SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, sejauh yang
saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah
dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di
lingkungan Universitas Indonesia maupun Perguruan Tinggi atau Instansi
manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana
mestinya.
DR.Ir.Sunaryo
selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan, diskusi dan bimbingan serta persetujuan sehingga tugas akhir ini
dapat selesai dengan baik.
ABSTRAK
ABSTRACT
The results showed, that there are relationship between numbers of layer with
Young s Modulus. The results also showed that Abaca Natural Fibre
composite with several layers still have the value below the standard of rules
of BKI and Llyod Register.
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ ii
PENGESAHAN ....................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................. 1
1.2. PERMASALAHAN ...................................................................... 2
1.3. TUJUAN PENELITIAN .............................................................. 3
1.4. PEMBATASAN MASALAH ....................................................... 3
1.5. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 4
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................... 5
BAB V KESIMPULAN............................................................................ 64
DAFTAR ACUAN ................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 67
LAMPIRAN ............................................................................................. 69
Halaman
Halaman
Tabel 2.1 Fungsi dan Contoh antara Serat dan Matriks .................................. 7
Tabel 2.2 Perbandingan Serat Alam dengan Serat Sintetis ............................. 9
Tabel 2.3 Kandungan Kimia Serat Pisang Abaca ......................................... 10
Tabel 2.4 Karakteristik Serat Pisang Abaca .................................................. 11
Tabel 2.5 Karakteristik Resin Epoxy ............................................................. 13
Tabel 4.1 Rekapitulasi Analisis Teoritis ....................................................... 45
Tabel 4.2 Perbandingan Perhitungan Teoritis dengan Hasil Uji .................. 60
Tabel 4.3 Data Perbandingan Hasil Uji dengan Rules BKI ......................... 61
Tabel 4.4 Karakteristik Mekanika Laminating resins Llyod s Register....... 62
Tabel 4.5 Data Perbandingan Hasil Uji dengan Rules Llyod Register ........ 63
Halaman
Lampiran 1 Hasil Pengujian dan Grafik Hasil Pengujian ........................... 68
Lampiran 2 Gambar Pengujian.................................................................... 74
1.2 PERMASALAHAN
b) Serat Pisang Abaca yang digunakan adalah sudah dalam bentuk jadi tanpa
harus memproses dari bahan awal.
e) Komposit yang dibuat terdiri dari beberapa lapis (Laminate), yaitu 4 lapis
dengan arah orientasi sudut [00/900] dan 6 lapis dengan arah orientasi
sudut [-450/+450]. Analisa dilakukan dengan membandingkan dengan
teori perhitungan yang sesuai.
- KOMPOSIT
7 Cost
Serat alam yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah serat
Pisang Abaca. Pisang Abaca (Musa textilis) adalah salah satu spesies
pisang yang merupakan tumbuhan asli Filipina, namun tumbuhan liar ini
tumbuh dengan baik di Kalimantan dan Sumatera. Serat Pisang ini diambil
dari batangnya yang dikeringkan. Dari serat ini dapat dibentuk menjadi
benang, sehingga pakaian tradisional Filipina dibuat dengan menggunakan
serat tanaman ini. Penanaman Pisang Abaca untuk tujuan komersial mulai
diminati di Indonesia. Sejumlah investor telah menanamkan modalnya di
Jawa Timur dan Sulawesi tengah untuk menanam pisang jenis ini.
Bahkan, pada zaman penjajahan Belanda, penanaman Pisang Abaca yang
cukup luas pernah diusahakan di Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Abaca, khususnya Abaca liar, yang tumbuh tidak
beraturan merupakan gulma atau tanaman pengganggu di areal hutan yang
hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian
tumbuhan tersebut nantinya tidak perlu diberantas, tetapi dibudidayakan
dengan pengelolaan yang intensif untuk menghasilkan serat dengan
kualitas yang tinggi. Berdasarkan klasifikasinya tanaman Pohon Pisang
Abaca ini termasuk ke dalam :
Kerajaan : Plantae
Lignin 9.5-13 %
-Selulosa 79-90 %
Ekstrak larutan 1%
Air 2%
Abu 1%
MATRIKS
1) Thermoset Polimer : Epoxy, Poliesther, Phenolic, dan Polyamides.
