Anda di halaman 1dari 11

D4

LAB. UJI BAHAN


POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
VII UJI METALOGRAFI

7.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi laporan ini adalah sebagai berikut :
1) Mahasiswa mampu menganalisa struktur mikro suatu material.
2) Mahasiswa mampu menganalisa komposisi kimia suatu material.
3) Mahasiswa mampu menganalisa perlakuan (treatment) yang pernah dialami oleh suatu material.

7.2 Uraian Materi


Uji metalografi adalah suatu metode untuk menyelidiki struktur logam dengan menggunakan mikroskop
optis dan mikroskop elektron. Struktur logam yang terlihat pada mikroskop tersebut disebut mikrostruktur.
Pengamatan tersebut dilakukan terhadap spesimen yang telah diproses sehingga bisa diamati dengan
pembesaran tertentu. Gambar 7.1 menjelaskan spesimen dengan pembesaran dan lingkup pengamatannya.

Gambar 7.1 Spesimen ukuran dan bentuk objek pembesaran


(Sumber : Modul Praktikum Uji Bahan)
Dari gambar tersebut terlihat bahwa penyelidikan mikrostruktur tersebut berkisar antara 10 -6 cm (batas
kemampuan elektron mikroskop hingga 10-2 cm batas kemampuan mata manusia). Biasanya obyek
pengamatan yang digunakan 10-5 cm atau order perbesar 5000 – 30.000 kali untuk mikroskop elektron dan
10-3 cm atau order perbesaran 100 – 1000 kali untuk mikroskop optik. Agar permukaan logam dapat
diamati secara metalografi maka terlebih dahulu dilakukan persiapan berikut :
1) Pemotongan spesimen
Diusahakan bentuk spesimen datar sehingga memudahkan untuk pengamatan.
2) Mounting spesimen (bila diperlukan).

1
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Mounting spesimen hanya dilakukan untuk material yang kecil atau tipis saja.Untuk material yang
tebal tidak memerlukan mounting.
3) Grinding dan polishing
Grinding dan polishing bertujuan untuk membentuk permukaan spesimen yang benar-benar rata.
Grinding dilakukan dengan menggosok spesimen pada hand grinding yang diberi kertas gosok dengan
urutan grid paling kasar sampai grid yang halus. Sedangkan polishing dilakukan dengan menggosok
spesimen diatas hand grinding yang dilengkapi kain woll dan diberi serbuk alumina dengan kehalusan
1 – 0,05 mikron.
4) Etsa (etching)
Proses etsa pada dasarnya adalah proses korosi yakni mengorosikan permukaan spesimen yang telah
rata karena proses grinding dan polishing menjadi tidak rata lagi. Ketidak rataan permukaan spesimen
ini dikarenakan mikrostruktur yang berbeda akan dilarutkan dengan kecepatan yang berbeda sehingga
meninggalkan bekas permukaan dengan orientasi sudut yang berbeda pula. Pada pelaksanaannya, etsa
dilakukan dengan mencelupkan spesimen pada cairan etsa yang mana tiap jenis logam mempunyai
cairan etsa (etching reagent) sendiri-sendiri.
Gambar 7.2 menunjukkan pengaruh efek proses etsa pada permukaan spesimen yang telah mengalami
proses grinding dan polishing.

Gambar 7.2 Pengaruh proses etsa pada permukaan spesimen


(Sumber : Modul Praktikum Uji Bahan)
Setelah permukaan spesimen dietsa maka spesimen tersebut siap untuk diamati dibawah mikroskop dan
pengambilan foto metalografi.

Pengamatan metalografi pada dasarnya adalah melihat perbedaan intensitas sinar pantul permukaan logam
yang masuk ke dalam mikroskop sehingga terjadi gambar yang berbeda (gelap, agak terang, dan terang).
Dengan demikian apabila seberkas sinar dikenakan pada permukaan spesimen maka sinar tersebut akan
dipantulkan sesuai dengan orientasi sudut permukaan bidang yang terkena sinar. Semakin tidak rata
permukaan, maka semakin sedikit intensitas sinar yang terpantul ke dalam mikroskop, akibatnya warna
yang tampak pada mikroskop adalah warna hitam. Sedangkan permukaan yang sedikit terkorosi akan
tampak berwarna terang (putih) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 7.3.

2
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 7.3 Pantulan sinar pada pengamatan metalografi


(Sumber : Modul Praktikum Uji Bahan)
Diagram Fe-Fe3C
Diagram fase Fe-Fe3C sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.4 adalah suatu diagram yang
menggambarkan perubahan fase yang dialami oleh baja (steel) dan besi tuang (cast iron) selama proses
pendinginan dari temperatur cair sampai temperatur kamar atau sebaliknya, perubahan fase selama proses
pemanasan dari temperatur kamar ke temperatur cair.

