Anda di halaman 1dari 31

PROSEDUR DAN METODE KERJA KONSTRUKSI

FIRE PROTECTION SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN
Metode Kerja ini di gunakan sebagai Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan untuk Sistem Pemadam
Kebakaran pada Gedung SIMA OFFICE TOWER@SIMA IZZAR MIX USE
DEVELOPMENT,Sistem proteksi terhadap bahaya kebakaran (Fire Protection System) pada ruangan
Gedung terdiri dari dua sub-sistem yaitu :
1.      Sprinkler system. (untuk system pemadaman).
2.      Hydrant system .(untuk control kebakaran)

Sprinkler system merupakan system pemadam api secara manual dan otomatis dengan pemipaan yang
permanen untuk mensupply air kemudian menuju ke Alarm check Valve (Valve pengontrol otomatis)
ada TigaUnit Alarm check valve untuk masing masing zona dan kemudian di distribusikan ke pipa di
setiap masing masing zona .
1.LOW ZONE ( B5 – 1F )
2.MIDDLE ZONE ( 2F – 14F )
3.HIGH ZONE (15F – 30F )

Pengaturan Water Sprinkler System secara otomatis dilakukan melalui perangkat panel beserta
peralatan deteksi dan outputnya seperti head Detector, alarm bell, indicator lamp, manual Pull Station
Dan Alarm check valve merupakan sarana untuk membantu pemilik atau operator mengetahui gejala
kebakaran secara dini, sehingga sebelum api menjadi besar kebakaran segera dapat diatasi.
Sistem perlindungan bahaya kebakaran dilakukan dengan mengikuti standar acuan yang baku dari
NFPA (National Fire Protection Association) yaitu : NFPA No.13, 16 dan 72 edisi 2000, masing –
masing mengatur tentang Standard for the Installation of Sprinkler System 1999 Edition dan Nation
Fire Alarm code.System perlindungan ini harus dapat melindungi seluruh fasilitas yang ada di Gedung
Sima office tower,Alat Pemadam Api Jenis water Sprinkler yang di pasang pada gedung sima office
tower merupakan alat pemadam api yang menggunakan air untuk memadamkan api.

Alat pemadam ini sebagai bahan pemadam atau Sistem penginderaan api atau biasa dikenal dengan
sistem alarm kebakaran adalah suatu sistem terpadu yang dirancang dan dibangun untuk mendeteksi
keberadaan Gejala dan api, untuk kemudian memberikan peringatan (warning) dalam sistem evakuasi
dan ditindaklanjuti secara otomatis atau manual dengan instalasi pemadam kebakaran.

Peralatan utama adalah sistem kontrol disebut Monitor Control Fire Alarm (MCFA) atau Fire Alarm
Control Panel (FACP) yang berfungsi untuk menerima sinyal input dari semua detektor dan komponen
Pendeteksi lainnya, dan kemudian memberikan sinyal keluaran ( sinyal output) melalui komponen
keluaran seperti Bell,Horn atau sirene sesuai dengan pengaturan yang telah menerapkan itu.

BAB II PENJELASAN SINGKAT DAN LINGKUP PEKERJAAN

A.PEKERJAAN PERSIAPAN
1.Penyelidikan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lokasi pekerjaan, problem yang mungkin timbul,
selama pengadaan bahan/material, pengaruh cuaca/musim selama konstruksi, keadaan tanah,
peraturan-peraturan yang berlaku.
2.Survey langsung di lokasi pekerjaan sebagai persyaratan design engineering dan pembuatan gambar-
gambar konstruksi.
3.Pembuatan dan Persetujuan Construction Drawing berdasarkan basic design dan standard yang telah
dipersiapkan oleh Client.
4.Kontraktor akan melakukan Inspeksi dan Verifikasi bersama-sama pihak Client terhadap Material yang
disupply sebelum dilaksanakan pekerjaan.
5.Kontraktor akan membuat kantor sementara sebagai pusat sentralisasi laporan kerja dan tempat
koordinasi selama pelaksanaan pekerjaan.
6.Reqruitment tenaga kerja non skill dari lokasi sekitar kerja dengan tidak menutup kemungkinan
penerimaan tenaga skill lokal jika ada. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kerja dan
pendekatan dengan penduduk sekitar sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial atau menekan
timbulnya masalah.
7.Pembuatan ijin-ijin kerja dan ijin masuk baik untuk tenaga kerja, peralatan maupun material dengan
pihak terkait.
8.Penyediaan Transportasi selama pekerjaan berjalan.
9.Pembuatan format-format laporan sebagai bahan pendukung data dalam meeting koordinasi, progress
dari seluruh tahapan pekerjaan mulai dari engineering hingga selesainya pekerjaan konstruksi.
10.Melakukan Koordinasi antara Tim Pelaksana dengan Pengawas Lapangan, untuk selanjutnya
dibuatkan Rencana Kerja Lapangan.
11.Stand-up Metting akan diadakan setiap minggu dengan dihadiri pengawas lapangan JO sebagai
langkah koordinasi kerja
12.Pelaksanaan Training & Welder Test
a.Dalam hal ini Welder Training akan dilaksanakan sebelum suatu pekerjaan dilakukan pengelasan.
Welder Training dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 minggu sampai kondisi juru las itu yakin dalam
meghadapi welder test yang akan dilaksanakan oleh pemborong atau Client.
b.Welder Training disini bisa juga dilakukan untuk menghadapi pelaksanaan WPS/PQR.
c.WPS/PQR didalam pelaksanaan pekerjaan pengelasan harus sudah ada disyahkan oleh DIRJEN
Minyak dan Gas Bumi lebih dulu baru pelaksanaan pekerjaan pengelasan dilapangan
diijinkan/laksanakan. Kondisi juru las diusahakan prima untuk menghadapi WQT (Welder
Qualification Test). Dalam pelaksanaan WPS/PQR yang perlu digaris bawahi adalah dalam uji
terhadap spesification bahan yang telah ditentukan dari Client.
d.WQT hanya dilaksanakan untuk welder yang sertifikatnya sudah tidak berlaku, bagi yang masih
berlaku cukup dengan Production Test.
e. Bila Simizhu-HK telah memiliki WPS/PQR sesuai dengan spesifikasi material yang ada, maka kami
akan memakai sebagai referensi teknis pelaksanaan pekerjaan
13.Pengadaan Material
a.Procurement Material termasuk pengadaan Equipment disesuaikan dengan Work Schedule.
b.Kontraktor akan mengusahakan cara-cara penyimpanan dari material-material sebaik-baiknya seperti
fitting, valve, pipa dan sebagainya dilapangan.
c.Material-material yang disimpan tersebut hendaknya di letakan secara baik,diberi landasan-landasan
kayu atau benda lain sedemikian rupa sehingga aman terhadap kerusakan, dan kotor oleh tanah.

B.ALUR PEKERJAAN
Pekerjaan system Fire Protection secara garis besar Adalah :
01. Pembuatan Gambar Layout
02. Pembuatan Gambar Isometrik
03. Pembuatan Flow Calculation ( Jika Di Butuhkan )
04. Proses Approval Material dan Gambar kerja
05. Marking area untuk lokasi pemasangan
06. Pekerjaan PreFabrikasi berdasarkan gambar yang sudah di setujui
07. Pemasangan Support pipa dan Installation Pipa sesuai gambar di lokasi kerja
08. Pemasangan Peralatan utama yang akan di aplikasikan
09. Menyiapkan interkoneksi untuk system fire alarm
10. Hydrotest
11. Testing dan Commissioning
12. Introduction dan Training
13. Serah terima Pekerjaan

C. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan Pemasangan Support
- Penentuan titik lokasi pipe support sesuai gambar kerja.
- Menyiapkan material bantu (Inset,dinabolt,lot,benang dll)
- Menyiapkan peralatan kerja seperti mesin bor,palu,meteran dan alat bantu
lain yaitu listrik,welding machine dan schafolding.
- Pemasangan Pipe Support di tempat atau titik titik yang telah ditentukan.
- Pemasangan jalur Pipa dengan penyangga support

2. Pekerjaan Pemasangan Pipa


- Menyiapkan peralatan kerja yg dibutuhkan untuk pemasangan pipa dalam
Ruangan seperti chainblok,tiang penyangga dan tambang manila,tali sling dan peralatan lainnya.
- Menyiapkan Material pipa dan fitting sesuai kebutuhan di area masing masing
- dengan alat bantu Chainblok untuk menarik material tersebut
- Memasang dan mengatur posisi pipa sesuai dengan support yang sudah terpasang
- setting pipa untuk di sambung sesuai gambar yang sudah di approved
BAB III PROSEDUR DAN METODE KERJA

1.   PENGELASAN
1.    Pada prinsipnya pengelasan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan prosedur pengelasan yang
telah disetujui.
2.    Prosedur pengelasan harus diuji sesuai dengan metode kerja. Prosedur pengelasan yang telah
ditetapkan dan disetujui oleh Client atau Shimizu-HK JO tidak dapat diganti /dirubah lagi tanpa
persetujuan dari Client dan User .
3.    Semua pengelasan termasuk tack welding harus dilaksanakan oleh juru-juru las yang telah lulus ujian
kualifikasi juru las.
4.    Semua alat-alat dan material las harus sesuai dengan kebutuhan dan harus dalam keadaan baik, agar
dapat menghasilkan suatu produk pengelasan yang sama/seragam. Kawat las harus disimpan ditempat
penyimpanan sesuai rekomendasi pabrik (Oven dan Ing dryer).
5.    Sambungan-sambungan pipa disusun dan dilas bersamaan pada jalur pipa dan semua pengelasan pipa
sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan yang sama dengan pipa sendiri dan mutu dari
pengelasan sesuai dengan spesifikasi.
6.    Semua ujung pipa yang akan disambung dengan las harus dipotong serong (bevel) di workshop atau
dilapangan, sehingga membentuk sudut dengan besar sesuai ketebalan pipanya dengan root face
sebesar 1,6 mm kurang lebih 0,8 mm, apabila dilaksanakan dilapangan bisa menggunakan beveling
machine, atau alat potong oxygen.
7.    Untuk penyetelan yang baik, akan dipakai internal atau eksternal clamp, internal line up clamp akan
dipakai apabila memungkinkan dan clamp tidak akan dilepas sebelum pengelasan Root Bead selesai
100% atau di Tack weld dengan cukup.

8.    Metode pengelasan


a.    Metode pengelasan, semua pekerjaan dilapangan dipakai shield metal arc process. Multiple joint
welding dapat dikerjakan secara manual atau dengan automatic process dengan dilengkapi prosedur
yang sedang qualified dan disetujui.
b.    Electrode  : Electrode yang dipilih disesuaikan dengan ketentuan untuk pengelasan berlapis dan yang
disetujui oleh Client atau Shimiz HK JO.
c.    Kualitas welding electrode harus dipilih sesuai dengan kegunaannya untuk pengelasan flow line,
seperti yang direkomendasikan oleh pabriknya.
d.   Tacking (Penyematan) : kalau menggunakan internal clamps, tacking dengan cara pengelasan tidak
diijinkan, jika penyematan dengan las digunakan (untuk tie-ins dan fitting ) maka harus
diperhitungkan untuk pembuatan stinger beadnya dan kualitas yang dibutuhkan.
e.   Stringer Bead, stringer bead harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengikat kedua ujung pipa
dengan sempurna.Pipa-pipa tidak boleh pindahkan/bergerak sebelum stringer beads selesai.
f.    Hot Pass,  interval waktu antara stringer bead dan hot pass harus diperhatikan sesuai dengan
spesifikasi materialnya yang telah disetujui, paling tidak dua lapis (passes) harus dilengkapi pada
setiap lasan.
g.    Filler Pass, semua filler pass harus diselesaikan pengerjaannya sebelum dimulai dengan pekerjaan
filler pass berikutnya. Pada pembuatan filler pass, harus dibuat overlap dengan filler pass terdahulu.
h.   Cover Pass,adalah melengkapi pekerjaan pengelasan.Permukaan cover pass harus disikat dan
dibersihkan sebaik-baiknya untuk inspeksi. Lebar dari pengelasan yang dihasilkan tidak
diperkenankan melebihi dari 3.2 mm.
i.    Perlindungan, pekerjaan pengelasan harus dapat diselesaikan menurut kualitas yang dikehendaki,
maka perlu mengatasi gangguan kondisi cuaca antara lain kelembaban, angin membawa pasir atau
angin besar. Perlu dibuat penghalang angin atau tenda untuk pekerjaan pengelasan.
j. Tenaga welder tidak boleh bekerja di tempat lain yang tidak sesuai dengan spesifikasi testnya.
k.   Untuk pengelasan dilapangan tidak boleh dilaksanakan apabila keadaan cuaca tidak baik, seperti hujan
lebat, angin besar yang dapat merugikan mutu pengelasan. Apabila memungkinkan akan dipakai
penahan angin yang cocok untuk pengelasan.
l.   Baik tack welding maupun pengelasan-pengelasan harus dilaksanakan oleh juru las yang telah lulus
pengujian kualifikasi juru las.
m.  Semua pengelasan posisi harus dilaksanakan dengan ruang kerja yang cukup disekitar sambungan,
hingga juru las dapat menghasilkan pengelasan produksi yang bermutu tinggi.

