PERANCANGAN PRODUK
SEMESTER GENAP
2015/2016
08820485-1
14821528-2
Rizaldi Darmawan
1102120049
Annisa Falimantik
1102124305
Ahmad Ali
1102120224
1102120146
1102120227
1102120155
1102121261
1102120026
1102120190
1102120141
1102120045
1102120150
1102120160
1102120123
TATA TERTIB
PRAKTIKUM PERANCANGAN PRODUK
SEMESTER GENAP 2015/2016
KEHADIRAN
1.
2.
Praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, tidak boleh diwakilkan dan
jika berhalangan hadir wajib menyerahkan surat keterangan maksimal 2x24 jam
setelah praktikum dilaksanakan.
3.
4.
Praktikan wajib datang tepat waktu pada saat praktikum atau akan dikenakan sanksi
yaitu:
a.
b.
Awal
Praktikan
yang
tidak
hadir
(kesehatan/keluarga/keagamaan/akademik/tanpa
PRAKTIKUM
1.
2.
3.
Setiap praktikan wajib melaksanakan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, kecuali praktikan yang sudah melakukan tukar jadwal dengan membawa
bukti form tukar jadwal.
4.
Kegiatan tukar jadwal dilakukan antar kelompok (bukan individu), dengan mengisi
form tukar jadwal maksimal 1x24 jam sebelum pelaksanaan praktikum, membawa
serta kartu praktikum dan ditandatangani oleh Asisten serta dihadiri oleh perwakilan
kedua kelompok yang akan melaksanakan tukar jadwal. Form tukar jadwal diberi
cap Laboratorium Perancangan Produk.
5.
Setiap praktikan wajib mengikuti kegiatan praktikum hingga selesai dan tidak
diperkenankan untuk meninggalkan praktikum tanpa izin dari Asisten jaga.
6.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
7.
8.
Praktikan yang melakukan kecurangan atau plagiatisme (terlihat sama dan serupa)
dalam mengerjakan tes awal, tes akhir, tugas atau laporan akan mendapatkan nilai 0
untuk penilaian tes awal, tes akhir, tugas atau laporan yang terindikasi dilakukan
kecurangan.
9.
Waktu yang akan digunakan dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan praktikum
adalah Waktu Indonesia Barat (WIB).
ii
KELENGKAPAN PRAKTIKUM
1.
2.
Setiap praktikan diwajibkan untuk membawa kartu praktikum yang telah dilengkapi
dengan foto formal ukuran 3x4 dan distempel oleh asisten Laboratorium
Perancangan Produk.
3.
4.
Untuk praktikan putra dilarang berambut panjang, tidak melebihi telinga, alis, dan
kerah baju.
PRAKTIKUM SUSULAN
1.
Praktikum susulan hanya akan diselenggarakan 1 kali untuk modul tertentu dengan
kondisi yang memungkinkan.
2.
3.
Praktikum susulan hanya akan diberikan pada praktikan dengan alasan yang dapat
diterima yang dibuktikan dengan surat izin seperti yang tertera pada peraturan yang
ada.
PRAKTIKAN
1.
iii
2.
3.
Praktikan wajib mematuhi semua Tata Tertib yang telah disebutkan sebelumnya.
iv
PROPORSI NILAI
MODUL
TES
AWAL
PRAKTIKUM
TES AKHIR /
PROGRESS
JURNAL
REPORT
PRESENTASI
60%
40%
30%
70%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
10%
50%
10%
30%
30%
35%
35%
MODUL 0
PENGANTAR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
1.
2. Durable goods
Form
Produk dapat dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, atau struktur fisik
lainnya. Misalnya, sebuah produk pengusir nyamuk yang diproduksi dengan
berbagai macam varian, seperti obat nyamuk bakar, semprot, menggunakan
listrik, atapun lotion. Hal tersebut tentu akan lebih mampu memenuhi
kebutuhan konsumen dengan berbagai tipe kebutuhan dibandingkan produk
yang hanya memiliki satu macam tipe.
2.
Features
Produk dapat ditawarkan dengan berbagai fungsi tambahan yang melengkapi
fungsi dasarnya. Misalnya seperti beberapa produk handphone mengedepankan
fitur akses internet, ada pula yang lain mengedepankan kecanggihan kamera,
dan sebagainya. Semua itu melengkapi fungsi dasar handphone sebagai alat
komunikasi.
3. Performance Quality
Tingkatan karakteristik utama suatu produk dapat bekerja dengan baik.
Contohnya seperti operator seluler yang memungkinkan akses internet lebih
cepat tentunya dapat mengungguli operator lain.
4. Conformance Quality
Tingkatan kesamaan dan kemampuan unit-unit produk untuk mencapai
spesifikasi yang ditawarkan. Misalnya motor dengan tipe yang sama
seharusnya memiliki kemampuan yang sama. Motor pertama bisa mencapai
kecepatan 120 km/jam dalam 70 detik, dan motor kedua dengan tipe yang sama
Introduction : sebuah
produk
yang
baru
pertama
kali
diluncurkan.
Growth
3.
Maturity
: pada
fase
ini,
produk
sudah
memiliki
pesaing
dan
4.
Decline
perusahaan
juga
makin
menurun
dan
dapat
2.
4.
5.
Repositioning
Kegiatan dari pengembangan ini berfokus pada pemikiran konsumen, di mana
pengembang berusaha mengubah persepsi yang sudah melekat dalam pikiran
konsumen.
6.
Cost Reductions
Pengembangan jenis ini merupakan pengambangan produk yang berfokus pada
pengurangan biaya, baik proses produksi, desain, maupun pemasarannya.
Pengurangan biaya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, seperti
DFMA dan lainnya
Marketing
: merupakan
penghubung
antara
perusahaan
dengan
2.
Design
3.
Manufacturing
: merupakan bagian
merancang
dan
yang bertanggung
mengoperasikan
jawab dalam
sistem
produksi
Planning
Concept
System-Level
Development
Design
Detail
Design
Testing and
Refinement
Production
Ramp-Up
Planning (Perencanaan)
Tahap ini dimulai dengan pendefinisian strategi perusahaan, termasuk
penilaian mengenai perkembangan teknologi dan pasar sasaran. Keluaran yang
diinginkan dari tahap ini adalah mission statement dari proyek yang
menjelaskan secara spesifik pasar sasaran dari produk, tujuan bisnis, asumsiasumsi dan beberapa tantangan yang mungkin muncul.
2.
3.
5.
6.
2.
PERENCANAAN PRODUK
Mengidentifikasi Peluang
Proses perencanaan produk dimulai dengan melakukan identifikasi peluang
produk yang dikembangkan. Langkah ini dianggap sebagai opportunities
funnel karena menyatukan seluruh masukan perusahaan.
2.
3.
4.
Product Description
Mendeskripsikan produk yang akan dirancang dan dilengkapi dengan
kegunaannya.
Benefit Proposition
Mengungkapkan beberapa alasan penting pelanggan untuk membeli
produk dan hipotesis awal yang nantinya akan dilakukan validasi dalam
proses pengembangan produk.
Primary Market
Mengidentifikasi pasar primer atau pangsa pasar utama yang harus
dipertimbangkan saat mendesain.
Secondary Market
Mengidentifikasi pasar sekunder atau pangsa pasar kedua yang harus
dipertimbangkan saat mendesain.
Stakeholders
Daftar semua pemangku kepentingan produk dan semua kelompok orang
yang dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan produk.
5.
10
3.
ROADMAP MODUL
Pada modul ini menjelaskan bagaimana tahapan-tahapan dalam merancang dan
mengembangkan
suatu
produk.
Adapun
roadmap
atau
tahapan
kegiatan
Modul 3, Concept Generation, pada modul ini input spesifikasi, dan need
statement dari modul sebelumnya, akan melahirkan masalah. Lalu masalah ini
diklarifikasikan menjadi sub masalah dengan dekomposisi fungsional. Lalu
pilih sub masalah yang diprioritaskan dan mencari solusi baik eksternal maupun
internal. Kemudian solusi-solusi yang sudah dikeluarkan diklasifikasikan
berdasarkan teknologi, kemampuan ataupun kesamaan lainnya dalam
mempermudah pola pikir user. Lalu dikombinasikan tiap solusi solusi tiap sub
masalah agar menyelesaikan permasalahan secara keseluruhan.
11
Modul 5, Detail Design: Material Selection dan DFM, menjelaskan definisi dan
tahapan Design for Manufacturing serta hal-hal yang terkait dengan aspek
pengembangan produk. Lalu dijabarkan konsep pemilihan material yang tepat
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
seperti
sifat
material,
dan
kenyaman
dari
produk
dengan
melakukan
simulasi
menggunakan software.
Dari penjelasan modul yang telah terdeskripsikan diatas dapat diketahui pula dimana
posisi bahasan atau materi dari setiap modulnya yang dapat dilihat pada diagram
dibawah ini:
12
Fase 0
Planning
Fase 1
Fase 2
Concept
Development
Fase 3
System-Level
Design
Fase 4
Detail
Design
Fase 5
Testing and
Refinement
Production
Ramp-Up
Modul 0:
Perencanaan Produk
Modul 1: Identifikasi
Kebutuhan Pelanggan
Modul 2:
Quality Function Deployment (QFD) & HoQ
Modul 3: Concept
Generation
Modul 4: Concept
Selection
Modul 9: Presentation
TRIVIA
13
2.
Heizer, Jay, & Render, Barry. (2008). Operations Management 9th Edition. New York:
Pearson Prentice Hall.