R R
Gambar 2.1 Ikatan atom resin epoxy
Kelebihan yang dimiliki oleh epoxy antara lain memiliki kekuatan
yang tinggi, penciutan yang rendah, proses adhesi yang baik keberbagai
substrate, penghambat listrik, tingkat toksi yang rendah, mendistribusikan
tegangan yang diterima ke setiap serat, memiliki daya tahan yang baik
terhadap pembebanan yang kontinyu dan terjadinya keretakan selama
pengeringan relatif kecil (Syuherman, 2003). Kekurangannya adalah
waktu pengeringan yang lama, beracun, dan harga relatif lebih mahal.
Resin yang dipakai pada pengujian kali ini memiliki karakteristik sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Karakteristik Resin Epoxy
Karakeristik Nilai
P
lim .............( 2 .1)
A 0 A
( t 0 ) / 0 ...............(2.2)
E .................(2.3)
Dirumuskan :
wi
Fw .................(2.4)
wc
Dirumuskan:
vi
Fv .................(2.6)
vc
Keterangan :
Fv = Fraksi volume dari unsur
vi = Volume unsur pembentuk, mm3
vc = Volume komposit, mm3
Penjumlahan fraksi dan fiber, matriks dan ruang kosong (void) sama
dengan satu.
Dirumuskan :
vf + vm + vv = 1 .............................(2.7)
(K. Kaw, Autar, pp.156, 1997)
2. 4. 1. 3 Densitas
Densitas dari komposit dapat ditentukan dari penjumlahan dari perkalian
tiap-tiap unsur pembentuk dengan fraksi volumenya.
f .v f m .vm
c .................(2.8)
vc
Keterangan :
c = Densitas komposit, gr/mm 3
1
L L
(Gambar 2.2, Element komposit pembebanan dalam
arah longitudinal)
Gaya yang diterima komposit mengacu pada hukum campuran (Law of
Mixture) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fc = Fr + F m .(2.9)
Keterangan :
Fc = Gaya yang diterima komposit, N
Fr = Gaya yang diterima serat, N
Fm = Gaya yang diterima matriks, N
Mengingat stress sama dengan gaya pembebanan per luas
area
maka, Fc = c. A c , Ff = f. Af dan Fm = m. Am
Af Am
c f m
Ac Ac
karena fraksi area sama dengan fraksi volume maka :
Af Am
c f m
Ac Ac
Ec . c E f .v f . f E m.v m. m
Ec E f .v f E m .v m ....................(2.10)
Keterangan :
Ec= E1 = Modulus Young Longitudinal, N/ mm 2
(K. Kaw, Autar, pp.162, 1997)
Pengujian tarik komposit dilakukan pada arah transversal yaitu tegak lurus
dari arah serat.