A.CARA PEMOTONGAN PIPA

01.Pemotongan pipa harus dilaksanakan dengan memperhatikan bahan pipa, gambar pipa dan cara-cara
pemotongan :
02.Jika perlu agar dipersiapkan gambar sket.
03.Pemberian tanda pada pipa yang sudah terpasang harus dengan menggunakan kapur atau cat khusus.
04.Pemotongan pipa baja karbon harus dilakukan dengan menggunakan High Speed Cutting Machine dan
atau Oxygen Cutting Equipment.
05.Jika menggunakan High Speed Cutting Machine, maka pipa harus dijaga agar tidak rusak, misalnya
retak atau bentuk lingkaran berubah karena terlampau kuatnya ikatan dari jack.
06.Pemotongan dengan Oxygent Cutting Equipment harus dilakukan tepat pada garis tanda dan dengan
memutar pipa secara manual.
07.Sistem sambungan pada cabang pipa harus dilakukan sebagai berikut :
a.Bentuk ujung dari branch pipe yang dilaksanakan pada main pipe harus disesuaikan dengan diameter
luar dari main pipe.
b.Bentuk ujung dari branch pipe yang dilaksanakan pada main pipe harus diberi tanda.
c.Cara membuat lubang untuk branch pipe yang harus dibuat pada main pipe, harus menggunakan
Oxygent Cutting Equipment atau bor.
d.Lubang untuk boss pada main pipe harus dibor. Ukuran mata bor harus sama dengan diameter dalam
dari boss.
e.Sesudah pemotongan, semua slag yang timbul harus dibersihkan. Pemotongan yang tidak baik harus
diratakan.
f.Jika Kontraktor akan memotong pipa yang sudah terpasang maka harus disaksikan oleh Pemilik
Proyek.

B.PERSIAPAN UNTUK BIDANG PERMUKAAN YANG AKAN DILAS


01.Bidang permukaan untuk butt-welding harus dihaluskan dengan menggunakan gerinda. Untuk
membuat bevel boleh digunakan gas oxygen cutting tool. Jika menggunakan Manual Cutting, maka
bidang permukaan potongan harus digerinda. Tetapi jika menggunakan automatic atau semi automatic
cutting machine, maka bidang permukaan potongannya harus dikikir untuk bidang potong yang tidak
harus diratakan.
02.Sesudah bidang-bidang permukaan ini selesai dikerjakan, maka pipa harus dipersiapkan sedemikian
rupa hingga diameter dalamnya bisa distel dengan garis sumbu peralatan-peralatan mekanis.
03.Jika ukuran diameter pipa bagian dalam tidak rata, maka harus diretakan.
04.Bidang permukaan untuk butt-welding ini harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum didalam
“Welding Procedure Qualification Test Specification” (WPS) atau ANSI B. 36.10.
05.Bidang permukaan yang akan dilas ini harus bersih dan bebas karat, scale atau bahan-bahan lain yang
akan merusak hasil lasan.
06.Untuk pengelasan pipa-pipa yang mempunyai tebal tidak sama, maka root faces antara kedua ujungnya
harus sama. Untuk beda ketebalan yang besar, maka bagian dalamnya untuk penyediaan harus ditrim.
07.Root opening dari sambungan harus sesuai dengan “Welding Procedure Qualification Test
Specification” (WPS).

C.CARA-CARA MENYUSUN SAMBUNGAN


01.Penyambungan harus dilakukan dengan menggunakan jigs dan tack walded. Bidang permukaan
komponen-komponen yang akan dilas harus didekatkan satu sama lain.
02.Jika akan menyambung pipa atau komponen-komponen pipa, maka jigs harus ditempatkan dan dilas
sedekat mungkin dengan bevel. Setelah girth welded selesai, maka welding marks pada komponen
harus segera dibuang jika terjadi notch maka harus digerinda sampai halus, dilas kembali dan
diratakan, hingga ukuran semula dapat dipertahankan.
03.Kawat las yang digunakan untuk tack weld dan production weld .
04.Jika tebal pipa kurang dari 4/16”, maka penyambungan dapat diklakukan tanpa menggunakan jigs.

D.PENGELASAN PIPA
01.Semua tukang las yang dipekerjakan dalam proyek ini harus lulus test sesuai dengan Tata Cara
Pengelasan dan Pengkwalifikasi Tukang Las, yang dapat dilihat pada bagian lain dan merupakan satu
kesatuan dari pekerjaan ini.
02.Semua cat, karet , kotoran , scale yang akan mempengaruhi hasil lasan harus dibuang.
03.Pipa-pipa yang akan disambung satu sama lain harus distel dan diberi spasi (jarak) dengan teliti.
04.Root bead pass harus dilakukan secara penuh melingkari keliling pipa dan harus dibersihkan terhadap
adanya Scale, Coating, Slag, dan lain-lain. Hal ini harus dikerjakan sebelum bead berikutnya
dilaksanakan.
05.Jika hari hujan atau cuaca buruk, maka pengelasan harus dilindungi sedemikian rupa dan harus
diperhatikan agar lasan tidak mengalami perubahan suhu secara mendadak. Jika menurut perkiraan
Pemilik Proyek, keadaan cuaca tidak baik untuk pengelasan, maka pekerjaan harus dihentikan.
06.Bidang permukaan hasil lasan harus tidak menunjukan adanya Coarse ripple, Grooves, Overlaps,
Abrupt ridges, Valleyes.
07.Kondisi permukaan dari hasil lasan harus memungkinkan untuk interpretasi radiography secara benar
atau untuk melaksanakan non Destructif test.
08.Undercuts tidak boleh melebihi 1/32” ( 0,8 mm ) dan tidak boleh menyebabkan tercapainya tebal
minimum.
09.Jika permukaan hasil lasan perlu penggerindaan, maka agar diperhatikan jangan sampai mengurangi
ukuran atau menyebabkan berkurangnya ukuran tebal pipa dari tebal minimumnya.
10.Semua cacat pada lasan yang perlu di perbaiki harus dihilangkan dengan cara yang sesuai, yaitu
seperti dengan menggunakan Flame atau Arc gauging, Grinding chipping atau Machining.
11.Prosedur untuk mereparasi lasan sama dengan prosedur waktu mengelas mula-mula, walaupun ukuran
dan contournya berbeda. Cara-cara pemeriksaan dan batasa-batasan lainnya yang diberlakukan untuk
lasan yang diperbaiki ini, sama dengan las-lasan aslinya. 

2.      GROOVED PIPING


Dalam suatu industri dimana waktu, biaya, keselamatan dan kehandalan merupakan hal-hal yang
diutamakan, teknologi grooved mechanical piping menawarkan keuntungan-keuntungan yang tak
tertandingi.metode penyambungan pipa tanpa nyala api sampai saat ini merupakan sistem
penyambungan pipa secara mekanis paling serbaguna, ekonomis dan handal yang bisa diperoleh oleh
para pemilik / pengelola kapal, para ahli mesin kapal, galangan-galangan pembuat dan perbaikan kapal
Keuntungan-keuntungan yang berasal dari penggunaan teknologi ini dalam berbagai aplikasi yang
sangat luas, seperi misalnya sistem perpipaan untuk air ballast, air tawar dan air laut untuk
pendinginan, minyak lumas. air pemadam kebakaran / pencuci dek, dan pembuangan air got.
Teknologi ini juga digunakan untuk sistem pemadam kebakaran (FiFi) di kapal-kapal tunda dan kapal-
kapal pendukung kegiatan lepas pantai.
1.Alur-alur (grooves), paking-paking perapat (gaskets) dan rumah-rumahnya (housings)Sistem
penyambungan pipa secara mekanis dimulai dengan pembentukan atau pembubutan secara dingin alur
di ujung pipa bagian luar. Sambungan pipa diikat dengan sebuah kopling dalam satu rumah yang
dilengkapi dengan paking perapat dari bahan yang kenyal, tahan tekanan dan kuat (resilient). Rumah
koplingnya menutup penuh paking perapatnya, membuat lebih kedap dan memperteguh posisinya saat
kopling masuk dalam alur pada pipa. Diperlukan hanya dua baut dan dua mur untuk mengikat
sambungan yang merapat / mengencang dengan sendirinya. Sambungan mekanis ini menciptakan tiga
perapatan sebagai akibat dari rancangan saling menunjang antara alur, paking dan rumahnya, yang
ditingkatkan pada saat sistemnya memperoleh tekanan dari fluida yang mengalir didalamnya. Hasil
akhirnya adalah penyambungan pipa secara mekanis yang mudah dilakukan, bebas kebocoran dan
perawatan yang mudah yang memberikan kelenturan (versatility) dan kehandalan (reliability).

2.Kopling-kopling
Kopling-kopling yang nyaman pada setiap sambungan dan tergolong menjadi dua kategori: Lentur
(flexible) dan kaku (rigid). Keduanya memberikan keamanan kelekatan keliling penuh dari kopling
kedalam alur untuk tekanan tinggi dan kinerja beban akhir.
Kekakuan dicapai dengan kopling-kopling yang kaku. Desain pad / penyangga bersudut yang unik
memberikan jepitan (clamping) positif pada pipa untuk menahan beban-beban puntir dan bengkok
(flexural).
Kopling-kopling dengan pinggiran beralur yang lentur memungkinkan setiap sambungan pipa untuk
bergerak sedikit menyudut, memanjang ataupun memutar untuk menampung ekspansi, kontraksi dan
pelendutan/defleksi karena panas dan menawarkan sederetan keuntungan-keuntungan saat mendesain
sistem perpipaan.

3.Pemasangan cepat dan mudah


Dengan hanya mengencangkan dua baut selesailah pekerjaan pemasangan kopling jenis ini, yang
memungkinkan pemasangan dengan cepat dan mudah, khususnya jika dibandingkan dengan
pemasangan sambungan pipa dengan sistem flensa tradisioanl yang berbaut pengikat banyak. Kopling-
kopling berdiameter sampai 36 inci (915 mm) bisa dipasang dengan cara seperti ini dan untuk kopling-
kopling berdiameter sampa1 12 inci (305 mm) pemasangannya tidak memerlukan tenaga / kunci
puntir. Hasilnya adalah kecepatan pemasangan 3 sampai 4 kali lebih cepat daripada cara-cara
penyambungan pipa tradisional, dan yang memungkinkan galangan-galangan kapal dan para
kontraktor per-baikan memenuhi dan menyelesaikan jadwal pembangunan yang ketat dengan jumlah
pekerja yang lebih sedikit. Sistem penyambungan ini tidak memerlukan jam kerja tambahan atau
persiapan kerja di lapangan seperti pada sistem penyambungan pipa tradisional yang memerlukan
pekerjaan persiapan yang banyak yang memang diperlukan untuk pekerjaan pengelasan yang rata-rata
memerlukan tambahan jam kerja 45%.
Sistem grooved piping ini memungkinan untuk sepenuhnya memutar pipa-pipa serta komponen-
komponen yang akan disambung sebelum bautnya dikencangkan sehingga bisa diperoleh kelurusan
optimal, yang meniadakan masalah-masalah pekerja bantu dan pengulangan pekerjaan di lapangan,
yang diperkirakan bisa mencapai 5 sampai 8% dari seluruh pekerjaan. Kebutuhan ruang yang tidak
besar untuk pemasangan kopling membuat sistem ini ideal untuk mengatasi penembusan pipa pada
dinding atau dek di kapal. Konfirmasi bahwa sistem grooved-endcoupling ini telah terpasang dengan
benar, mudah diperiksa secara visual dengan melihat kontak antara logam dengan logam dari
permukaan temu kopling ditempat pengikatan bautnya. Kalau kontaknya baik berarti koplingnya juga
telah terpasang dengan baik pula.

4.Utamakan keselamatan
Pekerjaan pengelasan yang perlu dilakukan di tempat-tempat yang sempit akan meningkatkan risiko,
karena itu dalam hal ini penggunaan sistem grooved-end yang tidak menimbulkan panas akan terasa
sangat menguntungkan. Penyambungan pipa tanpa pekerjaan panas bisa menghilangkan masalah-
masalah kesehatan dan keselamatan yang biasanya terkait dengan pengelasan. Sistem grooved-end ini
telah meniadakan risiko terjadinga kebakaran dan kebutuhan untuk melakukan persiapan-persiapan
khusus untuk mencegah / memadamkan kebakaran selama masa pemasangan dan perawatan. Bahaya
yang timbul karena adanya gas-gas bertekanan tinggi dan peralatan pengelasan juga bisa dihilangkan.
Sistem ini juga tidak menghasilkan emisi (zero emissions): sehingga para pekerja pemasang pipa tidak
ter-ekspos dengan asap-asap beracun yang bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

5.Kemampuan mempertahankan kondisi (maintainability)


Rencana / jadwal perawatan merupakan hal yang kritis bagi para pemilik / pengelola kapal. Sementara
desain penyambungan secara mekanis mampu menampung masalah vibrasi, dan memberikan akses
yang cepat dan mudah untuk perawatan yang terencana. Penggantian atau perawatan peralatan
dilakukan begitu mudahnya dengan hanya melepas dua baut dan dua mur. Tidak ada risiko dan tidak
perlu waktu untuk memotong dan mengelas kembali bagian pipa, sehingga memungkinkan sistem
perawatan dilakukan sesuai dengan jadwal meskipun kapal sedang berlayar di laut lepas. Perawatan
dengan mudah berarti efisiensi energi yang maksimal, sementara waktu yang diperlukan diatas dok
juga berkurang. Dengan kesatuan (union) pada setiap sambungan pipa, maka sistem secara mudah
mengembang, diubah atau ditingkatkan (upgrade).