Gambar 7.4 Diagram Fase Fe-Fe3C

3
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Oleh karena itu diagram ini sangat diperlukan untuk dapat menganalisa sifat baja dan besi cor yang sangat
dipengaruhi oleh jenis, bentuk dan jumlah fase yang terjadi. Karena fase ini sangat menentukan sifat baja,
maka berdasarkan strukturmikronya, baja dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Baja Eutektoid (Eutectoid Steel)
Baja Eutektoid adalah baja yang struktur mikro atau fasenya 100% perlit (pearlite) dengan kandungan
karbonnya sebesar 0,8%. Perlit sendiri adalah eutectoid mixture yang secara fisik fasenya tersusunan
laminar, terdiri dari lapisan-lapisan ferrit dan sementit yang terbentuk pada saat pendinginan pada
temperature 7230C.

100% pearlite

Gambar 7.5 Struktur mikro baja Eutektoid

2) Baja Hipoeutektoid (Hypoutectoid Steel)


Baja Hipoeutektoid adalah baja yang struktur mikro atau fasenya terdiri dari ferrit yang membentuk
butiran sendiri atau lebih dikenal sebagai ferrit proeutectoid (αpro) dan perlit, dimana kandungan
karbonnya adalah di bawah 0,8 % .

αpro

Perlit

Gambar 7.6 Struktur mikro baja Hipoeutektoid

3) Baja Hypereutekoid (Hyperutectoid Steel)


Baja Hipereutektoid adalah baja yang struktur mikro atau fasenya terdiri dari cementitenetwork
(Fe3Cpro) dan perlit dengan kandungan karbonnya antara 0,8% sampai dengan 2%.

4
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Perlit

cementitenetwork

Gambar 7.7 Struktur mikro baja Hipereutektoid

Dari diagram tersebut dapat ditarik hubungan antara kadar karbon, temperatur dan prosentase fase yang
terbentuk. Adapun keuntungan mempelajari diagram fase ini adalah :
1) Dapat digunakan untuk mengestimasi struktur mikro yang akan terbentuk dari suatu proses
pembekuan pada komposisi karbon tertentu.
2) Dapat digunakan untuk mengestimasi sifat mekanik baja dan besi tuang.
3) Dapat digunakan untuk menentukan komposisi karbon jika struktur mikronya diketahui.
Menghitung Kadar Karbon
1) Baja Hipoeutektik.
Untuk menghitung kadar karbon pada baja hipoeutektoid, terlebih dahulu harus diketahui atau
dihitung berapa prosentase luasan ferrit proeutectoid atau αpro terlebih dahulu, selanjutnya
memasukkan nilai αpro pada persamaan 7.1 :
0,8−% C
%αpro= x 100 % ………………………………...…….…...................................................
0,8−0,025
(7.1)
2) Baja Hipereutektik.
Untuk menghitung kadar karbon pada baja hipereutektoid, terlebih dahulu harus diketahui atau
dihitung berapa prosentase luasan sementit network atau Fe3C proeutectoid terlebih dahulu,
selanjutnya memasukkan nilai Fe3C proeutectoid pada persamaan 7.2 :
%C −0,8
%Fe3C= X 100 % …………………………………...............................................................
6,67−0,8
(7.2)

7.3 Alat
1) Hand grinding
2) Cutting wheel
5
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3) Mikroskop
4) Cawan kimia
5) Gelas ukur
6) Pipet

7.4 Bahan
1) Spesimen 1
2) Spesimen 2
3) Spesimen 3
4) Kertas gosok grid 60, 120, 240, 320, 400, 600 dan 1000
5) Kain woll
6) Bubuk alumina
7) HNO3
8) Alkohol
9) Tissue

7.5 Langkah Kerja


1) Pemotongan spesimen
Menurut ketentuan ukuran spesimen mempunyai luasan permukaan antara ½ s/d 1 in 2 atau diameter ¼
s/d 1 in, karena bila lebih kecil atau lebih besar akan sulit proses penggosokkannya. Pemotongan
dilakukan dengan cutting wheel sedemikian rupa sehingga permukaannya harus rata dan halus untuk
memudahkan proses penggosokannya supaya tidak menimbulkan perubahan strukturmikro maka proses
pemotongan harus menggunakan pendingin.
2) Grinding
a. Ambil kertas gosok paling kasar (grid 60) yang telah digunting sesuai bentuk piringan hand grinder
dan pasang pada hand grinder.
b. Nyalakan motor hand grinder, buka katup sehingga air mengalir dikertas gosok yang berputar.
c. Ambil spesimen, telungkupkan dengan sedikit tekanan di atas kertas gosok tesebut dan tahan + 2
menit.
d. Angkat spesimen dan amati permukaan yang digosok. Bila masih ada goresan yang tidak searah
dengan orientasi gosokkan, gosok lagi sampai tidak ada lagi goresan yang tidak searah.