3.
Kotler, Philip T., & Keller, Kevin Lane (2009). Marketing Management. New Jersey:
Pearson Education.
14
MODUL 1
IDENTIFIYNG CUSTOMER NEEDS
Planning
Mission
Statement
Concept
Development
Identifyng
Customer
Needs
Establish
Establish
Target
Target
Specification
Specification
System-Level
Design
Generate
Generate
Product
Product
Concept
Concept
Select
Select
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Detail
Design
Test
Test
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Testing and
Refinement
Set
Set
Final
Final
Specifications
Specifications
Final
Final
Specifications
Specifications
Production
Ramp-Up
Plan
Plan
Downstream
Downstream
Development
Development
Development
Plan
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan memahami cara identifikasi kebutuhan pelanggan menggunakan
Forum Group Discussion (FGD), wawancara dan obeservasi.
2. Praktikan mampu mengintepretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.
3. Praktikan mampu menggorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki.
LANDASAN TEORI
1. Identifiying Customer Needs
2. Tahap Identifiying Customer Needs
3. Kuesioner
4. Dimensi Kualitas Produk
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes Awal
2.
Penjelasan Materi
3.
4.
Pengolahan data
5.
Tes akhir
Alat tulis
2.
Komputer
3.
Software Excel
17
DASAR TEORI
1. IDENTIFYING CUSTOMER NEEDS
1.1 Definisi
Identifying Customer Needs (Identifikasi kebutuhan pelanggan) adalah kegiatan untuk
memahami kebutuhan konsumen dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim
pengembangan. Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian penting dari fase
pengembangan konsep, di mana fase tersebut merupakan salah satu fase pada proses
pengembangan produk. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan
pelanggan yang telah diinterpretasikan dan diatur dalam daftar secara hierarki dengan
bobot-bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan antara lain:
a) Meyakinkan pelanggan bahwa produk yang dibuat telah berfokus terhadap
kebutuhan.
b) Mengidentifikasi
kebutuhan
pelanggan
yang
tidak
pelanggan.
Sebelum
tahap
pertama
dijalankan,
maka
sebaiknya
18
Interview/Wawancara
Metode ini pelanggan diminta untuk menyampaikan pendapatnya secara
langsung dengan menanyakan beberapa pertanyaan.
Dilakukan
dengan
pewawancara
untuk
mengembangkan
pertanyaan-
19
b.
Observasi
Mengamati bagaimana pelanggan menggunakan sebuah produk atau melakukan
aktivitas yang akan didukung oleh produk yang sedang dikembangkan.
Observasi merupakan pengamatan tanpa ada interaksi langsung ataupun kerja
sama dalam menggunakan produk pelanggan. Namun demikian observasi
memungkinkan tim pengembang produk
20
bagaimana
melakukannya.
Pelanggan
sering
mengekspresikan
21
Customer
Need Statement
Need Statement
Statement
Wrong
Rigth
Handphone
Handphone ini
ini butuh
membutuhkan
baterai.
charger.
Saya sering
Casing
Handphone dapat
menjatuhkan
handphone
beroperasi normal
Apa bukan
Handphone ini
Bagaimana
mati.
Spesifik
Positif tidak
negative
setelah jatuh.
Saat hujan,
Handphone
Handphone dapat
handphone saya
beroperasi normal
baik-baik saja.
terkena hujan.
saat hujan.
Saya ingin
mengisi baterai
Sebuah adaptor
Atribut dari
handphone
mobil dapat
produk
saya saat
mengisi baterai
sedang
handphone.
Baterai handphone
dapat diisi dari
adaptor di mobil.
berkendara.
Saya tidak
Hindari
suka ketika
Harus dan
handphone
Mesti
saya mati
mendadak.
Seharusnya
handphone
Handphone
memiliki
memberikan
notifikasi ketika
notifikasi saat
baterai akan
habis.
terhadap
needs
statement
ini
perlu
dilakukan
dengan
22
Apakah
kita
sanggup
menangkap
lebih
jauh
kebutuhan
yang
23
2.
2.1. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi sekumpulan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
Kuesioner
diisi
oleh
responden
sesuai
dengan
yang
responden
24
a. Performance (Kinerja)
Dimensi ini menyangkut karakteristik fungsi produk. Maksudnya sejauh mana
produk dapat berfungsi sebagaimana fungsi utama produk tersebut. Misalnya,
jam tangan memiliki fungsi utama penunjuk waktu. Sejauh mana jam tangan
tersebut dapat memberi kita informasi mengenai waktu secara akurat. Dimensi
performance ini merupakan hal terpenting bagi pelanggan dan hal terpenting
bagi pelanggan adalah apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang
sebenarnya atau tidak? Apakah pelayanan diberikan dengan cara yang benar
atau tidak. Itu yang terpenting.
b. Features (Karakteristik Pelengkap)
Dimensi ini menyangkut kelengkapan fitur-fitur tambahan. Maksudnya, suatu
produk selain punya fungsi utama, biasanya juga dilengkapi dengan fungsifungsi lain yang bersifat komplemen. Misalnya, produk handphone, selain
dapat digunakan untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, juga banyak yang
dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan seperti dapat digunakan untuk membuat
schedule, catatan, memiliki fungsi jam, penunjuk lokasi, kalkulator, permainan
dan lain-lain. Jadi, selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan,
pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan/keistimewaan yang dimiliki
produk dan pelayanan.
c. Realibility (Keandalan)
Dimensi ini menyangkut
kemungkinan
tingkat kegagalan
pemakaian.
Artinya, apakah produk sering tidak dapat dioperasikan sesuai fungsi utama
karena adanya masalah-masalah teknis ataukah lancar-lancar saja? Misalnya,
produk smartphone, saat dihidupkan ternyata memerlukan waktu yang lama
untuk setup dan sering prosesnya terhenti atau orang menyebutnya hang dan
harus direset ulang. Atau motor baru sering macet saat digunakan. Masalahmasalah tersebut menyangkut dimensi reliability.
d. Conformance (Kesesuaian)
Dimensi ini melihat kualitas produk dari sisi apakah bentuk, ukuran, warna,
berat
dan
lain-lain
sesuai
dengan
yang
diinginkan
dan
apakah
25
e. Durability (Ketahanan)
Dimensi ini berkaitan dengan seberapa lama produk dapat terus digunakan
selama jangka waktu tertentu. Tentunya dengan pola penggunaan dan
perawatan yang rasional (masuk akal). Misalnya, sepeda motor digunakan di
jalan perkotaan, dengan perawatan tertentu akan dapat bertahan hingga
misalnya 4 tahun.
f. Serviceability (Perawatan)
Dimensi ini melihat kualitas barang dari kemudahan untuk pengoperasian
produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti.
Jadi dimensi ini terkait dengan sejauh mana kemudahan produk untuk dapat
dilakukan perawatan sendiri oleh penggunanya. Bila suatu barang, dalam hal
perawatan membutuhkan perawatan khusus dan membutuhkan pihak ketiga,
maka dapat dikatakan serviceability dari barang tersebut relatif rendah. Cerita
yang lain terkait serviceability suatu barang, misalnya adalah apakah bila terjadi
kerusakan pada suatu komponen barang tersebut, maka komponen atau
sparepart dari barang tersebut dapat dengan mudah diperoleh ataukah untuk
mendapatkan sparepart tersebut harus dengan pengorbanan tertentu.
g. Aesthetic (Penampilan)
Dimensi ini melihat kualitas suatu barang dari penampilan, corak, rasa, daya
tarik, bau, selera, dan beberapa faktor lainnya mungkin menjadi aspek penting
dalam kualitas. Dimensi ini menyangkut keindahan, keserasian atau kesesuaian
yang membuat enak untuk dipandang, atau dirasakan sehingga memberikan
suatu daya tarik tersendiri kepada konsumen.
26
TRIVIA
27
Bersamaan kedua unsur dapat membentuk kesatuan. Komponenkomponen dari alat ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pengguna.
(www.internationaldesignaward.com/competition-2015).
DAFTAR PUSTAKA
1
Gaspersz, V., & Fontana, A. (2011). Lean Six Sigma : For Manufacturing And
Service Industries. Bogor: Vinchristo Publication.
Iqbal, M., & Hani, A. (2010). Buku Ajar : Perancangan Produk. Bandung: IT
Telkom.
Kotler, Philip T., & Keller, Kevin Lane (2009). Marketing Management, Thirteenth
Edition. Pearson Education.
28
MODUL 2
SPESIFICATION AND QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
(HOUSE OF QUALITY)
Planning
Mission
Statement
Concept
Development
Identifyng
Identifyng
Customer
Customer
Needs
Needs
Establish
Target
Specification
System-Level
Design
Generate
Generate
Product
Product
Concept
Concept
Select
Select
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Detail
Design
Test
Test
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Testing and
Refinement
Set
Set
Final
Final
Specifications
Specifications
Final
Final
Specifications
Specifications
Production
Ramp-Up
Plan
Plan
Downstream
Downstream
Development
Development
Development
Plan
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
Praktikan mengerti tentang salah satu metode yang digunakan dalam perancangan
produk
yaitu
Quality
Function
Deployment
(QFD)
serta
mengetahui
LANDASAN TEORI
1.
Spesifikasi Produk
2.
3.
4.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes Awal
2.
Penjelasan materi
3.
4.
5.
Komputer
2.
3.