6.Pengurangan kebisingan dan vibrasi


Vibrasi dan kebisingan yang berlebihan merupakan dua tantangan utama dalam industri pembangunan
kapal. Kedua hal diatas bukan saja akan mengurangi masa usia pakai dari sistem namun juga
merupakan elemen-elemen utama yang mempengaruhi kenyamanan para penumpang dan awak kapal.
Pengurangan kebisingan merupakan karakteristik bawaan dalam desain sistem grooved-end.
Konstruksi kopling yang unik ini memungkinka paking merapat pada pipa, sementara sifat rumah
yang terbuat dari besi yang lentur (ductile) memberikan dua ruang untuk bahan elastomerik untuk
melentur, dan isi yang berada didalam nya (containment) untuk mennembang secara berlebihan (over-
stretching). Bahan besi yang lentur juaga memiliki sifat / kemampuan meredam vibrasi untuk
menyerap kebisingan, yang akhirnya juga melindungi peralatan dan meningkatkan masa usia pakai
dari sistem.
Dengan memasang tiga kopling fleksibel sedekat mungkin dengan pompa atau sumber sumber-sumber
vibrasi lainnya menawarkan pengurangan vibrasi yang sangat berarti. Selain memiliki rancangan
untuk memperpanjang masa usia pakai dari sistem perpipaan, kopling fleksibel ini juga menwarkan
solusi yang handal / bisa dipertanggung-jawabkan, karena sistem ini mencegah diguna-kannya pipa
karet berlekuk-lekuk (rubber bellows) yang mudah rusak, perlu perawatan dan membutuhkan
penggantian rata-rata setiap sepuluh tahun.

7.Penghematan berat dan ruang


Salah satu keuntungan unik dari industri pembangunan kapal dalam penggunaan komponen-komponen
grooved-piping adalah penghematan berat dan ruang yang cukup berarti yang ditawarkan
dibandingkan dengan penggunaan sistem penyambungan pipa dengan flensa.
Rangkaian / rakitan-rakitan katup umumnya dibangun dengan komponen-komponen berflensa yang
menambah benan berat yang sesungguhnya tidak perlu pada sistem perpipaan. Memasang sambungan
perpipaan dengan kopling-kopling grooved-end dan katup tanpa menggunakan flensa bisa mengurangi
berat sebanyak 58%, yang bisa mengurangi pemakaian bahan bakar yang cukup berarti. Dan karena
katup-katup tanpa flensa atau jenis grooved-end memiliki profil yang lebih kecil, maka terbentuklah
juga penghematan ruang yang berarti. Selanjutnya, berkurangnya berat dan bertambah kecilnya ukuran
memudahkan penanganan komponen di galangan maupun di kapal.Penyambungan pipa dengan cara
grooved mechanical memberikan alternatif yang menarik bagi para ahli mesin , galangan dan para
pemilik/pengelola kapal dibandingkan dengan penyambungan pipa dengan menggunakan flensa dan
pengelasan. Sistem ini memungkinkan pemasangan dan perawatan yang cepat. Mudah dan aman untuk
memenuhi jadwal projek yang diketatkan dan pengurangan biaya buruh, bersamaan dengan efisiensi
pengoprasian maksimum dan kehandalan yang menyatu didalamnya (built-in sustainability). Diatas
segalanya, keuntungan-keuntungan yang digabungkan untuk memberikan biaya pemasangan
keseluruhan yang rendah terhadap masa usia pakai dari sistem. Untuk alasan-alasan inilah maka makin
banyak OEM-OEM (OriginalEquipmentManufacturer- Pembuat Peralatan Asli) kapal / kelautan mulai
membuat produk-produk sambungan pipa dengan sistem grooved-end, karena OEM-OEM ini akhirnya
menyadari keuntungan yang cukup berarti yang bisa diberikan oleh peralatan mereka sendiri.

3. PENGECATAN PIPA & WRAPPING PIPA


1.Metoda-metoda dan Prosedur untuk Pemakaian Primer  pada Pipa

a.   Pengecatan dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang telah disetujui.


b.   PT Indobara akan menyediakan semua material, pengawas dan pekerja yang berpengalaman dalam
bidang pengecatan.
c.     Metarial cat yang tiba di Site harus dalam keadaan baik, tertutup rapat menurut aslinya, merek dan
nomor/macam warna dan cat tidak boleh dibuka jika belum siap untuk dipakai. Dalam penyimpanan
dan
pemakaian temperatur harus dijaga diatas 35° F.
d.      Pencampuran/Pengadukan bahan harus mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya. Pekerjaan
Pencampuran
dilakukan sewaktu siap melakukan pekerjaan pengecatan, agar tidak merubah mutu hasil pengecatan
yang disebabkan karena persiapan pemakaian cat terlalu lama.
e.     Usahakan seluruh permukaan yang akan dicat terbebas dari kotoran dan karat-karat.
f.     Setiap lapis pengecatan diusahakan mempunyai ketebalan yang merata tidak berpori, arah gerakan
melengkung atau melingkar. Jika ada permukaan yang akan disempurnakan, harus ditunggu hingga
lapisan dalam keadaan kering.
g.     Tidak diperbolehkan dilakukan pengecatan jika temperatur permukaan besi dibawah 50° F, dan
ketebalan
relatif diatas 85%.
h.    Hasil pengecatan kering dari setiap lapisan pengecatan akan diukur ketebalannya dengan alat non
destructive film thickness gauge, demikian juga dengan ketebalan totalnya, untuk menjamin hasilnya
sesuai spesifikasi.
h.    Waktu Pengeringan diantara lapisan adalah 24 jam pada temperature 70° F.
i.   Setelah lapisan pengecatan paling atas selesai, diperlukan waktu pengeringan minimum 3 (tiga) hari
sebelum dioperasikan.
j.    Primer pipa akan dicatkan pada pipa dengan cara manual dan memakai kuas yang cocok atau sesuai
prosedur pabrik.
k.    Pemakaian primer pipa ini adalah 1 ( satu ) liter untuk kira-kira 10 ( sepuluh ) M² atau sesuai
kebutuhan
untuk mencakup seluruh permukaan pipa.
     Untuk mengetahui apakah pembersihan atau pengecatan dengan primer sudah benar, dapat dilihat
dengan mengorek primer dengan pisau, apabila masih terlihat karat atau kotor dan lain-lain dibawah
lapisan primer, berarti pembersihan masih kurang baik, atau primer kurang atau kedua-duanya
sehingga harus diperbaiki lagi oleh kontraktor.

2.Metoda-metoda dan Prosedur untuk Pemakaian Wrapping Material pada Pipa

a.    Tape coating dipasang pada pipa harus dengan cara spiral wrapped dengan maximal 1” edge overlap
untuk pipa diameter < 12”.
b.    Tape Coating harus dilingkar-lingkarkan dengan rata dan kencang,dan tarikan pada tape harus tetap
sehingga tidak berlebihan dan tidak kurang. Hasil coating ini tidak boleh ada keriput-keriput atau
membentuk kantong udara, coating tape harus seluruhnya langsung kontak dengan permukaan pipa
secara rata.
c.    Pelaksanaan tape coating ini harus sedemikian rupa sehingga overlap tape coating bagian dalam
terletak ditengah-tengah / sepertiga tape coating bagian luar.    
d.    Ujung tape dari roll yang baru harus mempunyai overlap sedikitnya 230 mm pada roll yang terdahulu.
Ujung terakhir suatu roll akan dipasang tanpa tarikan dan diletakkan dengan ditekan-tekan dengan
tangan. Sudut spiralnya harus parallel dengan yang terdahulu.

3.Inspeksi

a.    Tape coating yang sudah dipasang harus diperiksa oleh kontraktor dengan memakai Holiday Detector
tegangan tinggi, segera sebelum pipa dimasukkan kedalam galian dan disaksikan oleh USER.
b.    Tegangan uji minimum yang menembus tape coating ( antara electrode detector dan pipa ) adalah
7000 volt.
c.    Kecepatan jalan dari Holiday Detector ini adalah kira-kira 30 meter / menit, dan tidak boleh
didiamkan / dibiarkan ditempat apabila alat ini dalam keadaan jalan / hidup.
d.    Holiday Detector ini akan diadakan dan dijalankan oleh kontraktor.
e.    Semua kebocoran dan kerusakan coating harus diberi tanda yang jelas, segera setelah diketahui
melalui Holiday Detector maupun melalui pemeriksaan visual.
f.     Semua kebocoran dan kerusakan coating tersebut harus diperbaiki sesuai dengan spesifikasi ini, oleh
kontraktor.  
g.    Pemeriksaan visual ini juga termasuk pengawasan pada overlap.

4.Perbaikan pada Pengecatan pipa


a.    Semua kebocoran, kerusakan pada coating begitu ditemukan / diketahui, harus segera diperbaiki oleh
kontraktor.  
b.    Prosedur untuk memperbaiki kerusakan coating dengan luas sekitar 100 cm² kebawah :
-          Buang seluruh coating yang rusak dengan mempergunakan pisau yang tajam.
-          Dengan memakai pisau yang tajam, coating pada sekitar tempat bocor / rusak akan dipotong
dengan rata dan dengan cara agar supaya bekas potongan berbentuk serong dengan panjang serongan
minimum 3 mm.
-          Pada lokasi yang akan diperbaiki pipa akan dicat lagi dengan primer sehingga melebihi sedikitnya
50 mm sekeliling luasnya.
-          Biarkan dulu primer agar mengering hingga agak lekat kalau disentuh.
-          Siapkan dan pasang sepotong tape coating dalam ( inner wrapp ) yang akan menutup sedikitnya 50
mm lebih luas dari lokasi yang rusak dan memasangnya sampai melilit / melingkar seluruh keliling
pipa.
-          Apabila dibutuhkan lebih dari 1 ( satu ) kali lebar, maka overlap satu dan lain harus sedikitnya 30
% dari lebar yang diperbaiki.

5.Pada Tie-In dan Field Joint

a.    Buanglah ujung-ujung coating yang rusak, permukaan pipa disikat atau digerinda sikat sehingga
bersih dari semua kotoran karat dan lain-lainnya. Tonjolan-tonjolan, bekas potongan yang tajam,
percik las dan lain-lain tonjolan-tonjolan tajam harus dihilangkan dengan memakai kikir dan gerinda
atau alat lain yang cocok.
b.    Minyak gemuk dan olie harus dihilangkan dengan cara menghapus dengan lap yang diberi bahan
pelarut yang tidak mengandung minyak antara lain dengan xylene,xylol atau naptha.
c.    Pipa yang sudah bersih diberi / dicat dengan primer sampai rata. Primer harus lewat sedikitnya 50 mm
dari ujung yang terdekat dan dibiarkan hingga agak kering dan menjadi lekat apabila disentuh.
d.    Pipa yang sudah diprimer akan dibalut dengan cara “CIGARETTE HAND WRAPPED” dengan tape
coating. Pada umumnya pipa dengan Ø <= 12”   Overlap = 1”  dan pipa Ø > 12”   Overlap = 2”.
e.    Tiap lapisan dari tape coating harus dikerjakan dengan tarikan tangan yang cukup untuk mendapatkan
hasil yang baik, mulus, rata, dan tidak ada keriput-keriput atau kantong udara atau tidak berhasil
menempel langsung dengan rata pada permukaan sebelumnya.

4. KESELAMATAN KERJA

I.PERATURAN KESELAMATAN.
Peraturan keselamatan kerja yang Mutlak, Keras, Dan Dingatkan (Safety Talk) Terus Menerus Oleh
Safety Officer, Dipatuhi, Dijalankan, Disampaikan Ke Yang Kurang Memahami, Oleh Semua Pihak
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan kerja diproyek ini. ( Bagi yang tidak
mematuhi akan diberikan teguran keras, tertulis, dan atau dikeluarkan (tidak diijinkan bekerja lebih
lanjut )

1.   Ikuti semua petunjuk, jangan ambil resiko, jika tidak mengerti tanyakan.
2.   Perbaiki atau laporkan kondisi yang tidak aman.
3.   Bantulah agar segala sesuatunya bersih dan tertib.
4.   Perhatikan dan taati segala tanda peringatan.
5.   Orang yang tidak bertugas tidak diijinkan berada dilapangan.
6.   Karyawan tidak diijinkan bekerja sebelum atau sesudah jam kerja tanpa pengawasan.
7.   Turun naik bangunan hanya boleh dilakukan dengan menggunakan tangga atau cara lain yang
disediakan untuk tujuan ini.
8.   Laporkan apabila ada yang luka, dapat pertolongan pertama segera.
9.   Tidak diperkenankan berkelahi atau bersenda gurau.
10. Tidak diijinkan membawa senjata api / pistol atau jenis senjata lainnya ke lapangan.
11. Penggunaan, pemilikan atau dalam pengaruh obat terlarang atau minuman keras, dilarang berada di
daerah kerja. Semua pemakaian resep obat minuman keras harus diketahui atasan anda.
12. Gunakan peralatan yang benar untuk bekerja dan gunakan alat tersebut dengan baik.
13. Hindari berjalan atau bekerja dibawah muatan yang bergantung atau pada saat kerekan dijalankan.
14. Penggunaan, penggantian dan perbaikan peralatan hanya dilakukan apabila diijinkan.
15. Gunakan peralatan keselamatan yang telah ditentukan, gunakan pakaian yang aman. Rawatlah dengan
baik.
16. Patuhi peraturan DILARANG MEROKOK.
17. Hanya orang ditunjuk ( diberi wewenang ) diijinkan untuk memperbaiki listrik.
18. Peralatan pemadam kebakaran hanya digunakan untuk memadamkan api. Jangan merusak peralatan
pemadam kebakaran.
19. Semua yang mendapat luka betapapun ringannya, harus segera dilaporkan kepada pimpinan anda.

