Anda di halaman 1dari 26

ABSTRAK

Dalam pengujian tidak merusak atau non destructive test (NDT) pada
sebuah logam harus memahami bagaimana metode-metode yang digunakan, salah
satunya dengan metode Magnetic Particle Inspection. Pengujian ini akan
mengetahui cacat atau tidaknya sebuah logam. Logam akan di uji dengan
menggunakan tiga metode dari metode Magnetic particle yaitu metode dry particle,
wet particle, dan wet fluorescent.
Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah
permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat diketahui.
Prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang
tegak lurus dengan arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan
magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah
dengan menaburkan partikel magnetik dipermukaan bahan uji. Partikel-partikel
tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, nikmat, dan anugerah-Nya sehingga Laporan Praktikum NDT ini dapat
terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan terlihat dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Pengukuran ini, terkhusus
kepada:

1. Asisten Laboratorium NDT


2. Orang tua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan
dengan baik
3. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan
Praktikum Pengukuran ini dapat selesai.
Demikianlah Laporan Praktikum Pengukuran kami buat dengan sepenuh
hati. Tidak lupa kritik dan saran kami harapkan agar laporan ini dapat menjadi lebih
baik.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua dan terkhusus bagi selaku
penulis. Terima kasih.

Cilegon, 26 April 2018

Muhammad Yudha Fikry Gumay

2
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................

ABSTRAK .................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI………………...………………………………………………….…

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................

1.3 Tujuan Praktikum ........................................................................................

1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dan Prinsip Kerja MPI ..............................................................

2.2 Jenis-jenis Magnet .......................................................................................

2.3 Kerentanan Material Terhadap Medan Magnet ...........................................

2.4 Orientasi Medan Magnet .............................................................................

2.5 Klasifikasi Metode MPI ..............................................................................

2.6 Jenis Arus Pada MPI ...................................................................................

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Percobaan ..............................................................................

3.2 Prosedur Pengujian ......................................................................................

3.2.1 Metode Dry Visible ............................................................................

3.2.2 Metode Wet Visible............................................................................

3.2.3 Metode Wet Flouresent ......................................................................

3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................

3
BAB IV ANALYSA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Benda Kerja 3D Solidwork ...........................................................

4.2 Analisa Jenis Defect ....................................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................

5.2 Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 Blangko Percobaan

4
DAFTAR GAMBAR

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri-industri permesinan sangat membutuhkan bahan-bahan yang


berkualitas untuk pembuatan alat-alat penunjang yang dibutuhkan oleh manusia.
Hampir dari semua hal ciptaan manusia didominasi oleh logam, mulai dari mobil,
sepeda, sepeda motor, jembatan dan lain sebagainya. Tentu saja logam yang di
gunakan bukanlah hanya satu jenis logam saja melainkan dari berbagai banyak jenis
logam. Selain pemilhan jenis logam yang di gunakan, produsen-produsen pengguna
logam juga harus memikirkan bagaimana kualitas dari logam tersebut, apakah
logam itu akan mampu menahan beban yang akan diberikan. Oleh karena itu sebuah
logam harus melalui proses Quality Control (QC) atau uji kelayakan sebelum di
pasarkan.
Salah satu cara pengujian kelayakan dari sebuah logam adalah dengan cara
Non Destructive Test. Non Destructive Test (NDT) sering digunakan untuk
menguji suatu material tanpa merusak material itu sendiri. Karena metode ini lebih
efektif dan lebih efisien dibandingkan menggunakan metode lainnya.

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Magnetic Particle


Inspection. Magnetic Particle Inspection adalah salah satu metode pengujian tanpa
merusak yang menggunakan prinsip magnetik. Magnetic Particle Inspection (MPI)
merupakan salah satu pengujian tidak merusak atau Non-Destructive Test (NDT)
yang dapat dikatakan relatif mudah, efisien, dan ekonomis. Pengujian dengan
metode ini mampu mendeteksi cacat atau defect pada suatu permukaan bahan atau
komponen.