W
l
Strain yang terjadi pada fiber dan serat dituliskan sebagai berikut :
Wf Wm
f Wf f .W f dan m Wm m .Wm
Wf Wm
W2 W f Wm
2 .W f V fW m V mW
2 f Vf m Vm
2 2
2 Vf Vm
E
Stress yang
f
E
terjadi pada
m komposit pada arah transversal adalah :
Vf
E Vm
2
2 2 2
2
......................( 2 .1 3 )
Ef Em
Vf Vm
2 E2 2
Ef Em
2
Vm Vf
E2
2
Ef Em
Dalam
1 mencari
Vf Vkekuatan transversal maksimum komposit terdapat faktor
m
..............( 2 .1 4 )
konsentrasi
E2 E f tegangan
E m (Stress Concentration Factor) dengan persamaan :
Em
1 vf 1
E f
SC F 1
..............( 2 .1 5 )
2
vf Em
1 4
E f
Sedangkan nilai dari transversal strain dapat kita tentukan sebagai berikut :
T
T ( 2 )ult
( 2 )ult ..................(2.17)
E2
Keterangan
:
T
( 2 )ult = Ultimate Transversal Strain
(K. Kaw, Autar, pp.201, 1997)
2.4.1.6 Major Dan Minor Poisson's Ratio
W/
2 2
W 1 1
L L
( Gambar 2.4. Element Komposit pembebanan dalam arah longitudinal)
1
v12 ....................(2.19)
2
Substitusi persamaan :
W = Wm+ Wf
W v12 1= WVmvm 1 + WVfvf 1 , maka :
v12 = Vmvm + Vfvf ..(2.20)
2.4.1.7 Modulus geser
Modulus geser pada bidang, G12 ditentukan dalam pendekatan mekanika
material dengan mengasumsikan bahwa tegangan geser pada fiber dan
matriks adalah sama. Pembebanan ditunjukkan dalam gambar 4 dengan
berdasarkan atas asumsi :
m .................(2.21)
Gm
f .................(2.22)
Gf
Sifat khusus non linier shear stress-shear strain dari komposit berpenguat
iber diabaikan, dalam contoh, sifat tersebut dianggap linier
Pada skala mikroskopik, deformasi ditunjukkan pada gambar 5. total
deformasi geser di definisikan: = W
Deformasi geser yang terjadi pada matriks adalah m = Vm mW dan pada
fiber f = Vf fW sehingga deformasi geser pada komposit = m + f
W = Vm mW + Vf fW
= Vm m + Vf f
Vm . Vf .
G12 Gm Gf
1 Vm V f
.......................(2.23)
G12 Gm G f
Keterangan :
Gf = Modulus Geser Fiber, N/mm2
W 1
x Q11 Q12 Q 16 x
y Q12 Q 22 Q 26 y .......................( 2 .2 4 )
xy
Q16 Q 26 Q 66 xy
o
xQ11 Q12 Q16 x Q11 Q12 Q16 K x
o
y Q12 Q22 Q26 y z Q12 Q22 Q 26 K y .......................(2.26)
xy
Q16 Q26 Q66 o Q16 Q26 Q 66 K xy
xy
Elemen Matriks [Q] masing-masing dirumuskan sebagai berikut :
Q11 = Q11cos4 + Q22 sin4 +2 (Q12+2Q66) sin2 cos2
Q12 = (Q11+Q22-4Q66) sin2 cos2 + Q12 (cos4 + sin4 )
Q22 = Q11sin4 + Q22cos4 + 2(Q12 +2Q66)sin2 cos2
Q16 =(Q11-Q12-2Q66)cos3 sin (Q22-Q12-2Q66)sin3 cos
Q26 = (Q11- Q12 2Q66) cos sin3 -(Q22-Q12-2Q66)cos3 sin
Q66 = (Q11 + Q22 -2Q12-2Q66)sin2 cos2 +Q66(sin4
+cos4 )....................(2.27)
Konstanta Q dalam persamaan diatas memiliki hubungan dengan Modulus
Elastisitas lamina dan poisson s ratio, yang dirumuskan sebagai berikut :
E1 ; Q12 v12E1
Q11
1 v21v12 1 v 21v12
E2
Q22 ; Q66 G12.........................(2.28)
1 v21v12
Pada lamina Orthotropic tegangan normal pada arah 1-2 tidak
menghasilkan regangan geser, begitu juga sebaliknya tegangan geser tidak
menghasilkan regangan normal, maka:
Q16 Q26 0.........................(2.29)
Nx hk x M x hk x
n n
N y y dz; M y y z d z .......................( 2 .3 0 )
k 1 hk 1 k 1 hk 1
N xy xy M xy xy
o
Nx Q11 Q12 Q16 hk x Q11 Q12 Q16 hk
Kx
n n
o
Ny Q12 Q22 Q26 dz y Q12 Q22 Q26 zdz K y .......................(2.31)
k 1 hk 1 k 1 hk 1
Nxy Q16 Q26 Q66 o Q16 Q26 Q66 K xy
xy
o
Mx Q11 Q12 Q16 hk x Q11 Q12 Q16 hk
Kx
n n
o 2
My Q12 Q22 Q26 zdz y Q12 Q22 Q26 z dz K y .......................(2.32)
k 1 hk 1 k 1 hk 1
Mxy Q16 Q26 Q66 o Q16 Q26 Q66 K xy
Dimana : xy
hk hk hk
dz hk hk ; zdz 1 hk 2 hk 2
; z 3dz 1 h k2 h k 2
.........(2.33)
1 2 1 3 1
kh 1 kh 1 kh 1
h/ 0
h/ 2
h/ 1
h/ 2
Midplane
hk+ 1
hk-1
Z
hk
o
Nx A11 A12 A16 x B11 B12 B16 K x
o
Ny A12 A22 A26 y B12 B22 B26 K y
Nxy A16 A26 A66 o B16 B26 B66 K xy
xy
o
Mx B11 B12 B16 x D11 D12 D16 Kx
o
My B12 B22 B26 y D12 D22 D26 Ky ..............................(2.34)
Mxy B16 B26 B66 o D16 D26 D66 Kxy
xy
Matriks [A], [B] dan [D] masing-masing ditulis dalam bentuk persamaan
matematika menjadi:
n
Aij Qij hk hk 1 ;i 1, 2, 3 j 1, 2, 3
k 1 K
n
Bij 1 Qij hk2 hk 2
;i 1, 2, 3 j 1, 2, 3
2 k 1 K
1
n
1
3k1 Q
DPerbandingan kekuatan...,
3
hEdwin 3
h kOlaf ;Julian,
i 1, 2,FT3 UI,
j 2008
1, 2, 3.........................(2.35)
ij ij K k 1
Kombinasi antara matriks gaya dan momen, matriks [A], [B] dan [D]
dengan matriks regangan laminat menjadi:
0
Nx A11 A12 A16 B11 B12 B16 x
0
Ny A12 A22 A26 B12 B22 B26 y
Nxy A16 A26 A66 B16 B26 B66 xy0
..............................(2.36)
Mx B11 B12 B16 D11 D12 D16 Kx
My B12 B22 B26 D12 D22 D26 K
y
Mxy B16 B26 B66 D16 D26 D66 K
xy
BAB III
FABRIKASI KOMPOSIT DAN HASIL UJI
Prosedur Pengujian
1. Lakukan pengukuran dimensi dari specimen uji, baik lebar maupun
ketebalannya menggunakan jangka sorong digital ditiga titik yaitu kanan, tengah
dan kiri pada bagian gage length. Kemudian diambil rata-ratanya.
2. Lakukan penyettingan kecepatan tarik.
3. Specimen dijepit pada grip/dudukan, periksa kelurusan sumbunya Kencangkan
penjepitnya agar tidak terjadi slip.
4. Lakukan penyettingan dengan memasukkan dimensi dari specimen yang akan
diuji dan mengatur kecepatan tariknya yaitu 2 mm/menit.
5. Setelah itu tekan tombol on mesin uji mulai melakukan tarikan sampai
specimen putus.
6. Pengujian dibaca dari komputer yang telah terhubung dengan mesin uji.
7. Ulangi langkah 2-6 untuk specimen lain.
Prosedur Pengujian
1. Lakukan pengukuran dimensi dari specimen uji, bail lebar maupun
ketebalannya menggunakan jangka sorong digital ditiga titik yaitu kanan,
tengah dan kiri pada bagian gage length. Kemudian ambil rata-ratanya
2. Mensetting jarak tumpuan (Support Span=L) dimana L = 16 x t (thickness)
dan mengukur kecepatan, dimana v = 0,01 x L / 6 d(depth of beam).
3. Letakkan sample ke tumpuan.
4. Lakukan penyettingan pada mesin sampai pada zero point.
5. Tekan tombol start pada mesin melalui komputer.
6. pengujian dibaca dari komputer yang telah terhubung dengan mesin uji.
7. Ulangi langkah 2-6 untuk specimen lain.
BAB IV
ANALISIS TEORITIS, ANALISIS HASIL UJI, DAN
PERBANDINGAN HASIL UJI
{(1 vf [1 ( Em / Ef )])}
SCF = 1/ 2
{1 (4vf / ) [1 [ Em / Ef ]]}
00
900
h3
0
0 h4
Dari desain laminat tersebut dapat ditentukan jarak midplane ke lamina tiap
permukaan (h).
h0 = -6 mm
h1 = -3 mm
h2 = 0 mm (midplane)
h3 = 3 mm
h4 = 6 mm
Untuk mendapatkan matriks kekakuan rata-rata dari lamina dengan sudut orientasi
tertentu digunakan persamaan (2.27)
46.16 37.11 0
0
[Q]90 = 37.11 213.4 0 x 109 Pa
0 0 0.62
1557 444 0
[A] = 444 1557 0 x 106 Pa
0 0 7 .5
0 0 0
[B] = 0 0 0
0 0 0
[D] = 1/3 { [Q] 900 ((-0.003)3 (-0.006)3) + [Q]00 (0)3-(-0.003)3) + [Q] 900 (0.003)3
03) + [Q]00 (0.006)3-(0.003)3) }
5223.76 5343.84 0
[D] = 5343.84 18688.32 0 x Pa
0 0 89.28
27 7.7 0
-1
[D ] = 7.7 7.5 0 x 10 -5 Pa
0 0 1120
2 2
cos sin 2 sin cos
2 2
[T] = sin cos 2 sin cos
sin cos sin cos cos 2 sin 2
Hal di atas berarti regangan off axis pada tiap lapisan lamina seragam. Untuk
tegangan off axis, tegangan on axis dan regangan on axis dapat dirumuskan
sebagai berikut
[ ]off axis = [Q] [ ]off axis
Berikut merupakan analisa tegangan dan regangan untuk tiap lapisan lamina.
Lapisan 1 dan lapisan 3 (sudut orientasi 90 0)
1 0 1 0 22989.07 15468.8
2 = 1 0 0 15468.8 Nx Pa = 22989.07 Nx Pa
12 0 0 1 0 0
1 0 1 0 647 185
2 = 1 0 0 185 Nx Pa = 647 Nx Pa
12 0 0 1 0 0
1 1 0 0 647 647
2 = 0 1 0 185 Nx = 185 Nx Pa
12 0 0 1 0 0
ho -450
h1
450
-450
h2
450
-450 h4
450
h5
h6
Gambar 4.2 Desain laminat 6 layer
Untuk mendapatkan matriks kekakuan rata-rata dari lamina dengan sudut orientasi
tertentu digunakan persamaan (2.27)
54.14 54.12 0
[A] = 54.12 54.14 0 x 106 Pa
0 0 39
0 0 0
[B] = 0 0 0
0 0 0
[D] = 1/3{ [Q] -450 (-0.004)3 (-0.006)3) + [Q]450 (-0.002)3-(-0.004)3) + [Q] -450
(03 (-0.002)3) + [Q]450 ((0.002)3-(03)) + [Q] -450 ((0.004)3 (0.002)3) + [Q]450
((0.006)3-(0.004)3)}
649671.84 2164872 0
[D] = 2164872 649671.84 0 x Pa
0 0 467392.32
x0 25 25 0 Nx 25
y0 = 25 25 0 x 0 = 25 x 106 Pa
xy 0 0 0 0.025 0 0
2 2
cos sin 2 sin cos
2 2
[T] = sin cos 2 sin cos
sin cos sin cos cos 2 sin 2
Kemudian dapat ditentukan variasi tegangan dan regangan pada sumbu off axis
disepanjang ketebalan laminat dengan menggunakan persamaan :
Hal di atas berarti regangan off axis pada tiap lapisan lamina seragam. Untuk
tegangan off axis, tegangan on axis dan regangan on axis dapat dirumuskan
sebagai berikut
[ ]off axis = [Q] [ ]off axis
Berikut merupakan analisa tegangan dan regangan untuk tiap lapisan lamina.