II. PERALATAN KESELAMATAN

Ketahuilah dan ikuti peraturan-peraturan ini guna perlindungn anda ;

1.      Jenis kacamata keamanan yang telah diuji harus dipakai oleh semua karyawan selama jam-jam kerja.
2.      Jenis topi-topi baja yang telah diuji harus dipakai oleh semua pegawai selama jam-jam kerja.
3.      Pergunakan pelindung muka yang disediakan untuk bahaya khusus dalam semua operasi seperti
memotong, menggiling, memecah beton, memakai zat asam atau zat-zat pembakar dan lain-lainnya.
4.      Sangat dianjurkan menggunakan sarung tangan kerja dengan band dipergelangan tangan.
5.      Suatu alat yang tidak ada dalam daftar, tetapi perlu untuk keselamatan dalam pekerjaan anda, harus
diminta kepada atasan / pimpinan anda.
6.      Sepatu boot dianjurkan dipakai oleh semua karyawan.
7.      Bahan baju yang tidak mudah terbakar dan cocok untuk jenis pekerjaan tersebut harus dipakai.
8.      Pengaman telinga harus digunakan bilamana diperlukan.

III.PERKAKAS DAN PERALATAN

1.      Peralatan yang rusak, kabel kabel listrik yang sudah rusak dan mesin yang tidak punya pengaman,
tidak boleh dipergunakan.
2.      Jangan memakai sarung tangan, pakaian yang kebesaran atau sobek disekitar bagian-bagian mesin
yang bergerak.
3.      Semua motor–motor harus dihentikan sebelum diisi lagi dengan bahan bakar.
4.      Hanya petugas yang diberi wewenang diperkenankan memperbaiki atau menjalankan peralatan.
5.      Peralatan yang menggunakan listrik, pegangan, perkakas yang dioperasikan harus isolasi rangkap
yang disetujui atau di ground dengan ground fault circuit interrupters yang disetujui dan pastikan di
ground dengan benar.
6.      Perbaiki atau laporkan semua kerusakan, kesulitan dan kekurangan lainnya pada kabel kepada atasan
saudara.
7.      Betulkan atau laporkan semua keadaan dan peralatan yang tidak akan kepada atasan anda.

IV.GAS PEMBAKAR, PEMANAS DAN PENGELASAN


1.      Hanya karyawan / pekerja yang terlatih diijinkan menggunakan oksigen dan peralatan bahan bakar
gas.
2.      Jauhkan minyak dan pelumas dari peralatan oksigen. Jika oksigen kontak dengan oli / pelumas maka
akan terjadi ledakan.
3.      Tabung gas yang bertekanan harus ditangani dengan seksama. Cegah goncangan, benturan atau
jatuh, jagalah selalu dalam posisi berdiri.
4.      Tutup pengaman harus dipasang pada botol, bila tidak digunakan dan sewaktu mengangkut untuk
memindahkan.
5.      Penyimpanan tabung oksigen harus dipisahkan dari tabung gas bahan minimum 20 kaki atau 5 kaki
atau dengan dinding pengaman tahan api.
6.      Lampu potong harus dilengkapi dengan alat pencegah arus balik.
7.      Lampu potong tidak boleh digunakan sebagai palu untuk menghilangkan serpihan atau sisa
potongan.
8.      Sebelum membakar, mengelas atau memanaskan, pekerja bertanggung jawab mengontrol kondisi
pada sisi yang berlawanan atau dibawah agar segala bahaya kebakaran atau luka dapat dihindari.
9.      Ketika memotong atau mengelas, anda harus memakai kacamata potong, pelindung muka ( topeng
las ).
10.  Ketika meninggalkan daerah tempat bekerja, matikan gas dari slang saluran kemudian lampu potong.
Pastikan tidak ada kebocoran.
11.  Jauhkan slang dari percikan dan tempat yang panas.
12.  Nyalakan lampu potong dengan alat pemantik yang dijinkan. Jangan gunakan korek api atau kawat
las.

V. GERINDA YANG RINGKAS


1.      Gerinda harus dilengkapi dengan pengaman ketika menggunakan roda batu gerinda yang
diamaternya melebihi 2”. Pengaman tidak boleh dilepas atau dirubah kecuali oleh orang yang ditunjuk
untuk memperbaiki gerinda.
2.      Periksalah roda batu gerindanya secara teliti sebelum menggerinda. Roda yang tegak lurus harus
dipasang tepat diantara tabung pengaman, paling sedikit 1/3 dari diameter roda gerinda. Mur harus
dikunci kuat tetapi tidak berlebihan sehingga mengakibatkan retak pada roda gerinda.
3.      Roda penutup digunakan hanya pada bagian muka saja.
4.      Jangan menekan roda batu gerinda terlalu kuat.
5.      Selalu hentikan roda pada pekerjaan sebelum anda meletakannya. Ketika anda meletakkan gerinda,
jangan letakkan pada roda batu gerinda.
6.      Periksalah gerinda untuk mengetahui apabila ada kerusakan.
7.      Jika gerinda berjalan melebihi kapasitas kecepatan atau rusak, beri tanda agar tidak dipakai, danm
melaporlah segera.
VI. KESELAMATAN RADIASI

1.      Peralatan produksi radiasi dioperasikan hanya oleh petugas radiografy yang terlatih.
2.      Apabila peralatan produksi radiasi digunakan, daerah radiasi harus dilindungi dengan dipasang
penghalang dan ditempatkan tanda-tanda dan diawasi langsung oleh petugas radiasi.
3.      Pekerja radiasi dan para pembantunya harus menggunakan peralatanperalatan pemeriksaan, lencana-
lencana film dan dosimeter, seperti yang diharuskan oleh NRC dan yang telah ditetapkan oleh undang-
undang negara apabila menjalankan peralatan radiasi.
4.      Jangan memasuki daerah dimana tanda ini dipasang atau tanda palang kuning dan ungu, tali-tali
dipasang.

VII. PERALATAN PROTEKSI PERORANGAN


Peralatan proteksi perorangan yang diharuskan didaerah yang terbatas pada tugas khusus :
1.      alat pelindung mata
2.      Sepatu boot kerja dari baja
3.      Topi pelindung
4.      Penutup telinga
5.      Pernafasan
6.      Sarung tangan
7.      Pakaian
8.      Pelindung apabila jatuh.

VIII. PERTOLONGAN PERTAMA

Jika anda terluka dalam pekerjaan anda, laporkan segera pada pimpinan anda atau pengawas anda,
berapapun ringannya luka tersebut. Undang-undang perserikatan menganjurkan kita membuat catatan
kecelakaan. Laporan kecelakaan dibuat untuk membantu dalam pencegahan kejadian-kejadian
dikemudian hari.

Jika anda merasa sakit sedemikian rupa sehingga anda tidak dapat bekerja seperti biasanya, laporkan
kepada pengawas anda. Usahakanlah pertolongan pertama untuk semua luka-luka ringan, untuk luka-
luka parah harus diberikan oleh dokter ahli. Ingatlah, untuk luka-luka parah, pertolongan pertama
hanyalah untuk sementara.
Yang paling penting yang harus dilakukan jika seseorang terluka adalah :
1. Pelajari situasi
Tujuan :
Putuskan jika situasi cukup aman untuk anda ;
a.       Anda harus tidak menjadi korban yang lainnya
b.      Apakah perlu memindahkan korban ketempat yang aman sebelum memberikan pertolongan pertama.
2. Selamatkan
Tujuan :
Memindahkan korban dari lokasi yang berbahaya ke tempat yang aman ;
a. Pindahkan korban dengan hati-hati, tetapi ini dilakukan hanya jika nyawanya dalam keadaan
bahaya.
3. Pendarahan
Tujuan :
Menghentikan pendarahaan, mencegah pencemaran, merawat yang tekena shock/kejutan dan
mendapatkan pertolongan medis ;
a.       Penekanan langsung – tekan langsung pada luka dengan menggunakan kasa bersih di tangan anda.
Mengangkat-angkat bagian yang luka sebatas dada jika mungkin dan praktekkan.
b.      Gunakan sarung tangan latex untuk menghindari kontak langsung dengan cairan badan. Selalu cuci
tangan anda dengan segera sesudah anda memberikan P3K.
4. Terbakar
a.       Hilangkan rasa sakit dan cegah pencemaran;
-          Untuk luka ringan, gunakan air dingin
-          Untuk luka berat, harus kering dan ditutupi
b.      Ancaman untuk shock
c.       Berikan perawatan medis
5. Terbakar karena Zat Kimia
a.       Siram daerah yang terkena dengan sejumlah air selama 15 menit.
b.      Lepaskan semua baju yang terkena
c.       Dapatkan pertolongan medis
6. Pingsan
a.          Biarkan korban dalam kedaan terbaring
b.         Dapatkan pertolongan medis
c.          Amati tanda-tanda membahayakan
7. Kelelahan panas
Dingin, kulit basah, berpeluh keringat, mata membelalak, pusing, mual ;
a.    Pindahkan korban ketempat yang dingin atau basahi dengan kain basah
b.   Longgarkan baju
c.    Ancaman untuk shock
d.   Berikan satu setengah gelas air untuk diminum setiap 15 menit sekali.
8. Sengatan panas
Tidak lagi mengeluarkan keringat, kulit kemerahan dan meradang, susah bernafas, panas badan tinggi;
a.    Dapatkan pertolongan dokter
b.   Pindahkan korban ketempat yang dingin
c.    Segera dinginkan korban

Adalah sangat penting pertolongan pertama secepatnya. Hindari panik dan gunakan akal sehat. Kirim
seseorang untuk mendapatkan pertolongan dokter, semetara pertolongan pertama dilakukan. Ingat
bahwa anda bukanlah ahli medis, jangan melakukan banyak hal apabila tidak perlu benar terhadap
korban, sampai pertolongan medis diberikan.

IX.   SAFETY PROSEDUR


3.         Adapun safety procedure meliputi antara lain :
3.1.       Semua valves ( Inlet dan Outlet ) tanki harus dirantai dan kemudian dikunci, pada saat pekerjaan
dilaksanakan.
3.2.       Lakukan combustible gas test secara periodik pada saat pekerjaan sedang berjalan berlangsung ( ± 2
Jam sekali ). Pekerjaan harus dihentikan bila bacaan pada tester melebihi 10 % dari level explosive
terendah ( lower explosive level ).
3.3.       Kadar Hydrogen Sulphide harus dimonitor secara terus – menerus pada brething zone ( Zona
pernafasan ) dari pekerja yang paling dekat dengan product.
3.4.       Apabila kadar Hydrogent sulphide melebihi 10 ppa pekerjaan harus di stop kemudian semua pekerja
dengan menggunakan masker meninggalkan atap tanki.
3.5.       Jika pekerjaan tetap dilaksanakan maka self contained breathing apparatus harus di gunakan.
3.6.       Setiap tanki harus dilengkapi dengan 2-3 orang yang setiap saat memantau apabila terjadi api.
Ketiga orang tersebut dilengkapi dengan tabung pemadam kebakaran.
3.7.       Alat pemadam kebakaran : a.1 Foam Pourer dan Mobile kebakaran harus disiagakan apabila
diperlukan.
3.8.       Safety meeting harus dilaksanakan setiap pagi dan siang pada saat pekerjaan dimulai.
3.9.       Alat- alat yang digunakn adalah Spark Proof Hand Tool.
3.10.   Tidak ada pekerjaan panas yang boleh dilakukan.
3.11.   Pada saat hujan dan petir semua pekerjaan harus dihentikan.
3.12.   Apabila semua aspek safety telah dilakukan, pekerjaan dapat dimulai.

X.    RAMBU-RAMBU SAFETY, HEALTH & ENVIRONMENT

a.       Tujuan
Prosedur ini adalah mencakup penggunaan rambu-rambu untuk area-area yang diidentifikasikan
terdapat potensi bahaya-bahaya dengan menggunakan rambu– rambu, penandaan, warna dan lain–
lainnya.
b.      Petunjuk pelaksanaan
Kategori rambu dan warna dasar :
  BAHAYA
Warna dasar adalah putih dan merah. Pada tingkat ini menunjukkan bahwa area tersebut sangat
berbahaya dan berpotensi besar untuk timbul kecelakaan, sehingga
semua pekerja harus menghindari area tersebut dan atau mengikuti instruksi yang disampaikan.
  AWAS
Warna dasar adalah coklat susu dan hitam. Pada tingkat ini menunjukkan bahwa area tersebut
berbahaya dan jika tidak menghindahkan larangan/ instruksi yang disampaikan akan dapat
mengakibatkan adanya kecelakaan/ bahaya.
  HATI-HATI
Warna dasar adalah kuning dan hitam Pada tingkat ini menunjukkan bahwa semua pekerja yang
berada di area tersebut agar berhati-hati terhadap suatu instruksi/kondisi tertentu agar terhindar dari
kecelakaan/bahaya.
    INFORMASI UMUM SAFETY, HEALTH & ENVIRONMENT
Warna dasar adalah putih dan hijau
Rambu yang dipasang untuk memberikan informasi kepada semua pekerja/pihak yang berada di area
proyek mengenai masalah Safety, Health & Environment.