Alat Tulis
31
DASAR TEORI
1. SPESIFIKASI PRODUK
1.1. Definisi
Spesifikasi Produk merupakan serangkaian spesifikasi yang mengungkapkan detaildetail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi
produk tidak memberikan informasi bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan,
tetapi menampilkan pernyataan mengenai apa yang harus dilakukan dalam upaya
memuaskan kebutuhan pelanggan.
Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Nilai terdiri dari beberapa bentuk,
termasuk angka tertentu, kisaran, atau ketidaksamaan serta nilai selalu diikuti dengan
satuan yang sesuai (contoh: meter, kilogram, Joule). Metrik dan nilai bersama-sama
membentuk spesifikasi. Spesifikasi produk merupakan kumpulan dari spesifikasispesifikasi individual. Sebagai contoh, waktu rata-rata untuk memasang
merupakan sebuah metrik, sementara kurang dari 75 detik merupakan sebuah nilai
metrik.
1.2. Membuat Target Spesifikasi
Target spesifikasi berperan dalam menjelaskan produk agar sukses di pasaran dan
target spesifikasi akan diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang
akhirnya akan dipilih.
a.
b.
c.
Menentukan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
matriks.
d.
32
dan kemudian menerjemahkan permintaan konsumen menjadi target desain dan poin
utama kualitas jaminan untuk digunakan di seluruh tahap produksi. QFD adalah cara
untuk menjamin kualitas desain produk karena tahap desain merupakan tahap yang
sangat penting. QFD yang diterapkan secara tepat akan memberikan manfaat yaitu
pengurangan waktu pembuatan produk dari satu-setengah sampai tiga kali lebih
cepat (Akao, 1990).
Fokus utama QFD adalah melibatkan pelanggan sedini mungkin dalam proses
pengembangan produk, karena pelanggan tidak akan mudah puas dengan suatu
produk, meskipun suatu produk telah dihasilkan secara sempurna.
2.2. Tujuan
Adapun tujuan utama dalam menerapkan QFD adalah:
a.
b.
c.
2.3. Manfaat
Manfaat dari penggunaan QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya
saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktivitasnya secara berkesinambungan
yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Meningkatkan komunikasi.
g.
Meningkatkan produktivitas.
h.
2.4. Kelebihan
a.
33
b.
c.
34
b.
c.
Setingan Capaian (Goal setting) untuk poduk atau jasa yang akan diluncurkan.
d.
Bagian D : Inter-Relationships
Berisi pertimbangan penilaian keterkaitan hubungan antara elemen-elemen
karakteristik teknis (bagian C) dengan setiap kebutuhan pelanggan pada bagian A.
e.
35
f.
Technical
Benchmarking
dari
produk
yang
dibandingkan.
Technical
b.
Matrik Perencanaan
Tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan
menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan.
c.
Respon Teknis
Pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-kebutuhan konsumen
yang bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
36
d.
e.
Korelasi Teknis
Tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik kualitas
pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu respon
teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam
proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.
f.
b.
c.
d.
37
Expected
Expected merupakan kebutuhan dasar yang menurut pelanggan harus dipenuhi. Jika
kebutuhan itu tidak terpenuhi maka pelanggan akan menjadi sangat tidak puas. Dan
jika kebutuhan itu terpenuhi, maka tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan hanya
biasa saja.
b.
Low Impact
Low impact adalah kebutuhan yang memiliki pengaruh minimal terhadap
keseluruhan tingkat kepuasan pelanggan baik terpenuhi atau tidak.
c.
High Impact
High impact adalah kebutuhan yang menyebabkan tingkat kepuasan pelanggan
menjadi puas atau sangat puas jika kebutuhan itu terpenuhi dan menyebabkan tingkat
kepuasan pelanggan menjadi tidak puas atau sangat tidak puas jika kebutuhan itu
tidak terpenuhi.
d.
Hidden
Hidden adalah kebutuhan di mana pelanggan mengatakan tidak penting terhadap
kebutuhan itu atau kebutuhan yang tidak terpikirkan oleh pelanggan namun jika
kebutuhan itu dapat dipenuhi maka sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
38
Very
Important
EXPECTED
Stated
Importance
HIGH IMPACT
Harus terpenuhi
Tinggi
tingkat
kepuasan jika terpenuhi
Tidak puas jika tidak
terpenuhi
LOW IMPACT
Not
Important
Mempunyai pengaruh
minimal
terhadap
keseluruhan kepuasan
baik itu terpenuhi atau
tidak
HIDDEN
Berpeluang
untuk
keunggulan kompetitif
Tidak
kepuasan
berlebih
dibanding
yang diakui konsumen
Weak Link
Strong Link
Revealed
Importance
39
TRIVIA
dengan
anak-anak
mereka
(www.internationaldesignaward.com/comp
etition-2015).
40
PRACTICAL TIPS
Salah satu kesalahan yang sering terjadi saat membuat spesifikasi adalah
1.
3.
41
besar seperti General Motor, Hawlett Packard, kini menggunakan konsep dari
Quality Function Deployment untuk memperbaiki komunikasi, pengembangan
produk,
serta
proses
dan
sistem
pengukuran.
(Sumber:
http://www.academia.edu/9376419/QFD)
=
F
C
Modul
Technical Response
A
Customer
Requirement
42
Inter-Relationships
Planning Matrix
Modul
Technical Corelations
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cohen, L. (1995). Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You.
Massachusetts: Addison Wesley Publishing Company.
2.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2012). Product Design and Development Fifth
Edition. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc.
43
MODUL 3
CONCEPT GENERATION
Planning
Mission
Statement
Concept
Development
Identifyng
Identifyng
Customer
Customer
Needs
Needs
Establish
Establish
Target
Target
Specification
Specification
System-Level
Design
Generate
Product
Concept
Select
Select
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Detail
Design
Test
Test
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Set
Set
Final
Final
Specifications
Specifications
Testing and
Refinement
Final
Final
Specifications
Specifications
Production
Ramp-Up
Plan
Plan
Downstream
Downstream
Development
Development
Development
Plan
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
LANDASAN TEORI
1.
Concept Generation
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes awal
2.
Penjelasan Materi
3.
4.
5.
Tes Akhir
Komputer
2.
Microsoft Office
3.
4.
Referensi
47
DASAR TEORI
1.
Konsep produk adalah gambaran kasaran dari teknologi, prinsip kerja dan bentuk
geometris produk (Ulrich K. T., 2012). Ini merupakan gambaran bagaimana produk
memenuhi kebutuhan konsumen. Proses generasi konsep dimulai dengan input kebutuhan
pelanggan dan spesifikasi target dan akan menghasilkan output yaitu konsep-konsep
produk di mana akan diseleksi pada proses seleks konsep.
Generasi konsep yang baik akan memberikan rasa percaya diri terhadap tim
pengembangan produk di mana seluruh alternatif sudah dipertimbangkan. Bila eksplorasi
alternatif yang sudah dilakukan dari awal dalam proses pengembangan akan mengurangi
kemungkinan menemui konsep yang lebih baik ketika fase-fase terakhir pengmbangan
produk.
2.
Berikut kesalahan yang sering dilakukan oleh tim pengembangan produk ketika melakukan
generasi konsep:
a.
b.
Salah dalam mempertimbangkan kegunaan konsep yang dihasilkan oleh refrensi lain.
c.
Hanya melibatkan satu atau dua orang saja dalam proses ini, membuat kurang adanya
komitmen untuk seluruh anggota tim.
d.
e.
Metode ini (Gambar 3.2), akan memecahkan masalah yang akan menjadi sub-masalah
yang lebih sederhana. Lalu konsep solusi akan teridentifikasi untuk penyelesaian sub
masalah dengan prosedur pencarian eksternal maupun internal. Pohon klasifikasi dan tabel
48
kombinasi konsep kemudian digunakan untuk ekspolari sistematis solusi konsep dan
mengintegrasikan solusi sub masalah menjadi solusi total. Lalu, tahap terakhir adalah
evaluasi terhadap validitas dan tingkat kemudahan implementasi dari hasil sebelumnya.
1. Klarifisikan Masalah
Mengerti
Permasalahan
Dekomposisi
Masalah
Fokus pada submasalah yang kritis
Sub-masalah
2. Pencarian Eksternal
3. Pencarian Internal
Lead Users
Experts (Para Ahli)
Patents
Literatur
Benchmarking
Individual
Kelompok
Konsep Baru
4. Eksplorasi
Sistematis
Pohon
Klasifikasi
Tabel
Konsep
Kombinasi
5. Mempertimbangkan
kembali solusi dan
proses
Feedback
konstruktif
yang
49
Handheld Nailers
Driven
Nails
Energy
Store or accept
external energy
Convert energy to
translational
energy
Nails
Store Nails
Isolate Nails
Sense Trip
Trigger Tool
Trip of Tool
Apply
translational
energy to nail
Driven Nails
50
b.
dipecah-pecah
menjadi
sub-masalah
yang
sederhana
dengan
Lead Users
Lead Users adalah pengguna produk dimana mengalami kebutuhan lebih dulu
daripada mayoritas pasar. Sering terjadi bahwa Lead Users sudah menemukan
solusi lebih dulu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Solusi maupun
kebutuhan para pengguna
ini
merupakan
informasi
berharga
untuk
Patents
Hak paten kaya dan siap pakai akan sumber mengenai informasi teknis yang
terdir dari gambar rinci dan penjelasan bagaimana produk bekerja. Kekurangan
utama dari hak paten adalah perlindungan hak paten itu sendiri, jadi mungkin
ada royalti bila digunakan hak paten tersebut. Namun berguna juga konsep
mana yang perlu dihindari atau dilisensi terkait konsep-konsep yang sudah
dilindungi.
c.
