UJI IMPAK
Disusun oleh :
ANDAFFATAMA PRIDHANIE SALIM
13618067
REG 1
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemilihan material merupakan suatu proses yang membutuhkan waktu yang lama
dan merupakan suatu proses yang esensial dalam manufaktur suatu barang. Dalam hal
pemilihan material untuk pesawat terbang, material yang dipilih harus memiliki sifat-
sifat yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan pada tiap komponen pesawat terbang.
Terdapat banyak sifat material yang krusial dan perlu diketahui secara mendalam.
Salah satunya adalah kemampuan material menyerap energi dari suatu proses. Sifat ini
dinamakan Resilience dan Toughness, perbedaan antara keduanya adalah Resilience
merupakan banyaknya energi yang diserap di daerah elastis suatu material sedangkan
Toughness merupakan banyaknya energi yang dapat diserap material samapi titik
material tersebut gagal atau mengalami fracture.
Pengujian yang dilakukan untuk menentukan banyaknya energi yang dapat diserap
suatu material adalah dengan cara melakukan uji impak. Uji ini dilakukan dengan cara
memberikan material pembebanan secara cepat (rapid loading). Energi yang terlibat
dalam uji ini utamanya adalah energi kinetik dan potensial. Proses penyerapan energi
ini akan diubah dalam bentuk respon material berupa deformasi plastis, efek histeritis,
gesekan, dan efek inersia. Uji ini juga dilakukan dalam variasi temperatur, sifat
material dapat berubah dengan cara diberi perlakuan panas atau dingin. Pada uji ini,
perubahan temperatur spesimen akan dilakukan dengan cara memanaskan dan
mendinginkan spesimen. Pengujian impak ini juga dapat digunakan untuk mengamati
keuletan ataupun kegetasan suatu material secara akurat dengan kondisi yang berbeda-
beda. Pengujian ini juga berdasarkan standar internasional yang dideskripsikan secara
detail dalam ASTM E23-12C.
1
1.2Tujuan
1.2.1 Membandingkan penampakan patahan material spesimen yang berbeda di
berbagai rentang temperatur pada uji impak
1.2.2 Mencari besarnya energi yang diserap dan temperatur pengujian impak
dengan cara menghitung nilai impak
1.3Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan energi yang diserap oleh spesimen terhadap temperatur?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
material dapat dilihat dari notch yang ada pada spesimen. Saat spesimen diberi beban,
notch bisa mengalami fracture dan patahannya akan terlihat dengan jelas secara
kualitatif.
4
kinetic. Tidak semua energi potensial akan diserap oleh spesimen, namun akan
pendulum akan naik hingga ketinggian h’ sehingga alat uji akan membaca energi yang
diserap oleh spesimen melalui perubahan energi potensial dari pendulum.
5
Prosedur praktikum secara ringkas adalah sebagai berikut:
2.2.1. Siapkan spesimen yang akan diuji, spesimen berupa alumunium dan baja.
2.2.2. Ukur dimensi spesimen menggunakan jangka sorong
2.2.3. Beri tanda pada spesimen sebagai penanda spesimen yang diberi perlakuan
panas atau dingin
2.2.4. Alumunium dan baja 1 diuji pada suhu ruangan, alumunium dan baja 2
serta 3 diuji pada suhu 400C dan 800C, alumunium serta baja 4 dan 5 diuji
pada suhu -200C dan -400C.
2.2.5. Untuk alumunium dan baja 2 serta 3 dipanaskan menggunakan kompor
sedangkan alumunium dan baja 4 serta 5 didinginkan menggunakan
nitrogen cair
2.2.6. Siapkan alat uji charpy agar bisa digunakan untuk praktikum
2.2.7. Letakkan spesimen dengan peletakkan sesuai dengan standar yakni notch
berada di tengah
2.2.8. Atur posisi lengan pendulum sehingga jarum penunjuk pendulum berada
pada angka 300 Joule
2.2.9. Putar jarum penunjuk energi pada pendulum sampai menunjukkan angka
300 Joule
2.2.10. Lepas pendulum hingga mengenai spesimen lalu tarik tuas rem agar
pendulum berhenti
2.2.11. Lakukan proses yang sama untuk tiap spesimen alumunium dan baja
2.2.12. Catat jarum penunjuk energi pada alat setelah pengereman dilakukan.
6
BAB III
PENGOLAHAN DATA
7
3.2. Pengolahan hasil pengamatan
Dari angka-angka yang sudah dicatat pada saat praktikum, nilai impak (H) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
𝐸
𝐻=
𝐴
8
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 3 dan 4, dapat dibuat sebuah hubungan antara
nilai impak dengan temperatur untuk kedua spesimen. Berikut merupakan grafik H vs
T untuk kedua bahan pada spesimen.