5. HYDROSTATIC TEST
1.   Ruang Lingkup
Prosedur ini menjelaskan cara-cara kebutuhan dasar untuk melakukan pengujian dengan tekanan atau
Hydrostatic Test terhadap pipa diluar maupun didalam pada pekerjaan Piping work.
2.   Kode dan Standard atau Referensi
Kode dan standard yang digunakan adalah edisi terakhir, kecuali yang telah ditentukan lain di prosedur
ini, tetap sebagai bagian dari prosedur ini. Semua pengujian Hydrostatic Test ini akan dikerjakan
menurut standard sebagai berikut :
- API Standard 1104 Standard for Pipe lines and Related facilities.
-     ANSI American National Standard Institute

3.   Program Test


Uji tekan pada pipa yang dapat dilaksanakan apabila :
-          Pekerjaan konstruksi jalur pipa telah selesai seluruhnya.
-          Flushing telah dinyatakan baik dan diterima oleh PT Shimizu-HK JO.
-          Setelah dilaksanakan Hydrotest dan dinyatakan baik akan dilanjutkan dengan pekerjaan Isolasi.
-          Prosedur pengujian yang diajukan oleh PT Indobara sudah disetujui oleh PT Shimizu HK JO.
-          Air yang dipakai adalah air tawar / air bersih, yang ditest kadar pH nya min. 6, Chemical Inhibitor
akan ditambahkan bila perlu.

4.   Persiapan Test


Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu pipa yang akan diuji harus dalam keadaan bersih.
Semua sambungan-sambungan dengan peralatan lain harus dilepas. Pada pelaksanaan Hydrostatic Test
ini jika terdapat katup / valve yang tidak digunakan untuk pengetesan harus dilepas dan diganti dengan
temporary spool:

Adapun urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain :


-          Pembersihan bagian dalam pipa dengan menggunakan angin / udara dari compressor minimal
265Cfm.
-          Pengisian pipa dengan air bersih / tawar yang telah disetujui oleh Shimizu HK JO.
-          Menaikkan tekanan sesuai dengan spesifikasi.
-          Peralatan (Instrument) untuk mencatat data-data selama Hydrostatic Test dilaksanakan.
-          Equipment / peralatan yang harus disiapkan seperti :
1.    Water Filling Pump
2.    Pressure Raising Pump
3.    Air Compressor
4.    Pressure & Temperatur Chart Recorder
5.    Pressure Gauge
6.    Thermometer ( untuk pengukuran temperatur udara luar )
7.    Dead Weight Tester (DWT)
Khusus untuk item no. 4, 5 ,6 & 7 telah dikalibrasi dan memenuhi sertifikasi kalibrasi.
Pelaksanaan pengujian juga didasarkan pada kekuatan jenis material pipa yang telah disetujui dan
besarnya tekanan pengujian adalah 1,5 x design pressure atau yang telah di sepakati.

5. Hydrostatic Testing / Pelaksanaan Pengujian Dengan Hydrostatic


5.1.    Sebelum dilakukan pengetesan yang diperiksa jalur pipa yang akan di test, apakah sudah selesai sesuai
yang direncanakan.
5.2.    Area dimana jalur pipa yang Akan di test harus diberi tanda atau batas yang jelas dan hanya petugas
yang berwenang yang boleh masuk daerah tersebut.
5.3.    Pompa air akan dipakai untuk mengisi air kedalam pipa dengan jumlah yang cukup.
5.4.    Air yang dipergunakan adalah air tawar ( air bersih ) yang telah di test kadar PH nya dan sudah
disetujui oleh Client.
5.5.    Kecepatan air pengisian lebih kecil dari 1 M³ / detik
5.6.    Tekanan uji / Pressure Test ditentukan sebagai berikut :
1.    1,5 x Design Pressure, atau
2.    1,5 x Max. Operating Pressure.
5.7.    Pressure Test dan Waktu Test
Pelaksanaan test dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
1.    30 % x Pressure Test ditahan selama 15 menit
2.    50 % x Pressure Test ditahan selama 15 menit
3.    100 % x Pressure Test ditahan selama 4 Jam.
5.8.    Nilai Tekanan pada kedua pressure gauge dicatat setiap interval 30 menit, pada saat holding time
selama 4 jam.
5.9.    Selama Pressure Test, agar dilakukan pemeriksaan kemungkinan adanya kebocoran pada sambungan-
sambungan antara lain sambungan pipa, Flange to flange, Blind flange dan lain-lain.
5.10.  Dalam pengetesan digunakan minimal 1 ( satu ) Pressure Gauge ( Telah dikalibrasi dengan range
Pressure Gauge 1.5 sampai maximum 2 x Pressure test.
5.11.  Bila terjadi kebocoran maka tekanan didalam pipa harus dikeluarkan secara bertahap sampai titik
Atmosphere, selanjutnya dilakukan perbaikan pada kebocoran tersebut.
5.12.  Sesudah perbaikan dilakukan, pengujian diulangi lagi mulai butir 5.7 dan 5.8 sampai pengujian baik
dan diterima oleh Client.
6. Record
Data-data pengetesan / Hydrostatic Test tercantum informasi sebagai berikut :
6.1. Tanggal Test
6.2. Line test of pipe
6.3. Tekanan uji / Pressure Test
6.4. Temperature Test
6.5. Waktu test
6.6. Media yang dipakai
6.7. Pressure gauge yang dipakai
6.8. Temperature gauge yang dipakai
6.9. Pelaksanaan pengetesan
6.10.  Pelaksanaan pengetesan
6.11.  Disaksikan oleh Client.

7. Dewatering (Pengeluaran Air)


a.  Sesudah pengujian Hydrostatic Test selesai dilakukan dan disetujui oleh QC/QA secara baik, maka air
akan dikeluarkan dari dalam pipa dan didorong oleh udara dengan memakai air compressor Cap. 390
Cfm.
b.  Air akan dikeluarkan melalui pipa sementara dan ditempatkan pada tempat yang diijinkan/disetujui
oleh Client.
c.   Ujung pipa yang mana didalamnya mengandung air yang akan dikeluarkan di tutup dengan karton
( kertas tebal ), agar pada saat penekanan oleh compressor dapat menghasilkan pembersihan yang
baik.
d.  Air yang akan dikeluarkan akan disambungkan dengan drain yang dilengkapi dengan alat penampung
air.
e.  Sistem pengeluaran air ini akan diatur dilapangan sesuai dengan petunjuk dan instruksi pengawas
Client.

8. Keselamatan Kerja
A a.  Uji tekan harus dilaksanakan oleh kontraktor dan disaksikan oleh Shimizu-HK JO.
b.  Semua peralatan pengetesan / pengujian seperti water pump, Pressure Indicator, Temperature
Indicator, Recorder dan lain-lain harus ditempatkan di suatu tempat/area yang sama, selama kondisi
memungkinkan untuk memudahkan memonitor pelaksanaan pengetesan.
c.   Selama pengetesan berlangsung harus selalu dimonitor oleh petugas yang ditugaskan untuk
pengetesan tersebut.
d.  Menggunakan kelengkapan keselamatan kerja bagi pekerja yang terlibat langsung.

BAB IV URAIAN WATER SPRINKLER SYSTEM


Alat Pemadam Api Jenis water Sprinkler merupakan alat pemadam api yang menggunakan air untuk
memadamkan api. Alat pemadam ini menggunakan air sebagai bahan pemadam
Sistem penginderaan api atau biasa dikenal dengan sistem alarm kebakaran adalah suatu sistem
terpadu yang dirancang dan dibangun untuk mendeteksi keberadaan Gejala dan api, untuk kemudian
memberikan peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis atau
manual dengan instalasi pemadam kebakaran (Sistem pemadam kebakaran).
Peralatan utama adalah sistem kontrol disebut Monitor Control Fire Alarm (MCFA) atau Fire Alarm
Control Panel (FACP) yang berfungsi untuk menerima sinyal input (sinyal input) semua detektor dan
komponen detektor lainnya, dan kemudian memberikan sinyal keluaran ( sinyal output) melalui
komponen keluaran sesuai dengan pengaturan yang telah menerapkan itu.
Design Requirement Water Sprinkler System :
Type System : Alarm Check Valve ( Water Sprinkler System )
Design Standard : Water Sprinkler System
Stored Product : Gedung sima office tower
Style Metal Containers : N/A
Type Of Sprinkler : Pendant & Upright Sprinkler (Water Sprinkler)
Duration Time : NFPA 16 Duration Of Extinghuising min 15 minute
NFPA 16 Requires a minimum discharge time of 10 minutes
at the maximum design flow. This is the generally accepted
time requirement. Howover, NFPA 30 requires 15 minutes
operation while some authorities having jurisdiction may require 20
operation.
Protected Area : Basement & Typical Tower
Length : m
Width : m
Surface Area : m2

BAB V PENGOPERASIAN WATER SPRINKLER SYSTEM


Water Sprinkler System dapat di operasikan secara otomatis atau secara manual. Pengoperasian secara
otomatis, biasanya akan menimbulkan kejadian sebagai berikut :

Tingkat pertama
●     Bila rangkaian detector zone pertama dalam kondisi alarm maka Alarm bell akan bunyi.
●     Petugas harus mencari sumber bunyi, yang dapat dilakukan melalui Control Panel System
●     Jika hanya kebakaran kecil seperti atau alarm palsu tekan tombol “ Ack – Reset “
●     Atasi kebakaran tersebut, dengan menggunakan Portable Extinguisher jika perlu, sebagai
●     pemadaman awal. Setelah itu tekan tombol “ Resert “ pada Control Panel
●     lalu periksa Heat detector yang terindikasi dan pastikan Panel Kondisi All Normal.
●     Jika terjadi kebakaran besar, maka biarkan system bekerja secara procedure manual operasion.

Tingkat kedua
●     Bila rangkaian detector kedua zone dalam kondisi Alarm Bell akan berbunyi serta indicator lamp
akan menyala
●     Operator yang berwenang akan melakukan pengaktifan Manual Pull Station NBG-12L,
Dengan memastikan area mana terjadi kebakaran
●     Setelah air keluar melalui Water Sprinkler System, Indicator lamp dan Alarm bell masih aktif tetap
aktif – menyala
●     Pekerja tidak diperbolehkan memasuki area lokasi kebakaran, kecuali petugas pemadam kebakaran
●     Ketahui dengan pasti lokasi kebakaran.
●     Evakuasi pekerja dari lokasi.
●     Tutup semua pintu rapat-rapat.
●     Pilih atau tekan Manual Pull Station di area terdekat

BAB VI PENJELASAN UMUM DELUGE VALVE SYSTEM

PENGOPERASIAN DELUGE VALVE


Perinsip kerja dari Deluge Valve.
a.       Set posisi
Tekanan air yang di hubungkan langsung ke main suplai pipa utama menuju diapragma actuator yang
kemudian mempunyai kekuatan untuk menahan klep pengontrol otomatis di dalam deluge valve,
sehingga air yang menuju ke setiap percabangan pipa water spray system tidak terisi air hanya sebatas
deluge velve yang di dalamnya di tahan oleh klep pengontrol otomatis.
b.      Sistem operasi.
Ketika system deteksi panas bekerja makan akan mengaktifkan solenoid pada deluge valve, maka akan
terjadi penurunan tekanan yang mengakibatkan tekanan air yang menahan klep pengontrol otomatis
melalui diapraghma actuator akan terbuka maka deluge valve system akan bekerja menjalankan water
spray system dan mengaktifkan pressure switch dan solenoid

Mengoperasikan Deluge Valve control untuk water spray system.


Procedure :
−     Deluge valve system di buat dan di desain sedemikian rupa, untuk bekerja tanpa harus ada seseorang
yang mengoperasikannya ( otomatis system ).
−     Manual control station pada trim set deluge valve system, data di operasikan apabila terjadi kegagalan
system pada solenoid dan diapragma aktutor, setalah menarik manual control station ini maka tekanan
menurun pada diapragma actuator dan klep pengontrol oromatis akan terbuka dan water spray system
bekerja.
Procedure mereset atau mematikan Deluge Valve System setelah system bekerja :
Posisi system yang bekerja pada saat kebakaran :
●     Fire pump bekerja
●     Deluge Valve system bekerja
●     System pemadam mengunakan air sedang bekerja
●     Bell , alarm peringatan dan lampu – lampu peringatan semua aktif.
Procedure :
●     Dapatkan informasi dari safety department atau department pemadam kebakaran bahwa api telah benar
– benar di padamkan.
●     Tutup katup utama dari Deluge Valve.
●     Matikan pompa utama pemadam kebakaran, dan reset kembali pressure switch pada tekanan semula
( Standby operasi ).
●     Reset Fire Alarm System pada Releasing Panel
●     Dan reset kembali posisi Deluge valve pada standby operasi.

