TIM PENYUSUN
Dr. Ir. Arif Basuki
Firmansyah Sasmita, S.T., M.T.
Merujuk kepada hal di atas, maka tujuan utama dari praktikum pemrosesan material adalah
sebagai berikut:
1. Memahami prosedur dasar contoh teknik pemrosesan pada material logam.
2. Mempelajari parameter proses pada teknik pemrosesan pada material logam.
3. Mempelajari perubahan sifat mekanik (serta perubahan struktur mikro yang
menyertainya) dan/atau sifat fisik akibat pemrosesan yang diberikan pada material
logam.
MODUL PRAKTIKUM
1
PRAKTIKUM PEMROSESAN MATERIAL
I. PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut :
1. Praktikan sudah menyelesaikan dan mengumpulkan tugas pendahuluan sebelum
tenggat waktu yang tertera di platform online (ftmd.kuliah.itb.ac.id)
2. Format penulisan Tugas Pendahuluan dan Laporan dapat diunduh di
kuliah.ftmd.itb.ac.id
3. Praktikan harus datang di Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material ITB 15
menit sebelum praktikum dimulai
4. Praktikan wajib mengikuti percobaan berdasarkan arahan dari asisten dan teknisi
5. Praktikum diakhiri dengan penjelasan mengenai pengolahan data dan penyusunan
laporan praktikum
6. Praktikan diwajibkan untuk mengisi formulir online kuesioner kinerja asisten
bit.ly/MenilaiPraktikanProsMat
7. Laporan dikumpulkan sebelum tenggat waktu yang tertera di platform online
(ftmd.kuliah.itb.ac.id)
8. Apabila terdapat permasalahan terkait praktikum, harap menghubungi Koordinator
Praktikum Pemrosesan Material (Hutomo/082168267629)
2
III.WAKTU PRAKTIKUM
Hal – hal terkait dengan waktu Praktikum Pemrosesan Material.
IV. PENILAIAN
Nilai Total Praktikum (NTP) didasarkan pada 2 aspek penilaian yaitu :
1. Nilai Akhir Praktikum (NAP)
Nilai Akhir Praktikum dapat diformulasikan dengan:
NMA s/d NME adalah nilai per Modul A sampai Modul E. Aspek dan bobot penilaian
pada setiap modul adalah :
- Bab I Pendahuluan = 5%
- Bab II Teori Dasar = 20%
- Bab III Prosedur percobaan = 5%
- Bab IV Data Percobaan = 5%
- Bab V Analisis Data = 30%
- Bab VI Kesimpulan dan Saran = 5%
- Daftar Pustaka = 5%
- Lampiran = 10%
- Test Akhir = 15%
3
Nilai Total Praktikum (NTP) akan dikonversi menjadi nilai untuk Mata Kuliah MT-
3103, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
4
VI. LAIN - LAIN
1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam edaran ini akan diatur kemudian.
2. Segala perubahan dan atau perbaikan terhdap isi edaran ini akan diatur kemudian.
3. Isi edaran ini mulai berlaku sejak tanggal diterbitkan.
Hutomo Tanoto
5
MODUL A
PROSES PENGEROLAN LOGAM (METAL ROLLING)
1. Latar Belakang
Jika kita memerhatikan dengan baik beberapa produk logam yang ada di sekeliling kita,
maka kita akan menyadari bahwa terdapat berbagai jenis material dan pemrosesan yang
digunakan untuk membuatnya. Beberapa produk ada yang terdiri dari beberapa bagian,
ratusan dan bahkan jutaan bagian contohnya pesawat terbang dan pesawat luar angkasa.
Pada praktikum kali ini, praktikan akan dikenalkan dengan salah satu pemrosesan yang
banyak digunakan yaitu pengerolan.
3. Tujuan Praktikum
- Mengukur nilai kekerasan tembaga sebelum dan sesudah proses pengerolan.
- Mengukur dan menghitung besar gaya pengerolan tembaga dari proses pengerolan
dan hasil uji tarik untuk tiap tahapan reduksi.
- Menghitung besar daya pengerolan tembaga dari proses pengerolan dan hasil uji
tarik untuk tiap tahapan reduksi.
5. Teori Singkat
Pengerolan (rolling) merupakan salah satu jenis dari proses pembentukan logam (metal
forming) dan bagian dari proses manufaktur (manufacturing process). Pada proses ini,
bahan logam dilewatkan pada satu atau lebih pasangan rol dengan tujuan untuk
mengurangi ketebalan secara homogen. Proses pengerolan termasuk proses produksi
yang paling banyak digunakan karena kapasitas produksinya yang besar.