6
1.2 Rumusan Masalah

Dalam praktikum MPI terdapat Rumusan masalah, yaitu :

Bagaimana mengetahui cacat benda dengn menggunakan metode magnetic particle


inspection?

1.3 Tujuan Praktikum

Dalam Praktikum Modul Magnetic Particle Inspeksi (MPI) Terdapat Tujuan


Praktikum, yaitu :

Untuk mendeteksi defect pada suatu benda kerja dengan menggunakan metode
magnetic particle inspection (MPI).

1.4 Sistematika Penulisan

Laporan praktikum ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai


berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,


Tujuan Praktikum dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang Pengertian dan Prinsip Kerja MPI,
Jeins-jenis Magnet, Kerentanan Material Terhadap Mmedan
Magnet, Orientasi Medan Magnet, Klasifikasi Metode MPI dan
Jenis Arus Pada MPI

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

Bab ini berisikan diagram alir percobaan, Prosedur Pengujian dan


Alat dan Bahan.

7
BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas gambar benda kerrja 3D solidworks dan


analisa Jenis Defect.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dan Prinsip Kerja MPI

Magnetic Particle Inspection adalah salah satu metode pengujian non


destructive test dengan menggunakan prinsip medan magnet untuk mendeteksi ada
tidaknya kerusakan atau cacat pada material. Medan magnet tersebut timbul dari
adanya arus listrik yang mengaliri spesimen uji (elektromagnet). Pada Magnetic
Particle Inspection yang dilakukan dilaboratorium terdapat satu alat yang
digunakan untuk memagnetisasi bahan yang diuji antara lain yaitu Yoke.
Prinsip kerja dari Magnetic Particle Inspection adalah dengan
memagnetisasi benda yang di inspeksi yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik
dalam bahan yangg di inspeksi serta menaburkan serbuk ferromagnetik pada benda
yang diuji. Ketika terdapat cacat peda benda uji maka arah medan magnet akan
berbelok sehingga terjadi kebocoran dalam flux magnetic. Bocoran flux magnetic
akan menarik butir-butir ferromagnetik yang telah ditaburkan di permukaan
sehingga lokasi cacat dapat di tunjukan.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja MPI

9
2.2 Jenis-jenis Magnet

Secara umum, magnet terbagi menjadi dua jenis, yaitu ada magnet
permanen, dan electromagnet. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis
magnet :
1. Magnet Permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi maka
bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka
waktu yang lama atau bahkan permanen.
Secara umum magnet permanen terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1. Ceramic or Ferrite
Jenis magnet ini dapat ditemukan dimana saja khususnya dalam bentuk
aksesoris rumah tangga, seperti magnet aksesoris kulkas, mainan anak-anak,
white board, jam dinding, dan lain-lain. Magnet ini memiliki kekuatan yang
relatif kecil dan kemampuan magnetnya sangat lemah. Harganya murah dan
warnanya hitam. Jenis magnet ini adalah jenis magnet yang memiliki sifat
kemagnetan yang paling rendah tingkatannya.
2. Alnico
Jenis magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat motor seperti kipas
angin, speaker, mesin motor dan sebagainya. Magnet ini sering juga
dijumpai di dalam laboratorium di sekolah bahkan juga dapat ditemukan
pada sepatu kuda yang berfungsi untuk meningkatkan daya lari kuda.
Magnet ini memiliki kekuatan yang relatif sedang dan kemampuan
magnetic yang lemah. Jenis magnet ini masih dapat dikategorikan ke
magnet yang memiliki sifat kemagnetan yang rendah.
3. Samarium Cobalt (SmCo)
Jenis magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat elektronik seperti VCD,
DVD, VCR Player, Handphone, dan banyak lagi. Magnet ini memiliki
kekuatan yang relatif kuat dan kemampuan magnetiknya yang cukup kuat,
magnet ini jarang digunakan dalam terapi magnet pada umumnya. Jenis