Maintenance Deluge Valve System


Deluge Valve system harus di periksa dan di test sistemnya dengan jangka waktu yang harus
ditetapkan untuk pertigabulan, semi manual, dan pertahunan. Ini tergantung pada kondisi dari pada
klep pengontrol otomatis. Dan pemeriksaan yang harus lebih sering di tes adalah persediaan air nya,
apakah terjadi kebocoran atau kerusakkan yang di akibatkan kesalahan pengoperasian dan juga kondisi
alam kurang baik yang bias menggangu operasi klep pengontrol otomatis.

pengetesan Deluge Valve System.


Referensi NFPA 13A, Recommended Practice For Inspection, Testing and Maintenance, of Sprinkler
System. Sebelum melakukan pengetesan dengan mengunakan air yang bertekanan, tindakan
pencegahan yang perlu di ambil antara lain :
1). Periksa lokasi pipa pembuangan terakhir untuk test keluaran air, pastikan bahwa daerah tersebut
bersih dan tidak ada halangan yang akan menyebabkan kerusakan dan kerugian yang tak di inginkan.
2). Periksa semua sambungan Fire Alarm yang menuju Master Control Fire Alarm, pastikan semua
dalam kondisi terpasang, dan dapat menginformasikan apabila terjadi test system pemadam kebakaran.

Pengetesan dapat di lakukan dengan dua cara yaitu :


●     Pengetesan tanpa mengunakan air yaitu hanya mengecek equipment intrumentasinya saja yaitu
solenoid valve dan pressure switch pada deluge valve tersebut.
●     Pengetesan dengan mengunakan suplai air dalam system ini, tetapi test ini di lakukan hanya untuk
waktu tertentu saja. Akan tetapi harus di lakukan karena untuk memeriksa fungsi dari pada system ini.
Dua procedure test ini di rekomendasikan oleh NFPA 13A dan dilakukan sebagai test yaitu, Test
Partial Flow and Test Full Flow.
Keterangan :
a. Deluge Valve dapat di test dalam kondisi cuaca panas maupun dingin.
b. sebelum melakukan test pada deluge valve, isi di dalam valve tersebut berikut dengan valve body
harus menyeluruh di bilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran. Untuk mencegah
terjadinya korosi pada body valve maupun klep otomatisnya.

Test –Partial Flow


Procedure untuk Deluge Valve tanpa mengunakan supply air adalah sebagai berikut :
Buka katup pembuangan utama secara perlahan sampai benar-benar terbuka lebar-lebar kemudian
periksa dan yakinkan bahwa arus air mengalir dan keluar dari pipa saluran utama pembuangan.
a.Biarkan air mengalir ke tempat pembuangan yang terdekat selama yang di inginkan untuk
membersihkan pipa system dari akumulasi atau material asing di dalam pipa.
b. Tutup secara berlahan katup utama pembuangan.
c.Tutup katub system control kemudian buka sedikit saja sampai ada tekanan cukup untuk menaikkan
dan mengunci klep pengontrol otomatis dan siap di operasikan dan Deluge Valve siap untuk dilakukan
pengetesan.
d. Pada manual control station di Deluge Valve tarik hendle ke arah bawah untuk merelease pressure,
kemudian secara otomatis air akan mengalir melalui pipa pembuangan dan klep control otomatis di
dalam Deluge Valve akan terbuka akibat terjadi penurunan tekanan pada pipa pembuangan. Kondisi
ini juga dapat di lakukan dengan pengetesan mengunakan system deteksi panas ( heat detector ).
e. Ketika Deluge Valve bekerja, tekanan air akan tercatat pada diaphragm actuator dan tutup cepat
katup system kendali dan buka pipa pembuangan utama.
f. catat tekanan air pada system dan tekanan pada diaphragm actuator ketika Deluge Valve bekerja.
Bandingkan data ini dengan data pada awal test pemasangan.
Catatan :
Jika tekanan kerja diaphragm actuator melebihi +/-20% dari catatan tekanan kerja awal ketika Deluge
Valve di pasang, harus di cari permasalahannya dan menentukan kondisinya untuk di koreksi
kembali .
g. Bersihkan secara menyeluruh Deluge Valve dan diaphragm actuator, pasang alat baru yang di
butuhkan kemudian reset kembali.

Test-Full Flow
Ambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menyemprotkan dan mengalirkan aor pada daerah
yang di lindungi, dan untuk Test-Full Flow dapat di lakukan sebagai berikut :
a. Buka pipa pembuangan utama sampai benar-benar terbuka lebar, kemudian periksa kembali untuk
meyakinkan bahwa air sudah mengalir dari pipa pembuangan utama.
b.Biarkan air mengalir ke tempat pembuangan yang terdekat selama yang di inginkan untuk
mmembersihkan pipa system dari aakumulasi atau material asing di dalam pipa.
c. Tutup secara berlahan katub utama pembuangan.
d. Pada manual control station di Deluge Valve tarik handle kea rah bawaah untuk merelease pressure,
kemudian secara otomatis air akan mengalir melalui pipa pembuangan dan klep control otomatis di
dalaam Deluge Valve akan terbuka akibat terjadi penurunan tekanan pada pipa pembuangan, Kondisi
ini juga dapat di lakukan dengan pengetesan mengunakan system deteksi panas (Heat Detector).
e. catat takanan air pada system dan tekanan pada diaphragm akuator ketika Deluge Valve bekerja.
Bandingkan data ini dengan data pada awal test pemasangan.
Catatan :
Jika tekanan kerja Diaphragma actuator melebihi +/- 20% Dari catatan tekanan kerja awal ketika
Deluge Valve di pasang, harus di cari permasalahannya dan menentukan kondisinya yang benar.
f. Setelah Deluge Valve bekerja, Biarkan air mengalir ke dalam system dan meyemprot pada setiap
ujung nozzle water spray. Kemudian periksa jangkauan dan kaver tekanan air akan tercata pada
diaprgama actuator dan tutup cepat katub system kendali dan buka pipa pembuangan utama.
g. Bersihkan secara menyeluruh Deluge Valve dan Diaphragma actuator, pasang alat baru yang di
butuhkan dan kemudian reset kembali.

Mereset Deluge Valve System.


Setiap kali setelah beroperasi, Deluge Valve harus di pasang dan di kembalikan pada posisi semula
secepat mungkin dengan cara sebagai berikut :
a.Tutup kembali main katup utama ( OS&Y, PIV , or other ).
Perhatian : Katub utama harap di tutup kembali setelah di pastikan dan benar bahwa api telah
dipadamkan.
b.Buka katup pembuangan utama dan biarkan system pembuangan untuk mengalirkan dengan
sepenuhnya. Biarkan katup tetap terbuka.
c. Tutup kembali ball valve pada suplai air yang menuju ke diaphragm yang di koneksi langsung ke
pipa utama.
d. Jika deluge Valve di operasikan secara otomatis, dengan mengunakan Electric actuation ( solenoid )
melalui deteksi panas ( Heat Detector ), reset kembali system deteksi dan system control panel.
e. Jika Deluge Valve di operasikan dengan mengunakan Manual control station, ikuti langkahnya
sebagai berikut:
-tarik manual Lever (tuas pengungkit) dan tutup dengan kavernya kembali dan pasang kembali
-baut screw kecil yang sudah disediakan pada box kaver.
f. Pindahkan handle penutup dari Deluge valve dan naikan kembali clapper latch dengan posisi terbuka
lebar-lebar.
g. Bersihkan secara menyeluruh semua bagian di dalam Valve mencakup diaphragma actuator.
Lakukan pemeliharaan pada Clapper Latch yang dilakukan sesuai dengan cara perawatan yang benar.
Pastikan semua equipment dapat di pindahkan tanpa ada halangan. Hati-hati dan periksa Clapper
Facing dan Seat Ring dari kerusakan yang signifikan.
Perhatian : jangan pernah menggunakan compound atau abrasive the Clapper Facing atau Seat Ring.
Gunakan kain bersih atau jari telanjang untuk membersihkan debu. Jangan meninggalkan debu di
permukaan seat ring.
h. Lepaskan Clapper Stop. Lower Clapper dan kemudian Seat Ring.
Perhatian : dilarang mengunakan pelumas atau bahan yang dapat merusak seat ring.
i.Tahan posisi clapper lacth ke bawah, set posisi Clapper Latch menghadap ke atas dengan posisi ball
valve terbuka untuk menekan Diaphragma Actuator. Sekarang ini posisi Clapper latch dalam kondisi
tertutup.
j. Lepaskan tutup handle dan karet tersebut. Dan kencangkan baut penutup (Baut Tap) dengan aman.
k. Buka katub system kendali secara perlahan. Ketika air dilepaskan ke pembuangan dari pipa
pembuangan utama, tutup secara berlahan katub saluran utama.
l. Matikan system control valve, jika benar Alarm gong sudah di tutup (silence)
m. Buka Alarm control valve daan pastikan Alarm Gong sudah di tutup (silence)
n. lakukan pembuangan pada pipa saluran untuk menguji dan meyakinkan bahwa persediaan air benar-
benar memadai
o. Lakukan pengetesan pada peralatan alarm, ( lihat pengetesan alarm waterflow).
p. Segel atau kunci, dan pastikan Gate Valve dan Deluge Valve dalam posisi terbuka ( ref.NFPA
13A ).
Dan system ini siap untuk melayani

BAB VII PENJELASAN UMUM ALARM CHECK VALVE


Sebelum membahas mengenai check valve, terlebih dahulu harus digaris bawahi mengenai perbedaan
valve dan control valve. Dalam istilah industri, valve merupakan katup atau dapat di artikan keran
yang berfungsi untuk memanipulasi laju aliran, sedangkan control valve adalah valve yang dapat
dikontrol. Pengontrolan dalam hal ini adalah menggunakan pneumatic (teknologi lama) dan elektrik
(teknologi saat ini). Berbicara mengenai pengontrolan, tentu ada kalibrasi. Sehingga pada control
valve terdapat prosedur kalibrasi sehingga pengontrolan yang dilakukan antara di control room dengan
di lapangan sama (akurasi tinggi).
 Dalam pembahasan ini, check valve adalah jenis valve, bukan control valve. Sehingga tidak ada
kalibrasi check valve didalamnya. Check valve, atau clack valve atau non return valve atau one way
valve merupakan valve yang digunakan untuk mengalirkan fluida (cair maupun gas) hanya dalam satu
arah saja.

 Pembahasan mengenai check valve berlanjut, pertanyaan pertama yang muncul tentunya adalah
mengenai desain mekanik dari check valve sehingga hanya dapat mengalirkan satu arah saja. Pada
dasarny, check valve terdiri dari dua port, yaitu input dan output. Dalam sebuah check valve terdapat
valve clapper, yaitu katup yang akan terbuka apabila arah aliran sesuai dengan yang seharusnya. Dan
akan menutup rapat apabila aliran tidak sesuai. Perhatikan gambar dibawah ini untuk lebih jelas
mengenai desain mekaniknya.

Beberapa tipe dari check valve antara lain:


         Back water valve, banyak digunakan pada sistem pembuangan air bawah tanah yang mencegah
terjadinya aliran balik dari saluran pembuangan saat terjadi banjir. Saat banjir saluran pembuangan
akan penuh dan bertekanan tinggi sehingga memungkinkan terjadinya aliran balik, dengan
menggunakan back water valve, hal ini dapat diatasi dengan baik.

         Lift check valve, dalam konfigurasinya mirip dengan globe valve hanya saja pada globe valve putaran
disk atau valve dapat dimanipulasi sedangkan pada lift check valve tidak (karena globe valve adalah
jenis valve putar dan control valve). Port inlet dan outlet dipisahkan oleh sebuah plug berbentuk
kerucut yang terletak pada sebuah dudukan, umumnya berbahan logam. Ketika terjadi foward flow,
plug akan terdorong oleh tekanan cairan sehingga lepas dari dudukannya dan fluida akan mengalir ke
saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi reverse flow, tekanan fluda justru akan menempatkan plug
pada dudukannya, semakin besar tekanan semakin rapat pula posisi plug pada dudukannya, sehingga
fluida tidak dapat mengalir.

Seperti yang telah di ulas diatas, bahan dari dudukan plug adalah logam, hal ini mempertimbangkan
tingkat kebocoran yang sangat sedikit dari check valve tersebut. Umumnya lift check valve digunakan
untuk aplikasi fluida gas karena tingkat kebocoran yang kecil. Penggunaan check valve tipe lift ini di
industri adalah untuk mencegah aliran balik condensate ke steam trap yang dapat menyebabkan
terjadinya korosi pada turbin uap. Keuntungan menggunakan lift check valve adalah terletak pada
kesederhanaan desain dan membutuhkan sedikit pemeliharaan. Kelemahannya adalah instalasi dari
check valve jenis lift hanya cocok untuk pipa horisontal dengan diameter yang besar.