H vs T Alumunium
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
H vs T Baja
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
9
Dari data yang sudah diperoleh juga dapat dibuat suatu perbandingan antara material
alumunium dan baja, berikut merupakan grafik H vs T yang membandingkan antara
kedua material.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
10
BAB IV
ANALISIS
11
hasil pengamatan yang sudah dilakukan berbeda dengan hasil referensi. Hal tersebut
dapat diakibatkan oleh ketidakpastian alat ukut, salah peletakkan spesimen pada alat
uji, dan lain-lain. Hasil dari uji pada baja adalah patahnya semua spesimen baik yang
telah diberi perlakuan ataupun yang tidak diberi perlakuan panas dan dingin.
Grafik pada gambar 7 menjelaskan mengenai perbandingan nilai impak baja dan
alumunium. Dapat dilihat bahwa nilai impak baja lebih besar seiring dinaikkannya
suhu baja tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena baja memiliki susunan materi atau
atom yang berbeda dengan alumunium. Baja merupakan gabungan besi dan karbon,
oleh karena itu kekuatan baja menjadi lebih kuat dari alumunium. Jadi baja akan lebih
susah untuk mengalami kegagalan atau fracture dibandingkan dengan alumunium.
Berhubungan dengan nilai impak, baja akan menyerap energi lebih banyak daripada
alumunium sehingga dapat disimpulkan bahwa Toughness dan Resilience dari baja
akan lebih besar daripada alumunium.
Ductility juga berhubungan dengan besarnya Toughness dan Resilience, semakin
besar Toughness dan Resilience maka Ductility akan semakin besar juga. Ductility
merupakan ketahanan material terhadap deformasi baik elastis ataupun plastis,
sehingga jika suatu material memiliki Toughness yang tinggi maka material tersebut
akan memiliki Ductility yang tinggi juga. Jika suatu material disebut material yang
ductile maka material tersebut disebut sebagai material yang ulet, sedangkan jika
material tersebut disebut sebagai material yang brittle maka material tersebut disebut
sebagai material yang getas.
Jika kita bandingkan hasil pengujian ini dengan referensi yang didapat dari
berbagai sumber terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Banyak faktor yang dapat
memengaruhi perbedaan tersebut, dimulai dari ketidakpastian alat ukur saat
pengukuran dimensi spesimen berlangsung. Lalu terdapat juga kemungkinan struktur
dari spesimen yang berubah dari struktur awal yang seharusnya sehingga memengaruhi
hasil uji. Terdapat juga kemungkinan kesalahan dalam peletakkan spesimen di alat uji
yang berakibatkan pada tidak pas nya permukaan impak dengan pendulum. Idealnya
adalah saat terjadi impak, pendulum mengenai bagian spesimen tepat di notch sehingga
nilai impak yang didapat adalah angka yang lebih akurat.
12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji dan pengamatan yang sudah dilakukan, beberapa hal yang
dapat disimpulkan, yaitu:
5.1.1. Temperatur benda memengaruhi Toughness dan Resilience suatu material,
semakin tinggi suhunya semakin banyak energi yang dapat diserap oleh
material
5.1.2. Semakin tinggi temperatur spesimen, semakin besar harga impak dari
spesimen tersebut
5.1.3. Nilai impak dari alumunium pada temperatur yang diuji adalah sebagai
berikut:
5.1.4. Nilai impak dari baja pada temperatur yang diuji adalah sebagai berikut:
5.1.5. Ductility dipengaruhi oleh temperatur material, semakin besar temperatur
material maka spesimen akan semakin ulet dan sebaliknya jika temperatur
nya rendah maka spesimen akan semakin getas
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberi agar pada uji berikutnya dapat dilakukan dengan
lebih akurat adalah sebagai berikut:
5.2.1. Saat pengukuran spesimen sedang berlangsung, minimalisir kesalahan pada
alat ukur dan juga human error agar mendapatkan nilai paling akurat
5.2.2. Saat peletakkan spesimen pada alat uji pastikan spesimen sudah berada pada
tempat yang seharusnya sehingga hasil yang didapat pada alat uji merupakan
hasil yang akurat
13
5.2.3. Pada pengukuran suhu juga sebaiknya dilakukan di lingkungan yang lebih
kondusif agar perubahan suhu tidak menjadi faktor yang membuat hasil uji
sangat besar perbedaannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
Gambar 12. Peletakkan spesimen Gambar 13. Spesimen setelah diuji
17