10
magnet ini dapat dikategorikan ke magnet yang memiliki sifat kemagnetan
yang cukup kuat.
4. Neodymium Iron Boron (NdFeB or NIB)
Jenis magnet ini biasa dikenal juga dengan sebutan “King Of Magnet” yaitu
raja dari segala magnet permanen. Magnet ini sangat terkenal diberbagai
bidang kesehatan baik secara fisiotherapy dan pengobatan alternatif, juga
digunakan diberbagai rumah sakit, dan terapi magnet dalam pakar
fisiotherapy. Magnet ini dapat dikategorikan ke magnet yang memiliki sifat
kemagnetan yang sangat kuat.
2. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferromagnetik yang jika
diberikn arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika
pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan
berkurang dan bahkan hilang. Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan magnet
dengan menggunakan arus listrik. Aplikasinya dapat ditemukan pada motor listrik,
speaker, relay, dsb.

Gambar 2.2 Induksi Elektromagnet

2.3 Kerentanan Material Terhadap Medan Magnet

2.4 Orientasi Medan Magnet

11
2.5 Klasifikasi Metode MPI

Metoda Dry Visible

Magnetik Particle Inspection Dry Visible atau Partikel magnetik kering


biasanya dapat dibeli dalam banyak warna yaitu merah, hitam, abu-abu, kuning dan
banyak lagi sehingga tingkat tinggi kontras antara partikel dan bagian yang sedang
diperiksa dapat dicapai. Ukuran partikel magnetik juga sangat penting. Produk
Partikel magnetik kering diproduksi untuk menyertakan berbagai ukuran partikel.
Partikel halus adalah sekitar 50 mm (0,002 inci) dalam ukuran, dan sekitar tiga kali
lebih kecil dengan diameter lebih dari 20 kali lebih ringan dari partikel kasar (150
mm atau 0.006 inci). Ini membuat mereka lebih sensitif terhadap bidang kebocoran
dari diskontinuitas yang sangat kecil. Namun, pengujian partikel kering tidak bisa
dibuat secara eksklusif dari partikel-partikel halus. Partikel kasar yang diperlukan
untuk menjembatani diskontinuitas besar dan untuk mengurangi sifat berdebu
bubuk itu. Selain itu, partikel kecil mudah melekat ke permukaan kontaminasi,
seperti sisa-sisa kotoran atau uap air, dan terjebak dalam fitur kekasaran permukaan.
Ini juga harus diakui bahwa partikel halus akan lebih mudah terpesona oleh angin,
karena itu, kondisi berangin dapat mengurangi sensitivitas inspeksi. Selain itu,
reklamasi partikel-partikel kering tidak dianjurkan karena partikel kecil cenderung
ditangkap kembali dan “pernah digunakan” campuran akan menghasilkan inspeksi
yang kurang sensitif.

Bentuk partikel juga berpengaruh. Bentuk yang panjang, partikel ramping


cenderung menyesuaikan diri sepanjang garis gaya magnetik. Namun, penelitian
telah menunjukkan bahwa jika serbuk kering hanya terdiri dari bentuk panjang,
partikel ramping, proses aplikasi akan kurang diinginkan. Partikel memanjang
berasal dari dispenser di rumpun dan kurangnya kemampuan untuk mengalir bebas
dan membentuk “awan” yang diinginkan partikel mengambang pada komponen.
Oleh karena itu, partikel bulat ditambahkan yang lebih pendek. Campuran hasil
partikel bulat dan memanjang dalam bubuk kering yang mengalir dengan baik dan

12
mempertahankan sensitivitas yang baik. Kebanyakan partikel kering campuran
memiliki partikel dengan rasio L / D antara satu dan dua.