36.5
36.5 Nx 1015Pa
0
1 0 .5 0 .5 1 36.5 0
15
2 = 0 .5 0 .5 1 36.5 Nx 10 Pa = 0 1015 Nx Pa
12 0 .5 0 .5 0 0 36.5
1 0 .5 0 .5 1 25 0
6
2 = 0 .5 0 .5 1 25 Nx Pa x 10 = 0 106 Nx Pa
12 0 .5 0 .5 0 0 25
Nx Pa
1 0 .5 0 .5 1 36.5 0
15
2 = 0 .5 0 .5 1 36.5 Nx 10 Pa = 0 Nx 1015 Pa
12 0 .5 0 .5 0 0 36.5
1 0.5 0.5 1 25 0
2 = 0.5 0.5 1 25 Nx Pa x 106 = 0 Nx Pa x 106
12 0.5 0.5 0 0 25
4.3.1 Analisis Kekuatan Tarik dan Modulus Tarik dari Hasil Uji Tarik
Pada bagian ini akan dibandingkan komposit 4 (empat) lapis dengan komposit 6
(enam) lapis. Pada hasil percobaan dapat dilihat komposit dengan 4 (empat) lapis
memiliki kekuatan tarik sebesar 30.93 Mpa dan Modulus tarik sebesar 1498.5
Mpa, sedangkan komposit dengan 6 (enam) lapis memiliki kekuatan tarik sebesar
34.02 Mpa dan Modulus tarik sebesar 1731.56 Mpa. Dari grafik di bawah dapat
dilihat bahwa seiring dengan semakin banyaknya lapisan maka kekuatan tarik dan
modulus tariknya juga bertambah. Hal ini dapat terjadi karena semakin
banyaknya lapisan, maka fraksi volume dari pada fiber juga meningkat. Komposit
dengan 4 (empat) lapis memiliki fraksi fiber 0.3, sedangkan komposit dengan 6
(enam) lapis memiliki fraksi fiber 0.5. Sehingga semakin tinggi fraksi volume
daripada fiber tersebut, maka semakin tinggi pula kekuatan tarik dan modulus
tariknya. Hal ini disebabkan beban yang diberikan terdistribusi merata ke serat
yang memiliki orientasi searah dengan arah pembebanan.
2000
1500
Mpa
1000
500
4Layer
6Layer
Gambar 4.4 Grafik perbandingan kekuatan tarik (Mpa)
50
40
30
Mpa
20
10
0
4Layer
6Layer
4.3.2 Analisis Kekuatan Lentur dan Modulus Lentur dari Hasil Uji Lentur
Pada bagian ini akan dibandingkan kekuatan lentur serta Modulus lentur komposit
4 (empat) lapis dengan komposit 6 (enam) lapis dari data hasil percobaan uji
lentur dapat dilihat bahwa komposit dengan 4 (empat) lapis memiliki kekuatan
lentur sebesar 13.77 Mpa dan Modulus lentur sebesar 7332.84 sedangkan
komposit dengan 6 (enam) lapis memiliki kekuatan lentur sebesar 22.3 Mpa dan
Modulus lentur sebesar 12317.98 Mpa. Dari grafik di bawah dapat dilihat seiring
dengan penambahan jumlah lapisan, maka kekuatan lentur juga modulus
lenturnya juga bertambah. Hal ini dapat disebabkan karena dengan bertambahnya
15000
12500
10000
Mpa
7500
5000
2500
0
4Layer
6Layer
30
20
Mpa
10
0
4Layer
6Layer
Dari tabel terlihat bahwa kekuatan tarik komposit 4 layer hasil uji hanya 21 % dari
kekuatan tarik dengan perhitungan secara teoritis, dan 14.8 % pada komposit
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kekuatan tarik dari komposit dengan
6(enam) lapis hanya memenuhi 34.7 %, modulus tarik 25.24 %, kekuatan lentur
15.7 %, Namun Modulus lentur memenuhi yang telah disyaratkan oleh Biro
Klasifikasi Indonesia.