Benchmarking
Benchmarking adalah studi produk yang sudah ada dengan kemiripan secara
fungsi terhadap sub masalah yang kita fokuskan penyelesaiannya. Cara ini
dapat menunjukkan konsep eksisting yang sudah diimplementasikan terhadap
suatu permasalahan, juga sebagai informasi dalam mengkaji kekuatan dan
kelemahan konsep produk kompetitor itu sendiri.
51
d.
Experts
Para ahli dengan ilmu pengetahuan terhadap sub masalah tidak hanya dapat
memberikan konsep solusi secara langsung tapi dapat mengarahkan kembali
pencarian solusi ke daerah yang lebih baik. Para ahli bisa termasuk orangorang profesional firma manufaktur dengan produk terkait, konsultan
profesional, fakultas universitas, dan pemasok.
e. Published Literatures
Literatur yang terpublikasi termasuk jurnal, conference proceeding, trade magazines,
laporan pemerintah, pasar, konsumen, dan informasi produk, serta pengumuman
produk baru. Pada handbooks juga terdapat katalog informasi teknis yang berguna
untuk referensi eksternal. Contoh buku untuk referensi engineering adalah Marks
Standard Handbook of Mechanical Engineering, Perrys Chemical Engineers
Handbook dan Mechanisms and Mechanical Device Sourcebook.
3.3. Pencarian Internal
Sering tahap ini dinamakan brainstorming, di mana menghasilkan banyak ide dari
bagian internal dengan menggunakan ilmu pengetahuan masing-masing. Proses ini
dapat dilakukan sendiri maupun secara kelompok. Berikut 4 pedoman yang berguna
dalam melakukan brainstorming baik individu maupun kelompok.
a.
b.
Generate a lot of ideas, yaitu semakin banyak ide yang dikeluarkan, makin
besar kemungkinan tim sudah eksplorasi solusi secara keseluruhan. Apalagi
bahwa makin banyak ide, akan menjadi stimuli ide lain.
c.
Welcome ideas that may seem infeasible, ide yang keliatannya kurang layak
digunakan bisa dapat diperbaiki oleh anggota lainnya, dan juga makin tidak
layak sebuah ide, makin merenggangkan batas solusi sehingga membantu tim
mencari solusi-solusi yang keliatan tidak mungkin menjadi mungkin.
52
d.
Explosive Systems
Pneumatic
Store or
Accept
Energy
Hydraulic
Wall Outlet
Electrical
Battery
Fuel Cell
Nuclear
53
b.
Accumulate Energy
Apply Translational
Energy to Nail
Spring
Single Impact
Linear Motor
Moving Mass
Multiple Impacts
Solenoid
Push Nail
Solenoid
Rail Gun
54
dilakukan eksplorasi maksimal terhadap kemungkinan solusi, apakah ada cara lain
untuk melakukan problem decomposition, apakah sumber-sumber eksternal telah
dimanfaatkan dengan komprehensif, dan sebagainya.
TRIVIA
55
video, dan membuat panggilan ke teman. Selain itu alat ini juga dilengkapi dengan
perangkat mobile, Wi-Fi, Bluetooth, hingga kamera.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2012). Product Design and Development Fifth
Edition. Singapore: McGraw-Hill Companies, Inc.
56
MODUL 4
CONCEPT SELECTION
Planning
Mission
Statement
Concept
Development
Identifyng
Identifyng
Customer
Customer
Needs
Needs
Establish
Establish
Target
Target
Specification
Specification
System-Level
Design
Generate
Generate
Product
Product
Concept
Concept
Select
Product
Concept(s)
Detail
Design
Test
Test
Product
Product
Concept(s)
Concept(s)
Testing and
Refinement
Set
Set
Final
Final
Specifications
Specifications
Final
Final
Specifications
Specifications
Production
Ramp-Up
Plan
Plan
Downstream
Downstream
Development
Development
Development
Plan
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
2.
3.
Praktikan dapat memilih sebuah konsep produk dari beberapa konsep produk untuk
pengkajian, pengujian dan pengembangan lebih lanjut.
LANDASAN TEORI
1.
Decision Matrices
2.
Concept Screening
3.
Concept Scoring
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes Awal
2.
Penjelasan materi
3.
4.
5.
6.
Jurnal
Komputer
2.
Data Penelitian
3.
Alat Tulis
59
DASAR TEORI
Concept Selection (pemilihan konsep) adalah sebuah proses untuk mengevaluasi konsep
berdasarkan kebutuhan konsumen (customer needs) dan kriteria lain, membandingkan
kelebihan dan kelemahan relatif dari sebuah konsep, memilih satu atau lebih dari konsep
produk untuk pengkajian, pengujian dan pengembangan lebih lanjut (Ulrich, 2003).
Pemilihan konsep melibatkan proses membandingkan (comparison) dan proses
pengambilan keputusan (decision making).
External decision
Pemilihan konsep berdasarkan pilihan konsumen, klien atau pihak eksternal lain.
Dalam pemilihan konsep yang melibatkan puluhan sampai ratusan konsep, metode
ini sebaiknya tidak digunakan karena akan menyulitkan konsumen dalam memilih.
External decision dapat digunakan pada tahap pemilihan konsep terakhir dengan
pilihan konsep produk yang cenderung sedikit.
2.
Product champion
Pemilihan konsep berdasarkan pilihan pribadi seorang anggota dari tim
pengembangan produk yang dianggap berpengaruh dan berpengalaman. Metode ini
dapat digunakan jika tim pengembangan produk mengalami kesulitan dalam memilih
konsep. Akan tetapi akan jauh lebih baik pemilihan dilakukan secara konsensus antar
anggota tim.
3.
Intuition
Pemilihan konsep berdasarkan perasaan. Konsep yang dipilih dirasa lebih baik
dibandingkan konsep lainnya. Pemilihan dengan metode ini sebaiknya dihindari
karena pemilihan konsep produk seharusnya dilakukan secara objektif dan
mempunyai dasar kuat.
4.
Multivoting
Pemilihan konsep berdasarkan jumlah voting yang paling banyak dari tim
pengembangan produk. Keberhasilan dari metode multivoting ini tergantung dari
seberapa objektifnya anggota tim pengembangan produk menentukan pilihannya.
60
5.
Web-based survey
Pemilihan konsep menggunakan online survey tools. Setiap konsep dipilih oleh
banyak orang untuk dicari konsep yang terbaik.
6.
7.
8.
Decision matrices
Pemilihan konsep berdasarkan pemberian harga pada setiap kriteria pemilihan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam memilih metode untuk concept selection, disarankan untuk memilih metode yang
terstruktur. Karena dengan metode yang terstruktur tersebut, diharapkan dapat menjaga
objektivitas, serta membantu tim pengembangan produk untuk memilih konsep produk
yang seringkali tidak mudah. Keuntungan dalam memilih metode yang sudah terstruktur
adalah seperti berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam praktikum, metode Concept Selection yang dipakai adalah metode Decision
Matrices (matriks keputusan). Metode ini didasarkan pada sebuah metode yang
dikembangkan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan sering disebut metode seleksi
Pugh (Pugh Concept Selection). Metode ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap Concept
Screening (penyaringan konsep) dan Concept Scoring (penilaian konsep).
61
Penyaringan konsep bertujuan untuk merampingkan jumlah konsep secara cepat dan
selanjutnya mengembangkannya menjadi konsep yang lebih baik untuk dievaluasi pada
tahap penilaian konsep (Batan, 2012). Penyaringan konsep sebaiknya dilakukan cukup
hati-hati, karena dari tahap ini akan keluar keputusan untuk beberapa konsep terpilih.
Terdapat enam tahapan untuk menyaring konsep sebuah produk (Ulrich, 2003), yaitu:
a) Persiapan matriks seleksi.
b) Melakukan penilaian terhadap konsep.
c) Membuat rangking konsep.
d) Membuat kombinasi dan pengembangan konsep.
e) Pemilihan satu atau lebih konsep.
f)
Pada tahap penyaringan konsep, diharapkan sudah terjadi seleksi beberapa konsep dari
seluruh konsep produk yang sudah dibuat, baik dalam bentuk gambar lengkap maupun
gambar sketsa. Kriteria seleksi dapat ditentukan dari beberapa hal meliputi karakteristik
teknis dan ekonomi yang umum, atau persyaratan dari daftar kebutuhan. Jumlah kriteria
62
sebaiknya tidak terlalu banyak, yaitu hanya 8-15 kriteria. Contoh kriteria yang dapat
digunakan adalah kriteria fungsi, geometri, ergonomis, mudah dipergunakan, umur
panjang atau biaya manufaktur rendah (Batan, 2012).
Untuk membandingkan satu konsep dengan satu konsep lainnya disarankan untuk
membuat konsep referensi (reference concept). Konsep referensi berfungsi sebagai
pembanding satu konsep dengan satu konsep lainnya. Konsep referensi biasanya
ditetapkan dari standar atau dari solusi suatu masalah yang sudah dikerjakan sebelumnya,
yaitu produk terakhir yang sudah dihasilkan (produk eksisting).