Salah satu keuntungan dari inspeksi partikel magnetik ini adalah memiliki
beberapa metode evaluasi yaitu indikasi cacat umumnya menyerupai cacat
sebenarnya. Ini tidak terjadi dengan metode NDT seperti inspeksi saat ultrasonik
dan eddy, di mana sebuah sinyal elektronik harus ditafsirkan. Ketika pemeriksaan
partikel magnetik digunakan, retak pada permukaan bagian muncul sebagai garis
tajam yang mengikuti jalan retak. Cacat yang ada di bawah permukaan bagian yang
kurang didefinisikan dan lebih sulit untuk dideteksi. Berikut adalah beberapa
contoh indikasi partikel magnetik diproduksi menggunakan dry particle (partikel
kering).

Gambar 2.2 Pengujian Logam Dengan Metoda Dry Visible

Metoda Wet Visible

Partikel magnetik juga disertakan dalam suspensi basah seperti air atau
minyak (Magnetik Particle Inspection Wet Visible). Metode pengujian partikel
magnetik basah umumnya lebih sensitif daripada kering karena suspensi
menyediakan partikel dengan mobilitas lebih banyak dan memungkinkan partikel
yang lebih kecil untuk digunakan karena debu dan kepatuhan ke permukaan
kontaminasi dikurangi atau dihilangkan. Metode basah juga membuatnya mudah
untuk menerapkan partikel merata ke daerah yang relatif besar.

13
Metode magnetik partikel basah memiliki produk berbeda dari produk
serbuk kering dalam beberapa cara. Salah satu cara adalah bahwa baik partikel
terlihat dan neon yang tersedia. Kebanyakan nonfluorescent partikel oksida besi
feromagnetik, yang hitam atau cokelat warna. Fluorescent partikel yang dilapisi
dengan pigmen yang berpendar bila terkena sinar ultraviolet. Partikel yang
berpendar hijau-kuning yang paling umum untuk mengambil keuntungan dari
puncak sensitivitas warna mata tetapi warna neon lainnya juga tersedia.

Partikel digunakan dengan metode basah lebih kecil dalam ukuran daripada
yang digunakan dalam metode kering karena alasan yang disebutkan di atas.
Partikel biasanya 10 mm (0,0004 inci) dan lebih kecil dan oksida besi sintetis
memiliki diameter partikel sekitar 0,1 mm (0,000004 inci). Ukuran sangat kecil
merupakan hasil dari proses yang digunakan untuk membentuk partikel dan tidak
terlalu diinginkan, karena partikel hampir terlalu halus untuk menyelesaikan keluar
dari suspensi. Namun, karena magnetisme sisa sedikit, partikel oksida yang hadir
sebagian besar dalam kelompok yang menyelesaikan keluar dari suspensi jauh lebih
cepat dibandingkan dengan partikel individu. Hal ini memungkinkan untuk melihat
dan mengukur konsentrasi partikel untuk tujuan pengendalian proses. partikel basah
juga merupakan campuran ramping panjang dan partikel bulat.

Solusi pembawa dapat air atau berbasis minyak. pembawa air berbasis
bentuk indikasi lebih cepat, umumnya lebih murah, hadiah kecil atau tidak ada
bahaya kebakaran, tidak mengeluarkan asap petrokimia, dan lebih mudah untuk
membersihkan dari bagian tersebut. solusi berbasis air biasanya dirumuskan dengan
inhibitor korosi untuk menawarkan beberapa perlindungan korosi. Namun, solusi
carrier berbasis minyak menawarkan perlindungan embrittlement unggul korosi
dan hidrogen untuk bahan-bahan yang rentan terhadap serangan oleh mekanisme
ini.