         Swing Check Valve, check valve tipe ini terdiri atas sebuah disk seukuran dengan pipa yang
digunakan, dan dirancang menggantung pada poros (hinge pin) di bagian atasnya. Apabila terjadi
aliran maju atau foward flow, maka disk akan terdorog oleh tekanan sehingga terbuka dan fluda dapat
mengalir menuju saluran outlet. Sedangkan apabila terjadi aliran balik atau reverse flow, tekanan
fluida akan mendorong disk menutup rapat sehingga tidak ada fluida yang mengalir. Semakin tinggi
tekanan balik semakin rapat disk terpasang pada dudukannya. Berikut adalah gambaran mengenai
desain swing check valve 
Swing check valve menghasilkan resistensi yang relatif tinggi mengalir dalam posisi terbuka, karena
berat disk yang menggantung. Selain itu, mereka menciptakan turbulensi, karena flap/disk mengapung
pada aliran fluida. Ini berarti bahwa biasanya ada penurunan tekanan (pressure drop) yang lebih besar
pada check valve jenis ini dibandingkan dengan tipe yang lain. Dengan perubahan mendadak dalam
aliran, disc bisa tertutup dengan keras  ke dudukannya, yang dapat menyebabkan keausan yang
signifikan dari dudukan tersebut, dan menghasilkan ketidakstabilan fluida sepanjang sistem perpipaan.
         Wafer check valve, penggunaan swing check valve dan lift check valve terbatsi hanya untuk pipa
ukuran besar (diameter DN80 atau lebih). Sebagai solusinya adalah dengan menggunakan wafer check
valve. Dengan menggunakan wafer cehck valve dapat digunakan tubing dengan ukuran yang
mengerucut pada satu sisinya sehingga dapat diaplikasikan pada pipa yang lebih kecil ukurannya.

         Disk check valve,  pada valve jenis ini terdiri atas body, spring, spring retainer dan disc. Prinsip
kerjanya adalah saat terjadi foward flow, maka disk akan didorong oleh tekanan fluida dan mendorong
spring sehingga ada celah yang menyebabkan aliran fluida dari inlet menuju outlet. Sebaliknya apabila
terjadi reverse flow, tekanan fluida akan mendorong disk sehingga menutup aliran fluida. Perhatikan
gambar 6 untuk bentuk dari disc check valve dan gambar 7 unuk cara kerja disc check valve.

         Split disc check valve, check valve jenis ini adalah terdiri dari disk yang bagian tengahnya merupakan
poros yang memungkinkan disk bergerak seolah terbagi dua bila didorong dari arah yang benar
(foward flow) dan menutup rapat bila ditekan dari arah yang salah (reverse flow). Perhatikan gambar 8
untuk operasinya.

         Ball check valve, konstruksi dalamnya terdapat bola dan dudukannya yang sebenarnya hanya
lekngkungan dalam bodi valve. Apabila terjadi foward flow maka aliran akan melewati lengkungan
dudukan dan mendorong ball ke atas sehingga aliran fluida menuju outlet terjadi. Sebaliknya apabila
terjadi reverse flow maka ball akan tertekan pada dudukannya dan menghalangi terjadinya aliran
fluida. Perhatikan gambar 9 berikut.

         Butterfly check valve, berbentuk seperti split disc atau duo disc, akan tetapi pada kondisi tertutup disk
tidak horisontal melainkan membentuk huruf V. Sehingga bentuk yang menyerupai sayap kupu-kupu
inilah yang menyebabkan namanya butterfly valve. 

         Diapraghma check valve, menggunakan diafragma sebagai buka tutupnya. Perhatikan gambar 11
berikut. Saat terjadi foward flow, maka diapragma akan terlipat yang menyebabkan terjadinya aliran
fluifa, sebaliknya saat terjadi reverse flow, diapragma akan menempati dudukannya sehingga aliran
tidak terjadi. Model check valve jenis ini cocok untuk instalasi vertikal.

         Tilting disc check valve, merupakan check valve dengan disk berbentuk cembung datar dengan poros
putar terletak ditengah. Dengan bentuk disk tersebut memungkinkan gerakan memutar pada porosnya
apabila tekanan dan laju aliran cukup mampu menanggung berat disck. Perhatikan gambar 12 untuk
operasinya.

CHECK VALVE APLICATION


         Feedlines Boiler – Check valve digunakan untuk mencegah air boiler mengalir kembali sepanjang
feedline ke tangki penyimpanan ketika feedpump berhenti berjalan (dikarenakan besarnya tekanan
dalam boiler). Selain itu, check valve dengan pegas heavy-duty (pegas dengan konstanta pegas yang
besar) dan dudukan lunak (bahan seal/karet) dapat dipasang di feedline boiler untuk mencegah aliran
bawah gravitasi ke boiler saat feedpump yang dalam keadaaan shut down.

         Steam trap - Selain dengan steam trap pemakaian ke atmosfer, katup cek harus selalu dimasukkan
setelah steam trap untuk mencegah kembali aliran fluida dalam tangki kondensat saat tekanan uap
besar. Katup periksa juga akan mencegah steam trap  menjadi rusak oleh setiap shock hidrolik di baris
kondensat.

         Blending, merupakan pencampur antara air dingin dan air panas pada mesin penyedia air hangat.
Perlu dipasang chack valve agar tidak terjadi aliran balik yang dapat menyebabkan ketik akuratan
pencampuran (kontaminasi fluida yang belum di campur dengan yang telah dicampur). Perhatikan
gambar 15 berikut

INSTALASI CHECK VALVE


 Berikut adalah cara instalasi lift check valve yang didapatkan dari manual book yang akan
dilampirkan:
         Sebelum melakukan instalasi valve, terlebih dahulu dilihat apakah ada material dalam aliran fluida
yang nantinya dapat merusak valve. Jika ada dibersihkan dulu dengan di dry atau flush.
         Melakukan flush untuk menghilangkan kerak, sisa pengelasan, dan material asing yang lain
         Valve harus di instalasi pada arah yang benar, pada check valve aliran masukan harus sesuai panah
pada body valve, atau mengikuti tulisan inlet maupun outlet yang ada pada body valve
         Dalam operasi yang harus kontinyu, maka diperlukan instalasi by pass agar tidak menghentikan
operasi saat terjadinya maintenance atau inspeksi
Secara umum prosedur instalasi masing-masing pabrikan check valve sama.

SPRINKLER

 kebutuhan dari pelanggan maupun kontraktor kebutuhan Fire sprinkler.


Fire sprinkler ini diaplikasikan pada Fire sprinkler system menggunakan alarm check valve
sebagai equipment utama.

alarm check valves memiliki dua fungsi yaitu : 

1. Memeriksa tekanan air yang masuk ke fire sprinkler sistem.


2. Memberikan alarm signal ( dengan aliran air ), baik secara elektrik ataupun mechanical.

Sebuah alarm check valve memiliki trim valve yang diperlukan untuk memberikan sounding
alarm.
Trim ini memiliki dua tipre ; vertikal dan horizontal ( Lihat seperti gambar yang di atas )

Trim valve adalah pipa kecil yang diset dengan alarm check valve untuk memberikan fungsi
khusus yaitu sounding alarm dan juga drainase sistem otomatis.

Cara kerja fire sprinkler system pada saat terjadi kebakaran:


* Hanya sprinkler yang ter-expose dengan panas api.
dan mencapai aktivasi point (contoh : 68 C ) yang akan terbuka dan mengeluarkan air.

* Clapper pada alarm valve akan terbuka dan menyebabkan seat pada alarm check valve
ter-expose , kemudian air akan mengalir ke pipa alarm trim dan mengaktivasi alarm.

* Aliran air akan berhenti mengalir ke pressure switch , alarm gong dan juga ke fire sprinkler
Alarm Check Valve
Katup cek Alarm melayani dua tujuan:
1) Untuk memeriksa tekanan air ke dalam
sistem sprinkler.
2) Menyediakan alarm aliran air, baik elektrik atau mekanik Sebuah Alarm Periksa katup memiliki
katup
memangkas yang diperlukan untuk memberikan alarm.itu baik dapat vertikal atau horizontal.
(Lis vertikal ditunjukkan)Katup trim pipa kecil yang melekatkatup untuk menyediakan fungsi
tertentu
seperti penyebab alarm atau otomatisport tiriskan.
Alarm Check Valve berfungsi sebagai katub untuk menjebak air dan mencegah arus balik dari pipa
sprinkler, katub ini di rancang untuk memicu Alarm selama air mengalir ( seperti aliran yang di
butuhkan oleh sprinkler ) Yaitu dengan mengoperasikan Alarm Check Valve .

BAB VIII PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN


1.PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN
Pencegahan adalah metode yang terbaik untuk menghindari terjadinya kebakaran
Dalam hal ini sangat penting untuk mengetahui sumber api dan cara menghindarinya.
1.      Amati lingkungan kerja Anda Jaga kebersihan,kenali bahan-bahan yang mudah terbakar, simpan
dengan seksama bahan-bahan yang mudah terbakar
2.      Jangan membiarkan kain majun tercemar minyak atau cat berceceran.
3.      Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang sesuai
4.      Tutup rapat tempat-tempat yang berisi bahan yang mudah terbakar
5.      Berikan ventilasi yang cukup untuk tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar
6.      Hindari penggunaan cat dan bahan yang mudah terbakar di dekat api
7.      Periksa secara teratur mesin dan peralatan,bersihkan dari bekas minyak
8.      Jauhkan sumber api dari ruang penyimpanan baterai
9.      Jangan membebani aliran listrik yang berlebihan dan jangan menggunakan kabel yang tidak tepat
10.  Jangan merokok di tempat yang tidak semestinya
11.  Jangan meninggalkan kompor yang sedang menyala
12.  Patuhilah aturan yang diberikan dalam izin kerja

2.PROSEDUR EVAKUASI
  Prosedur Bila Terjadi Kebakaran
1.      Setiap tempat Anda bekerja pastikan bahwa Anda telah mengetahui letak pintu atau tangga darurat
menuju keluar
2.      Pastikan Anda mengetahui letak tombol alarm,Fire Extinguisher (Apar) selang Hydrant dan
kelengkapan lainnya
3.      Bila Anda mengetahui ada kebakaran telihat dan ditemukan api atau asap
  Pertama,Anda jangan panik.
  Kedua Beritahukan orang lain yang letaknya dekat dengan api
  Ketiga bunyikan tanda bahaya (alarm)
4.      Bila keadaan memungkinkan padamkanlah api (sesuai training yang diberikan)
5.      Selamatkanlah diri Anda bila keadaan sudah gawat akibat api yang meluas atau asap yang semakin
tebal Segeralah tinggalkan tempat kerja
6.      Jangan hiraukan barang-barang Anda termasuk milik pribadi
7.      Jangan melompat dari lantai atas
8.      Segeralah menuju tempat berkumpul yang sudah ditentukan
9.      Ikuti instruksi dari pengawas atau petugas yang berwenang
10.  Jangan kembali ke tempat kerja sebelum ada tanda aman dari petugas yang berwenang
3.LATIHAN PEMADAMAN KEBAKARAN
  Mengenal Api dan apakah api ?
  Suatu proses aksidasi cepat yang menghasilkan panas dan penyalaan
  Apakah kebakaran ?
  Kejadian yang tidak diinginkan karena adanya api yang tidak terkendali dan dapat menimbulkan
kerugian harta benda maupun korban jiwa
  Pengertian Tentang Api atau segitiga api
  Panas oksigen (di udara bebas ada kurang lebih 21% oksigen, dan bahan bakar
  Terjadinya Api
  Proses terjadinya panas contoh Bahan Cair Terbakar
  Klasifikasi Kebakaran
  Klasifikasi A: semua benda padat yang mudah terbakar
misalnya kayu,plastik,kertas
  Klasifikasi B: semua benda cair yang mudah terbakar
misalnya premium,tiner,cat
  Klasifikasi C: semua bahan gas yang mudah terbakar
misalnya LPG,LNG,Methane, Buthane
  Klasifikasi D: semua jenis metal yang mudah terbakar
misalnya Magnesium,Titanium
  Klasifikasi E: Electrical fire yang timbul karena panas yang disebabkan konduksi
Misalnya kabel yang terbakar karena tidak sesuai dengan kapasitasnya
  Fire Extinguisher
Sebagai tindakan awal ketika terjadi kebakaran karena tindakan yang paling menentukan kerugian
adalah tindakan yang diambil 60-90 detik pertama Semakin dini api dapat dikuasai kerugian semakin
kecil dan api mudah di atasi
         Peralatan Fire Extinguisher Sbb :
  CATRIDGE
Kelebihan catridge dapat di isi ulang oleh setiap orang bila kita mempunyai persediaan powder dan
cartridgenya
Kekurangan catridge Tidak ada Pressure Gauge sehingga bila kita hendak mengadakan pengecekan
berkala,kita harus membuka handlenya dan menimbang cartridgenya
  STORED PRESSURE
Kelebihan stored pressure dilengkapi Pressure Gauge untuk memudahkan monitoring berkala
Kekurangan strored pressure pengisian ulang relatif sulit karena tidak bisa dikerjakan setiap orang
  FIRE EXTINGUISHER
o   Portable Unit
o   Trolley Unit
o   Thermatic
         Kandungan Media Fire Extinguisher:
o   Water (air) sebagai pendingin objek yang terbakar
o   Dry Chemical Powder sebagai penyelimut dengan bermacam macam jenis
o   A, B, C : Mono Ammonium Phospate ( dikenal sebagai multi purposed atau ABC Dry Powder)
o   B, C : Potassium Bicarbonate atau Sodium Bicarbonate
o   D : Sodium Chloride
o   Halotron sebagai Chemical Reaction dan pendinginan
o   Foam sebagai penyelimut objek yang terbakar dan memisahkan oksigen kurang dari 15%
o   CO2 sebagai pendingin objek dan didalam ruang tertutup akan meningkat oksigen kurang dari 15%
         Cara Penggunaan Fire Extinguisher:
  Tarik pin pengaman Pull Out Safety Pin
  Tekan pengatup Squeeze Lever
  Arahkan Nozzle ke sumber api