Tabel 4.1 Contoh Matriks Concept Screening
Konsep Produk
Kriteria Seleksi
C (Referensi)
Fungsi
Geometri
Mudah digunakan
Jumlah +
Jumlah 0
Jumlah -
Skor Bersih
-1
-2
Ranking
Tidak
Ya
Dilanjutkan?
Kombinasikan Kombinasikan
Tidak
Nilai sebuah konsep ditetapkan dengan nilai relatif konsep terhadap konsep referensi pada
masing-masing kriteria dengan tanda (+, 0, -). Jika sebuah konsep lebih baik (better than)
daripada konsep referensi, pada kolom evaluasi diberi tanda +; jika sebuah konsep dirasa
sama (same as) dengan konsep referensi diberi tanda 0; atau bila konsep dirasa lebih buruk
(worse than) daripada konsep referensi diberi tanda -. Tanda tersebut diberikan kepada
masing-masing konsep untuk seluruh kriteria seleksi.
Setelah langkah rangking konsep produk telah ditentukan, perlu dilakukan langkah
verifikasi. Verifikasi bertujuan untuk melihat apakah ada konsep yang perlu diperbaiki atau
digabung sehingga menjadi lebih baik dari konsep lainnya, termasuk konsep referensi.
Perbaikan dan penggabungan ini dapat dilakukan jika nilai akhir dari beberapa konsep
63
sama. Verifikasi juga dapat dilakukan jika ada kemungkinan ide atau kreativitas baru dapat
digabungkan ke dalam konsep produk terpilih. Jika ada lebih dari satu konsep terpilih atau
ada konsep yang berpotensi untuk dikembangkan, maka bisa dilakukan tahap berikutnya
dengan memberikan nilai pada setiap konsep (concept scoring).
2.
Penilaian konsep adalah tahap lanjutan dari penyaringan konsep. Penilaian konsep
bertujuan untuk memilih beberapa konsep menjadi konsep akhir (konsep terpilih).
Penilaian konsep mempunyai enam tahapan yang sama seperti penyaringan konsep untuk
menilai sebuah konsep.
a) Persiapan matriks seleksi,
b) Membuat nilai (rate) konsep,
c) Membuat rangking konsep,
d) Membuat kombinasi dan pengembangan konsep,
e) Pemilihan satu atau lebih konsep, dan
f)
Kriteria Seleksi
Bobot
(%)
A (Konsep
Referensi)
Skor
Rating
Bobot
B
Rating
...
Skor
Bobot
Rating
N
Skor
Bobot
Rating
Skor
Bobot
Total Skor
Rangking
Dilanjutkan?
Pemilihan konsep referensi dipilih dari konsep dengan rangking tertinggi pada
tahapan penyaringan konsep (tidak harus dari produk eksisting). Untuk penilaian,
sapat digunakan skala sebagai berikut:
64
Rating
Same as reference
65
TRIVIA
Kabinet dapur Slice Slide-Down adalah rak dinding dengan tinggi yang
dapat disesuaikan dan dapat meluncur ke bawah pada sudut miring
sehingga berbagai barang yang di simpan di dalam rak tersebut dapat
diambil dengan mudah.
(www.internationaldesignaward.com/competition-2015)
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Ulrich, K., & Eppinger, S. (2012). Product Design and Development. New York:
McGraw-Hill.
66
MODUL 5
DETAIL DESIGN:
MATERIAL SELECTION AND DESIGN FOR MANUFACTURING
Planning
Concept
Development
System-Level
Design
Detail
Design
Testing
and
Refinement
Production
Ramp-Up
TUJUAN UMUM
1.
2.
Praktikan mampu memahami peranan Design for Manufacturing (DFM) serta tahaptahap DFM.
3.
TUJUAN KHUSUS
1.
2.
3.
LANDASAN TEORI
1.
2.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes awal
2.
Penjelasan materi
3.
Praktikum
4.
Jurnal
Komputer
2.
Software Excel
3.
Alat tulis
69
DASAR TEORI
1.
MATERIAL SELECTION
1.1
Definisi Material
Material adalah zat atau benda dimana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang
yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu sehingga menjadi lebih berdaya guna.
Proses meningkatkan nilai guna material berjalan seiring kemajuan pengetahuan
manusia yang dimulai dengan cara-cara sederhana berdasarkan intuisi atau naluri,
kemudian berkembang melalui proses yang lebih logis dan akhirnya melalui
penelitian-penelitian ilmiah serta teknologi pengolahan yang semakin tinggi dan
selalu berkembang maju.
1.2
Klasifikasi Material
Terdapat begitu banyak jenis material yang tersedia di alam, namun di dalam dunia
teknik, klasifikasi material jika dilihat berdasarkan susunan ikatan penyusunnya
maka secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu Ceramics, Metals dan
Polymers. Berikut ini gambar yang menunjukkan klasifikasi material:
70
sebagus
apapun
desain
produk
yang kita
buat
jika
pemilihan
bahan/materialnya tidak tepat maka semua itu akan sia-sia. Maka dari itu sangat
diperlukan pengetahuan tentang pemilihan material untuk suatu produk yang akan
kita buat.
Sebelum kita memilih material yang akan kita gunakan ada baiknya kita mengetahui
dulu kegunaan utama/fungsi utama produk yang akan dibuat. Contohnya gunting,
gunting memiliki fungsi utamanya berupa memotong. Berangkat dari sana, dapat kita
ketahui bahwa untuk memotong suatu benda maka gunting memerlukan suatu
material yang kuat dan tidak mudah pecah. Itulah mengapa material dari gunting
dipilih dari stainless steel karena hal tersebut dilihat dari karakteristik stainless steel
71
yaitu kuat dan tidak mudah pecah. Berikut adalah beberapa contoh dari karakteristik
material:
a.
Besi Cor
Besi cor adalah suatu bahan yang sangat penting yang dipergunakan sebagai
bahan coran lebih dari 80%. Komposisi kimianya ditetapkan dalam diagram
keseimbangan Fe-C pada batas kelarutan karbon pada besi , yaitu
mengandung 2% karbon atau lebih, tetapi besi cor yang nyata terdiri dari
paduan yang berkomponen banyak yang mengandung Si, Mn, P, S, dan unsur
lainnya. Besi cor mempunyai kekuatan yang tinggi tapi kurang ulet. besi cor
mempunyai kekuatan tarik 30kgf/mm2.
b.
Tembaga
Secara industri sebagian penggunaan tembaga dipakai sebgai kawat atau bahan
untuk menukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan panasnya yang
baik. Hantaran panas tembaga pada 20 derajat celcius adalah 0.941
cal/(cm.derajat.detik).
c.
Kuningan 70-30
Komposisi utama adalah 70% Cu dan 30% Zn, dengan kekuatan tarik 32,6
(kgf/mm2), kekuatan mulur 11,5 (kgf/mm2) dan perpanjangan 60%.
d.
Brons fosfor
Komposisi utama adalah 94.8%Cu, 5.0%Sn, dan 0.25%P, dengan kekuatan
tarik 35kgf/mm2, kekuatan mulur 14kgf/mm2, dan perpanjangan 58%.
e.
Secara garis besar material, mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya dan secara
umum. Sifat-sifat tersebut akan mendasari dalam pemilihan material. Sifat tersebut
dibagi menjadi empat dengan penjelasan sebagai berikut:
a.
Sifat Mekanik
Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap
pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya.
72
Dalam prakteknya, pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik
dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu di
mana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban
dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk mengetahui sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test)
dan dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan
keadaan dari material tersebut. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada
material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material
b. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik
adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh
73
d. Sifat Kimia
Sifat kimia pada suatu material dapat dilihat dari tingkat oksidasi, korosi,
kandungan racun serta kemampuan bakar.
74
All Materials
Function
Constraints*
Objective
Free variables
75
b.
c.
d.
Estetika/keindahan
e.
f.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
2.1
76
2.2
b.
c.
d.
e.
77
a.
Manufacturing
Cost
Components
Assembly
Standard
Custom
Labor
Raw
Material
Processing
Tooling
Equipment
and Tooling
Overhead
Support
Indirect
Allocation
78
b.
79
perbedaan pada
komposisi
material.
Pendekatan
untuk
menghindari
biaya
produksi
bukan
satu-satunya
tujuan
dari
proses
80
TRIVIA
Iphone 6S
81
MODUL 6
COMPUTER SIMULATION
Planning
Concept
Development
System-Level
Design
Detail
Design
Testing
and
Refinement
Production
Ramp-Up
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat menguji produk dengan menggunakan metode Finite Element
Analysis (FEA).
2. Praktikan dapat menilai postur tubuh dengan menggunakan Antropometri dan
memanfaatkan hasil analisisnya untuk memperbaiki rancangan produk.
3. Praktikan dapat melakukan pebaikan design.
LANDASAN TEORI
1. Metode Finite Element Analysis
2. Antropometri
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Tes awal
2. Penjelasan Materi
3. Praktikum
4. Tes Akhir
ALAT DAN BAHAN
1. Komputer
2. Software Solidworks
3. Antropometri
85
DASAR TEORI
1. SOLIDWORKS
SOLIDWORKS merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh Dassault Systmes.
Pada perangkat lunak ini terdapat 3 template utama, yaitu:
a. Part
Merupakan template pada SOLIDWORKS yang digunakan untuk membuat
komponen 3D dengan menggunakan berbagai feature yang ada di SOLIDWORKS.
Komponen yang dibuat dapat digabungkan dalam menu assembly dan juga dapat
dituangkan dalam bentuk 2D dengan menu drawing. Feature sendiri merupakan
operasi-operasi yang digunakan untuk membuat komponen dari sketsa yang ada.