14
Gambar 2.2 Pengujian Logam Dengan Metode Wet Visible

Metoda Wet Flowresent

Pengujian logam dengan metode MPI Wet Flourescent pada dasarnya


hampir sama dengan metode Wet visible, hanya metode ini menggunakan serbuk
maget yang akan terlihat dengan sinar UV ( 20 Lux ) dan Black ight ( 1000 Lux )

Gambar 2.2 Pengujian Logam Dengan Metode Wet Flowresent

2.6 Jenis Arus Pada MPI

15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir

Mulai
Praktikum

Studi Literatur

Data: Pengambilan Data


1.Landasan Teori

2.Analisa

3. Selesai
Analisa
Data

Kesimpulan

Praktikum
Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir

16
3.2 Prosedur Pengujian

Dalam praktikum magnetic particle inspection ini, terdapat tiga metode


yang dilakukan, yaitu ada metode wet visible, metode dry visible, dan metode wet
fluorescent. Ketiga metode ini pada prinsipnya sama, namun serbuk magnety yang
digunakan pada setiap pengujian berbeda-beda. Berikut ini adalah prosedur dari
praktikum magnetic particle inspection ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Pengujian

Dalam melakukan pengujian dengan menggunakan metode MPI terdapat


beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu menguji kekuatan yoke berdasarkan
ASME section V Article 6 (T-773,2), Yaitu untuk Arus AC yoke harus mampu
mengangkat beban seberat 4.5 Kg pada maximum pole spacingnya. Apabila Yoke
masih dapat mengangkat berarti yke masih layak.

2 Langkah Pengujian

3.2.1 Metode Dry Visible


1. Langkah pertama dalam pengujian dengan metode dry visible adalah
cleaning, kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus
kering dan bersih dari segala macam kotoran yang sekiranya dapat
mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli atau gemuk, debu, dan
lain-lain.
2. Memagnetisasi dengan cara menyalakan AC/DC yoke, lalu benda
mulai dimagnetisasi. Magnetisasi dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetic
tersbut akan mendeteksi adanya defect pada benda uji tersebut.
3. Mengaplikasikan serbuk magnet yang disesuaikan pada permukaan
benda uji. Serbuk yang digunakan pada metode dry visible ini
adalah serbuk tipe kering.
4. Menginspeksi bentuk defect yang terdapat pada benda uji. Selain
itu, juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan
apakah benda uji tersebut harus diperbaiki atau tidak.
5. Setelah proses penginspeksian selesai dan tidak ditemukan lagi
adanya defect atau cacat pada bahan yang diuji, maka perlu
dilakukan demagnetisasi, demagnetisasi ini dimaksudkan untuk
menghilangkan sisa sifat magnet yang terdapat pada bahan uji agar
bahan uji tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan. Demagnetisasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC ataupun DC.
Apabila menggunakan arus AC, bahan uji dimasukkan ke dalam koil
yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Apabila
menggunakan arus DC step down maka demagnetisasi dilakukan
dengan cara bolak-balik berulang.
6. Setelah proses demagnetisasi, prosedur terakhir adalah post
cleaning, post cleaning ini dimaksudkan untuk membersihkan sisa-
sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

3.2.2 Metoda Wet Visible


1. Langkah pertama dalam pengujian dengan metode wet visible
adalah cleaning, kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan
harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang sekiranya
dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli atau gemuk,
debu, dan lain-lain.
2. Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan
penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan mendeteksi adanya defect. Karena warna dari WCP 2
lebih kontras daripada serbuk ferromagnetik.
3. Memagnetisasi dengan cara menyalakan AC/DC yoke, lalu benda
mulai dimagnetisasi. Magnetisasi dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetic
tersbut akan mendeteksi adanya defect pada benda uji tersebut.
4. Aplikasi serbuk magnet disesuaikan pada permukaan benda uji.
Serbuk yang digunakan pada metode wet visible ini adalah serbuk
tipe basah.
5. Menginspeksi bentuk defect yang terdapat pada benda uji. Selain itu,
juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan apakah
benda uji tersebut harus diperbaiki atau tidak.