4.APLIKASI MEDIA TERHADAP KELAS KEBAKARAN


Kelas Media CO2 Foam Powder Halotron I
Cotton, paper, dan
A V V V
wood
B Flammable Liquid V V V V
C Flammable Gas V V
Fire Cased By
D V V V
Electricity
E Vehicles Protection V V V

BAB IX KOMPONEN POMPA PEMADAM KEBAKARAN

1.      JOKEY FIRE PUMP (S/N 2200002154)


Brand : TERAL
Model : ASVMG
Type : Vertical Multistage
Seal : Mechanical Seal
Cap : 95 L/ Menit at 240 meter
Power : 18,5 kw,3ph,380V,50 Hz,300Rpm
Driver : Factory Choice
Incluide With :
Fire Hydrant Controller Standard tp NFPA 20
Brand : TORNATTECH
Model : JFY-380/18,5/3/50Hz

2.      ELECTRICAL HYDRANT PUMP ( S/N PFVT C-0131723-02)


Brand : PATTERSON-USA
Model : 13 GLC,12 StageCap : 3785 L/Menit =1000G/Menit
Type : Vertical Tutbine Pump
Seal : Gland Packing
Head : 240 Meter
Speed : 1770Rpm
Complete With :
Fire Hydrant Controller Standard Tp NFPA 20
Brand : TORNATECH
Model : GFY0-380/222/3/50
Include : Gearbox Randolph G 300.Ratio 5:6

3.      DIESEL VERTICAL TURBINE PUMP ( S/N PFVT C-0131723-01)


Brand : PATTERSON-USA
Model : 13 GLC,12 Stage
Seal : Gland Packing
Cap : 3785 L/Menit
Total Head : 240 Meter
Speed : 1770 Rpm
Pump Column :10 Ft
Include : Gearbox Randolph G 300.Ratio 6:5

4.      Control Panel


Brand : TORNATECH
Model : GFD-12-220
Enclosure :NEMA 2
Power Supply :220V,1Ph,50 Hz
Accessories
Engine : Fuel Tank 200 Liter

1.      JOKEY PUMP BERFUNGSI

  Menjaga agar tekanan di jaringan pipa tetap dalam kondisi Stand By

  Apabila terdapat kebocoran kecil di jaringan pipa maka Jockey Pump akan beroperasi (secara otomatis)

untuk memulihkan tekanan di dalam installation pipa

  BEKERJANYA POMPA JOKEY

  Digerakan oleh motor listrik

  Start dan Stop operasi secara otomatis berdasarkan sensor tekanan (Pressure Switch)

2.      POMPA PEMADAM ELEKTRIK BERFUNGSI

  Sebagai pompa pemadam kebakaran utama Apabila Sprinkler pecah atau Hydrant Pilar dibuka,untuk

memadamkan api,maka pompa elektrik akan beroperasi secara otomatis

  BEKERJANYA POMPA ELEKTRIK AUTO

  Pompa Elektrik di gerakan oleh motor listrik

  Start operasi secara otomatis berdasarkan sensor tekanan (Pressure Switch)

  Stop operasi secara manual berdasarkan operator (tombol stop)

  BEKERJANYA POMPA ELEKTRIK SECARA MANUAL

  Pompa Elektrik Tidak dipengaruhi oleh tekanan jaringan

  Pompa beroperasi apabila tombol Start di tekan dan akan mati apabila tombol Stop di tekan

  MODE DARURAT

  Hanya boleh dioperasikan dalam keadaan darurat apabila pompa tidak dapat dioperasikan, baik secara

otomatis maupun secara manual selama power listrik masih tersedia

  Dioperasikan dengan menekan Emergency Handle kemudian diputar ke kanan untuk menguncinya

  PERAWATAN POMPA ELEKTRIK

         Check Tiap Minggu


  Inspeksi umum

  Visual inspeksi

  Pemutus sirkuit atau sikring

  Box panel dan cabinet dibersihkan

         Check Tiap Tahun

  Memperketat pengawasan dan koneksi kabel

  Memeriksa deretan coupling pompa

  Pemeriksaan akurat Pressure Gauges dan Sensor (kalibrasi)

3.      POMPA PEMADAM DIESEL BERFUNGSI

  sebagai pompa pemadam kebakaran cadangan apabila power listrik sudah tidak

tersedia lagi untuk operasi pemadaman

  BEKERJANYA POMPA DIESEL

  Digerakan oleh Diesel Engine

  Start operasi secara otomatis berdasarkan sensor tekanan (Pressure Switch)

  Stop operasi secara manual berdasarkan operator dan tombol Stop

  PERAWATAN POMPA DIESEL

         Check Tiap Minggu

  Saringan udara

  Level battery

  Air radiator

  Sistem bahan bakar

  Oli mesin

  Running pompa 10 menit

  Gland Packing

  Pump pressure

         Ganti Tiap Tahun

  Oli mesin

  Filter oli

  Filter solar

  Gland Packing Pompa


  Filter bahan bakar

         Ganti Tiap 2 Tahun

 Saringan udara

  PENGOPERASIAN POMPA DIESEL AUTO

  Pompa akan beroperasi otomatis apabila tekanan di jaringan pipa turun akibat dibukanya Hydrant Pilar

atau Sprinkler untuk pemadaman dalam keadaan tidak tersedia power listrik dan Electric Fire Pump

tidak dapat bekerja

  Bila tekanan di jaringan sudah kembali normal pompa dapat dimatikan dengan menekan tombol Stop

  PENGOPERASIAN POMPA DIESEL MANUAL

  Dapat dioperasikan secara manual tidak berdasarkan kondisi tekanan di jaringan atau

pun kondisi power listrik

  Engine dapat di Start menggunakan Battery #1 dengan menekan tombol Crank #1 atau pun

menggunakan Battery #2 dengan menekan tombol Crank #2

  PENGOPERASIAN DARURAT

  Pompa juga dapat dioperasikan langsung dari panel kecil di Engine dengan Switch Crank 1 atau Crank

#2

BAB X TEST HYDRANT SYSTEM

  Menyiapkan Hydrant dalam Keadaan Stand By

1.      Buka seluruh Valve Suction

2.      Buka Valve Cooling Loop untuk system pendingin mesin

3.      Tutup Valve By Pass FLOW METER

4.      Aktifkan Controller Jockey pada posisi Auto

  Jockey Pump akan hidup bilamana tekanan berkurang,kemudian akan mati secara otomatis setelah

tekanan mencukupi

5.      Aktifkan Controller Electric Fire Pump

6.      Aktifkan Controller Diesel Fire Pump pada posisi Auto

  Instalasi dan peralatan pemadam dalam keadaan Stand By dan siap beroperasi

  Bilamana Pompa Jockey sering hidup mati berarti ada kebocoran pada jaringan, segera lakukan

pengecekan dan perbaikan

  Klasifikasi Hydrant Menurut NFPA 14


  Kelas 1 System

  Menyediakan 21/2-in. (63,5 mm) selang koneksi untuk memasok air untuk digunakan oleh departemen

pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih dalam menangani aliran api berat

  Kelas II System

  Menyediakan11/2-in. (38,1 mm) selang untuk memasok air untuk digunakan terutama oleh penghuni

bangunan atau dengan pemadam kebakaran selama respon awal

  Kelas III System

  Menyediakan 11/3-in. (38,1 mm) selang stasiun untuk memasok air yang digunakan oleh penghuni

bangunan dan 21/2-in. (63,5 mm) selang koneksi untuk memasok volume yang lebih besar air untuk

digunakan oleh departemen pemadam kebakaran dan mereka yang terlatih dalam menangani aliran api

berat

  Standar Operasi Hydrant Systems

1.   Tahap Persiapan

  Persiapkan kunci Hydrant Box untuk mengambil peralatan (selang dan Nozzle)

  Jika dalam kondisi darurat pecahkan kaca Hydrant Box untuk mengambil selang dan Nozzle

  Gelarkan selang dengan cara di tarik atau di gelindingkan dari titik Hydrant Pilar menuju area yang

akan disemprot (pastikan selang tidak ada yang melilit)

  Hubungkan selang ke Nozzle

  Hubungkan selang ke Hydrant Pilar

(Cara menghubungkan selang ke Nozzle atau Hydrant Valve tekan coupling selang ke Landing

Valve.Pastikan sudah mengunci sehingga selang tidak lepas dari Nozzle atau Valve Hydrant Cara

melepasnya tarik telinga coupling kemudian tarik selang)

2.   Tahap Pengoperasian

    Setelah peralatan pemadam sudah di persiapkan,buka Valve utama pelan pelan berlawanan dengan arah

jarum jam

    Buka Valve Hydrant sedikit demi sedikit sehingga aliran mengisi selang sampai ke ujung Nozzle

    Buka Valve Nozzle dengan cara menarik katup Valve ke depan secara perlahan-lahan sehingga sejajar

dengan Nozzle

    Atur aliran air yang diinginkan

    Atur posisi semprotan air pada ujung Nozzle bisa spray atau jet
    Arahkan Nozel ke media yang terbakar

o  SPRAY : bisa digunakan untuk memadamkan api supaya

tidak menyebar,sebagai perlindungan bagi si pemadam

o  JET : untuk memadamkan api di titik terjauh

 Team Pemadam Kebakaran

1.  Pembuka Valve Hydrant

2.  Pemegang Nozzle

3.  Pembantu/back up (2 orang)

4.  Pemandu atau instruktur

  Team pembuka Valve Hydrant di instruksikan untuk membuka Valve setelah ada instruksi dari team

pemandu

  Team pemegang Nozzle bertugas mengarahkan Nozzle ke titik kebakaran api

  Team pembantu bertugas memegang selang di belakang team pemegang Nozzle

  Pemandu bertugas memberikan instruksi untuk membuka atau menutup Valve Hydrant

  Untuk team pemegang Nozzle dan pembantu harus siap memasang kuda kuda agar air yang

menyemprot tidak jatuh

  Tahap akhir

o  Setelah api padam, tutup Valve Hydrant

o  biarkan air mengalir di ujung Nozzle supaya mengurangi tekanan di dalam selang

o  Kemudian, lepas selang dari Nozzle dan Valve Hydrant

o  Pastikan tidak ada air tertampung di selang

o  Kemudian gulung selang seperti kondisi semula

o  Tempatkan kembali selang dan Nozzle di dalam Hydrant Box

BAB XI TEST SPRINKLERS SYSTEM

 System ini memproteksi setiap area yang mudah terbakar biasanya di pasang pada setiap ruangan

dengan head sprinkler

 Standar Operasi Sprinkler System

o   Sprinkler beroperasi secara otomatis

o   Air Stand By di ujung Sprinkler


o   Sprinkler akan pecah dimana area tersebut ada api atau panas sudah melampaui temperature Sprinkler

o   Sprinkler menyiram pada tekanan minimum 0,5 bar

 Cara Mengganti Sprinkler System

o   Tutup Main Valve (Butterfly Valve)

o   Buang air di cabang-cabang pipa Sprinkler

o   Sediakan alat untuk menampung air Jika Sprinkler yang pecah dibuka dan akan mengeluarkan sisa air

yang mengalir

o   Buka Sprinkler yang pecah

o   Kemudian, ganti dengan Sprinkler baru yang sudah diberi sealtape pada dratnya

o   Pasangkan dengan posisi yang benar

o   Kemudian buka Main Valve sehingga air mengisi ke cabang cabang pipa Sprinkler

o   Pastikan air tidak bocor pada penggantian tersebut

o   Setelah itu sistem akan kembali ke kondisi normal

BAB XII KESELAMATAN DAN TINDAKAN SETELAH KEBAKARAN


A.     KESELAMATAN
Langkah keselamatan yang perlu dipersiapkan untuk menghindari jatuh nya korban manusia pada
daerah bahaya :
●     Siapkan jalan (aisles) dan rute untuk keluar serta jaga agar tetap bersih setiap waktu
●     Lengkapi tambahan yang diperlukan seperti lampu darurat dan tanda untuk menjamin cepat serta aman
saat mengungsi
●     Lengkapi “ self closing door ” hanya untuk keluar pada arah keluar dari daerah bahaya.
●     Lengkapi alarm yang terus menerus pada pintu masuk sampai keadaan normal.
●     Lengkapi tanda “ perhatian “ dan instruksi pada setiap pintu masuk.
●      
B.     TINDAKAN SETELAH KEBAKARAN
Setelah terbakar, sebelum masuk atau menyelidiki lokasi maka :
●     Pastikan api sudah padam sempurna, khususnya jika ada daerah resiko yang mengalami deep seated
●     Buka ventilasi sehingga udara masuk, jika perlu gunakan breathing apparatus.
●     Jangan masuk ke daerah resiko dengan membawa rokok yang masih menyala atau api, karena sisa uap
yang dapat terbakar mungkin masih ada dan dapat menimbulkan pembakaran kembali atau ledakan.
●     Segera hubungi PT. Indobara Bahana untuk commissioning ulang.

Anda mungkin juga menyukai