Extension file untuk part SolidWorks adalah .SLDPRT.
b. Assembly
Adalah template pada SOLIDWORKS yang berguna untuk menggabungkan
beberapa komponen untuk menghasilkan sebuah benda. Benda yang telah dirakit
dapat dituangkan dalam bentuk 2D dengan menu drawing. Pada menu ini,
extension file-nya adalah .SLDASM.
c. Drawing
Merupakan template pada SOLIDWORKS yang digunakan untuk menuangkan
komponen atau benda yang telah dibuat ke dalam bentuk 2D. Extension file untuk
SolidWorks Drawing adalah .SLDDRW.
2. Metode Finite Element Analysis
Metode finite elemen analysis adalah metode numerik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan teknik dan masalah matematis dari suatu gejala fisika. Tipe
masalah teknis dan matematis fisika yang dapat diselesaikan dengan metode finite elemen
analysis terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok analisa struktur dan kelompok
masalah-masalah non struktur.
Tipe-tipe permasalahan struktur meliputi:
1. Analisa tegangan/stress, meliputi analisa truss dan frame serta masalah-masalah
yang berhubungan dengan tegangan-tegangan yang terkonsentrasi.
86
87
a. Menentukan fixtures untuk menjaga part dari pergerakan ketika beban diberikan. Jenisjenis fixture untuk analisis tegangan solid pada berikut
Tipe Fixture
Deskripsi
Circular
Symmetry
Fixed
Fixed Hinge
Immovable
On
Cylindrical
Faces
On Flat Face
Roller/Sliding
or Symmetry
Use Reference Fixture yang digunakan adalah face, edge atau vertex
Geometry
b. Menentukan loads pada part. Jenis-jenis fixture untuk analisis tegangan solid pada
berikut
Tipe Loads
Deskripsi
Bearing Load
Certifugal
88
Force
Force
Gravity
Percepatan gravitasi.
Pressure
Remote
Load/mass
Temperature
c. Menetapkan material.
d. Meshing dan Run Simulation.
e. Visualisasi hasil:
von misesstress.
Software Solidworks 2012 juga telah banyak digunakan di dunia industri untuk melakukan
perancangan berbagai produk seperti di bidang automotif, penerbangan dan pertahanan,
elektronika,
permesinan,
medis,
alat
berat,
perminyakan,
transportasi
umum,
89
Simulasi struktur las. Memastikan bahwa struktur las berfungsi pada kondisi prima.
Memberikan tekanan, gaya dan beban bearing (bantalan). Kemudian memakai alat
visualisasi seperti plot, ISO clipping, dan animasi untuk meninjau perubahan akibat
nilai aksi gaya, tekanan, dan beban bantalan.
4. Antropometri
Antropometri diambil dari bahasa yunani yaitu antro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran sehingga antropometri menurut bahasa adalah pengukuran manusia.
Secara definisi antropometri adalah studi yang mempelajari dimensi tubuh manusia seperti
ukuran, kekuatan, kecepatan dan lain-lain yang berkaitan dengan gerak tubuh manusia,
Stevenson (1989) berpendapat bahwa antropometri adalah suatu kumpulan data numerik
yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Antropometri dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
90
1. Antropometri statis
Antropometri statis adalah ukuran-ukuran dan karakteristik tubuh manusia pada
keadaan yang ditentukan dan dalam keadaan diam.
Contoh: tinggi badan, lebar bahu, lebar telapak tangan, dan lain-lain.
2. Antropometri dinamis adalah ukuran-ukuran dan karakteristik tubuh manusia dalam
keadaan bergerak atau kemungkinan gerakan yang terjadi saat melakukan aktivitas
tertentu.
Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan tangan, dan lain-lain.
Data-data hasil pengukuran tubuh manusia baik statis maupun dinamis disebut data
antropometri, data antropometri untuk masyarakat Indonesia (Nurmiyanto, 1991)
dijelaskan pada gambar VI.1 dan VI.2. Data antropometri sendiri dapat digunakan untuk
merancang produk atau peralatan. Pada penggunaannya dalam perancangan, data
antropometri mempunyai tiga prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau
maksimum).
2. Prinsip perancangan yang bisa disesuaikan.
3. Prinsip perancangan berdasarkan ukuran rata-rata data antropometri.
Pada dasarnya ukuran fisik atau antropometri manusia terdapat perbedaan-perbedaan yang
disebabkan beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi dan konsumsi
gizi, serta pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Data antropometri secara umum digunakan sebagai alat pertimbangan ergonomis dalam
proses perancangan produk atau sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Menurut
Wignjosubroto (2003), data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dll)
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dan sebagainya
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan
sebagainya.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik
91
Perancangan alat kerja atau produk seharusnya dirancang seergonomi mungkin atau sesuai
dengan data antropometri dari pengguna dari alat atau produk tersebut. Apabila alat atau
produk yang dirancang tidak ergonomi akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi
pengguna alat atau produk tersebut.
92
93
94
5.
95
kelayakan secara bisnis dari suatu desain produk. CATIA memiliki aplikasi yang sangat
lengkap (140 aplikasi) untuk berbagai keperluan disiplin ilmu teknik. Simulasi untuk
menguji kekuatan rancangan dapat dilakukan dengan alat FEM Analysis pada CATIA.
CATIA V5R18 merupakan software desain yang dapat melakukan analisis untuk ilmu
ergonomi. Analisis ergonomi yang dapat dilakukan CATIA antara lain:
a. RULA Analisis.
b. Lift / Lower Analysis.
c. Push Pull Analysis.
d. Carry Analysis.
CATIA V5R18 juga menyediakan manikin sebagai model untuk rancangan desain produk
yang dibuat dalam software ini.
6.
Rula merupakan metode ergonomi yang digunakan untuk mengurangi terjadinya risiko
yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang pada tubuh bagian atas. RULA ditemukan
Dr. Lyne Atomney dan Profesor E.Nigel Corlett pada Tahun 1993 di Nothingham, Inggris.
RULA dapat membantu untuk mengurangi risiko cedera pada seorang pekerja. Analisa
RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui apakah risiko
cedera sudah berkurang.
RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan
gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja. Terdapat 5 faktor eksternal yang dapat
menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya cedera pada tubuh bagian atas,
yaitu:
1.
2.
3.
Gaya.
4.
Sikap kerja.
5.
96
Warna
1 dan 2
Hijau
Dapat Diterima
3 dan 4
Kuning
5 dan 6
Orange
Merah
97
TRIVIA
VIDAK. THE ELEMENTS
98
MODUL 7
DETAIL DESIGN II:
DESIGN FOR ENVIRONMENT (DFE), PART DEPLOYMENT,
AND INDUSTRIAL DESIGN
Planning
Concept
Development
System-Level
Design
Detail
Design
Testing and
Refinement
Production
Ramp-Up
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
konsep dari
Design
for
Environment
dan
Praktikan
mampu
memahami
konsep
dari
Industrial
Design
dan
4.
LANDASAN TEORI
1.
2.
3.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1.
Tes awal
2.
Penjelasan materi
3.
Komputer
2.
Software Excel
3.
Alat tulis
101
DASAR TEORI
1.
b.
Recycled content menjelaskan jika material produk berasal dari bahan yang didaur
ulang atau recycled material.
c.
Recyclability menjelaskan jika material produk dapat didaur ulang atau recyclable.
d.
Clean Energy menjelaskan jika produk dibuat dengan energi yang ramah lingkungan
(menggunakan tenaga matahari, turbin, dan lain-lain).
e.
Emissions menjelaskan jika selama proses produksi tidak menghasilkan polusi atau
emisi udara.
f.
Pemanasan global
e.
Polusi udara
b.
f.
Degradasi tanah
c.
Solid waste
g.
Biodiversity
d.
Polusi air
h.
Menipisnya ozon
102
Product Planning
Concept Development
2. Identity Potential
Environmental
Impacts
3. Select DFE
Guidelines
System-Level Design
4. Apply DFE to
Initial Design(s)
5. Assess
Environmental
Impacts
6. Refine Design
Detail Design
Compare to DFE
Goals
Process Improvement
7. Reflect on DFE
Process and Results
103
Faktor internal merupakan objek DFE di dalam organisasi. Beberapa contoh faktor internal
(Brezet dan van Hemel, 1997):
a. Product quality
e. Operational safety
b. Public image
f. Employee motivation
c. Cost Reduction
g. Ethical responsibility
d. Innovation
h. Consumer behavior
Sementara faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan regulasi terkait
lingkungan, referensi konsumen, dan penawaran yang ditawarkan pelanggan. Beberapa
contoh faktor eksternal (Brezet dan van Hemel, 1997):
b.
a. Environmental legislation
d. Trade organization
b. Market demand
e. Suppliers
c. Competition
f. Social pressures
Salah satu aktivitas penting pada perencanaan produk adalah menetukan tujuan akhir dari
DFE untuk setiap proyek pengembangan produk. Banyak organisasi yang merencanakan
strategi lingkungan untuk jangka panjang. Tujuan ini mendefinisikan bagaimana suatu
organisasi memenuhi regulasi lingkungan dan bagaiamana organisasi tersebut mengurangi
dampak lingkungan, baik dari segi produk, servis, maupun operasionalnya.
Tabel 7.2. Contoh Goal dari DFE
Life
Stage
Cycle
Materials
104
Distribution
Use
yang dimaksud
Memberlakukan servis dan operasional yang efisien
Mengurangi emisi dan konsumsi energi selama produk
digunakan
Memfasilitasi product disassembly untuk memisahkan
beberapa komponen
Recovery
Memberlakukan
komponen
yang
dapat
digunakan
kembali
Mengurangi volume waste
c.
DFE membutuhkan partisipan dari berbagai ahli dalam proyek pengembangan produk.
Komposisi dari kelompok terdiri atas pemimpin proyek, ahli lingkungan di bidang kimia
dan material, manufacturing engineer, dan perwakilan dari bagian purchasing dan supply
chain.
Step 2: Mengidentifikasi Dampak Potensial Lingkungan
Dalam tahap pengembangan konsep, DFE dimulai dengan mengidentifikasi dampak
potensial lingkungan. Hal ini memungkinkan tim pengembangan produk untuk
mempertimbangkan dampak lingkungan pada tahap konsep meskipun dengan data yang
sedikit atau tanpa data spesifik (mengenai material dan penggunaan energi, emisi, dan
generasi limbah) yang tersedia untuk produk sebenarnya dan yang lebih rinci mengenai
dampak lingkungan masih belum mungkin. Dalam kasus produk yang didesain ulang,
105
beberapa data yang relevan dapat diberikan melalui analisis dampak dari beberapa produk
yang ada. (Lihat Metode penilaian siklus hidup dalam Step 5 di bawah ini). Gambar 7.1.
menunjukkan grafik yang dapat digunakan untuk menilai dampak lingkungan dari segi
kualitas atas produk siklus hidup.
Pertanyaan
Stage
digunakan?
Berapa banyak bahan yang digunakan, berapa jenis bahan
dan apa yang akan digunakan (kaca, keramik dan lainlain)?
Apakah bahan-bahan ini berasal dari lingkungan hidup?
Berapa banyak
energi
106
diperlukan?
Bagaimana akan menjadi konsumsi energi yang tinggi?
Berapa banyak sampah yang dihasilkan akan?
Apakah dapat dipisahkan untuk daur ulang limbah
produksi?
Apa jenis kemasan transportasi, kemasan curah dan
Distribution
Use
Berapa
banyak
pemeliharaan
dibutuhkan?
Apa dan berapa banyak bahan pembantu dan energi akan
diperlukan?
Apa yang akan menjadi masa estetika produk?
Bagaimana produk dibuang?
Dapatkah produk dengan cepat dibongkar dengan
menggunakan alat umum?
Recovery
107
fase
concept
development
memungkinkan
tim
pengembangan
produk
Tabel 7.4 Pedoman DFE disusun berdasarkan Design for Enviroment Guidelines
Life
cycle
stage
1
Gunakan
sumber
daya
yang
Material
ulang,
pertimbangkan
Menjamin
mengubah
keberlanjutan/kelestarian
sumber daya
beberapa
untuk
komposisi
atau
yang
sudah
dikerjakan
kembali.
6
108
Gunakan
8
material
yang
noncomposite,
nonblended
10
dari
polusi
dan
zat-zat
yang
berbahaya.
Gunakan bahan-bahan yang tidak
11
beracun
dan
berkaitan
aman
terutama
dengan
kesehatan
pengguna.
Gunakan bahan dengan limbah
Menjamin jika input dan 12
ooutput
biogradable.
aman
bagi
kesehatan
13
14
15
16
penanggulangan
Menjamin
Produksi
Penggunaan 17
terstruktur
untuk
mengurangi
Gunakan
Produksi
18
material
yang
tidak
109
19
mengurangi
rejects
waste
pada
dan
proses
produksi.
20
21
22
23
manufacturing
steps
sedikit mungkin.
Stage
Sumber berlimpah*.
Resources)
didaur ulang*.
Tentukan bentuk energi terbarukan*.
110
and Outputs)
sebagai
beberapa
use
ulang
dan/atau
digunakan
Sumber kembali.
use
resources distribution)
meminimalkan
total
volume
material.
Menerapkan daya standar turun untuk
Efisiensi sumber daya
selama
penggunaan
(Efficiency of resources
during use)
Use
fungsionalitas
estetika
untuk
dan
memastikan
111
Pemurnian
(Disassembly,
Separation and
Purification)
sendi
dan
pengencang
Pada tahap desain rinci, spesifikasi bahan yang tepat, geometri rinci, dan proses
manufaktur yang sudah ditentukan. Penerapan pedoman DFE dalam desain rinci pada
dasarnya sama seperti pada desain sistem tingkat, namun, pada saat ini lebih banyak
keputusan yang dibuat dan faktor lingkungan dapat dipertimbangkan dengan lebih presisi.
Dengan menentukan bahan dengan dampak yang rendah dan pengurangan konsumsi
energi, tim pengembangan produk menciptakan lebih banyak produk ramah lingkungan.
Selain itu, pedoman DFE dapat menginspirasi tim pengembangan produk untuk datang
dengan peningkatan fungsi dan daya tahan produk, yang dapat menyebabkan dampak
lingkungan yang lebih rendah secara signifikan.
Setu spine, ditunjukkan dalam Gambar 7.2., terinspirasi oleh tulang punggung manusia.
Studio 7.5 Designer, yang merupakan konsultan desain, membuat prototype banyak iterasi
tulang belakang untuk mencapai dukungan yang tepat dan berbaring. (Lihat Gambar 7.3)
Setelah bentuk tulang belakang ditetapkan, tim harus mencari bahan-bahan yang baik
sesuai persyaratan fungsional dan ramah lingkungan.
Untuk menentukan bahan yang sesuai dengan persyaratan lingkungan dan fungsional, tim
pengembangan menggunakan database bahan milik Herman Miller. Database, dipelihara
bersama-sama dengan MBDC, mempertimbangkan keselamatan dan dampak lingkungan
dari setiap bahan dan mengklasifikasikan mereka ke dalam satu dari empat kategori: hijau
(sedikit atau tidak ada bahaya), kuning (rendah sampai sedang bahaya), oranye (data
lengkap), dan merah (risiko tinggi). Tujuannya adalah untuk hanya menggunakan bahan
yang peringkat kuning atau hijau untuk semua produk baru.
112
Sebagai contoh, Polyvinyl Chloride (PVC) diklasifikasikan sebagai bahan merah. PVC
adalah polimer yang umum digunakan dalam furnitur dan produk lainnya karena biaya
rendah dan kekuatan tinggi. Namun, baik produksi dan pembakaran PVC melepaskan
emisi beracun. Untuk menghindari penggunaan bahan-bahan yang beracun bagi manusia
dan lingkungan (penerapan pedoman DFE: menentukan bahan tidak berbahaya), para
insinyur yang ditentukan bahan yang lebih aman seperti polypropylene dan menghindari
PVC seluruhnya.
113
Gambar 7.4 Contoh desain final dari Setu spine (Kiri) dan base alumunium (Kanan).
(Sumber : Herman Miller, Inc.)
114
Salah satu yang trade-off sulit dalam pengembangan Setu terkait dengan pemilihan bahan
untuk lengan kursi. Sementara mereka bertekad untuk menghindari menggunakan PVC,
tim tidak mampu membentuk lengan menggunakan semua bahan olefin (seperti
polypropylene) karena kekhawatiran tentang daya tahan dan kegagalan kelelahan.
Solusinya dibentuk dari nilon dan cetakan dengan elastomer termoplastik.
Step 7: Menerapkan Proses DFE dan Hasilnya
Seperti halnya dengan setiap aspek dari proses pengembangan produk, kegiatan terakhir
adalah untuk memberikan kesimpulan dengan menjawab berbagai pertanyaan sebagai
berikut:
a. Seberapa baik kita melaksanakan proses DFE?
b. Bagaimana proses DFE memberikan perbaikan desain?
c. Perbaikan DFE apa yang dapat dilakukan pada produk derivatif dan produk di masa
depan?
Berdasarkan alat penilaian DFE Herman Miller, pada skala 0 sampai 100%, dengan 100%
menjadi "cradle-to-cradle" produk yang benar-benar, kursi Setu mencapai peringkat 72%,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.5.
Tabel 7.6 Empat faktor pertimbangan alat penilaian DFE
DFE Assessment
Faktor
Setu Score
Faktor Weight
Weighted
Score
Bahan Kimia
50 %
33.3 %
16.7 %
44 %
8.4 %
3.7 %
Pembongkaran
86 %
33.3 %
28.6 %
Daur Ulang
92 %
25.0 %
23.0 %
100 %
72 %
Score Akhir
2. PART DEPLOYMENT
2.1 Definisi dan Struktur Matriks Part Deployment
Menurut Cohen dalam Benner, et al. (2002), setelah tahap penyusunan matriks HOQ tahap
selanjutnya adalah penyusunan matriks design deployment atau part deployment sehingga
dapat disimpulkan bahwa part deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD
atau lebih dikenal dengan sebutan QFD Iterasi 2. Pada proses perancangan dan
115
C
Critical Part
(Part Specification)
A
Technical
Requirements
(Metric)
D
Matriks Hubungan
(Dampak Part Specification
Terhadap Technical Requirements)
B
Nilai
Kontribusi
Technical
Requirements
E
Matriks Target Part Specification
(Column Weight, Target)
Bagian A
Bagian ini berisi persyaratan teknis/metrik yang sebelumnya telah diperoleh dari QFD
Iterasi 1.
116
b.
Bagian B
Bagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang diperoleh dari
QFD Iterasi 1.
c.
Bagian C
Pada bagian ini berisikan mengenai part specification (critical part) yang
berhubungan dan bersesuaian dengan technical requirement yang diperoleh pada QFD
iterasi 1.
d.
Bagian D
Bagian ini menggambarkan hubungan di antara part specification dan technical
requirement, sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak keduanya.
e.
Bagian E
Bagian ini berisi:
Technical requirements/metrik yang terpilih dari matriks HOQ, pada matriks part
deployment akan berubah menjadi kebutuhan untuk dicantumkan sebagai baris pada bagian
kiri rumah.
117
118
persyaratan teknik terpilih bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan desain yang diinginkan.
119
e.
Simbol
Arti
Nilai
Blank
Hubungan lemah
Hubungan sedang
Hubungan kuat
Langkah terakhir dalam penyusunan matriks part deployment adalah menentukan bobot
kepentingan pada suatu desain produk. Nilai bobot diperoleh dengan cara mengalikan
antara nilai bobot relatif persyaratan teknik dengan hubungan antara part kritis dengan
persyaratan teknik. Bobot kepentingan ini menempati bagian bawah rumah pada matriks
part deployment.
120
Dreyfuss memaparkan bahwa ada lima tujuan utama yang dapat didukung oleh industrial
designer ketika mengembangkan produk baru:
a.
Utility - interaksi produk dengan manusia harus aman, mudah digunakan, dan intuitif.
Setiap fitur harus memiliki bentuk yang dapat mengomunikasikan fungsinya.
b.
Appearance - Bentuk, proporsi, dan warna digunakan agar secara keseluruhan produk
menjadi menyenangkan.
c.
d.
Low cost - Bentuk dan fitur memiliki pengaruh yang besar terhadap peralatan
produksi, hal ini harus dipertimbangkan.
e.
b.
121
1.
2.
3.
Preliminary Refinement: pada tahap ini desainer akan membuat model yang akan
dianalisis oleh industrial designer, engineer, personil pemasaran dan konsumen
potensial dengan menyentuh, merasakan, dan memodifikasi model.
4.
5.
6.
122
b.
Emotional Appeal
Bagian ini menentukan peringkat dari keseluruhan daya tarik suatu produk. Daya tarik
dapat dilihat dari tanpilan, suara, bau, dan sebagainya.
Berikut contoh pertanyaan untuk menentukan kualitas spesifikasi produk:
c.
d.
Seberapa mudah dan jelas petunjuk untuk membersihkan paper jam pada printer?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengganti baterei pada remote?
Seberapa baik sumber daya yang sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen?
Apakah pemilihan material sudah tepat (dari segi harga dan kualitas)?
Apakah produk over atau undersigned (apakah produk memilik fitur-fitur yang
tidak diperlukan)?
123
e.
Product Differentiation
Bagian ini menentukan peringkat dari seberapa unik dan konsisten dari sebuah produk,
yang juga menjadi ciri khas dari perusahaan yang memproduksi produk tersebut.
Diferensiasi produk terlihat dari tampilan produk tersebut.
Apakah konsumen yang melihat produk ini disebuah toko dapat mengenalinya
berdasarkan tampilan produk?
TRIVIA
Flatboat adalah kursi lipat yang terbuat dari kayu lapis. Sungguh luar biasa karena
memiliki dua fungsi yang berbeda tergantung di ruang mana ia berada. Kursi lipat ini
dibuat dari satu lembar kayu lapis dan didesain khusus di permukaannya. Engselnya
tersembunyi di dalam ketebalan lapisan kayu, sehingga engsel-engsel tersebut tidak terlihat
ketika kursi yang digantung di dinding. Kursi lipat ini merupakan solusi untuk menghemat
ruang di apartemen kecil dan rumah-rumah. Tersapat lubang bulat di bagian atas kursi
yang dapat digunakan untuk menggantung kursi lipat ini di dinding. Bahan utama yang
ringan
membuat
kursi
ini
mudah
(www.internationaldesignaward.com/competition-2015).
124
untuk
dipindah-pindahkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Iqbal, M., & Hani, A. (2010). Buku Ajar Perancangan Produk. Bandung: Fakultas
Rekayasa Industri IT Telkom.
2. Karl T. Ulrich, S. D. (2008). Product Design and Development. Singapore:
McGraw-Hill.
3. Ulrich, K. T. (2012). Product Design and Development. McGraw-Hill.
125
MODUL 8
MENGENAL KONSEP RAPID PROTOTYPING DAN
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)
Planning
Concept
Development
System-Level
Design
Detail
Design
Testing
and
Refinement
Production
Ramp-Up
TUJUAN PRAKTIKUM
1.
2.
3.
LANDASAN TEORI
Konsep Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
PROSEDUR PRAKTIKUM
Tes Awal
Penjelasan Materi
Praktikum
Tes Akhir
ALAT DAN BAHAN
Prototype Produk I
Software Ms. Excel
129
DASAR TEORI
4.
Mengenal dan memprediksi potensial kegagalan dari produk atau proses yang dapat
terjadi.
b.
Memprediksi dan mengevalusi pengaruh dari kegagalan pada fungsi dalam sistem
yang ada.
c.
Menunjukkan prioritas terhadap perbaikan suatu proses atau sub sistem melalui daftar
peningkatan proses atau sub sistem yang harus diperbaiki.
d.
e.
130
Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir.
b.
Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang
menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
c.
d.
Occurrence (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa
penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat
tertentu.
Tabel 8.1 Rating Occurance
(Sumber : Gasperz, 2002, p.251)
Ranking
1
Probablilitas
Kriteria Verbal
Tidak
Kegegalan
mungkin
penyebab
ini
1 dalam1000000
mengakibatkankegagalan
2
3
1 dalam200000
Kegagalan akan jarang terjadi
1 dalam4000
4
5
1 dalam1000000
Kegagalan agak mungkin terjadi
1 dalam4000
1 dalam80
terjadi
Hampir
10
1 dalam20
dapat
dipastikan
bahwa 1 dalam8
1 dalam2
131
e.
Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana
buruknya penggguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut.
Tabel 8.2 Rating Severity
(Sumber: Gasperz, 2002, p.250)
Ranking
Kriteria Verbal
Neglible severity, kita tidak perlu memikirkan akibat yang akan
penurunan
dalambatas toleransi
High severity, akibat akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak
10
kinerja
atau
penampilan
namun
masih
berada
Catatan : tingkat severity berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan
rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan
pertimbangan rekayasa(engineering judgement )
f.
Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas dan metode
pencegahan atau pendektesian.
Frekuensi Kejadian
132
Kemungkinan
rendah.
moderat.
Kemungkinan
penyebab
terjadi
Metode
pencegahan
penyebab
terjadi
Kemungkinan
penyebab
terjadi
10
Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating severity, detectability
dan rating occurance.
RPN = (S) x (D) x (O)
akhir
membantu
desainer
untuk
yang
berkaitan
dengan
masalah-masalah
yang
potensial
yang
telah
133
Severity, merupakan skala yang memeringkatkan severity dari efek-efek yang potensial
dari kegagalan.
b.
c.
Setelah pemberian rating dilakukan, nilai RPN dari setiap penyebab kegagalan dihitung
dengan rumus:
RPN = Severity x Occurence x Detection
Nilai RPN dari setiap masalah yang potensial dapat kemudian digunakan untuk
membandingkan penyebab-penyebab yang teridentifikasi selama dilakukan analisis. Pada
umumnya RPN jatuh di antara batas yang ditentukan. Tindakan perbaikan dapat diusulkan
atau dilakukan untuk mengurangi risiko. Ketika menggunakan teknik risk assessment,
sangat penting untuk mengingat bahwa tingkat RPN adalah relatif terhadap analisis
tertentu (dilakukan dengan sebuah serangkaian skala peringkat yang umum dan analis tim
yang berusaha untuk membuat peringkat yang konsisten untuk semua penyebab masalah
yang teridentifikasi selama melakukan analisis). Untuk itu, sebuah RPN didalam sesuatu
analisa dapat dibandingkan dengan RPN yang lainnya di dalam analisis yang sama, tapi
dapat menjadi tidak dapat dibandingkan terhadap RPN didalam satu analisa yang lain.
Meskipun ada banyak tipe dan standar kebanyakan FMEA terdiri dari suatu kumpulan
prosedur yang umum. Secara umum, analisis FMEA dipengaruhi oleh tim yang bekerja
secara cross function pada tahap yang bervariasi pada waktu desain, proses pengembangan
dan perkaitan pada umumnya terdiri dari:
a. Item/Process: mengidentifikasi item atau proses yang akan menjadi subyek dari
analisis. Termasuk beberapa penyelidikan terhadap desain dan karakteristikkarakteristik reliabilitas.
134
135
TRIVIA
136
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D.W. (2003): Pengendalian Kualitas Statistik, Yogyakarta, Andi
Gasperz, Vincent, (2008): The Executive Guide To mplementing Lean Six Sigma,
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Iqbal, M., & Hani, A. (2010). Buku Ajar Perancangan Produk. Bandung: Fakultas
Rekayasa Industri IT Telkom.
McDermott, R. E., Mikulak, R. J., Beauregard, M. R., & Books24x7, I. (2009). The basics
of FMEA, 2nd edition (2nd ed.). New York: CRC Press.
Ulrich, K., & Eppinger, S. (2012). Product Design and Development. New York:
McGraw-Hill.
137