6
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
e. Bila goresan sudah searah, matikan motor dan aliran air, kemudian ganti kertas gosok dengan grid
yang lebih halus (120, 240, 320, 400, 600 dan 1000) dan gosok lagi seperti langkah sebelumnya.
f. Bila proses grinding telah selesai, matikan motor dan air hand grinder serta cuci spesimen dengan
air.
3) Polishing
a. Ambil kain woll dan pasang pada hand grinder.
b. Nyalakan motor hand grinder, buka sedikit katup sehingga air mengalir tidak terlalu deras diatas
kain woll yang berputar.
c. Ambil sedikit serbuk alumina dan taburkan diatas kain woll.
d. Ambil spesimen, telungkupkan dengan sedikit tekanan diatas kain woll tersebut dan tahan + 2
menit.
e. Angkat spesimen dan amati permukaan yang di polish dan polish lagi sampai tidak ada lagi
goresan.
f. Proses polishing selesai jika bekas goresan dari proses grinding (grid 1000) telah hilang dan halus
seperti cermin.
g. Untuk membersihkan sisa-sisa polishing powder, spesimen dicuci dengan air dan alkohol, lalu
keringkan dengan dryer atau digosok dengan soft tissue.
4) Etsa
Untuk mengetsa, lakukan langkah berikut :
a. Siapkan cawan kimia, gelas ukur, pipet larutan HNO3, dan alkohol.
b. Ambil larutan HNO3 2 ml dengan pipet dan gelas ukur. Tuangkan pada cawan kimia.
c. Bersihkan pipet dan gelas ukur dengan air.
d. Ambil larutan alkohol 98 ml dengan pipet dan gelas ukur. Tuangkan pada cawan kimia.
e. Ambil spesimen dan celupkan ke dalam cawan kimia selama + 1 detik dan langsung disiram dengan
air.
f. Amati permukaan spesimen, apakah proses etsa telah terjadi. Jika belum ulangi lagi.
g. Semprot permukaan spesimen dengan alkohol dan keringkan dengan pengering (dryer).
5) Pengamatan dengan mikroskop
a. Ambil spesimen dan letakkan di bawah lensa mikroskop.
b. Atur pembesaran + 100 kali.
c. Nyalakan lampu dan atur fokusnya.
d. Gambar strukturmikro yang tampak pada lembar kerja.

7
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
e. Matikan lampu mikroskop. Carilah gambar yang mirip dengan struktur mikro tersebut pada
database struktur mikro. Catat semua keterangan yang sesuai pada gambar di database.
/
7.6 Prosedur Keselamatan
Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus menyakikan dahulu telah
melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut:
a. Pakaian dan celana bengkel
b. Safety shoes
c. Sarung tangan pada saat mengasah

7.7 Hasil Pengujian


1) Alloy Gray Iron

Gambar 7.8 Alloy Gray Iron

Pasir cor jenis serpihan grafit Type A yang mengandung 3,26 karbon 175 silikon, 0,06 phospor, 0,11
belerang, 0,63 mangan, 0,52 khrom, 0,98 molibden, 0,064 timah.

2) ASTM A602

8
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 7.9 ASTM A602

ASTM A602 grade M3210, pemtic molountuned dihasilkan oleh ketidaksempurnaan pada tahap
pertama dari dua tahap yaitu anealling dan nodules dari temperatur grafik hitam diamatriks cahaya
Untuk menghitung presentase αpro yaitu dengan menghitung daerah putih pada gambar berikut:

2 89
8
16

19 41 67

9
6
Gambar 7.10 Cara Menentukan Presentase αpro

Jumlah putih pada gambar (αpro) digaris 1 adalah 46 mm


Jumlah putih pada gambar (αpro) digaris 2 adalah 55 mm
Maka rata-rata jumlah putih (αpro) adalah
(46+55)mm
Rata-rata jumlah putih =
2
= 50,5 mm
50,5
∝ pro= x 100 %
67
¿ 75,37 %
0,8−%C
x 100 %=75,37 %
0,8−0,025
0,8−%C
=0,75
0,8−0,025

9
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
0,8−%C=0,75 x 0,775
%C=0,8−0,59
%C = 0,21%

Jadi, perhitungan manual kadar C adalah 0,21%


Termasuk baja Hypo-eutectoid

3) Alloy HN

Gambar 7.11 Alloy HN

Paduan HN sebagai kondesi mikro terdiri dari matriks austenite mengandung rantai
karbida eutektik diantara dendrit . Perhatikan bahwa dalam beberapa bagian dari eutektik
karbida duplex atau struktur lamelar.
7.8 Kesimpulan
Data dan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa struktur mikro, komposisi kimia suatu material, ukuran
dan bentuk objek pembesaran dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop optik ataupun mikroskop
elektron dan setiap material logam memiliki perbedaan kandungan unsur, klasifikasi dan jenisnya. Bahwa
suhu berpengaruh pada saat pengolahan logam tersebut, juga sangat tergantung pada penggunaan atau
aplikasi logam dan mengetahui macam struktur mikro yang tergantung di dalam material tersebut.

10
D4
LAB. UJI BAHAN
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Daftar Pustaka
- ASM Powder Metallurgy Committe,1998, “Powder Metallurgy” vol.7 Metal Handbook Ninth Edition, metal
Park, OHIO.
- Budi Prasojo, [2012], Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
- Dosen Metallurgi, [1986] Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS
- Wachid Suherman Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Terknik Mesin FTI,ITS

11

Anda mungkin juga menyukai