18
6. Setelah proses penginspeksian selesai dan tidak ditemukan lagi
adanya defect atau cacat pada bahan yang diuji, maka perlu
dilakukan demagnetisasi, demagnetisasi ini dimaksudkan untuk
menghilangkan sisa sifat magnet yang terdapat pada bahan uji agar
bahan uji tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan. Demagnetisasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC ataupun DC.
Apabila menggunakan arus AC, bahan uji dimasukkan ke dalam koil
yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Apabila
menggunakan arus DC step down maka demagnetisasi dilakukan
dengan cara bolak-balik berulang.
7. Setelah proses demagnetisasi, prosedur terakhir adalah post
cleaning, post cleaning ini dimaksudkan untuk membersihkan sisa-
sisa dari pemberian serbuk magnetic pada saat pengujian.

3.2.3 Metoda Wet Flowresent


1. Langkah pertama dalam pengujian dengan metode wet fluorescent
adalah cleaning, kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan
harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang sekiranya
dapat mengganggu proses inspeksi seperti karat, oli atau gemuk,
debu, dan lain-lain.
2. Menyalakan Black Light.
3. Menyeting penerangan dengan cara mengatur intensitas UV Light
(20 lux) dan Black Light (1000 lux).
4. Memagnetisasi dengan cara menyalakan AC/DC yoke, lalu benda
mulai dimagnetisasi. Magnetisasi dimaksudkan agar benda uji dapat
menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetic
tersbut akan mendeteksi adanya defect pada benda uji tersebut.
5. Mengaplikasikan serbuk magnet yang disesuaikan pada permukaan
benda uji. Serbuk yang digunakan pada metode wet fluorescent ini
adalah serbuk tipe basah.

19
6. Menginspeksi bentuk defect yang terdapat pada benda uji. Selain itu,
juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan apakah
benda uji tersebut harus diperbaiki atau tidak.
7. Setelah proses penginspeksian selesai dan tidak ditemukan lagi
adanya defect atau cacat pada bahan yang diuji, maka perlu
dilakukan demagnetisasi, demagnetisasi ini dimaksudkan untuk
menghilangkan sisa sifat magnet yang terdapat pada bahan uji agar
bahan uji tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang
nantinya akan menyulitkan proses pembersihan. Demagnetisasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC ataupun DC.
Apabila menggunakan arus AC, bahan uji dimasukkan ke dalam koil
yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Apabila
menggunakan arus DC step down maka demagnetisasi dilakukan
dengan cara bolak-balik berulang.
8. Setelah proses demagnetisasi, prosedur terakhir adalah post
cleaning, post cleaning ini dimaksudkan untuk membersihkan sisa-
sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum magnetic particle inspection
ini adalah sebagai berikut :

A. Alat

1. Jangka Sorong
2. Yoke
3. Black Light
4. Senter
5. Sikat kawat
6. Penggaris

20
B. Bahan

1. Benda uji

2. White Contrast Paint

3. Cleaner

4. Wet particle

5. Wet particle for fluorescent

6. Dry particle

21
BAB IV

ANALYSA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Benda Keja 3D Solidworks

22
4.2 Analysa Jenis Defect

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
Berdasarkan dari praktikum NDT yang sudah dilaksanakan, maka saran untuk
praktikum pengukuran sudut ke depannya adalah sebagai berikut.

Saran untuk praktikan:

1. Praktikan sebaiknya belajar tentang modul yang ingin di praktek kan dahulu
sebelum praktikum
2. Selalu fokus saat melakukan pengukuran guna meminimalisir kesalahan

Saran untuk assisten lab:

1. Selalu mengawasi praktikan agar bisa memberi nilai tambahan supaya


praktikan bersemangat.

Saran untuk laboratorium:


1. Tata letak ruangan diperbaiki agar terlihat luas dan bersih
2. Penerangan di dalam ruang praktikum di tingkatkan
3. Merawat alat praktikum lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai