.
Crack initiation adalah kondisi dimana dimulai terjadinya retakan. Awal dari retakan ini
disebabkan oleh konsentrasi tegangan. Penyebab konsentrasi tegangan ini bermacammacam, mulai dari goresan, impurities, inklusi maupun tegangan sisa.
Kondisi Crack growth atau crack propagation adalah penjalaran retakan. Kondisi
perambatan retakan pada baja ulet, akan berlangsung melalui bidang gesernya, kemudian
akan terus merambat searah dengan tegangan tarik yang diterimanya.
Pada kondisi Ultimate Failure, material sudah tidak dapat menahan lagi beban yang
diterimanya. Pada kondisi ultimate failure ini, kita dapat mengamati dengan jelas awal
retakan, rambatan retakan hingga akhirnya patah.
Dalam analisis kegagalan suatu material yang disebabkan oleh fatigue, maka digunakan
kurva antara SN. S adalah Stress yang dialami oleh material. Karena S disini adalah dari
beban dinamik dan berfluktuasi maka, dapat kita gambarkan kondisi stress yang terjadi
melalui sebuah kurva cycle stress seperti pada gambar 5.1

29

Gambar 5.1 Kurva Reverse Stress Cycle


Dari kurva diatas, kita dapat menghitung beberapa besaran yang berguna untuk menentukan
kurva S- N. Diantaranya adalah :
min
Mean stress, m max
2
Range of Stress, r= max - min
min

kAlternating stress, a = r max


2
2
max
Stress Ration, R =
min
PROSEDUR PERCOBAAN
Dalam Uji Fatigue ini, tidak dilakukan pengujian secara langsung karena memerlukan
waktu yang lama serta pengamatan yang panjang. Oleh sebab itu proses praktikum ini
dilakukan hanya dengan melakukan analisis dari percobaan uji fatigue yang pernah
dilakukan sebelumnya.
DATA UJI LELAH
-

Material
Spesimen uji lelah menurut standar
=
Spesimen uji lelah berdasarkan dimensinya
Bila diperlukan catat Kr dan Kt
Putaran motor penggerak
Beban
Defleksi pada awal pengujian
Penunjuk jumlah putaran sebelum pengujian
Penunjuk jumlah putaran setelah spesimen putus
Gambar permukaan patah spesimen uji
Mesin uji lelah yang digunakan
Tanggal pengujian
Asisten pengawas

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
30

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM


1.
Gambarkan skema mesin uji lelah putar. Jelaskan cara kerja mesin tersebut sehingga
dapat menunjukkan bahwa spesimen mendapatkan tegangan fluktuatif!
2.
Gambarkan kurva stress cycle dengan kondisi tegangan fluktuasi yang terjadi adalah
tekan- tekan serta tarik-tarik. Formulasikan nilai r, m, R dan a sesuai dengan kondisi
bebannya ! Jelaskan apa yang dimaksud dengan r, m dan a !
3.
Apakah yang dimaksud dengan kekuatan lelah (fatigue strength) serta batas lelah
(fatigue limit) material. Jelaskan dengan kurva S- N !
4.
Berikan contoh dan sertakan gambar komponen yang mengalami fatigue failure,
(minimal 3).
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1.
Dengan data hasil uji lelah yang diberikan, gunakan data tersebut untuk
menggambarkan kurva tegangan terhadap jumlah siklus (kurva S N)
2.
Tentukan batas lelah dari soal no. 1!
3.
Bandingkan max yang diberikan dengan kekuatan tarik (u) dan batas luluh material
(y) dari literatur. Jelaskan.
4.
Buatlah analisa permukaan patahan yang didapatkan dari pengujian fatigue.
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini:
1.
Davis, H.E. et al. The testing of Engineering Materials 4th edition,McGraw- Hill
Book Co. 1982
2.
Dieter, G.E. Mechanical Metallurgy SI Metric Edition McGraw-Hill Book Co.
1988
3.
Callister, William D. Materials and Science Engineering An Introduction, 6 th
edition John Wiley & Sons, Inc. 2003.
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

31

MODUL F

UJI IMPAK
LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam jenis beban yang diberikan kepada
material. Uji tarik, tekan, puntir adalah pengujian dengan menggunakan beban statik.
Sedangkan uji keras, uji fatigue, dan uji lentur meggunakan jenis beban dinamik. Dan pada
uji impak ini, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari macam
pembebanan ini dapat dilihat pada strain rate-nya seperti pada tabel 6.1 di bawah ini.
No

Tabel 6.1 Jenis pembebanan berdasarkan Strain Ratenya


Rentang kecepatan regangan
Kondisi atau tipe pengujian

10-8 s/d 10-5 s-1

Uji creep pada beban konstan

10-5 s/d 10-1 s-1

Pengujian tarik statik

10-1 s/d 102 s-1

Pengujian tarik atau tekan dinamik

4
5

-1

Pengujian impak dengan kecepatan tinggi

-1

Pengujian impak dengan kecepatan super tinggi


( balistik )

10 s/d 10 s
10 s/d 10 s

Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi
yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses
penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi
plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia. Pada pengujian impak takikan diberikan
pada bagian sampel yang berbenturan dengan beban, sehingga pengujian impak secara
spesifik menghubungkan karakteristik logam bila diberikan beban tunggal, dimana
dihasilkan tegangan multi-aksial pada bagian takikan, ditambah dengan laju pembebanan
yang tinggi dan juga pengaplikasian temperatur rendah dan tinggi. Dalam pengujian impak
ini juga untuk berbagai material dapat diprediksi karakteristik patah getas secara akurat.
Standar pengujian impak untuk material logam, diantaranya dideskripsikan dengan detail
dalam ASTM E23-12C.
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material
2.
Mengetahui standar dan prosedur pengujian impak
3.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kegagalan material dengan beban impak.
TEORI DASAR
Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM E
23 untuk metode Charpy dan Izod. Metode Charpy dipergunakan secara luas di Amerika
sedangkan metode Izzod digunakan di Eropa.

32

Gambar 6.1 Metode Izod dan Charpy


Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan oleh beban
(pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat beban dinaikkan
dengan ketinggian tertentu, beban memiliki energi potensial, kemudian saat menumbuk
spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Untuk memahami proses pemindahan energi
ini dapat dilihat pada gambar 6.2

Gambar 6.2 Proses perpindahan energi


Energi yang diserap oleh spesimen, akan menyebabkan material mengalami kegagalan.
Bentuk kegagalan itu adalah terbentuknya patahan pada spesimen. Bentuk dari patahan itu,
akan bergantung pada jenis materialnya, apakah material getas atau material ulet.
Dengan membuat variasi perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan energi
yang diserap oleh spesimen, kemudian dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara
temperatur dan energi yang diserapnya.

33

PROSEDUR PERCOBAAN

34

DATA UJI IMPAK


Bahan

Jenis mesin
Kapasitas mesin
Standar pengujian
Penguji
Tanggal pengujian
Asisten

mm

mm

mm

mm

=
=
=
=
=
=

Luas

Energi

mm2

Joule

Joule/mm2

Permukaan
Patahan

TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM


1. Jelaskan pengaruh takikan, temperatur serta kecepatan pembebanan terhadap kegagalan
suatu material !
2. Gambarkan spesimen Uji Impak Charpy menurut standar ASTM E 23 !
3. Apakah yang dimaksud dengan FTP (Fracture Transition Plastic), NDT (Nil Ductile
Temperature), dan FATT (FractureAppearance Transition Temperature)? Jelaskan
dengan menggunakan kurva!
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1.
Buatlah kurva yang menghubungkan antara Temperatur dengan Energi yang diserap
diserap oleh spesimen, baik Aluminum dan Baja, dengan menggunakan Microsoft Excel
!
2.
Tentukan temperatur transisi dari kedua material tersebut! Apakah kegunaan dari
Temperatur transisi suatu material? Jelaskan dengan baik dan tepat!
3.
Buatlah analisis mengenai bentuk permukaan patahan untuk semua spesimen !

BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM


35

Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1.
ASTM E 23
2.
Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke7, John Willey & Son Inc. Halaman 223-227
3.
Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 471-488
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.

36

Anda mungkin juga menyukai