Tabel 4.5 Data Perbandingan Hasil Uji dengan Rules Llyod Register
PROPERTIES LLOYD HASIL UJI KONDISI RATIO
REGISTER (N/mm2) HASIL
(N/mm2) UJI
Tensile 90 34.02 Tidak 37.8 %
Strength memenuhi
Flexural 160 22.3 Tidak 13.93 %
strength memenuhi
Modulus of 5700 12317.98 Memenuhi 216 %
Elasticity in
flexure
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kekuatan tarik dari komposit dengan
6(enam) lapis hanya memenuhi 37.8 %, kekuatan lentur 13.93 %, Namun
Modulus lentur memenuhi yang telah disyaratkan oleh Llyod Register.
Dari hasil analisis, serta hasil uji komposit berpenguat serat Pisang Abaka maka
dapat disimpulkan bahwa :
3. Dari hasil perbandingan rules yang ada pada klasifikasi kapal ternyata masih
belum memenuhi standard mechanical properties yang terdapat pada rules.
4. Dari hasil perbandingan teoritis juga masih belum memenuhi dan masih jauh
dibawah standard dari hasil perhitungan secara teoritis.
[1] Fathur Rahman. Analisa Kekuatan Serat Alam Untuk Penyiapan Pembuatan
komposit Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2000, hal.32
[2] American Society for Testing and Material , Annual Book of ASTM Standarts
Volume 15.03, D3039/ D3038\9M-00 Standart Test Method for Tensile Properties
of Polimer Matrix Composite Materials (Easton : MD , 2003). Hal 105-117
[3]American Society for Testing and Material , Annual Book of ASTM Standarts,
D790 Standart Test Method for Flexural Properties of Unreinforced and
Reinforced Plastic and Electrical Insulating Materials (Easton: MD,2003)
[4]Biro Klasifikasi Indonesia , Rules and Regulation for The Classification and
Construction of Ship (Fiberglass Reinforced Plastics Ships) (Jakarta : Biro
Klasifikasi Indonesia , 1996)
[5]Llyod s Register Rules and Regulation , Rules for the Manufacture, Testing
And Certification of Materials Plastics Materials Control of material quality
for composite construction. Section 5 Control of material quality for composite
construction (Llyod s Register , 1995)
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material , Annual Book of ASTM Standarts
D790 Standart Test Method for Flexural Properties of Unreinforced And
Reinforced Plastic and Electrical Insulating Materials (Easton : MD,2003)
Biro Klasifikasi Indonesia , Rules and Regulation for The Classification and
Construction of Ship (Fiberglass Reinforced Plastics Ships) (Jakarta : Biro
Klasifikasi Indonesia . , 1996)
Llyod s Register Rules and Regulations. , Rules for Manufacture, Testing and
Certification of Materials Plastics Materials Control of material quality
for composite construction. Section 5 Control of material quality for
composite construction (1995)
35
30
Stress (Mpa)
25
20
15 Series1
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
35
30
Stress (Mpa)
25
20
15 Series1
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
35
30
Stress (Mpa)
25
20
15 Series1
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
35
30
Stress (Mpa)
25
20
15 Series1
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
Strain mm/mm
40
35
30
Stress (Mpa)
25
20 Series1
15
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
Strain mm/mm
40
35
30
Stress (Mpa)
25
20 Series1
15
10
5
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
0.2
0.1 Series1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03
Strain mm/mm
0.2
0.15
Load (KN)
0.1 Series1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03
Strain mm/mm
0.2
0.15
Load (KN)
0.1 Series1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03
Strain mm/mm
0.3
0.25
Load (KN)
0.2
0.15 Series1
0.1
0.05
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
0.3
0.25
Load (KN)
0.2
0.15 Series1
0.1
0.05
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm
0.35
0.3
0.25
Load (KN) 0.2
0.15 Series1
0.1
0.05
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025
Strain mm/mm