6
6. Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan pengerolan logam
7
1.2 Grafik Konversi Voltase - Gaya
8
1.3 Kekerasan Mikro
Tahap reduksi VHN1 VHN2 VHN3 VHN
0%
25%
50%
75%
Tahap ho hf hm h Lp Q m f i o
ho h f h0i
hm i ln
2 h fi
h ho h f o f
h m
o ln 0 awal 2
h0i
h
f ln 0 awal
h fi
Harga koefisien gesek untuk cold rolling, = 0,1
Panjang proyeksi busur rol yang bersentuhan dengan benda kerja, Lp Rh
Tegangan alir rata-rata:
f
1
f o o
o0 od
b = lebar pelat
R = radius roll
9
8. Tugas Pendahuluan
Berikut adalah topik – topik yang harus tercantum dalam teori dasar :
Diketahui gaya pengerolan untuk membuat baja terderformasi untuk setiap reduksi
dapat dihitung dengan persamaan empiris:
10
𝜎 = 530𝜀 0.26
Hitunglah gaya pengerolan oleh mesin rol untuk setiap tahap reduksi yang dilakukan
oleh insinyur tersebut jika diketahui efisiensi gaya mesin rol (η) = 70%!
- Sebuah pelat baja karbon rendah hasil normalizing akan dilakukan proses
Thermomechanical Treatment (TMT) untuk menghaluskan butirnya. Gambarkan
diagram termal yang sesuai untuk proses tersebut. Sketsa struktur mikro di setiap
tahap di diagram termal yang anda buat.
11
MODUL B
PROSES PENGUATAN LOGAM (METAL HARDENING)
1. Latar Belakang
Sebagai sarjana teknik material, kita akan sering diminta untuk mendesain material
logam yang memiliki kekuatan yang tinggi. Suatu hal yang penting untuk memahami
hubungan antara pergerakan dislokasi dengan sifat mekanik logam karena kekerasan dan
kekuatan berhubungan dengan kemudahan terjadinya deformasi plastis. Dengan
mengurangi kemudahan dislokasi, maka kekuatan material dapat ditingkatkan. Oleh
karena itu pada praktikum ini, praktikan akan dikenalkan dengan tiga jenis proses
penguatan yang umumnya dilakukan yaitu pengerasan martensitik, pengerasan
presipitat, dan rekristalisasi.
3. Tujuan Praktikum
- Menentukan nilai kekerasan baja sebelum dan sesudah proses quenching.
- Menentukan nilai kekerasan tembaga sebelum dan sesudah proses penguatan
presipitat
- Menentukan nilai kekerasan aluminium sebelum dan sesudah proses rekristalisasi
5. Teori Singkat
Berikut adalah teori singkat mengenai modul proses penguatan logam.
12
Baja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas (heat treatment).
Proses heat treatment merupakan proses pengubahan sifat logam, terutama baja,
melalui pengubahan struktur mikro dengan cara pemanasan dan pengaturan laju
pendinginan. Dalam heat treatment kita memanaskan spesimen sampai dengan
temperatur austenisasinya. Temperatur austenisasi yang diberikan tergantung pada
kadar karbon pada baja yang diproses. Setelah temperatur austenisasi tercapai, benda
kerja dibiarkan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu agar temperatur
homogen di seluruh benda kerja. Setelah itu, dengan mengatur laju pendinginan akan
didapat kekerasan yang diinginkan. Kekerasan yang diperoleh bergantung pada
kadar karbon baja yang diproses.
3.3 Rekristalisasi
Material logam yang mengalami deformasi plastis pada temperatur yang rendah
(cold work) akan mengalami perubahan butir dan disertai dengan kenaikan kekuatan
dan kekerasan (strain hardening). Kenaikan kekuatan dan kekerasan ini disebabkan
oleh semakin bertambahnya dislokasi mengalami residual stress atau tegangan sisa.
Proses untuk pemulihan bentuk butir (annealing) tersebut kita kenal dalam tahap
recovery, recrystallization dan grain growth.
6. Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan pada modul proses penguatan logam serta timetable
untuk membantu mengatur waktu selama percobaan
13
6.1 Penguatan Martensitik
14
6.3 Rekristalisasi
15
7. Data dan Pengolahan Data
Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk memasukkan data kekerasan sebelum
dan sesudah proses perlakuan panas.
Sesudah
8. Tugas Pendahuluan
Berikut adalah topik – topik yang harus tercantum dalam teori dasar :
16
o Jenis aging dan pengaruh waktu aging terhadap kekuatan material
logam
c. Rekristalisasi
o Perubahan struktur mikro dan sifat mekanik akibat proses pengerjaan
dingin
o Driving force rekristalisassi dan temperature rekrstalisasi
o Perubahan struktur mikro dan sifat mekanik selama rekristalisasi
o Grain boundary Strengthening (Jelaskan prinsip penguatannya)
o Thermomechanical Treatment
17
MODUL C
HARDENABILITY (JOMINY’S END-QUENCH TEST)
1. Latar Belakang
Pada proses pendinginan cepat, contohnya proses quenching, tidak mungkin
mendapatkan laju pendinginan yang seragam pada seluruh material. Bagian permukaan
pastinya akan mendingin lebih cepat dibandingkan dengan bagian dalam sehingga
transformasi austenite akan menghasilkan berbagai jenis variasi sifat dan struktur mikro
karena adanya perbedaan temperature. Oleh karena itu praktikan akan dikenalkan
dengan sifat mampu keras dan kurva mampu keras baja.
3. Tujuan Praktikum
- Membuat hardenability band dan kurva hardenability dari baja karbon
5. Teori Dasar
Untuk meningkatkan kekerasan pada baja dapat dilakukan proses heat treatment, yaitu
dengan cara memanaskan baja sampai temperatur austenisasi kemudian dilakukan
proses pendingin dengan cepat (quenching). Parameter yang dapat mempengaruhi
kekerasan hasil proses heat treatment antara lain komposisi kimia, kecepatan
pendinginan, medium pendingin, serta cara mendinginkannya. Untuk dapat mengetahui
sifat mampu keras logam dengan proses heat treatment ini, telah dikembangkan
18
beberapa metode. Metode untuk mengetahui sifat mampu keras tersebut diantaranya
adalah metode bola baja (oleh Krauss – Baine) dan metode Jominy.
6. Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan uji jominy
Catat semua dat kekerasan, kemudian plot ke dalam kurva terhadap jarak
indentasinya
AISI
Material 4140
Kekerasan
Awal
(HRC)
19
Jarak ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jarak (mm) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Kekerasan
(HRC)
Jarak ke - 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jarak (mm) 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Kekerasan
(HRC)
8. Tugas Pendahuluan
Berikut adalah topik – topik yang harus tercantum dalam teori dasar :
20
MODUL D
PROSES PENYAMBUNGAN (JOINING)
1. Latar Belakang
Jika kita melihat di sekeliling kita, maka kita akan menemukan produk yang hanya
terdiri dari satu komponen contohnya paper klip ataupun bola bearing. Namun hampir
seluruh produk merupakan gabungan dari berbagai jenis komponen. Joining merupakan
istilah yang menyangkut seluruh proses seperti welding, brazing, soldering, adhesive
bonding, dan mechanical fastening. Joining banyak dilakukan di industry karena
menyangkut masalah manufaktur. Proses joining sendiri juga dapat mempengaruhi sifat
dan struktur mikro material akibat pemberian panas dalam jumlah besar. Oleh karena itu
pada praktikum kali ini, praktikan akan diajarkan mengenai joining khususnya SMAW.
3. Tujuan Praktikum
- Menentukan nilai Heat Input pengelasan baja
- Menentukan nilai kekerasan pada daerah base metal, Heat Affected Zone (HAZ),
dan weld metal baja hasil pengelasan.
Untuk yang memiliki buku diatas dengan edisi yang berbeda, silahkan disesuaikan
sendiri.
5. Teori Dasar
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses manufaktur.
Proses pengelasan yang pada prinsipnya adalah menyambungkan dua atau lebih
komponen, lebih tepat ditujukan untuk merakit beberapa komponen menjadi suatu
bentuk mesin. Pengelasan adalah proses penyambungan dua buah logam atau lebih
dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan. Atau
21
dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang diakibatkan oleh gaya tarik
menarik antar atom. Proses-proses pengelasan antara lain Gas Welding, Arc Welding,
Resistance Welding, Solid State Welding, dll. Prosedur Percobaan
6. Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan proses pengelasan.
22
7. Data dan Pengolahan Data
Kekerasan akibat proses pengelasan
Spesimen
Bahan :
Mesin Las
Arus :
Tegangan :
Daya :
Waktu Pengelasan
Base Metal
Kekerasan HAZ
(HV) Logam
Lasan
8. Tugas Pendahuluan
Berikut adalah topik – topik yang harus tercantum dalam teori dasar :
23
- Tentukan pengujian merusak dan tidak merusak untuk sambungan pelat no (1).
Tentukan sifat, defect dan caca tapa yang ingin dicari dari pengujian – pengujian
tersebut.
24
MODUL E
PROSES PENGERJAAN PERMUKAAN (SURFACE TREATMENT)
1. Latar Belakang
Anodisasi adalah proses elektrokimia yang mengubah perukaan material menjadi sesuai
yang dekoratif, tahan lama, tahan korosi, dan morfologi oksida yang diinginkan.
Aluminium sangat cocok digunakan untuk proses anodisasi. Morfologi oksida hasil
anodisasi aluminium tersusun sepenuhnya dari oksida aluminium. Oksida alumina ini
tidak seperti cat atau plating yang diaplikasikan pada sebuah permukaan melainkan
sebuah satu kesatuan dengan substrat aluminium yang ada dibawahnya sehingga oksida
alumina tidak bisa lepas. Bentuk alumina yang memiliki keteraturan tinggi dan memiliki
poros sehingga dapat dilakukan proses sekunder seperti pewarnaan dan sealing. Pada
modul ini, praktikum akan dikenalkan dengan proses anodisasi pada aluminium.
3. Tujuan Praktikum
- Mengukur tebal lapisan aluminium hasil anodisasi
- Mengukur nilai kekerasan aluminium sebelum dan sesudah proses anodsasi,
5. Teori Dasar
Anodisasi adalah proses mengoksidasi aluminium agar diperoleh lapisan oksida yang
stabil dengan melalui proses elektrokimia. Secara alamiah lapisan oksida tipis akan
terbentuk dengan sendirinya pada permukaan logam aluminium. Proses anodisasi akan
dapat menghasilkan lapisan oksida dengan ketebalan dan kekerasan yang diinginkan.
Anodisasi ada dua macam, yaitu anodisasi untuk keperluan pewarnaan atau
pembentukan pori untuk keperluan membran dan anodisasi keras (hard anodizing)
dengan kekerasan awal aluminium sekitar 40 VHN menjadi 5 atau 10 x lebih tinggi.
25
Gambar 1 Sketsa yang mengilustrasikan perpindahan ion melalui lapisan tipis oksida [1]
Anodisasi dan electroplating merupakan metode untuk melapisi logam, akan tetapi
memiliki beberapa perbedaan seperti dibawah ini:
Anodisasi Electroplating
Keterangan : Keterangan :
1 (1) Anoda (benda kerja); (1) Anoda (Pb atau bahan pelapis)
(2) Katoda (Pb/carbon/platina/stainless steel) (2) Katoda (benda kerja)
no deposition electrodeposition
2
26
Gambar 2 Efek dimensi dari proses anodisasi, pengecatan, dan pelapisan [2]
Anoda dihubungkan dengan kutub positif power supply dan katoda dihubungkan dengan
kutub negatif power supply. Arus listrik dibawa oleh elektron dari anoda ke katoda melalui
power supply. Sedangkan pada larutan elektrolit, arus listrik dibawa oleh ion.
Struktur dasar dari lapisan aluminium oxide berupa sel-sel hexagonal,yang terdiri dari
sebuah pori ditengah.
27
Gambar 5 Model pori dan gambar SEM dari potongan melintang anodisasi [1]
Gambar 6. Model pori (kiri) dan gambar SEM penampang pori berbentuk hexagonal (kanan) anodisasi [1]
Pada proses colouring (pewarnaan), terjadi penimbunan warna di dasar pori. Intensitas
warna bergantung pada ion logam yang menempel di dasar pori dan packing density.
Proses sealing, berguna untuk menutup pori-pori yang tidak dan telah diberi warna.
28
Gambar 8 Proses sealing [1]
Reaksi pada anoda terjadi antara lapisan metal/oxide dan lapisan oxide/elektrolit.
1. Reaksi pada lapisan metal/ oxide:
2Al + 3O2- ==> Al2O3 + 6e-
2. Reaksi pada lapisan oxide/elektrolit:
2Al3+ + 3H2O ==> Al2O3 + 6H+
3. Total reaksi yang terjadi pada anoda:
2Al ==> 2Al3+ + 6e-
4. Reaksi pada katoda ( Hydrogen evolution ) :
6H+ + 6e- ==> 3H2
5. Reaksi total yang terjadi selama anodisasi:
2Al + 3H2O ==> Al2O3 + 3H2
6. Reaksi yang terjadi pada proses sealing:
Al2O3 + 3H2O ==> 2AlOOH*H2O
6. Prosedur Percobaan
Berikut adalah prosedur percobaan anodisasi pada plat aluminium.
29
7. Data dan Pengolahan Data
Berikut adalah tabel yang dapat digunakan untuk memasukkan data nilai kekerasan
sebelum dan sesudah proses anodisasi.
Al1 Al2
Kekerasan Sebelum
(VHN) Anodisasi
Sesudah
Anodisasi
Tebal Lapisan
30
8. Tugas Pendahuluan
Berikut adalah topik – topik yang harus tercantum dalam teori dasar :
31